Anda di halaman 1dari 10

BAB I

IDENTIFIKASI MASYARAKAT

1.1 Karakekteristik Rhodesia Utara


1.1.1 Karakteristik Geografi
Karakteristik kondisi geografis wilayah Rhodesia meliputi :
1. Berupa daratan tinggi ini membuat pengobatan menjadi lebih sulit karena
penduduk harus berjalan cukup jauh sekitar 5 Km untuk mencapai daerah
pengoabatan, ini menjadi salah satu kendala pada program / proyek ILA VD
2. Daerah dataran tinggi tersebut terletak antara sungai Kafue yang rawan banjir
pada musim hujan dan daerah semak semak yang terdapat banyak lalat tse-tse.
1.1.2 Karakteristik Demografi
Karakteristik demografi dari wilayah Rhodesia adalah :
1. Di tepi sungai Kafue, hidup sebuah suku kecil bernama
Ba-Ila
2. Suku Ba-Ila adalah kaum terbelakang dan selalu dicatat karena kemampuan
mereka sebagai pejuang dan kekayaan mereka pada sapi.
3. Tingkat kelahiran suku Ba-Ila tergolong rendah. 267
penduduk wanita hanya dapat melahirkan 6 anak pertahunnya, juga
diasumsikan pada 5.400 wanita di Ba-Ila, hanya dapat melahirkan 120 anak
tiap tahunnya.
4. Saat musim penghujan, penduduk biasanya tetap tinggal
didesa mereka karena pada musim-musim ini lalat tse-tse berkembang biak
dengan pesat sehingga sangat berbahaya apabila keluar untuk mencarikan sapi
mereka makan di hutan, namun apabila musim penghujan sudah selesai,
aktivitas pengembaraan dengan sapi dimulai kembali.

1.1.3 Karakteristik Sosial-Budaya


Karakteristik sosial-budaya dari suku Ba-Ila di Rhodesia adalah:
1. Orang dengan ternak adalah orang penting di antara Ba-Ila mereka cinta
kepada ternak mereka dan menghormati kepemilikan ternak tertanam di alam
mereka.
2. Masyarakat atau penduduk Rhodesia terbiasa akan kebudayaan “berzinah”
mereka, karena pada budaya mereka (terutama kaum lelaki), berzinah dengan
wanita adalah sebagai langkah awal dalam memuluskan tujuan mereka untuk
mendapatkan lebih banyak sapi dari kaum wanita. Dan bagi wanita : Apabila
wanita tersebut memberikan banyak keturunan bagi sang lelaki, maka akan
dianggap sebagai wanita yang mengagumkan, sehingga dapat meningkatkan
prestise.
3. Budaya Zina menyebabkan banyak penduduk yang menderita penyakit
menular sexual diantara sephilis dan Gonorhea.

1.2 Analisis SWOT


Analisis SWOT yang dapat diuraikan dari kondisi di Rhodesia adalah :
1. Kekuatan
- Di desa telah ditemukan tempat untuk memeriksa orang-orang dan mengambil
pengobatan untuk mereka tanpa berjalan lebih dari lima kilometer dari desa-desa.
- Penduduk di wilayah Kafue tidak padat
- Sebuah kantin tentara mobile yang telah dikonversi sebagai laboratorium mobile
juga tersedia dan terbukti sangat berguna meskipun tidak kendaraan yang ideal
untuk berkendara di sepanjang trek semak
- Komisaris distrik adalah orang yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas
dari Ba-Ila tetapi juga memiliki minat yang sangat besar pada kesejahteraan
penduduk.
2. Kelemahan
- Kebiasaan hubungan seksual terus meningkat, penyakit yang hampir sama angka
kejadiannya pun tinggi setelah perawatan seperti sebelumnya, tapi tidak diragukan
lagi adalah penyebab utama dari tingginya insiden infeksi lanjutan.
- Kode moral tidak mudah untuk berubah (Immoral).
- Faktor Gografis di daerah dataran tinggi menjadi kendala dalam pengobatan.
3. Peluang
- Tersedianya obat berupa suntikan arsen dan bismut (sebelumnya) dan digantikan
dengan penicilin (recent).
4. Ancaman
- Pekerja sering meninggalkan istri-istri mereka ketika mereka pergi bekerja dan
istri sangat sering memperoleh satu atau lebih kekasih selama tidak ada
suaminya. Jika suaminya kembali ke desanya kemudian akan menginfeksi
istrinya.
- Istri-istri tersebut akan menularkan infeksi untuk pecintanya ketika suaminya
kembali bekerja lagi.
- Setelah menghadiri pemakaman seorang kepala atau lurah penting, selanjutnya
minum bir dan mungkin membawa kembali infeksi kelamin baru.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Masalah Kesehatan Yang Terjadi Di Rhodesia


Ada beberapa masalah kesehatan yang terdapat di Rhodesia yang menjadi
sasaran pemerintah untuk segera diatasi, yaitu :
1. Angka kelahiran penduduk sangat rendah, sebagai statistik : Ada 267
penduduk wanita di suatu desa namun mereka hanya dapat melahirkan 6 anak
pertahunnya, juga diasumsikan pada 5.400 wanita di Ba-Ila, hanya dapat
melahirkan 120 anak tiap tahunnya. Ini menjadi masalah di Ba-Ila sehingga
dewan legislatif merasa perlu untuk melakukan proyek prencanaan program
ILA VD.
2. Terdapat masalah pada proses penyuntikan saat dilakukannya program, yaitu :
Peralatan yang digunakan (Spuit) untuk menyuntik masih terkontaminasi
bahan kimia yang berasal dari debu, rumpu, pollen dan putik sari. Hal ini
terjadi karena air yang digunakan untuk merebus alat (spuit) hanya dapat
membunuh bakteri saja namun bahan kimia yang ada masih tetap tertinggal.
3. Masyarakat tidak memiliki rasa malu (Immoral) terhadap anggapan mereka
terkena penyakit kelamin (Venereal disease).

2.2 Program dan Implementasinya.


Program yang dicanangkan untuk mengatasi masalah kesehatan di Rhodesia
adalah :
1. Melakukan kampanye untuk menanggulangi penyakit kelamin di daerah
(desa-desa) endemis mulai tahun 1945. Hal ini digagas oleh seorang
pemimpin distrik yang memiliki pengetahuan dan dedikasi yang tinggi untuk
daerah Ba-Ila.
2. Adanya arahan oleh pemimpin distrik kepada tiap-tiap kepala desa untuk
mengajak penduduknya menghadiri setiap kegiatan pengobatan untuk
mengatasi masalah penyakit kelamin tersebut (Venereal Disease).
3. Menyulap sebuah kantin tentara untuk dijadikan laboratorium yang walaupun
keberadaanya tidak ideal untuk pengobatan namun fungsinya masih tetap
efektif.
4. Melakukan pemerikasaan atau pemberian obat secara berkala kepada
penduduk di tiap-tiap desa.
5. Memberikan 2 rangkaian suntikan secara berkala, dimana tiap rangkaian
suntikan (suntikan senyawa arsen dan bismut) diberikan setiap minggu selama
10 minggu. Ini dilakkukan secara rutin namun dalam perjalanannya karena
beberapa hal yang tidak disebutkan implementasi program sedikit dilalaikan.
6. Kemudian seiring dengan waktu supply akan penicilin mulai tersedia di daerah
tersebut dan diberikan 2x suntikan kepada penduduk yaitu pada pagi dan
malam hari. Program penicilin ini merupakan program yang paling terkenal di
Afrika, namun tidak dapat menjawab pertanyaan kenapa tidak semua orang
mendapatkan Penicilin.

Analisis SMART
a. Spesifik
- Menanggulangi penyakit kelamin di daerah (desa-desa) endemis seperti pada
suku Ba-Ila
- Meningkatkan angka kelahiran di Ba-Ila
b. Measurable
- Meningkatkan angka kehamilan dan kelahiran bayi dari 1,1% menjadi 4,5 %
atau sebanyak 400% dari angka keseluruhan.
c. Attainable
- Menurunkan penduduk yang memiliki penyakit kelamin (vereal disease)
melalui cara pemberian suntikan (injeksi) berupa suntikan arsen dan bismut
(Ago) dan pemberian penicilin (recent).
- Merubah budaya seks penduduk dengan menerapkan membawa kasus
perzinahan ke pengadilan dan memberikan denda kepada pasangan yang
berzinah. Uang denda kemudian diberikan kepada suami dari istri yang
berzinah.
d. Time Bound
- Dilakukan pengecekan setiap 6-10 bulan (secara berkala) untuk mengetahui
angka keberhasilan dan dilakukan re-examination apabila masih ada
penduduk yang terjangkit.
- Sejak diberlakukannya program pemeriksaan dan perawatan yaitu tahun
1946 dan akan dilihat pada 5-10 tahun setelah itu untuk melihat tingkat
keberhasilan dari program (Tujuan global kampanye).

2.3 Kesulitan dan Masalah Program


Dari program-program yang sudah direncanakan, ada beberapa kesulitan dan
masalah pada saat praktek pelaksanaannya, diantaranya yaitu :
1. Apabila suntikan diberikan pada hari, minggu dan tempat yang sama makan
masalah yang muncul adalah jumlah penduduk yang datang menjadi tidak
teratur dan terkontrol.
2. Faktor geografis membuat penduduk harus berjalan 2-3 miles untuk menuju
daerah treatment, hal ini menyebabkan banyak penduduk yang belum
waktunya mendapat suntiakn (waktu kontrol) datang untuk disuntik, untuk
mengatasi masalah ini diadakan denda 1 pound bagi mereka yang tidak tertib.
3. Keslutin yang sama juga terjadi bagi mereka yang “staglers” atau tersesat saat
menggembala sapi, hal ini menyebabkan kontrok untuk mendapatkan suntikan
jadi tak bisa dikendalikan dan akhirnya dapat membuat angka Venereal
disease naik lagi.

2.4 Perilaku yang ingin diubah


Beberapa perilaku dari penduduk di Rhodesia yang diharapkan dapat berubah
untuk menekan masalah kesehatan yang terjadi di sana adalah :
1. Sikap para pria yang menganggap bahwa berzina adalah merupakan sarana untuk
mendapatkan hewan ternak ( Mengubah sisi budaya). Pemerintah membatasi
praktek ini dengan membawa kasus seperti ini kepengadilan kemudian
memberikan denda baik bagi pria dan wanita yang berzina, kemudia hasil denda
diberikan kepada pria yang dikhianati oleh wanitanya tersebut. Namun hal ini
tidak cukup efektif karena kebanyakan masalah-masalah sejenis diselesaikan
secara internal di luar pengadilan.
2. Mengubah sikap hidup sakit sikap hidup sehat. Dahulu banyak faktor dan
variabel yang membuat para penduduk afrika untuk “hidup tidak sehat”, karena 5-
10 tahun yang lalu walaupun mereka (penduduk) menderita penyakit namun tidak
ada yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan penyakit mereka,
karena penduduk afrika biasanya mengobati diri mereka dengan obat buatan
sendiri, namu sekarang penduduk sudah banyak datang berobat ke rumah sakit
dan membeli obat di apotek-apotek pemerintah.
3. Mengubah sex custom / budaya seks pada penduduk. Karena para wanita yang
ditinggal suaminya keluar desa pasti melakukan seks dengan lebih dari satu pria,
hal ini menyebabkan penyakit kelamin mudah kembali sehingga budaya seks
seperti ini harus dirubah.

2.5 Hasil Program


Setelah dilakukan pengecekan 6-12 bulan setelah teratment berakhir, pada 9
desa didapat angka berupa :
- Didapatkan bahwa 8-16% wanita yang melakukan perawatan (treatment) pada 6-
15 bulan sebelumnya hamil atau telah memiliki bayi yang sehat.
- Pada salah satu desa didapatkan bahwa 67 wanita (usia produktif) memiliki 15
anak selama 2 tahun setelah perawatan. Dapat dikatakan juga bahwa wanaita-
wanita yang mendapatkan perawatan tersebut prosentase kehamilan naik dari
1,1% menjadi 4,5 % atau tingkat keberhasilan sebesar 400%.
- Menarik untuk melihat seberapa besar kesuksesan program pada 5-10 tahun
mendatang.
2.6 Faktor potensial yang dapat menyebabkan infeksi datang kembali.
Faktor potensial yang dapat menyebabkan infeksi datang kembali diantaranya
adalah :
1. Penduduk yang meninggalkan desa untuk mengembara dapat menimbulkan
ancaman infeksi meyerang lagi (walaupun jumlahnya kecil). Sehingga harus
digitakan bahwa penduduk yang pergi dari desa harus benar-benar sembuh
dari siphillis. Karena masa inkubasi siphilis adalah 6-10 minggu namun
asimptomatis, hal ini berbahaya apabila mereka yang belum sembuh pergi
keluar dan meyebarkannya lagi.
2. Venereal disease dapat kembali pada wanita yang ditinggalkan pergi oleh
suaminya untuk bekerja di sektor industri. Selama suaminyaa pergi, sang istri
dapat memiliki lebih dari satu pacar yang dapat membuat venereal disease
datang kembali.
3. Adanya kunjungan luas dari satu desa ke desa lainnya untuk sekedar minum
bir atau berpesta dan kemudian kembali ke desanya membawa venereal
disease baru.
Jadi secara garis besar penduduk harus merubah kebudayaan seksual mereka.
Karena infeksi ulang akan terjadi begitu mereka melakukan seks lagi atas dasar seks
budaya mereka. Hal seperti ini tidak bisa diatur oleh undang-undang, mungkin setelah
kampanye ILA VD berakhir infeksi penyakit kelamin akan datang kembali. Namun jika
penduduk melihat betapa mereka cinta akan anak-anak mereka, betapa mereka
mendambakan masa depan yang lebih baik sudah pasti mereka akan menganggap
Venereal Disease adalah masalah serius yang perlu diatasi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kondisi di wilayah Rhodesia adalah :
1. Penduduk Ba-Ila adalah penduduk dengan budaya seks yang bebas dimana budaya ini
merupakan ancaman didalam penjelanan kampanye ILA VD.
2. Program / kampanye dicetuskan oleh seorang komisaris distrik yang menganggap
bahwa venereal disease di Ba-Ila sangat perlu untuk segera ditangani.
3. Program dilakukan di sebuah kantin militer yang masih cukup efektif untuk
digunakan untuk kegiatan pengobatan.
4. Suntikan obat pada kampanye ada 2 yaitu : suntikan dengan arsen dan bismut (Old
Year) dan dengan penicilin (Recent).
- 6-12 bulan stelah program berlangsung terjadi hasil signifikan berupa :
Didapatkan bahwa 8-16% wanita yang melakukan perawatan (treatment) pada 6-
15 bulan sebelumnya hamil atau telah memiliki bayi yang sehat.
- Pada salah satu desa didapatkan bahwa 67 wanita (usia produktif) memiliki 15
anak selama 2 tahun setelah perawatan. Dapat dikatakan juga bahwa wanaita-
wanita yang mendapatkan perawatan tersebut prosentase kehamilan naik dari
1,1% menjadi 4,5 % atau tingkat keberhasilan sebesar 400%
5. Hal yang dapat menyebabkan veneral disease kembali lagi pada masyarakt Ba-Ila
adalah
- Penduduk yang meninggalkan desa untuk mengembara dapat menimbulkan
ancaman infeksi meyerang lagi (walaupun jumlahnya kecil). Sehingga harus
digitakan bahwa penduduk yang pergi dari desa harus benar-benar sembuh dari
siphillis. Karena masa inkubasi siphilis adalah 6-10 minggu namun asimptomatis,
hal ini berbahaya apabila mereka yang belum sembuh pergi keluar dan
meyebarkannya lagi.
- Venereal disease dapat kembali pada wanita yang ditinggalkan pergi oleh
suaminya untuk bekerja di sektor industri. Selama suaminyaa pergi, sang istri
dapat memiliki lebih dari satu pacar yang dapat membuat venereal disease datang
kembali.
- Adanya kunjungan luas dari satu desa ke desa lainnya untuk sekedar minum bir
atau berpesta dan kemudian kembali ke desanya membawa venereal disease baru.
6. Jika penduduk melihat betapa mereka cinta akan anak-anak mereka, betapa mereka
mendambakan masa depan yang lebih baik sudah pasti mereka akan menganggap
Venereal Disease adalah masalah serius yang perlu diatasi.

Anda mungkin juga menyukai