com
Orang bilang, menyusun instrumen penelitian itu tidaklah mudah, orang juga bilang kalau
penelitian itu begitu sulit, bahkan banyak orang meminta bantuan orang lain untuk
menyusun instrumen penelitian mereka dengan harga yang tidak sedikit.
Lewat blog ini, Anda akan tahu bahwa tidak ada yang sulit di dunia ini, tergantung
bagaimana cara anda menyikapinya, maksud saya harus ada keinginan untuk berbuat
(belajar dan belajar...), sama seperti halnya, bahwa tidak ada yang gratisan di dunia ini,
kecuali udara dan sinar matahari yang jumlahnya melimpah.
Lantas bagaimana caranya menyusun instrumen penelitian? Langkah-langkah berikut
akan membantu Anda untuk lebih mudah memahami apa yang kita bicarakan disini:
1. Lakukan pengkajian literatur sebanyak mungkin terkait dengan variabel atau masalah
yang ingin anda teliti.
2. Dari sekian banyak teori yang ada dalam literatur yang anda baca itu, tidak semuanya
dipasang dalam landasan teori, tetapi teori yang mana yang menurut anda lebih sesuai
untuk anda gunakan dalam penelitian anda (untuk penelitian kuantitatif), tetapi kalau
penelitian kualitatif, teori-teori yang anda baca ini hanya sebagai pengarah saja,
karena kita tidak bertujuan untuk menguji teori yang ada, namun lebih cenderung
bertujuan untuk melahirkan teori baru yang dibangun berdasarkan fakta/data.
3. Dari teori-teori yang anda peroleh melalui kajian literatur tersebut, di dalamnya pasti
menyangkut unsur atau elemen atau dimensi-dimensi yang membangun teori tersebut,
misalnya teori kinerja guru. Kinerja Guru ini memiliki dimensi-dimensi yang
membangunnya seperti : (a) kualitas kerja, (b) kecepatan dan ketepatan, (c) inisiatif,
(d) kemampuan, dan (e) komunikasi. (penulis mengacu kepada teorinya Mitchell
(1978). dan pastikan bahwa anda juga melakukan hal ini dengan baik. sekali lagi pilih
salah satu teori yang menurut anda dapat mendukung penelitian anda.
4. Jabarkan dimensi-dimensi tersebut ke dalam sub dimensi atau indikator-indikator
(penunjuk).
5. Setelah itu buatlah pertanyaan untuk masing-masing indikator
Ke lima langkah ini sebenarnya sama dengan langkah menyusun kisi-kisi instrumen. Nah
itu dia, sebelum menyusun instrumen jangan lupa, agar pekerjaan anda lebih terarh dan
terukur, buatlah dulu kisi-kisi (rancangan) instrumen anda.
Selanjutnya langkah yang berikutnya adalah:
6. Lakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap tes atau kuesioner yang sudah anda
buat pada point 5.
7. Validitas adalah kemampuan alat ukur (instrumen) untuk mengukur apa yang hendak
diukur dalam hal ini kinerja guru, sedangkan reliabilitas adalah keajegan, ketetapan,
alat ukur bila digunakan untuk mengukur hal yang sama pada kondisi atau tempat
yang berbeda.
8. Dari point 6, anda akan tahu mana soal yang baik dan tidak baik, soal-soal yang baik
inilah yang akan anda gunakan sebagai instrumen dalam penelitian anda.
CONTOH APLIKASI:
1. Pengertian Kinerja
Untuk melihat hakikat kinerja guru, terlebih dahulu dikemukakan pandangan para
fungsi yang dituntut dari seseorang. Pengertian ini menurut Whitmore merupakan
pengertian yang menuntut kebutuhan paling minim untuk berhasil. Oleh karena itu, ia
tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seseorang. Menurutnya, kinerja yang nyata
jauh melampaui apa yang diharapkan, yakni kinerja yang menetapkan standar-standar
tertinggi orang itu sendiri, selalu standar yang melampaui apa yang dimaui atau
diharapkan orang lain. Dengan demikian menurut Whitmore, kinerja adalah suatu
perbuatan, suatu prestasi atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan
nyata.
tanggung jawab atau kepemilikan yang menyeluruh. Jika tidak, maka hal itu tidak akan
menjadi potensi seseorang, tetapi sebagian akan menjadi miliki orang lain. Oleh karena
itu, pengarahan dari pimpinan, dalam hal ini kepala sekolah, akan menjadi penting dalam
jelas atau tersembunyi. Tidak bisa menghasilkan kinerja optimum yang tahan lama,
Pandangan lain, seperti dikemukakan Ptricia King (1993:19) bahwa kinerja adalah
dihubungkan dengan tugas rutin yang dikerjakannya. Sebagai seorang guru, misalnya,
tugas rutinnya adalah melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah. Hasil yang
dicapai secara optimal dari tugas mengajar itu merupakan kinerja seorang guru. Berbeda
dengan pendapat Patricia King, pakar lain Mitchall Terence (1978) memandang bahwa
motivasi, kemampuan, dan persepsi pada diri seseorang. Pandangan yang hampir senada
kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki seseorang. Dalam kaitannya dengan kinerja
guru, kinerja mereka dapat terrefleksi dalam tugasnya sebagai seorang pengajar dan
sebagai seorang pelaksana administrator kegiatan mengajarnya. Atau dengan kata lain,
kinerja guru dapat dilihat pada kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai
proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi etos kerja dan disiplin profesional
guru.
Mengacu dari tugas yang berkaitan dengan kinerja guru sebagaimana disebutkan di
atas, dapat dikemukakan bahwa terdapat dua tugas guru yang dijadikan acuan kinerja
guru. Kedua tugas itu adalah tugas yang berkaitan dengan kegiatan proses pembelajaran,
dan tugas yang berkaitan dengan penataan, perencanaan yang berkaitan dengan tugas
pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran tersebut dapat dipilah menjadi dua yakni kegiatan mengajar
dan kegiatan belajar di mana masing-masing kegiatan tersebut memiliki makna yang
berbeda. Kegiatan mengajar dilakukan oleh satu orang guru atau lebih, sedangkan
kegiatan belajar dilakukan oleh pebelajar baik secara individu ataupun kelompok. Untuk
melihat lebih jauh perbedaan kedua konsep tersebut, Degeng (1989:5) mendefinisikan
kedua istilah tersebut sebagai berikut, pengajaran adalah upaya membelajarkan siswa,
sedangkan belajar adalah pengkaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah
dimiliki siswa. Dengan demikian, kegiatan pengajaran merupakan kegiatan guru untuk
Terminologi AECT, 1986:2) yang menyatakan sumber belajar tersebut meliputi (a)
pesan, (b) orang, (c) bahan, (d) peralatan, (e) teknik, dan (f) latar atau lingkungan.
sesuatu pengetahuan terbaru kepada siswa dengan jalan mengaitkannya dengan sejumlah
makin jelas tugas guru tidaklah ringan, tetapi merupakan tugas rutin yang merupakan
suatu proses mencakup serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
antara guru dan siswa merupakan suatu keniscayaan. Dalam hal ini, interaksi mempunyai
arti luas, tidak sekadar hubungan antara guru dan siswa, tetapi merupakan interaksi yang
edukatif, di mana di dalamnya terjadi penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang
sedang belajar.
Bagi Entwistle (1981), mengajar merupakan suatu usaha guru dalam mengelola
perhatian dan waktu siswa yang dimulai dari awal sampai akhir di dalam kelas. Peranan
guru dalam mengelola proses belajar mengajar, (dalam Carin, 1997), antara lain adalah
sebagai fasilitator, yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif
belajar dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar agar tujuan
tersebut, bagi guru tidak cukup hanya meningkatkan profesionalisme semata dalam arti
penguasaan keahlian di bidang studi yang diajarkannya, akan tetapi juga dituntut agar
kemampuan profesionalisme guru dalam arti keahlian bidang studi serta kemampuan
menata administrasi penunjang pembelajaran, dapat diprediksi bahwa kinerja guru yang
kinerja guru adalah interaksi antara kemampuan seseorang guru dengan interaksinya
sebagai tenaga pendidik dan pengajar yang dengan kemampuan itu ia dapat mengelola
Mengacu pada dua bidang tugas guru yang dikemukakan serta pandangan atas
kinerja di atas, maka Mitchell (1978) merinci cakupan wilayah kinerja atas 5 faktor
dominan, yakni (a) kualitas kerja, (b) kecepatan dan ketepatan, (c) inisiatif, (d)
kemampuan, dan (e) komunikasi. Selanjutnya, menurut Tollah (1993:78), terdapat tiga
kriteria dasar yang berkaitan dengan kinerja guru, yaitu: (1) proses, (2) karakteristik-
karakteristik guru, dan (3) hasil atau produk yaitu perubahan sikap siswa. Dalam proses
belajar mengajar, kinerja guru dapat dilihat pada kualitas kerja yang dilakukan berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada kompetensi guru yang profesional.
Dalam hal ini, indikator kinerja guru yang lebih gayut dalam tulisan ini adalah seperti
dirumuskan dalam Lokakarya Pendidikan Nasional (Tollah, 1993) yang meliputi: (1)
menguasai bahan, (2) mengelola proses belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4)
menggunakan media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan pendidikan, (6)
merencanakan program pengajaran, (7) memimpin kelas, (8) mengelola interaksi belajar
mengajar, (9) melakukan penilaian hasil belajar siswa, (10) menggunakan berbagai
metode dalam pembelajaran, (11) memahami dan melaksanakan fungsi dan layanan
pembelajaran.
Dalam landasan teori telah dipaparkan bahwa kinerja mutlak dimiliki guru
sekolah menengah atas, agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Kinerja
guru tersebut dapat dilihat dalam lima dimensi yang disertai indikator sebagai berikut:
Indikator:
Indikator:
Indikator:
d. Menciptakan hal-hal yang baru yang lebih efektif dalam menata administrasi
sekolah.
Indikator:
5. Dimensi Komunikasi
Indikator:
Instrumen kinerja ini disusun dalam bentuk kuesioner objektif, di mana kepada
responden akan diberikan beberapa butir soal dengan lima alternatif jawaban.
Selanjutnya responden diminta untuk memilih satu jawaban yang dianggap paling
sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Materi kuesioner disesuaikan dengan kinerja
yang dikaji melalui teori para pakar serta disesuaikan dengan situasi guru sekolah
Tabel 01:
Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru Matematika SMA
Dimensi Indikator Nomor Butir Jumlah
Butir
1. Kualitas Kerja a. Merencanakan program 1,2,3 3
pengajaran dengan tepat;
b. Melakukan penilaian hasil 4,5 2
belajar dengan teliti;
c. Berhati-hati dalam menjelaskan 6 1
materi ajaran;
d. Menerapkan hasil penelitian 7 1
dalam pembelajaran.
2. Kecepatan/Ketepatan a. Menerapkan hal-hal yang baru 8,11,12 3
Kerja dalam pembelajaran
b. Memberikan materi ajar sesuai 9,13,14 3
dengan karakteristik yang
dimiliki siswa
c. Menyelesaikan program 15,16,17,18 4
pengajaran sesuai kalender
akademik
3. Insiatif Dalam Kerja a. Menggunakan media dalam 19,20,21 3
pembelajaran
b. Menggunakan berbagai metode 22,23,24,25 4
dalam pembelajaran
c. Menyelenggarakan administrasi 26,27,28 3
sekolah dengan baik
d. Menciptakan hal-hal yang baru 29,30,31 3
yang lebih efektif dalam menata
administrasi sekolah
4. Kemampuan Kerja a. Mampu memimpin kelas 32,33 2
b. Mampu mengelola insteraksi 34,35,36,37,38 5
belajar mengajar
c. Mampu melakukan penilaian 10 1
hasil belajar siswa
d. Menguasai landasan pendidikan 39 1
5. Komunikasi a. Melakukan layanan bimbingan 40,41 2
belajar
b. Mengkomunikasikan hal-hal 42 1
yang baru dalam pembelajaran
c. Menggunakan berbagai teknik 43,44 2
dalam mengelola proses belajar
mengajar
d. Terbuka dalam menerima 45,46 2
masukan guna perbaikan
pembelajaran
Jumlah 46
I. PENGANTAR
1. Angket ini diedarkan kepada Anda dengan maksud untuk mendapatkan informasi
sehubungan dengan tugas perkuliahan “Psikometrika Pendidikan” di Jurusan
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) Universitas Pendidikan Ganesha
(UNDIKSHA) Singaraja-Bali. Infromasi yang diharapkan disini berkenaan
dengan kinerja guru sekolah menengah atas.
2. Informasi yang diperoleh dari Anda sangat berguna bagi kami untuk belajar
menganalisis tentang kinerja guru sekolah menengah atas.
3. Data yang kami dapatkan semata-mata hanya untuk kepentingan memenuhi tugas
perkuliahan. Untuk itu, Anda tidak perlu ragu untuk mengisi angket ini.
4. Partisipasi Anda memberikan informasi sangat kami harapkan
ALTERNATIF JAWABAN
No Pernyataan
SS S KK K TP
1. Saya menyiapkan rencana
pembelajaran sebelum mengajar √
Keterangan :
SS = Sangat Sering
S = Sering
KK = Kadang-kadang
K = Kurang
TP = Tidak Pernah
Misalkan Anda melakukannya sangat sering kegiatan itu, maka pilihan Anda adalah
memberikan tanda check list pada kolom “SS”. Sebagaimana pada contoh ini.
ALTERNATIF JAWABAN
No Pernyataan
SS S KK K TP
1. Sebelum mengajar saya menyiapkan
rencana pembelajaran.
2. Rencana pembelajaran, saya susun
berdasarkan analisis kemampuan awal
siswa
3. Sebelum memulai pengajaran pada awal
caturwulan, saya mengadakan tes untuk
mengetahui kemampuan awal siswa
4. Menilai pekerjaan siswa saya lakukan
secara obyektif
5. Soal-soal yang saya berikan untuk siswa,
saya mengambilnya dari bank soal yang
sudah ada dan saya sudah pernah ajarkan
6. Dalam menjelaskan materi pembelajaran,
saya sangat hati-hati untuk menghindari
penjelasan konsep yang keliru.
7. Hasil-hasil penelitian tentang perbaikan
pembelajaran yang saya ikuti dalam
seminar dan saya baca, saya terapkan
dalam pembelajaran.
8. Dalam menjelaskan materi pelajaran saya
memberikan contoh-contoh pada
kehidupan riil yang dialami siswa sehari-
hari.
9. Saya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya pada saat
menjelaskan materi.
10. Hasil-hasil pekerjaan siswa yang telah
dinilai, saya kembalikan sebagai balikan
bagi siswa untuk melihat di mana
kelemahannya
11. Saya berusaha memberikan materi
pelajaran yang mengacu pada buku-buku
baru sesuai kurikulum yang berlaku.
12. Saya aktif mengikuti seminar-seminar
pembelajaran untuk saya terapkan dalam
pembelajaran di kelas.
13. Saya menetapkan materi ajaran
berdasarkan karakteristik siswa.
14. Untuk melihat karakteristik siswa, pada
dalam mengajar.
46. Setiap kali ada masukan untuk perbaikan
pengajaran, saya perhatikan dan saya
gunakan dalam proses pembelajaran.
Keterangan:
A = sel yang menunjukkan kedua penilai/pakar menyatakan tidak relevan
B dan C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai/pakar
D = sel yang menunjukkan kedua pakar/penilai menyatakan relevan
D
Validitas.Isi =
A+ B +C + D
40
Validitas.Isi = = 0,869
3 + 1 + 2 + 40
dari hasil perhitungan di atas didapatkan koefisien validitas isi instrumen kinerja
guru matematika adalah 0,869 atau dibulatkan menjadi 0,90
Validitas isi yang dianggap memuaskan menurut Cronbach (1970:135) adalah “yang
tertinggi yang dapat anda peroleh”. Hal ini dipertegas lagi dengan pernyataannya
bahwa koefisien yang berkisar antara 3,0 sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan
kontribusi yang baik terhadap efisiensi suatu lembaga pelatihan (Cronbach,
1970:429).
Dengan demikian validitas isi instrumen kinerja guru dapat dikategorikan
SANGAT MEMUASKAN
b. Validitas Butir
Validitas butir kuesioner kinerja Guru Matematika SMA dipertimbangkan
berdasarkan koefisien korelasi antara skor total dengan skor item. Mengingat
kuesioner Kinerja Guru bersifat non tes, maka statistik korelasi yang digunakan
adalah statistik korelasi product moment (Guilford, 1973:85) sebagai berikut:
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Keterangan:
X = Skor item
Y = Skor Total
N = Jumlah responden
Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga rxy ke tabel r
product moment, dengan ketentuan rxy dikatakan valid apabila rhit > rtabel pada
taraf signifikansi 5%.
Kuesioner kinerja Guru Matematika ini diujicobakan terhadap 30 orang guru
matematika SMA/MA, yaitu: SMAN 1 Sukamulia, SMAN 1 Sikur, SMAN 1
Sakra, SMAN 1 Selong, MA NW Pancor, SMA NW Pancor, dan MA Muallimin
NW Pancor. Perhitungannya menggunakan bantuan program Mikrosoft Excel.
(Hasil perhitungan terlampir).
Tabel 03:
Ringkasan hasil perhitungan uji validitas butir instrumen kinerja guru
No.
r hitung r tabel Keterangan
Item
1 0.592 0.361 Valid
2 0.477 0.361 Valid
3 0.395 0.361 Valid
4 0.477 0.361 Valid
5 0.395 0.361 Valid
6 0.586 0.361 Valid
7 0.638 0.361 Valid
8 0.321 0.361 Drop
9 0.701 0.361 Valid
10 0.653 0.361 Valid
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa item soal yang valid sebanyak 40 item
soal, yaitu : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23,
25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, dan 46.
Sedangkan item soal yang dinyatakan tidak valid (drop) sebanyak 6 item soal
yaitu butir nomor: 8, 18, 24, 29, 31, dan 37
r11 =
2 2
(
k SDt − ∑ SDi )
k − 1 SDt2
Keterangan:
k = banyaknya butir tes
SDt2 = Varian skor total
SDi2 = Varian skor butir ke-i
Perhitungannya dengan menggunakan bantuan program Mikrosoft Excel. (Hasil
perhitungan terlampir)
Tabel 04: Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Butir
Intrumen Kinerja Guru Matematika
Jumlah Varian Total Varian Butir
∑ SD
Butir 2 2 2
(k) ( SD t ) ( SDi ) i
0.82
0.71
0.81
0.67
1.17
1.58
0.82
0.71
0.81
0.82
0.81
0.81
0.71
0.81
0.82
0.71
0.81
0.70
0.81
Nilai yang diperoleh dari tabel di atas, dimasukkan ke dalam rumus Alpha
Cronbach :
r11 =
2
(
k SDt − ∑ SDi
2
)
k − 1 SDt2
40 565.77 − 35.11
r11 = = 0.96
40 − 1 565.77
Dari hasil perhitungan di atas didapat r11 = 0,96 dengan menggunakan kriteria derajat
reliabilitas alat ukur yang digunakan yaitu: kriteria yang dibuat oleh J. Guilford
(1973), sebagai berikut:
r11 ≤ 0,20 derajat reliabilitas Sangat Rendah
0,20 ≤ r11 ≤ 0,40 derajat reliabilitas Rendah
0,40 ≤ r11 ≤ 0,60 derajat reliabilitas Sedang
0,60 ≤ r11 ≤ 0,80 derajat reliabilitas Tinggi
0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 derajat reliabilitas Sangat Tinggi
Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa reliabilitas alat ukur yang digunakan tersebut
dikategorikan SANGAT TINGGI.