Anamnesis:
Os datang dengan keluhan utama kulit kuning di seluruh bagian tubuh,
kulit kuning timbul sudah kurang lebih 10 hari SMRSI. Os mengeluh adanya
demam sebelum timbul kulit kuning, demam dirasakan kurang lebih 4 hari
sebelum timbul warna kuning pada seluruh tubuh, demam dirasakan hilang
timbul, pada saat demam pasien menggigil. Os mengeluh adanya sakit kepala dan
berkeringat yang mengakibatkan os sulit tidur. Os mengeluh adanya keluhan mual
dan muntah, tidak ditemukan adanya darah dan lendir pada muntahan tersebut. Os
mengeluh adanya nyeri perut pada ulu hati. Os juga mengeluh badan terasa lemas.
Os mengeluh adanya sesak sejak 2 hari terakhir di RS. Pasien menyangkal
sebagai pengguna alkohol dan penguna obat-obatan tertentu, pasien menyangkal
riwayat transfusi sebelumnya. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat pekerjaan: bekerja di hutan memasang perangkat elektronik yang
berlokasi di daerah Sumatera, kurang lebih 2 minggu yang lalu.
RPD: Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Hepatitis (-).
RPK: Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Hepatitis (-)
UB: langsung dibawa ke RS Imanuel.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran: Compos mentis, kesan sakit: sakit sedang
Kulit: Pucat (-), Sianosis (-), Ikterik (+)
Kepala: Bentuk dan ukuran normal
Mata: conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
THT: PCH (-), sekret telinga (-), sekret hidung (-), epistaksis (-)
Leher: KGB (supraclavicula, submentale, submandibula, coli anterior, coli
posterior, preauricula, retroauricula) tidak teraba membesar, kelenjar tiroid
tidak teraba membesar, JVP 5 + 0 cmH2O
Thoraks:
o Inspeksi: bentuk dan pergerakan simetris, retraksi (-)
o Palpasi: tumor (-), fraktur (-)
Cor:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba 1 cm medial midclavicula kiri ICS V
o Perkusi: batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi: BJM, reguler, murmur (-)
Pulmo:
o Inspeksi: bentuk dan pergerakan simetris
o Palpasi: taktil fremitus kiri = kanan
o Perkusi: sonor kiri = kanan di seluruh lapang paru
o Auskultasi: VBS kiri = kanan, Rhonchi +/+, Wheezing -/-
Abdomen:
o Inspeksi: datar, tegang
o Auskultasi: bising usus (+) normal
o Perkusi: dull pada RUQ
o Palpasi: tegang, nyeri tekan epigastrium, lien tidak teraba
membesar, hepar teraba 4 cm BAC, 3 cm BPX.
Ekstrimitas: akral hangat, CRT<2”
Refleks: fisiologis +/+, patologis -/-
Diagnosis Banding:
Malaria
Leptospirosis
Hepatitis tifosa
Hepatitis viral
Pemeriksaan Penunjang
5 Januari 2011:
o Darah rutin: Hb 10,1 gr/dL ↓, Ht 27,4% ↓, Leukosit 14920 /mm3 ↑,
Trombosit 76000 /mm3 ↓
o Kimia klinik: SGOT 147 ↑, SGPT 131 ↑, Na 113 ↓↓, K 4, Ureum
171 ↑↑, GDS 80
6 Januari 2011:
o Hitung jenis: Basofil 0,4 %; Eosinofil 0,4 % ↓, Neutrofil batang 0,
Neutrofil segmen 72,7 % ↑, Limfosit 19,8 % ↓, Monosit 6,8 %
o Kimia klinik: Trigliserida 343 ↑, LDL 29, Alkali fosfatase 95,
Gamma GT 48, Amilase 71, Lipase 14, Kreatinin 3,9 ↑, Protein
total 4,9 ↓, Albumin 2,1 ↓, Globulin 2,80, HbsAg (-), Anti HCV
non reaktif
o Urine rutin: Urobilinogen 8 ↑, Bilirubin +3, Nitrit positif, Sedimen:
sel epitel 3 – 5/LPB, Eritrosit 5 – 7/LPB, Leukosit 8 – 10/LPB,
Bakteri positif, Kristal negatif, Lain-lain: silinder granuloma (+)
o USG: Liver tidak tampak kelainan, gall bladder dan CBD tidak
tampak kelainan, Pankreas dan lien tidak tampak kelainan
o Foto thorax: Tidak tampak TB paru aktif ataupun Pneumonia, Cor
dalam batas normal
10 Januari 2011:
o Darah rutin: Hb 8 gr/dL ↓; Ht 22,6% ↓; Trombosit 72000/mm3
↓; Leukosit 8930/ mm3
o Kimia klinik: Na 132 mEq/L ↓; K 4,6 mEq/L; Ureum 154 mg/dL
↑↑; Kreatinin 2,7 mg/dL ↑
11 Januari 2011:
o SADT: Falciparum (+) (ring dan gametosit)
Usulan Pemeriksaan:
Tetes darah tebal
Tes antigen P-F test
IgM anti-leptospira
Gaal kultur
AGD
Diagnosis kerja
Malaria berat dengan komplikasi kelainan hati, gagal ginjal akut, anemia,
hiponatremi, ARDS
Penatalaksanaan
Non-farmakologi:
o Tirah baring
o Infus RL 1500 cc/24 jam
o Oksigenasi
o Diet porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat, dan garam
o Dialisis
Farmakologi:
o Atresunate inj (2,4 mg/kgBB/kali): 2 X 2 amp
o Parasetamol 4 X 500 mg
o Ondansentron 2 X 1 amp
o Furosemide 1 X 1 amp
Malaria
Definisi
Malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah.
- infeksi malaria gejala berupa demam, mengigil, anemia dan
splenomegali.
- Dapat berlangsung akut ataupun kronik.
- Infeksi dapat berlangsung tanpa ataupun mengalami komplikasi sistemik
yang dikenal dengan malaria berat.
Etiologi
Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, termasuk genus
plasmodium dari famili plasmodidae. Plasmodium menginfeksi eritrosit dan
menagalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual
terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina.
Plasmoidum di Indonesia
Plasmodium malaria yang sering dijumpai di Indonesia ialah plasmodium vivax
yang menyebabkan malaria tropikana (benign malaria). Dan plamsoidum
falciparum yang menyebabkan malaria tropika (malignan malaria). Plasmodium
malariae pernah juga dijumpai tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah
dilaporkan di Irian jaya.
Pengobatan ACT
WHO menggunakan ACT karena rekrudensi yang terjadi akibat
monoterapi. Kombinasi ini dapat berupa kombinasi dosis tetap, atau kombinasi
tidak tetap. Dimana kombinasi dosis tetap memudahkan pemberian pengobatan.
Yang sering dipakai:
Kombinasi tetap:
-Co-artem: artemeter 20mg + lumefantrine 120mg dengan dosis 4tablet 2x1
selama 3hari
-Artekin: dihidroartemisinin 40mg + piperakuin 320mg dengan dosis awal 2
tablet, 8jam kemudian 2 tablet, 24 jam dan 32 jam kemudian masing masing 2
tablet.
Kombinasi tidak tetap:
Artesunate + meflokuin
Artesunate + amodiakuin
Artesunate + klorokuin
Artesunate + sulfadoxin-pirimetamin
Artesunate + pironaridin
Artesunate + chlorproguanil-dapson
Dihidroartemisinin + piperakuin + trimethoprim
Dihidroartemisinin + naptokuin
Obat yang ada di Indonesia saat ini adalah kombinasi artesunate +
amodiakuin dengan nama dagang “ARTESDIAQUINE atau Artesumoon. Dosis
untuk dewasa yaitu artesunate (50mg/tab) 200mg pada hari 1 sampai 3 (4tablet).
Untuk amodiakuin (200mg/tab) yaitu 3 tablet hari 1 dan 2 dan 1.5 tablet hari ke 3.
Tindakan pencegahan
Pencegahan yang penting adalah penghindaran diri dari gigitan nyamuk:
-Tidur dengan kelambu yang dicelup peptisida
-Obat pembunuh nyamuk : spray, gosok, asap, elektrik
-Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus
memakai proteksi (kaos kaki, stocking)
-Memproduksi tempat tinggal/ kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti
nyamuk.
Bila akan digunakan kemoprofilaksis harus memperhatikan sensitivitas
plasmodium di tempat tujuan. Bila daerah sensitiv klorokuin (seperti Minahasa)
cukup profilaksis dengan 2 tablet klorokuin tiap minggu, 1 minggu sebelum
berangkat, dan 4 minggu setelah kembali. Dipakai juga pada wanita hamil di
daerah endemik atau pada individu yang terbukti imunitasnya rendah.
Pada daerah yang resisten klorokuin dianjurkan doksisiklin 100mg/hari
atau mefloquin 250mg/minggu atau klorokuin 2tablet/minggu ditambah proguanil
200mg/hari. Obat baru yang dipakai untuk pencegahan yaitu primakuin dosis
0.5mg/kgBB/hari dan azitromycin.
Malaria serebral
Terjadi kira kira pada 2% penderita non imun. Merupakan komplikasi
paling berbahaya dan memberikan mortalitas 20-50% dengan pengobatan. Bila
dinilai dari GCS, nilainya adalah dibawah 7 biasanya penderita tidak dapat
dibangunkan, tetapi pada sebagian penderita dapat terjadi gangguan kesadaran
yang lebih ringan. Penurunan kesadaran menetap untuk waktu lebih lama dari 30
menit, panas atau hipoglikemi membantu meyakinkan malaria serebral. Kejang,
kaku kuduk dan hemiparese dapat terjadi walaupun cukup jarang. Pada
pemeriksaan neurologik reaksi mata divergen, pupil ukuran normal dan reaktif,
funduskopi normal atau dapat terjadi perdarahan. Papiledema jarang, refleks
kornea normal pada orang dewasa sedangkan pada anak refleks kornea dapat
hilang. Refleks abdomen dan kremaster normal, sedang Babinsky abnormal pada
50% penderita. Pada keadaan berat penderita dapat mengalami dekortikasi (lengan
flexi dan tungkai extensi) , decerebrasi (lengan dan tungkai extensi), opistotonus,
deviasi mata ke atas dan lateral. Keadaan ini disertai dengan hiperventilasi, lama
koma pada orang dewasa dapat 2-3 hari, sedang pada anak 1 hari.
Diduga pada malaria serebral terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah
otak sehingga terjadi anoksia otak, sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yang
mengandung parasit sulit melalui pembuluh darah kapiler karena proses
sitoadherensi dan sekuestrasi parasit.
Dapat terjadi gangguan fungsi organ lain seperti, ikterik, gagal ginjal,
hipoglikemia dan edema paru. Bila terjadi lebih dari 3 komplikasi organ maka
prognosa kematian >75%.
Malaria biliosa
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, 15.9%
hepatomegali, 14.9% bilirubinemia, 5.7% peningkatan serum transaminase ringan
SGOT rata rata 80.8 mU/ml, SGPT rata rata 121mU/ml. Pada malaria dijumpai
ikterus hemolitik 17.2%, ikterus obstruktif intra hepatal 11.4%, tipe campuran
hemolitik dan obstruktif 78.6%.
Hipoglikemia
Hal ini disebabkan karena kebutuhan metabolik dari parasit telah
menghabiskan cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemi dapat tanpa gejala
pada malaria dengan keadaan umum berat ataupun penurunan kesadaran.
Penyebab yang memperparah terjadinya hipoglikemia yang paling sering adalah
setelah 3jam pemberian kina injeksi
Malaria Algid
Terjadi syok vaskular, ditandai dengan hipotensi (sistol <70mmHg),
berkurangnya perfusi jaringan. Keadaan ini sering dihubungkan dengan terjadinya
septicemia gram negatif. Hipotensi biasanya berespon dengan pemberian NaCl
0.9% dan obat inotropik
Kecenderungan perdarahan
Perdarahan spontan berupa perdarahan gusi, epistaksis, bawah kulit dapat
terjadi karena trombositopenia atau gangguan koagulasi intravaskuler ataupun
gangguan koagulasi karena gangguan fungsi hati. Trombositopenia disebabkan
karena pengaruh sitokin. Gangguan koagulasi intravaskuler jarang kecuali stadium
akhir.
Edema paru
Sering terjadi pada dewasa, jarang pada anak. Edema paru merupakan
komplikasi yang paling berat dari malaria tropikana dan sering menyebabkan
kematian. Edema paru sering terjadi akibat kelebihan cairan/ ARDS. Faktor yang
berperan: kelebihan cairan, kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemia,
hipotensi, asidosis dan uremia. Peningkatan respirasi merupakan gejala awal, dan
bila >35 kali/menit prognosis jelek. Gambaran rontgen dijumpai peningkatan
corakan bronkovaskular tanpa pembesaran jantung.
Gangguan lainnya
Asidosis metabolik karena pemecahan protein yang berlebihan
menghasilkan produk nitrogen dan urea sebagai akibat dari kebutuhan yang besar
dari tubuh untuk pertahanan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap
parasitemia ditandai dengan hiperventilasi, peningkatan asam laktat, pH turun,
peningkatan bicarbonat. Asidosis biasanya disertai edema paru, hiperparasitemia,
syok, gagal ginjal dan hipoglikemia.