Anda di halaman 1dari 7

KITAB ILMU

Oleh: Ust.Abu Fairuz Ahmad Ridwan Al-Medani

DEFINISI ILMU, KEDUDUKAN,KEUTAMAAN DAN HUKUM MENUNTUTNYA


A. DEFINISI ILMU
Menurut bahasa al-Ilmu adalah kebalikan dari al-jahlu, ilmu yaitu mengetahui ses
uatu sesuai dengan keadaan sebenarnya.al-ilmu dapat pula didefenisikan dengan al
-marifah yang maknanya pengetahuan, lawan dari dari kejahilan.
Adapun ilmu syariy jika disebutkan maka maknanya adalah ilmu yang telah diturunk
an Allah kepada Rasulnya, berupa penjelasan dan hidayat( petunjuk ke jalan yang
lurus. Ilmu inilah yang disebutkan sebagai warisan para Nabi dalam sabda Rasulul
lah saw: Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham kepada umatnya
, namun mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil warisan tersebu
t telah mengambil bagian terbanyak.(HR Abu Daud, dan Tirmizi)
B. KEDUDUKAN ILMU SYARIIY DAN ILMU-ILMU UMUM
Menurut Ibn Abdul Barr Kata ilmu maupun fikih yang terdapat dalam hadis-hadis Ra
sulullah saw maka tidak lain maknanya melainkan ilmu syariat atau hadis-hadis Ra
sulullah.
Ilmu seperti ini mendapat pujian tertinggi dalam mempelajari dan mengajarkannya.
Bersabda Rasulullah saw:Barang siapa yang Allah ingginkan kebaikan bagi dirinya
maka Allah akan bimbing untuk mempelajari agama.(HR.Bukhari dan Muslim).
Berkata syeikh Muhammad Sholeh Al-Utsaimin:Maka ilmu syariy lah yang mendapat pu
jian bagi orang yang yang mempelajari dan mengajarkannya.
Walaupun demikian aku tidak mengingkari adanya manfaat pada ilmu-ilmu lainya, te
tapi manfaatnya terkait dengan dua hal, pertama jika ilmu ini dapat membantu seg
ala aktifitas yang mendukung perbuatan taat dan membela agama Allah,kedua jika i
lmu ini berguna untuk hamba-hamba Allah, dan padanya terdapat kebaikan dan kemas
lahatan.
Bahkan hukum mempelajarinya bisa menjadi wajib jika memang dibutuhkan dan dalam
rangka mempersiapkan diri sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam Alquran: Dan s
iapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu mengget
arkan musuh Allah, (QS. 8:60)
Sebagian ulama menyebutkan bahwa mempelajari tekhnik industri adalah fardhu kifa
yah, sebab manusia terus menerus akan membutuhkan alat-alat produksi untuk sanda
ng-pangan dan kebutuhan lainnya, jika tidak ada yang memproduksi berbagai kebutu
han ini maka hukum mempelajarinya menjadi fardhu kifayah. Ini masih dalam perdeb
atan dikalangan ulama syariiy yang berijtihad dari dari pemahaman terhadap Alqur
an dan Sunnah. Adapaun selain kebutuhan ini maka ilmu umum bisa menjadi sarana k
ebaikan,atau keburukan, karena itu hukumnya terkait dengan tujuan apa mempelajar
inya.
C. KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
Allah, swt telah memuji ilmu dan orang-orang yang berilmu, Bahkan Allah telah me
merintahkan para hamba-Nya untuk menuntut ilmu dan berbekal dengannya dalam bany
ak ayat dan hadis.
ilmu adalah amalan termulia dibandingkan amal soleh lainnya, dan digolongkan seb
agai ibadah yang paling tinggi nilainya dibandingkan ibadah sunnah lainnya, seba
b menuntut ilmu dianggap jihad fi sabilillah. Agama Allah ini hanya dapat tegak
dengan dua perkara:
1.ilmu dan burhan.
2.jihad, berperang dan dengan pedang.
Berkata syeikh Muhammad al-Utsaimin:dua hal ini harus ada, tanpa keduanya Agama
Allah tidak akan dapat tegak dan menang. perkara pertama harus didahulukan dari
yang kedua.
Karena itulah Nabi tidak pernah memerangi suatu kaum hingga telah sampai kepada
mereka dakwah agama Allah. Dengan demikian ilmu harus lebih dahulu tegak sebelum
perang.
Dan diantara keutamaan menuntut ilmu, antara lain:
1. ilmu adalah warisan para Nabi, walaupun kita hidup diabad ke 15 H, selama kit
a memiliki ilmu kita akan beruntung dengan mendapatkan warisan dari para Nabi.
2. ilmu akan tetap berkekelan, sementara harta akan punah. Lihatlah kondisi Abu
Hurairah yang fakir diantara para sahabat,bahkan dia pernah jatuh karena kelapar
an, namun namanya akan tetap disebut hingga sekarang dengan hadis-hadisnya yang
tersebar. dalam sebuah hadis yang sahih:Jika anak adam meninggal dunia maka terp
utuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal:sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat d
an anak soleh yang mendoakan orang tuanya.(HR Muslim).
3. para ulama adalah salah satu dari ulil amri yang wajib kita taati disamping p
enguasa kita. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan
ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. (QS. 4:59).
Penafsiran ulul amri di sini mencakup para penguasa dan ulama serta para penuntu
t ilmu, sebab tugas penuntut ilmu adalah untuk menjelaskan syariat Allah dan men
dakwahi manusia untuk menengakkannya, sementara tugas para penguasa adalah menja
lankan syariat Allah dan menerapkannya dikalangan pada sekalian rakyatnya.
4. penuntut ilmu adalah orang-orang yang turut bersaksi atas kemahaesaan Allah.
Bahkan Allah sejajarkan kesaksian mereka disamping kesaksian Allah dan para mali
kat-Nya. Allah berfirman: Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak dis
embah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 3:18).
5. para penuntut ilmu dan ulama adalah orang-orang yang akan tetap selalu menega
kkan agama Allah hingga hari kiamat. Rasulullah bersabda: Barang siapa yang Alla
h ingginkan kebaikan baginya Allah akan bimbing untuk mempelajari agama, sesungg
uhnya aku hanyalah membagi dan Allahlah Sang Pemberi, akan tetap ada sekelompok
dari Ummat yang tegak diatas agama Allah, tidak akan dapat dimudaratkan orang-or
ang yang menyelisihi mereka hingga datang urusan Allah(hari kiamat.pent)( Hr.Buk
hari). Berkata Imam Ahmad mengomentari siapa kelompok ini:Jika mereka bukan Ahli
hadis maka aku tidak tahu lagi siapa mereka. Berkata Al-Qadhi Iyadh:Maksud Ahma
d tentang kelompok tersebut adalah Ahlus sunnah dan yang bermazhab dengan mazhab
nya Ahli Hadis.
6. Nabi tidak pernah memberikan motifasi agar orang merasa cemburu dengan nikmat
yang diberikan kepada selain dirinya kecuali dalam dua hal:cemburu terhadap ora
ng yang diberikan ilmu dan dapat mengamalkannya.kedua, kepada orang berharta yan
g menafkahkan hartanya untuk Islam. Rasulullah bersabda: Tidak boleh merasa iri
kecuali dalam dua hal: kepada seorang lelaki yang diberikan harta dan dapat digu
nakannya untuk kebenaran,serta kepada seseorang yang diberikan hikmah dan dia da
pat mengajarkannya.Hr. Bukhari).
7. Sabda Rasulullah saw: perumpamaan diutusnya aku dengan membawa petunjuk dan i
lmu, seperti hujan yang turun dan membasahi tanah, ada jenis tanah yang subur da
pat menyerap air,dan menumbuhkan rerumputan yang banyak, ada pula jenis tanah ya
ng dapat menahan air hingga keberadaannya dapat bermanfaat bagi manusia, mereka
dapat meminumnya, memberikannya kepada ternak mereka dan mengalirkannya untuk ta
nam-tanaman, jenis lain adalah tanah gersang yang tidak dapat menahan hujan dan
tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, perumpamaan ini ibarat orang yang menger
ti agama Allah dan bermanfaat baginya apa yang kubawa, dia berilmu dan mengajark
an ilmunya, adapun perumpamaan lain adalah perumpamaan orang sombong yang tidak
mau mengangkat kepalanya untuk tunduk , dan tidak mau menerima petunjuk Allah ya
ng kubawa. (HR. Bukhari).
8. menuntut ilmu adalah jalan menuju surga, sebagimana sabda Rasulullah saw: Bar
ang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan bagin
ya jalan kesurga.(Hr.Muslim).
9. ilmu ibarat cahaya yang dapat menerangi jalan seorang hamba. Dengan ilmu dia
dapat megetahui bagaimana menyembah Rabbnya, bagaimana cara berinteraksi dengan
manusia, dengan itu seluruh jalan hidupnya ditempuh diatas ilmu dan keyakinan.
10. seorang yang berilmu dapat menerangi manusia lainnya dan menunjukkan mereka
jalan kebaikan di dunia dan akhirat, sebagaimana kisah seorang Bani Israel dalam
sahih Bukhari dan Muslim yang membunuh 99 jiwa, ketika dia inggin tobat segera
menemui seorang Ahli ibadah menanyakan apakah masih ada baginya peluang bertauba
t? Namun Ahli ibadah ini menyatakan bahwa tidak ada baginya pintu taubat, maka s
egera orang tersebut membunuhnya dan menggenapkan orang yang dibunuhnya menjadi
100. setelah itu dia minta ditunjukkan seorang yang berilmu, maka setelah bertem
u, orang berilmu tersebut memberitahukan bahwa pintu taubat masih terbuka lebar
untuknya, setelah itu dia menganjurkan agar lelaki ini hijrah meninggalkan neger
inya menuju negeri tempat orang-orang yang soleh, hingga akhirnya dia meninggal
di pertengahan jalan dan masuk surga.
Lihatlah beda antara orang alim dengan ahli ibadah yang jahil ini. 11. Allah aka
n mengangkat derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan akhirat sesuai dengan
apa yang mereka perbuat. Allah berfirman: niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beber
apa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 58:11)
D.HAKIKAT ILMU
Dalam Sahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Abdullah bin Amr pernah meriwaya
kkan sabda Rasulullah yang berbunyi:Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu
sekaligus dari dalam dada manusia, namun Allah akan mencabut ilmu dengan mewafat
kan para ulama, jika tidak ada lagi yang berilmu maka orang-orang akan mengangka
t para pemimipin yang jahil yang menjadi bahan rujukan mereka untuk bertanya, ma
ka mereka dengan gampang memberikan fatwa tanpa ilmu hingga akhirnya mereka sesa
t dan menyesatkan. Ketika Ubadah bin Shomit ditanyakan tentang ilmu apa yang per
tama diangkat, maka beliau menjawab: Yaitu kekhusyukan (rasa takut.pent}.
Ubadah mengatakan hal ini karena ilmu itu terbagi dua: pertama, ilmu yang membua
hkan hasil dalam hati manusia berupa mengenal Allah, nama-nama dan sifat-sifatny
a, perbuatan-perbuatannya yang membuat hamba dipenuhi rasa takut pada-Nya, rasa
hormat, cinta, harap, dan tawakkal.
Inilah yang disebut dengan ilmu yang bermanfaat dan inilah yang dikatakan Ibnu M
asud:sebagian orang membaca Alquran tetapi tidak melebihi dari kerongkongan mere
ka, jika ilmu menetap di dalam dada dan menghujam itulah ilmu yang bermanfaat. B
erkata Al-Hasan:ilmu itu ada dua, yaitu ilmu yang dipebincangkan dengan lidah, m
aka itu akan menjadi hujjah atas anak Adam, sebagaimana dalam hadis: Alquran itu
dapat menjadi hujjah untukmu atau sebaliknya menghujatmu. Kedua, ilmu yang terh
ujam didada, dan itulah Ilmu yang bermanfaat. inilah ilmu yang pertama kali akan
diangkat, hingga tinggallah ilmu di lidah yang sekedar diperbincangkan tanpa pe
ngamalan, baik dari orang yang menuntutnya apa lagi selain mereka, setelah itu i
lmu dan para pemiliknya ini pun akan diangkat hingga terjadilah kiamat pada masa
manusia yang paling bejat.
Karena itu hakikat ilmu adalah yang dapat melahirkan rasa takut kepada Allah. Be
rkata Ibnu Masud-semoga Allah meridhoinya-:bukanlah ilmu itu yang paling banyak
mengumpulkan hadis, tetapi hakikat ilmu itu adalah yang melahirkan rasa takut. B
erkata imam Malik:Hikmah dan Ilmu itu adalah cahaya yang Allah tunjuki dengannya
siapa-siapa yang Dia kehendaki, bukan dengan banyak menguasai permasalahan.
E. HUKUM MENUNTUT ILMU
Berkata syeikh Muhammad al-Utsaimin:Hukum menuntut ilmu syariy adalah fardhu kif
ayah, jika ada yang mempelajarinya maka sunnah hukum mempelajarinya bagi yang la
in. Meskipun demikian terkadang hukumnya bisa berubah menjadi wajib bagi seseora
ng (fardhu ain), yaitu ketika sesorang tidak dapat melaksanakan suatu ibadah ata
upun muamalah tanpanya, maka dalam kondisi ini wajib hukumnya untuk belajar baga
imana caranya beribadah menyembah Allah, dan bagaimana cara menjalankan suatu je
nis muamalah yang inggin dikerjakannya. Adapun selain itu maka hukumnya adalah f
ardhu kifayah. Seorang penuntut ilmu harus merasa bahwa dia sedang mengerjakan s
uatu fardhu kifayah ketika dia menimba ilmu agar mendapatkan ganjaran pahala waj
ib dengan menunut ilmu.
Tidak diraggukan lagi menuntut ilmu adalah amalan yang termulia bahkan dianggap
jihad fi sabilillah. Apalagi di zaman sekarang ini ketika segala macam bentuk bi
dah merajalela dalam masyarakat Islam, ditambah lagi munculnya orang-orang yang
menduduki posisi sebagai pemberi fatwa padahal dirinya miskin ilmu, dan banyakny
a orang-orang yang memperdebatkan masalah agama, tiga hal inilah yang membuat wa
jib hukumnya bagi para pemuda untuk berusaha menimba ilmu.
Pertama: bidah yang telah menampakkan kejelekannya.
Kedua: munculnya orang-orang yang duduk memberikan fatwa tanpa ilmu. Ketiga: ban
yaknya perkara-perkara yang diperdebatkan orang-orang jahil, padahal hal tersebu
t telah jelas hukumnya bagi para ulama, namun masih ada yang tetap keranjingan m
emperdebatkannya.
Karena itu kita benar-benar butuh kepada orang-orang yang dalam ilmunya dan luas
wawasannya, kepada orang-orang yang benar-benar mumpuni dalam agama Allah, kepa
da orang-orang yang mengerti hikmah dalam mengarahkan manusia. Sebab di zaman in
i banyak orang yang berilmu dalam beberapa masalah tetapi tidak pernah tergerak
untuk memperbaiki manusia, bahkan jika mereka berfatwa malah menjadi sarana memb
uka pintu fitnah yang sangat besar dan luas yang hanya Allah jua yang mengetahui
nya.
ADAB DALAM MENUNTUT ILMU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENDUKUNG SESEORANG UNTUK
MEMPEROLEH ILMU,KESALAHAN-KESALAHAN PENUNTUT ILMU
A.ADAB MENUNTUT ILMU
Seorang penuntut ilmu harus menjalankan adab-adab dalam menuntut ilmu antara lai
n:
1. mengikhlaskan niat karena Allah semata. Maka barang siapa yang menuntut ilmu
agama dengan tujuan untuk mendapatkan ijazah, gelar dan kedudukan semata, berart
i dia termasuk dalam golongan yang diancam Rasulullah saw dalam sabdanya:Barang
siapa yang menuntut ilmu yang dengannya dicari wajah Allah swt, tetapi dia menun
tutnya hanya untuk mencari kenikmatan dunia tidak akan mencium bau surga pada ha
ri kiamat.Hr. Ahmad, Abu daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Abi Syaibah).
2. berniat mengentaskan kebodohan dari dirinya dan orang lain. Sebab tabiat dasa
r manusia adalah jahil. Allah berfirman:Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut i
bumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran
, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. 16:78). ketika seseorang telah
berilmu, maka hendaklah dia berusaha mengganggkat kebodohan yang ada pada umatn
ya. Berkata Imam Ahmad: ilmu itu tidak ada bandingannya jika benar niat seseoran
g dalam menuntutnyaditanyakan padanya bagimana niatnya? Dia berkata: hendaklah d
ia berniat mengangkat kebodohan yang ada padanya dan orang lain.
3. berniat untuk membela syariat Islam dari berbagai bentuk penyimpangan.
4. tawadhu (merendah diri) dan tidak bersikap bangga, atau mengklaim dirinya tel
ah berilmu. Berkata Ibnu Abdul Bar: Adab penuntut ilmu yaitu tidak membanggakan
dan mengklaim apa-apa yang sebenarnya tidak dkuasainya,dan tidak berbangga denga
n apa yang dia kuasai...
5. berlapang dada dalam menyikapi perbedaan dalam masalah-masalah khilafiyyah ya
ng memang dibolehkan berijtihad. Jangan sampai masalah-masalah khilafiyyah membu
at para penuntut ilmu berpecah belah dan berkelompok-kelompok.
6. mengamalkan ilmu yang dipelajari. Seorang penuntut ilmu harus mengamalkan seg
ala yang dia pelajari baik dalam bentuk aqidah, ibadah, akhlak, adab, dan muamal
ah. Karena sebanarnya inilah buah dari menuntut ilmu.
7. mendakwahi manusia dengan ilmu yang ada padanya dimanapun dia berada.
8. bijaksana(hikmah) dalam bersikap.
9. bersabar dalam menunut ilmu, tidak cepat putus asa maupun bosan.
10. menghormati ulama dan mengakui kedudukan mereka. Berkata ibnu Abdul Bar: dir
iwayatkan bahwa Ali bin Abi Talib berkata:kewajibanmu terhadap gurumu adalah: me
mberi salam kepadanya secara khusus dan kepada orang yang hadir secara umum, hen
daklah engkau duduk dihadapannya dengan sopan, jangan memberi isyarat dengan mat
amu atau menunjuk dengan tanganmu, jangan kau tarik bajunya atau kau paksa dia m
enjawab pertanyaanmu, jangan kau katakan bahwa si fulan menyelisihi pendapatmu,
dan hendaklah engkau memuliakannya. Berkata Ayyub ibnu Alqurbah: yang paling pan
tas engkau muliakan tiga jenis manusia, para ulama, para ikhwan dan para penguas
a.
11. diam terhadap pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya dengan mengatakan:la ad
ri(aku tidak tahu)tanpa harus malu untuk mengatakannya. Berkata ibnu Masud: Waha
i manusia barang siapa yang mengetahui sesuatu maka hendaklah dia katakan, dan b
arang siapa yang tidak mengetahui maka hendaklah mengatakan: Allahu alam, sebab
bagian dari ilmu itu adalah perkataan seseorang terhadap apa yang tidak diketahu
inya: Allahu aalam.
12. mengerti dimana harus menempatkan ilmunya. Imam Syubah pernah berkata: Al-Am
asy melihatku memberikan hadis kepada sekelompok orang maka dia segera berkata p
adaku:Sungguh sial engkau wahai Syubah bagiamana akan kau gantungkan permata dil
eher babi-babi ?. Dari Rubah ibn al-Ajjaj dia berkata: aku mendatangi An-Nassaba
h al-Bakri, maka dia berkata padaku:apakah engkau termasuk kelompok orang-orang
yang jika aku diam mereka tidak bertanya padaku, tetapi jika aku berkata-kata me
reka tidak paham apa yang kukatakan?aku menjawab: Semoga aku tidak termasuk kelo
mpok tersebut
13. berpegang teguh dengan Alquran dan Sunnah.
14. selalu bersikap hati-hati dalam menerima atau menukil berita, dengan mengece
k kebenarannya terlebih dahulu.
15. berupaya untuk memahami maksud dari kalam Allah dan perkataan Rasulullah saw
.
B.FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG SESEORANG UNTUK MENDAPAT ILMU
1. Taqwa. Allah berfirman: Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Al
lah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesala
han-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang bes
ar. (QS. 8:29)
maksudnya dengan taqwa Allah akan memberikan kepada kalian Furqan yaitu hal yang
membedakan antara yang haq dan yang batil. Dan yang dapat membuat seorang mampu
membedakan antara yang haq dan yang batil tidak lain adalah ilmu. Karena itu ta
qwa adalah salah satu penyebab kuatnya pemahaman, nalar dan hafalan. syafiI rahi
mahullah:Aku melapor kepada Waki tentang kesulitan menghafal,maka beliau memerin
tahkan aku untuk meninggalkan kemaksiatan, dia memberitahukanku bahwa ilmu itu a
dalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang banyak mak
siat.
2. konsisten dan berjibaku untuk mendapatkan ilmu, berusaha tetap menjaganya. Se
bab ilmu tidak akan didapat dengan berleha-leha ataupun dengan kesombongan. Pern
ah ditanyakan kepada ibnu Abbas apa kiat-kiat berhasil mendapatkan ilmu? Maka di
a menjawab:dengan banyak bertanya, hati selalu berpikir dan diri yang tidak pern
ah bosan. ibnu Abbas menceritakan perihal dirinya:Jika aku mendengar sebuah hadi
s dari seseorang maka segera kudatangi pintu rumahnya-sementara dia sedang tidur
siang-aku bentangkan selendangku didepan pintunya sambil duduk menunggunya, pad
ahal angin berhembus membawa debu-debu ke bajuku. Ketika dia keluar rumah dia ka
get melihatku dan berkata:Wahai anak paman Rasulullah apa yang membuatmu datang
ke sini?kenapa tidak kau kirim seseorang memberitahukanku agar aku mendatangimu?
Maka kujawab:Aku lebih layak untuk mendatangimu, maka segera kutanyakan padanya
tentang hadis tersebut. Dengan tawadhu terhadap ilmu inilah akhirnya ibnu Abbas
diangkat derajatnya dan dimuliakan.
3. rajin menghafal. Seorang penuntut ilmu harus rajin belajar dan menghafal pela
jarannya ataupun mencatat ilmu yang telah didapatnya. Sebab tabiat manusia adala
h pelupa, jika tidak rajin menghulang hafalan dan mentelaah kembali apa yang tel
ah didapat ilmu akan segera hilang dan dilupakan. Berkata imam SyafiI dalam syai
rnya:Ilmu itu ibarat buruan,dan tulisan itu adalah pengikatnya, maka ikatlah bur
uan yang telah kau dapatkan dengan tali yang kuat. Adalah suatu kebodohan jika e
ngkau berhasil berburu rusa kemudian egkau tinggalkan begitu saja ditengah-tenga
h manusia tanpa pengikat.cara lain untuk mengingat ilmu adalah dengan mengamalka
nnya.
4. selalu bermualazamah(menghadiri majlis)para ulama. Seorang penutut ilmu harus
memohon pertolongan dari Allah kemudian menghadiri majlis para ulama dan berusa
ha memanfaatkan buku-buku mereka. Sebab menuntut ilmu dengan hanya sekedar memba
ca membutuhkan waktu yang lama dan tidak efesien.

C.KESALAHAN-KESALAHAN YANG HARUS DIHINDARI PENUNTUT ILMU


Ada beberapa point penting yang harus dihindari para penuntut ilmu, antara lain:
1. sifat hasad(dengki). Yaitu merasa benci dengan kelebihan yang Allah berikan k
epada orang lain,apalagi jika berkeingginan agar nikmat tersebut hilang dari ora
ng yang diberi kelebihan. Dalam sebuah hadis disebutkan kiat membendung sifat ha
sad dalam sabdanya:Jika engkau merasa muncul hasad dalam hatimu maka jangan mela
mpaui batas.yaitu dengan mengambil tindakan baik dalam bentuk perkataan maupun p
erbuatan yang dapat merugikan orang tersebut.adapun bahaya dengki sebagai beriku
t:
a. akan memusnahkan kebaikan sebagaimana api memusnahkan kayu baker.
b. menentang takdir Allah swt, seolah dia mengatakan bahwa Allah tidak tepat dal
am menempatkan karunia-Nya.
c. perasaan dendam dan benci yang akan menyempitkan dada orang yang mendengki. S
etiap kali melihat kenikmatan yang diberikan kepada orang yang didengkinya maka
dia semangkin terbakar emosi dan sakit hati, terasa sempit baginya dunia.
d. dengki adalah sifat orang Yahudi. Padalah kita diperintahkan untuk tidak meny
eruai orang kafir.
e. betapapun hebat rasa dengki seseorang, namun hakikatnya tidak akan dapat meng
angkat kenikmatan yang ditakdirkan Allah terhadap orang yang didengkinya.
f.dengki membuat seorang lupa untuk berdoa kepada Allah agar diberikan karunia-N
ya.
g. dengki membuat seorang manusia menggangap hina dan rendah karunia yang dilimp
ahkan Allah padanya.
2. berfatwa tanpa ilmu. Fatwa memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama ini. Se
orang yang berfatwa dapat menunjuki manusia perkara agama mereka, dan menunjuki
mereka kejalan yang lurus, karena besarnya kedudukan ini tidak layak jika yang m
endudukinya orang yang tidak memiliki kemampuan. Setiap orang hendakklah bertaqw
a kepada Allah dan tidak berkata-kata dalam agama ini kecuali diatas ilmu dan ba
shirah.
3. sombong. Nabi saw bersabda: Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan m
anusia. Diantara bentuk kesombongan yaitu tidak menerima kebenaran dari orang ya
ng lebih rendah kedudukannya.
4. fanatik kepada mazhab maupun pendapat tertentu. Tidak selayaknya seorang penu
ntut ilmu fanatik buta terhadap satu kelompok, mazhab, ataupun partai tertentu.
Cirri-ciri taassub terhadap satu kelompok adalah ketika segala bentuk wala wal b
ara(loyalitas dan berlepas diri) di ikat dan diberikan hanya kepada kelompok ter
tentu. Salafus salih tidak memiliki ahzab(partai-partai, sekte maupun kelompok-k
elompok, sebab mereka hanya mengenal satu jalan dan satu hizib, mereka berkumpul
dibawah firman Allah swt:Dan dialah yang memberikan nama kalian dengan gelar ka
um muslimin.(al-haj: 78). Maka tidak benar adanya bentuk perpecahan di tubuh uma
t ini menjadi kelompok-kelompok yang saling berselisih, tidak ada bentuk loyalit
as kecuali dengan apa-apa yang terdapat di dalam Alquran dan Sunnah.
5. berani tampil sebelum layak tampil. Seseorang yang nekat mempopulerkan diri t
ampil kedepan, padahal tidak memiliki kemampuan , menunjukkan bahwa: 1. kagum te
rhadap dirinya, sebab ketika tampil kedepan dia melihat dirinya telah menjadi se
orang alim besar.2. menunjukkan kebodohannya, bahwa dia tidak bisa apa-apa, apal
agi ketika orang-orang mendebatnya dan mempertanyakan padanya masalah-masalah ya
ng menelanjagi siapa dirinya sebenarnya.3. orang yang telah ditokohkan dan tampi
l kedepan biasanya tidak mau lagi menerim kebenaran. Sebab anggapannya jika dia
tunduk dan menerima perkataan orang lain walaupun haq, hal itu menunjukkan bahwa
dirinya bodoh.
6. suuzzhan (berburuk sangka). Sikap berburuk sangka tidak layak dimiliki seoran
g penuntut ilmu, seperti perkataan seorang: orang ini bersedekah karena riya, pe
rtanyaan ini sengaja dilontarkannya supaya dikenal bahwa dia memiliki ilmu dan s
ebagainya. Jika mendengar tentang seseorang berita yang miring maka hendaklah di
chek terlebih dahulu kebenarannya, ditanyakan, di diskusikan, jangan-jangan dia
yang benar dan anda yang salah.

PENUTUP Inilah sekelumit tentang anjuran menuntut ilmu,keutamaan,adab,dan hal-ha


l lain yang berkaitan dengan masalah ilmu, semoga bermanfaat dan menjadi pemacu
bagi kita untuk mempelari agama Allah yang lurus ini, amin.
DAFTAR REFERENSI
1.Kitab Al-Ilm karya Syeikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin Rahimahullah.
2.Kitab Al-Majmu Syarh Al-Muhazzab karya Imam An-Nawawi -Rahimahullah.
3. Jami Bayan Al-Ilmi Wa Fadhlihi karya Al-Hafiz Ibnu Abdul
Barr-rahimahullah. 4. Tazkiyatun Nufus karya Dr. Ahmad Farid.

Anda mungkin juga menyukai