Anda di halaman 1dari 21

| 

÷ ÷ 



Ô ÔÔ 

ñ   

M     
‡ EU : Baik
‡ Thanasia : mati
‡ EUTHANASIA : kematian yang baik
tanpa penderitaan Juga disebut
Mercy Killing ( mati dg. Tenang )
   : adalah perbuatan yang
dengan sengaja memperpendek hidup
ataupun dengan sengaja tidak
memperpanjang hidup demi
kepentingan si pasien oleh seorang
dokter ataupun bawahan yang
bertanggung jawab kepadanya.
Kode etik
 Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
434/Men. Kes/SK/X/1983 tentang kode Etik
Kesehatan¶ Dokter yang melakukan tindakan
euthanasia ( aktif khususnya ) dapat
diberhentikan dari jabatannya, hal in sesuai
pasal 10 SK MenKes. Yaitu:
 Setiap dokter harus senantiasa mengingat
akan kewajibannya melindungi hidup makluk
insani.

    

  
1. Berpindah ke alam baka dengan tenang dan
aman tanpa penderitaan dan bagi mereka yang
beriman dengan menyebutkan nama Allah di
bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan
penderitaan si sakit dengan memberinya obat
penenang
3. Mengakhiri penderitaan hidup orang sakit
dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri
dan keluarganya
    
1. Ada tindakan yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengakhiri hidup seseorang

2. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar rasa


belas kasihan , karena penyakit orang tersebut
tidak mungkin dapat disembuhkan .

3. Proses mengakhiri hidup yang dengan


sendirinya berarti juga mengakhiri penderitaan
tersebut dilakukan tanpa menimbulkan rasa
sakit pada orang yang menderita tersebut.
4. Pengakhiran hidup tersebut
dilakukan atas permintaan orang
itu sendiri atau atas permintaan
keluarganya yang merasa
dibebani oleh keadaan yang
menguras tenaga, pikiran,
perasaan dan keuangan.
0    
ARANS MAGNIS SUSENO
1. EUTHANASIA PASIA
membiarkan pasien meninggal
tanpa pemberian terapi/tindakan - dokter
tidak terlibat

2. EUTHANASIA AKTIA tidak LANGSUNG


Dokter terlibat ± pemberian obat
3. EUTHANASIA AKTIA LANGSUNG
Dokter langsung terlibat :
‡ Memberi obat tidak sesuai dosis
‡ Memberi obat tidak untuk
peruntukannya
    

 EUTHANASIA AKTIA SUKARELA


Dokter persetujuan pasien/keluarga

 EUTHANASIA AKTIA TERPAKSA


Dokter ± tanpa persetujuan
pasien/kel
  ñ     

 EUTHANASIA PASIA SUKARELA


Atas permintaan keluarga/pasin

 EUTHANASIA PASIA TERPAKSA


Dokter ± harapan sembuh tidak
ada Pasien/keluarga tahu

 Pasal 338: ³Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa
orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.´

 Pasal 340: ³Barangsiapa dengan sengaja & direncanakan lebih


dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah
melakukan pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana
mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya duapuluh tahun.´
 Pasal 344: ³Barang siapa menghilangkan jiwa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh
dihukum penjara selama-lamanya duabelas tahun.´
 Pasal 345: ³Barangsiapa dengan sengaja membujuk
orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam
perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.´
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, antara lain:

 - Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-


benar sedang sakit & tidak dapat diobati, misalnya kanker.
 - Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan
hidupnya kecil & tinggal menunggu kematian.
- Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga
penderitaannya hanya dapat dikurangi dengan pemberian
morfin.
 - Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien,
hanyalah dokter keluarga yang merawat pasien & ada dasar
penilaian dari dua orang dokter spesialis yang menentukan
dapat tidaknya dilaksanakan euthanasia.
     

Hak azasi manusia (HAM) selalu dikaitkan dengan hak hidup,


hak damai, & sebagainya. Tapi tidak tercantum jelas adanya
hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan
dengan pelanggaran HAM, terbukti dari aspek hukum
euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam
pelaksanaan euthanasia. Sebenarnya, dengan dianutnya hak
untuk hidup layak & sebagainya, secara tidak langsung
seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai
untuk menghindarkan diri dari segala ketidaknyamanan atau
lebih jelas lagi dari segala penderitaan yang hebat.

 Dilihat dari nafas;
 Tidak berfungsinya jantung -----gerak nadi
 tidak geraknya/ berfungsinya jantung, karena
pendarahan otak
Prof Dr. Mahar Mardjono ( Ex Rektor UI ) -----
belum tentu pendarahan otak pasti mati
÷  ! "#$
%&'
 1. Kematian korteks otak, yang merupakan pusat
kegiatan intelektual
 2. Kematian batang otak

Para fuqoha ( Dr. Peunoh Doly ) ukuran hidup orang


ada 4 macam:
 Adanya gerak/ nafas;
 Adanya suara/ bunyi;
 Kemampuan berfikir; dan
 Kemampuan merasakan lewat pancaindra
(
 Kelahiran & kematian merupakan hak
prerogatif Tuhan & bukan hak manusia
sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini
yang mempunyai hak untuk memperpanjang
atau memperpendek umurnya sendiri.
 Pada dasarnya agama melarang euthanansia
baik pasif maupun aktif.seperti dalam ajaran
agama islam sudah di jelaskan
6 
 
      

!)* ! "++'

 Artinya; Dan janganlah kamu membunuh


jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya ),
melainkan dengan suatu alas an yang benar.
Dan barang siapa dibunuh secara dzalim,
maka sesungguhnya Kami telah memberi
kekuasaan kepada ahli warisnya, dan
janganlah ahli waris itu melampau batas
dalam mdembunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan
!)*  !,"-./

 Artinya: Hari Orang yang beriman diwajibkan atas kamu


qishash beerkenaan dengan orang ± orang yang dibunuh; orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan
wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat
pemaafan dari saudaranya hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang abik, dan hendaklah (orang yang
diberi maaf) membayar (diya) kepada yang memberi maaf
dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa
yang melampau batas sesudah itu, maka baginya siksa yang
sangat pedih.
!)* ÷*$"01

Artinya: Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di


dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas)
dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi,
dan luka- lukapun di qishashnya. Barang siapa
yang melepaskan (hak qishashnya ), maka
melepaskan hak itu menjadi penebus dosa
baginya. Barang siapa tidak memutuskan
perkara menurut apa yuang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang- oaring yang
zalim.

Anda mungkin juga menyukai