document
title]
UU BPHTB UU PDRD
Perolehan atas tanah baik itu melalui perpindahan hak, atau pun perolehan hak baru
dikenakan BPHTB. Implikasi dari perolehan ini dilanjutkan dengan pendaftaran tanah pada
Badan Pertahanan Nasional (BPN). Tujuan dari pendaftaran tanah ini menurut pasal 19 Undang-
Undang no 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (atau selanjutnya
disebut UU PA) adalah Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan UU PDRD, UU BPHTB, dan UU PA, pada saat perolehan hak untuk sebuah
objek bumi dan atau bangunan maka untuk objek tersebut terdapat biaya-biaya yang harus
dibayar. Antara lain BPHTB berdasarkan UU BPHTB/UU PDRD, dan biaya pendaftaran tanah.
Biaya tersebut dibebankan kepada penerima perolehan hak guna memperoleh hak atas tanah.
Selain biaya tersebut pada perolehan hak yang diperoleh melalui jual beli ada biaya lain
yang dikenakan atas transaksi tersebut, yaitu PPH final atas pendapatan yang diperoleh dari hasil
penjualan tanah dengan tarif sebesar 5% dari harga jual yang dibebankan kepada penjual tanah.
Pengenaan PPh final ini berkaitan dengan Pasal 4 Undang-Undang no 36 Tahun 2008 tentang
perubahan keempat atas Undang-Undang no 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(selanjutnya disebut UU PPh). Sehingga yang termasuk dalam objek PPh Final antara lain :
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan;
dan
e. Penghasilan tertentu lainnya,
Oleh karena itu pada objek yang sama dikenakan 2-3 macam biaya, yaitu biaya BPHTB,
biaya pendaftaran tanah, dan untuk jual beli terdapat juga PPh final.
B. Abstrak
Belum buat
C. Batasan
1. BPHTB untuk perolehan baru
2. Biaya Perolehan Baru
3. Double Taxes dan Keadilan Pemajakan untuk satu objek yang dipungut berkali-kali
4. Kepastian Hukum
BAB II
PERMASALAHAN
A. Permasalahan
Dalam sebuah peristiwa perolehan hak terjadi 2-3 biaya yang perlu dibayarkan baik oleh
penjual maupun pembeli kepada pemerintah. Padahal biaya yang dikeluarkan tersebut untuk
objek yang sama.
Permasalahannya adalah kenapa harus ada 3 pembayaran lain untuk sebuah transaksi
terhadap objek yang sama, sehingga hal ini dirasa merupakan ketidakadilan bagi subjek yang
dikenakan.
Selain itu 3 jenis pembayaran ini juga turut menjadi sistem yang menyulitkan dan sulit
memberikan kepastian hukum. Kerancuan kepastian hukum ini dapat terjadi apabila pada suatu
daerah yang memiliki kebijakan tidak menerapkan BPHTB sedangkan seorang PPAT hanya dapat
menandatangani akta jual beli jika telah ada bukti Surat Setoran Bea yang sudah dibayarkan
subjek yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
Kebijakan tidak menerapkan BPHTB dapat terjadi sesuai dengan UU PDRD pasal 2 ayat 4.
Pajak-pajak Daerah dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang ataupun karena kebijakan
lain yang diterapkan dengan peraturan daerah.
BAB III
PEMBAHASAN
Pungutan kedua adalah adanya biaya pendaftaran tanah dalam rangka pendaftaran tanah
setelah diperolehnya Hak atas Tanah. Biaya Pendaftaran tanah ini mengacu pada UU no 5 Tahun
1960( UU PA), Peraturan Pemerintah no 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dan
Peraturan Kepala BPN no 2Tahun 1992 tentang Biaya Pendaftaran Tanah.
Biaya pendaftaran tanah meliputi :
1. Biaya Pembuatan Sertifikat
2. Biaya Pendaftaran Peralihan Hak ( 0,25% dari Harga Jual Beli)
3. Biaya Memperoleh Keterangan (opsional)
4. Biaya Pembuatan kutipan dan salinan (opsional)
5. Biaya Lain-Lain (opsional)
Kedua pungutan di atas dibayar oleh penerima hak perolehan Atas tanah atau dalam hal
jual beli kedua pungutan tersebut dibayar oleh pembeli. Sedangkan untuk perolehan yang
melibatkan adanya keuntungan uang bagi penjual, maka dikenakan pula pajak penghasilan Final
(PPh Final) berdasarkan pasal 4 UU PPh (UU no 36 tahun 2008).
Besarnya PPh Final adalah 5% dari NPOP. NPOP dapat diperoleh dari harga jual beli, nilai
pasar (untuk tukar tambah), atau NJOP jika harga jual beli dan nilai pasar berada di bawah
NJOP. Pengenaan PPh Final ini dibebankan kepada penerima keuntungan dalam hal ini penjual
tanah dan atau bangunan.
PPh Final = 5% x NPOP
Dari ketiga pungutan tersebut terlihat bahwa untuk transaksi yang sama ada 2 sampai 3
pungutan. Pungutan BPHTB dan biaya pendaftaran pungutannya dibebankan kepada subjek
yang sama untuk objek yang sama untuk memperoleh ataupun mendaftarkan hak atas tanah.
Sedangkan PPh Final ditagihkan kepada penjual untuk objek penjualan yang sama pula.
Sehingga terlihat bahwa terjadinya pajak ganda untuk objek yang sama.
Namun jika ditilik secara hukum pungutan ini bukanlah pungutan berganda. Karena dasar
untuk pengenaan pungutan tersebut menyangkut peristiwa-peristiwa hukum yang berbeda.
1. Pengenaan BPHTB terjadi karena adanya peristiwa Perolehan Hak yang diterima oleh
penerima perolehan hak.
2. Pengenaan Biaya Pendaftaran terjadi karena adanya pendaftaran baik itu baru ataupun
pendaftaran karena pengalihan hak.
3. Pengenaan PPh Final terjadi karena peristiwa hukum yang berkenaan dengan Pasal 4
UU PPh dimana adanya pendapatan dari penjualan harta tanah dan atau bangunan.
Jadi secara kasat memang terlihat bahwa pengenaan pungutan dan pajak atas objek telah
terjadi pajak berganda. Namum secara hukum, pengenaan pungutan dan pajak tersebut terjadi
atas peristiwa-peristiwa hukum yang berbeda