Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI INDUSTRI

FUNCTIONAL FOOD

Disusun Oleh :

1. Putri Febrina Laura (07/250938/TP/8844)


2. Khoiriyani (07/251125/TP/8850)
3. Fitri Purnamasari (07/254482/TP/8878)
4. B. Dwiki Arya B.S (07/254758/TP/8973)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010
Functional food merupakan makanan yang dapat memberikan manfaat
kesehatan di luar gizi dasar karena terdapatnya komponen fisiologis tertentu
dimana telah dilakukan modifikasi. Beberapa manfaat kesehatan yang dapat
ditimbulkan dari functional food yakni membantu mencegah penyakit,
mengurangi risiko penyakit berkembang, atau meningkatkan kesehatan.
Functional food memiliki tiga persyaratan dasar yakni :
1. Makanan dan bukan suplemen yang berwujud dalam tablet atau kapsul
2. Makanan tersebut dikonsumsi sebagai bagian dari pangan harian
3. Dapat mengatur proses biologis yang spesifik dalam menjaga kesehatan.

Meskipun pangsa pasar functional food meningkat tiap tahun . Hal tersebut
hanya akan tampak signifikan pada komunitas yang keamaman pangannya
terjamin dan makanan pokoknya berharga murah. Sehingga, sebagian besar
pasarnya ada di Amerika Utara, Eropa dan Jepang. Saat membicarakan mengenai
functional food dan komponen makanan kita harus ingat bahwa kedua hal tersebut
diperuntukkan untuk orang yang sehat bukan orang sakit.
Di awal 1980 an, orang Jepanglah yang pertama menyadari komponen
susu memiliki kontribusi yang signifikan pada “functional food secara fisiologis”.
Karena pemberitaan tentang lemak jenuh dan kesalahpahaman dari suatu
kelompok tertentu , konsumen memiliki persepsi negative pada produk makanan
turunan dari hewan, dan mereka mengasosiasikan functional food dengan produk
dari tumbuhan. Akan tetapi, muncul bukti bahwa mengkonsumsi susu dan produk
susu juga dapat mengurangi timbulnya penyakit akibat penuaan.
CLA (conjugated linoleic acid) merupakan komponen yang ada dalam
lemak susu maupun lemak daging yang memiliki fungsi kesehatan sebagai
antikarsinogen. Selain itu, penelitian lebih lanjutkan menunjukkan bahwa CLA
juga antiatherogenik, antidiabetik dan untuk meningkatkan kekebalan dan
mineralisasi tulang. Meskipun hubungannya dengan isomer CLA yang spesifik
belum ditemukan.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap indeks CLA yang
terdapat pada susu alami dibandingkan dengan susu yang diperkaya dengan cara
sintetik serta dilihat pengaruh konsumennya. Dari hasil pengujian yang dilakukan
dengan menggunakan panel rasa bahwa susu alami lebih bisa diterima oleh
konsumen daripada susu yang diperkaya CLA secara sintetik.
Menurut kebijakan kesehatan menyarankan untuk melakukan penurunan
asam lemak trans. Asam lemak trans pada produk-produk yang bersumber dari
ruminant. Total asam lemak trans berjumlah 1-8 % dari jumlah asam lemak secara
keseluruhan.
Asam lemak trans adalah komponen yang memberikan efek negative pada
kesehatan manusia, sehingga keberadaannya dalam produk harus dibatasi.
Pembatasan asam lemak trans untuk tiap-tiap badan pangan dalam suatu negara
berbeda-beda. FDA memperkirakan bahwa rata-rata harian asupan lemak trans
dalam populasi AS sekitar 5,8 g atau 2,6% dari kalori (US Food and Drug
Administration, 2003b). Menurut TRANSFAIR asupan di negara-negara Eropa 
bervariasi dan berkisar antara 1,6-5,4 g / hari (0,5 hingga 2,0% dari kalori).
Pengurangan asam lemak trans dilakukan dengan pembatasan pada
makananan yang mengandung lemak yang tidak boleh lebih dari 2 %. Pembatasan
ini menyebabkan perlu dilakukan penggantian PHVO dengan kandungan minyak
nabati lainnya yang lebih rendah.
Efek samping yang mungkin timbul dari asam lemak tran berhubungan
dengan asosiasi diduga mereka dengan peningkatan konsentrasi plasma kolesterol
dan LDL dan menurunkan konsentrasi high density lipoprotein dan efek ini
mungkin pada penyakit jantung koroner. 

Kandungan susu : VA dan CLA


CLA,,,
Asam lemak trans,,,
Perbandingan ALT nabati dengan hwani
Dampak terhadap kesehatan
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai