Anda di halaman 1dari 19

BAB II

DASAR TEORI
2.1 Komponen-Komponen Rangkaian Sinyal LED
2.1.1 Semi Konduktor
Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen
elektronika seperti dioda, transistor dan IC (integrated circuit). Disebut
semi atau setengah konduktor, karena bahan ini memang bukan
konduktor murni. Bahan-bahan  logam seperti tembaga, besi, timah
disebut sebagai konduktor yang baik sebab logam memiliki susunan
atom yang sedemikian rupa, sehingga elektronnya dapat bergerak
bebas. 
Sebenarnya atom tembaga dengan lambang kimia Cu memiliki inti
29 ion (+) dikelilingi oleh 29 elektron (-).  Sebanyak 28 elektron
menempati orbit-orbit bagian dalam membentuk inti yang  disebut
nucleus. Dibutuhkan energi yang sangat besar untuk dapat melepaskan
ikatan elektron-elektron ini. Satu buah elektron lagi yaitu elektron yang
ke-29, berada pada orbit paling luar. 
Orbit terluar ini disebut pita valensi dan elektron yang berada pada
pita ini dinamakan elektron valensi. Karena hanya ada satu elektron dan
jaraknya 'jauh' dari nucleus, ikatannya tidak terlalu kuat. Hanya dengan
energi yang sedikit saja elektron terluar ini mudah terlepas dari
ikatannya. 

Gambar 2.1 Ikatan Atom Tembaga

Pada suhu ruang, elektron tersebut dapat bebas bergerak atau


berpindah-pindah dari satu nucleus ke nucleus lainnya.
Isolator adalah atom yang memiliki elektron valensi sebanyak 8
buah, dan dibutuhkan energi yang besar untuk dapat melepaskan
elektron-elektron ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa semikonduktor
adalah unsur yang susunan atomnya memiliki elektron valensi lebih
dari 1 dan kurang dari 8. Semikonduktor yang paling sempurna adalah
unsur yang atomnya memiliki 4 elektron valensi.

a. Susunan Atom Semikonduktor


Bahan semikonduktor yang banyak dikenal contohnya adalah
Silicon (Si), Germanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs).
Germanium dahulu adalah bahan satu-satunya yang dikenal untuk
membuat komponen semikonduktor. Namun belakangan, silikon
menjadi populer  setelah ditemukan cara mengekstrak bahan ini dari
alam. Silikon merupakan bahan terbanyak ke dua yang ada dibumi
setelah oksigen (O2). Pasir, kaca dan batu-batuan lain adalah bahan
alam yang banyak mengandung unsur silikon.
Struktur atom kristal silikon, satu  inti atom (nucleus) masing-
masing memiliki 4 elektron valensi. Ikatan inti atom yang stabil adalah
jika dikelilingi oleh 8 elektron, sehingga 4 buah elektron atom kristal
tersebut membentuk ikatan kovalen dengan ion-ion atom tetangganya.
Pada suhu yang sangat rendah (0oK),  struktur atom silikon
divisualisasikan seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Struktur Dua Dimensi Kristal Silikon

Ikatan kovalen menyebabkan elektron tidak dapat berpindah dari


satu inti atom ke inti atom yang lain. Pada kondisi demikian, bahan

12
semikonduktor bersifat isolator karena tidak ada elektron yang dapat
berpindah untuk menghantarkan listrik. Pada suhu kamar, ada beberapa
ikatan kovalen yang lepas karena energi panas, sehingga
memungkinkan elektron terlepas dari ikatannya. Namun hanya
beberapa jumlah kecil yang dapat terlepas, sehingga tidak
memungkinkan untuk menjadi konduktor yang baik. 
Ahli-ahli fisika terutama yang menguasai fisika quantum pada
masa itu  mencoba memberikan doping pada bahan semikonduktor ini.
Pemberian doping dimaksudkan untuk mendapatkan elektron valensi
bebas dalam jumlah lebih banyak dan permanen, yang  diharapkan akan
dapat mengahantarkan listrik.

b. Tipe-N
Misalnya pada bahan silikon diberi doping phosphorus atau
arsenic yang pentavalen yaitu bahan kristal dengan inti atom memiliki 5
elektron valensi. Dengan doping, Silikon yang tidak lagi murni ini akan
memiliki kelebihan elektron. Kelebihan elektron  membentuk
semikonduktor tipe-n. Semikonduktor tipe-n disebut juga donor yang
siap melepaskan elektron.

Gambar 2.3 Doping Atom Pentavalen

c. Tipe-P
Kalau silikon diberi doping Boron, Gallium atau Indium, maka
akan didapat semikonduktor tipe-p. Untuk mendapatkan silikon tipe-p,
bahan dopingnya adalah  bahan trivalen yaitu unsur dengan ion yang 
memiliki 3 elektron pada pita valensi. Karena ion silikon memiliki 4

13
elektron, dengan demikian ada ikatan kovalen yang bolong (hole). Hole
ini digambarkan sebagai akseptor yang siap menerima elektron. Dengan
demikian, kekurangan elektron menyebabkan semikonduktor ini
menjadi tipe-p.

Gambar 2.4 Doping Atom Trivalen

2.1.2 Dioda
Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan
arus satu arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan
semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P
dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus
hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.

Gambar 2.5 Simbol Dan Struktur Dioda


Gambar di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit
lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat keseimbangan hole
dan elektron. Pada sisi P banyak terbentuk hole-hole yang siap
menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-
elektron yang siap untuk bebas. Lalu jika diberi bias positif, memberi
tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi
N akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Jika elektron mengisi hole
disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron.

14
Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Jika mengunakan terminologi
arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi P ke sisi N.

Gambar 2.6 Dioda Dengan Bias Maju


Sebalikya jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan memberikan
bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas
tegangan lebih besar dari sisi P.

Gambar 2.7 Dioda Dengan Bias Negatif


Maka tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari
P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-
masing tertarik ke arah kutub berlawanan. Bahkan lapisan deplesi
(depletion layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.
Dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Dengan
tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor.
Dengan tegangan beberapa volt diatas nol baru bisa terjadi konduksi.
Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi (depletion layer). Untuk
dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi adalah diatas
0.7 volt. Untuk bahan germanium batas minimum untuk diode 0.2 volt.
Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus,
namun tetap ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt
baru terjadi breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran
elektron yang terbentuk di lapisan deplesi.

15
Dinding deplesi terbentuk karena adanya elektron-elektron bebas
didaerah n dari persambungan cenderung untuk berdifusi ( menyebar )
ke segala penjuru. Sebagian akan berdifusi melintasi junction gambar
(a). Bila suatu elektron memasuki daerah p, elektron ini menjadi
pembawa minoritas. Dengan dikelilingi hole-hole yang berjumlah
banyak disekitarnya, pembawa minoritas tidak akan berumur panjang
dan cepat atau lambat akan terjatuh ke dalam salah satu hole di
sekitarnya. Bila hal ini terjadi hole tersebut akan hilang, dan elektro
bebas tersebut akan menjadi elektron valensi.

Depletion layer

(a) (b)

(c)
Gambar 2.8 (a) Saat Pembentukan, (b) Depletion Layer, (c) Pita-
pita Energi
Bersamaan dengan penyebaran elektron-elektron melalui junction
dan peroses rekombinasi yang menyusul, maka ion-ion negatif akan
dihasilkan disebelah kiri dan ion positif akan tertinggal disebelah kanan
(Gambar (b)). Dengan jumlah ion yang bertambah, makin banyak pula
elektron bebas dan hole yang hilang disekitar junction. Daerah yang
mengandung ion-ion positif dan negatif ini disebut depletion layer

16
karna daerah ini mengalami penipisan kadar atau pengosongan dari
pembawa-pembawa muatan.
Sewaktu pembentukan depletion layer, pada persambungan akan
terjadi beda potensial yang disebabkan oleh kehadiran ion-ion negatif
disebelah kiri dan ion-ion positif disebelah kanan. Akhirnya, beda
potensial ini menjadi cukup besar untuk menghalangi proses
penyebrangan difusi selanjutnya dari elektron-elektron bebas.
a. Dioda Zener
Diode penyearah tiadak pernah dioperasikan secara sengaja dalam
daerah breakdown karena kerusakan yang dapat terjadi pada operasi
tersebut. Lain hal dengan dioda Zener. Dioda ini justru dioptimasikan
untuk operasi breakdown. Penerapan utama dari dioda Zener adalah
untuk regulator tegangan. Yaitu rangkaian yang mempertahankan
tegangan beban dc pada harga yang kurang lebih tetap walaupun
tegangan sumber atau hambatan mengalami perubahan.

Gambar 2.9 Simbol Dioda Zener

Dioda biasa tidak akan membiarkan arus listrik untuk mengalir


secara berlawanan jika dicatu-balik (reverse-biased) di bawah tegangan
rusaknya. Jika melampaui batas tegangan rusaknya, dioda biasa akan
rusak karena kelebihan arus listrik yang menyebabkan panas. Namun
proses ini adalah reversibel jika dilakukan dalam batas kemampuan.
Dalam kasus pencatuan-maju (sesuai dengan arah gambar panah), dioda
ini akan memberikan tegangan jatuh (drop voltage) sekitar 0.6 Volt
yang biasa untuk dioda silikon. Tegangan jatuh ini tergantung dari jenis
dioda yang dipakai. Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda
bekerja pada bias maju maka zener biasanya berguna pada bias negatif
(reverse bias).

17
Sebuah dioda Zener memiliki sifat yang hampir sama dengan dioda
biasa, kecuali bahwa komponen ini sengaja dibuat dengan tengangan
rusak yang jauh dikurangi, disebut tegangan Zener. Sebuah dioda Zener
memiliki p-n junction yang memiliki doping berat, yang
memungkinkan elektron untuk tembus dari pita valensi material tipe-p
ke dalam pita konduksi material tipe-n. Sebuah dioda zener yang
dicatu-balik akan rusak dan akan melewatkan arus listrik untuk menjaga
tegangan jatuh supaya tetap pada tegangan zener. Sebagai contoh,
sebuah diode zener 3.2 Volt akan menunjukan tegangan jatuh pada 3.2
Volt jika diberi catu-balik. Namun, karena arusnya tidak terbatasi,
sehingga dioda zener biasanya digunakan untuk membangkitkan
tegangan referensi, atau untuk menstabilisasi tegangan untuk aplikasi-
aplikasi arus kecil.

b. LED ( Light emiting Diode )


LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan
komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan
produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda,
elektron yang melewati sambungan P-N juga melepaskan energi berupa
energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien jika
mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada
semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan
phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya
yang berbeda pula.

Gambar 2.10 Simbol LED


Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah
warna merah, kuning dan hijau.LED berwarna biru sangat langka. Pada
dasarnya semua warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat
mahal dan tidak efisien.

18
c. Aplikasi
Dioda banyak diaplikasikan pada rangkaian penyerah arus
(rectifier) power suplai atau konverter AC ke DC. Dipasar banyak
ditemukan dioda seperti 1N4001, 1N4007 dan lain-lain. Masing-masing
tipe berbeda tergantung dari arus maksimum dan juga tegangan
breakdown-nya. Zener banyak digunakan untuk aplikasi regulator
tegangan (voltage regulator). Zener yang ada dipasaran tentu saja
banyak jenisnya tergantung dari tegangan breakdown-nya. Di dalam
datasheet biasanya spesifikasi ini disebut Vz (zener voltage) lengkap
dengan toleransinya, dan juga kemampuan dissipasi daya.

Gambar 2.11 LED Array


LED sering dipakai sebagai indikator yang masing-masing warna
bisa memiliki arti yang berbeda. Menyala, padam dan berkedip juga
bisa berarti lain. LED dalam bentuk susunan (array) bisa menjadi
display yang besar. Dikenal juga LED dalam bentuk 7 segment atau ada
juga yang 14 segment. Biasanya digunakan untuk menampilkan angka
numerik dan alphabet.

2.1.3 LED ( Light Emitting Diode )


Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan LED (Light Emitting
Diode atau Light Emitting Device) merupakan piranti yang vital dalam
teknologi electroluminescent seperti untuk aplikasi teknologi display
(tampilan), sensor, dan lain-lainnya.
Cahaya adalah suatu bentuk energi yang dapat dilepaskan oleh
sebuah atom, terdiri dari banyak partikel kecil (seperti paket) yang
memiliki energi dan momentum tapi tidak ada massa. Partikel-partikel
ini disebut foton, unit paling dasar dari cahaya. Foton dilepaskan

19
sebagai akibat dari elektron yang bergerak. Dalam sebuah atom,
elektron bergerak dalam orbital sekitar inti. Elektron dalam orbital yang
berbeda memiliki jumlah energi yang berbeda.
Secara umum, elektron dengan energi yang lebih besar, bergerak
dalam orbital yang lebih jauh dari inti. Elektron akan melepaskan energi
ketika turun dari orbit yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Energi ini
dilepaskan dalam bentuk foton. Semakin besar penurunan energi,
semakin besar energi foton yang dilepaskan, yang dicirikan oleh
frekuensi yang lebih tinggi.
Dalam LED, elektron bebas yang bergerak melintasi sebuah dioda
dapat jatuh ke lubang kosong dari lapisan p-junction. Ini menyebabkan
jatuhnya elektron-elektron dari pita konduksi ke orbital yang lebih
rendah, sehingga elektron-elekron melepaskan energi dalam bentuk
foton. Hal ini terjadi dalam setiap dioda, tetapi kita hanya bisa melihat
foton ketika dioda terdiri dari bahan tertentu. Atom-atom dari dioda
silikon standar diatur sedemikian rupa sehingga jarak jatuhnya elektron
relatif pendek, hasilnya frekuensi foton sangat rendah sehingga
cahayanya tidak dapat dilihat mata manusia. Sedangkan LED yang
cahayanya dapat dilihat, dibuat dari bahan-bahan yang mempunyai
kesenjangan yang lebih panjang antara pita konduksi dan orbital yang
lebih rendah. Ukuran kesenjangan menentukan frekuensi foton, dengan
kata lain ini menentukan warna cahaya.
Led terdiri dari Anoda kaki positif, katoda kaki negatif, Epoxy
adalah kaca pembungkus, dan semikonduktor diantara anoda dan
katoda sebagai doping.
Prinsip kerjanya adalah didalam led terdapat semikonduktor yang
akan mengeluarkan cahaya jika dilewati elektron. Dengan mengganti
semikonduktor tersebut kita dapat merubah warna dari Led tersebut
dengan cara merubah panjang gelombang cahayanya. Seperti yang
dijelaskan oleh Max Planck bahwa gelombang cahaya berhubungan
dengan frekuensi. Seperti yang dijelaskan dengan rumus dibawah :

20
E=n . h. f
Dimana :
E = Energi Radiasi
n = Jumlah foton
f = Frekuensi
h = konstanta planck ( 6,626×10-34 )
dan rumus :
c= λ f
Dimana :
c = cepat rambat cahaya (3×108m/s)
λ = Panjang gelombang
f = frekuensi

Maka jika kita hubungkan dengan rumus sebelumnya maka rumus


akan menjadi :
c
E=n . h
λ

Tabel 2.1 Warna Dan Panjang Gelombang


Warna Panjang gelombang (nm)
Ungu 380 – 435
Biru 435 – 500
Sian 500 – 520
Hijau 520 – 565
Kuning 565 – 590
Oranye 590 – 625
Merah 625 – 740

21
Gambar 2.12 LED (Light Emitting Diode)
a. Fungsi fisikal
LED adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah
Dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang
diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan
sebuah struktur yang disebut p-n junction.
b. Emisi cahaya
Emisi cahaya adalah panjang gelombang dari cahaya yang
dipancarkan, dan oleh karena itu warnanya, tergantung dari selisih pita
energi dari bahan yang membentuk p-n junction. Sebuah dioda normal,
biasanya terbuat dari silikon atau germanium, memancarkan cahaya
tampak inframerah dekat, tetapi bahan yang digunakan untuk sebuah
LED memiliki selisih pita energi antara cahaya inframerah dekat,
tampak, dan ultraungu dekat.

c. Polarisasi
Tak seperti lampu pijar dan neon, LED mempunyai kecenderungan
polarisasi. Chip LED mempunyai kutub positif dan negatif (p-n) dan
hanya akan menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED
terbuat dari bahan semikonduktor yang hanya akan mengizinkan arus

22
listrik mengalir ke satu arah dan tidak ke arah sebaliknya. Bila LED
diberikan arus terbalik, hanya akan ada sedikit arus yang melewati chip
LED. Ini menyebabkan chip LED tidak akan mengeluarkan emisi
cahaya.
Chip LED pada umumnya mempunyai tegangan rusak yang relatif
rendah. Bila diberikan tegangan beberapa volt kearah terbalik, biasanya
sifat isolator searah LED akan rusak menyebabkan arus dapat mengalir
ke arah sebaliknya.

d. Tegangan maju
Karakteristik chip LED pada umumnya adalah sama dengan
karakteristik dioda yang hanya memerlukan tegangan tertentu untuk
dapat beroperasi. Namun bila diberikan tegangan yang terlalu besar,
LED akan rusak walaupun tegangan yang diberikan adalah tegangan
maju. Tegangan yang diperlukan sebuah dioda untuk dapat beroperasi
adalah tegangan maju (Vf).

e. Sirkuit LED
Sirkuit LED dapat didesain dengan cara menyusun LED dalam
posisi seri maupun paralel. Bila disusun secara seri, maka yang perlu
diperhatikan adalah jumlah tegangan yang diperlukan seluruh LED
dalam rangkaian tadi. Namun bila LED diletakkan dalam keadaan
paralel, maka yang perlu diperhatikan menjadi jumlah arus yang
diperlukan seluruh LED dalam rangkaian ini.
Menyusun LED dalam rangkaian seri akan lebih sulit karena tiap
LED mempunyai tegangan maju (Vf) yang berbeda. Perbedaan ini akan
menyebabkan bila jumlah tegangan yang diberikan oleh sumber daya
listrik tidak cukup untuk membangkitkan chip LED, maka beberapa
LED akan tidak menyala. Sebaliknya, bila tegangan yang diberikan
terlalu besar akan berakibat kerusakan pada LED yang mempunyai
tegangan maju relative rendah.

23
Pada umumnya, LED yang ingin disusun secara seri harus
mempunyai tegangan maju yang sama atau paling tidak tak berbeda
jauh supaya rangkaian LED ini dapat bekerja secara baik.

f. Substrat LED
Pengembangan LED dimulai dengan alat inframerah dan merah
dibuat dengan gallium arsenide. Perkembagan dalam ilmu material
telah memungkinkan produksi alat dengan panjang gelombang yang
lebih pendek, menghasilkan cahaya dengan warna bervariasi. LED
konvensional terbuat dari mineral anorganik yang bervariasi,
menghasilkan warna sebagai berikut:
1) aluminium gallium arsenide (AlGaAs) – merah dan
inframerah
2) gallium aluminium phosphide – hijau
3) gallium arsenide/phosphide (GaAsP) – merah, oranye-merah,
oranye, dan kuning
4) gallium nitride (GaN) – hijau, hijau murni (atau hijau
emerald), dan biru
5) gallium phosphide (GaP) – merah, kuning, dan hijau
6) zinc selenide (ZnSe) – biru
7) indium gallium nitride (InGaN) – hijau kebiruan dan biru
8) indium gallium aluminium phosphide – oranye-merah,
oranye, kuning, dan hijau
9) silicon carbide (SiC) – biru
10) diamond © – ultraviolet
11) silicon (Si) – biru (dalam pengembangan)
12) sapphire (Al2O3) – biru

g. Beam Patern
Beam pattern adalah pola penyebaran cahaya yang diradiasikan
oleh sumber cahaya. Setengah energi cahaya yang dibangkitkan oleh
sumber cahaya berada pada beam pattern sumber cahaya tersebut.
Beam Pattern untuk sinyal terletak antara 8o – 30o.

24
2.1.4 Relay
Relay adalah saklar listrik yang membuka dan menutup di bawah
kendali rangkaian listrik lain. Dalam bentuk aslinya, switch
dioperasikan oleh sebuah elektromagnet untuk membuka atau menutup
satu atau banyak set kontak. Relay diciptakan oleh Joseph Henry pada
tahun 1835. Karena relay mampu mengendalikan keluaran rangakaian
daya yang lebih tinggi daripada rangkaian input, dapat dianggap, dalam
arti luas, suatu bentuk penguat listrik.
Pada pokoknya relay digunakan sebagai alat penghubung pada
rangkaian. Relay dapat berupa IC, transistor dan relay mekanis. Dalam
perancangan alat, menggunakan relay mekanis lebih awet dan mudah
dalam pemakaiannya.
Relay elektromekanis dibuat dalam berbagai jenis untuk berbagai
aplikasi. Kumparan relay dan kontak mempunyai ukuran kerja yang
terpisah. Kumparan relay biasanya dirancang bekerja pada
pengoperasian dengan arus DC atau AC, tegangan atau arus, tahanan
dan daya pengoperasian normal. Kumparan relay yang sangat peka
dirancang untuk bekerja pada rentang miliampere rendah, sering
dioperasikan dari transistor atau rangkaian terpadu. Apabila relay
digunakan pada suatu aplikasi, maka langkah pertama adalah harus
menentukan tegangan kontrol (kumparan) pada relay yang akan
bekerja. Terdapat kumparan yang mencakup sebagian besar tegangan
standard.
Relay akan bekerja bila ada arus yang melalui kumparannya.
Sebuah relay terdiri dari kumparan yang dililitkan pada inti besi dan
kontak-kontak penghubung. Apabila kumparan yang melilit inti besi
dilalui arus listrik maka akan menimbulkan induksi medan magnet, dan
induksi ini akan menarik kontak-kontak penghubung relay. Relay terdiri
dari 3 bagian utama, yaitu:
koil         : lilitan dari relay

25
common  : bagian yang tersambung dengan NC(dlm keadaan
normal)
kontak    : terdiri dari NC dan NO

Membedakan NC dengan NO:


 NC(Normally Closed) : saklar dari relay yang dalam keadaan
normal(relay tidak diberi tegangan) terhubung dengan
common.
 NO(Normally Open) : saklar dari relay yang dalam keadaan
normal(relay tidak diberi tegangan) tidak terhubung dengan
common.

Jenis-jenis Relay
 SPDT – Single Pole Double Throw. Terdiri dari 5 buah pin,
yaitu (2) koil, (1)common, (1)NC, (1)NO.
 DPST – Double Pole Single Throw. Setara dengan 2 buah
saklar atau relay SPST.
 QPDT – Quadruple Pole Double Throw. Sering disebut
sebagai Quad Pole Double Throw, atau 4PDT. Setara dengan 4
buah saklar atau relay SPDT atau dua buah relay DPDT.
Terdiri dari 14 pin(termasuk 2 buah untuk koil).

Gambar 2.13 Relay


.

26
2.1.5 Komparator
Pada dasarnya prinsip kerja komparator adalah seperti sebuah
gerbang yang membandingkan nilai dua nilai input tegangan ataupun
arus. Operasi standar op-amp dengan konfigurasi loop terbuka tanpa
feedback negatif bisa digunakan sebagai komparator. ketika tegangan
input positif pada lebih tinggi dibanding dengan tegangan input negatif,
gain yang tinggi dari op-amp menyebabkan outputnya menjadi tegangan
positif atau tegangan masukan dikurangi dengan rugi-rugi op-amp. ketika
input positif turun dibawah input negatif, output dari op-amp akan
menjadi negatif atau sama dengan nol.

2.14 Chip Komparator


Penggunaan op-amp sebagai komparator memang secara fungsi
dapat bekerja seperti komparator pada umumnya, akan tetapi jika
memakai chip komparator independen banyak kelebihannya. Chip
komparator independen lebih akurat, memiliki tegangan referensi sendiri,
dan juga sudah dilengkapi histerisis.
Normalnya komparator mengubah kondisi outputnya ketika
tegangan antara inputnya melewati kira-kira nol volt. Fluktuasi tegangan
kecil atau noise, selalu ada pada input, hal ini bisa menyebabkan
perubahan cepat yang tidak diinginkan (ripple) ketika perbedaan
tegangan inputnya mendekati nol volt. untuk menghindari osilasi output,
histerisis kecil dengan beberapa milivolt diintegrasikan pada banyak
komparator moderen. contohnya LTC6702, MAX9021, dan MAX9031
memiliki internal histerisis menghindari mereka dari input noise.
histerisis berada pada dua titik switching, tegangan naik dan tegangan
jatuh.

27
jika komparator tidak memiliki histerisis atau jika noise input lebih
besar dari internal histerisis maka histerisis eksternal bisa dibuat
menggunakan feedback positif dari output ke input positif komparator.
hasilnya sinyal output yang lebih bersih. Beberapa komparator seperti
LMP7300, LTC1540, MAX931, dan ADCMP341 juga memberikan
kontrol histerisis lewat pin histerisis terpisah. Komparator memungkinkan
untuk menambahakan programmable histerisis tanpa feedback atau
persamaan yang menyulitkan. menggunakan pin histarisis tersendiri juga
sesuai jika impedansi sumber besar.

2.1.6 Amplifier
a. Invrting Amplifier
Inverting amplifier ini, input dengan outputnya berlawanan
polaritas. Jadi ada tanda minus pada rumus penguatannya. Penguatan
inverting amplifier adalah bisa lebih kecil nilai besaran dari 1,misalnya
-0.2 , -0.5 , -0.7 , dst dan selalu negatif. Rumus nya :
−Rf
Vo= Vi
Ri

Gambar 2.15 Rangkaian inverting Amplifier

28
b. Non Inverting Amplifier
Rangkaian non inverting ini hampir sama dengan rangkaian
inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya
dari masukan noninverting.
Rumusnya seperti berikut :
Rf + Ri
Vo= Vi
Ri
sehingga persamaan menjadi :

( RfRi +1 ) vi
Vo=

Hasil tegangan output noninverting ini akan lebih dari satu dan
selalu positif. Rangkaian nya adalah seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 2.16 Non inverting Amplifier

29

Anda mungkin juga menyukai