Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap bagian atau komponen pada suatu sistem memiliki pengaruh
terhadap bagian atau komponen lainnya. Pengaruh tersebut sering kali dipisahkan oleh
waktu dan ruang dan tidak dapat dikenal oleh mata yang tidak terlatih. Untuk
memahami setiap bagian dari sistem tersebut, diperlukan pemahaman melalui
perenungan atau pemikiran tentang keseluruhan sistem dan bukan hanya bagian
tertentu saja.
Berpikir sistem adalah cara melihat suatu kekuatan yang saling berhubungan dan
menempatkan dalam suatu konteks proses yang biasa terjadi. Terdapat berbagai
bidang yang menggunakan cara berpikir sistem untuk mencapai simpulan-simpulan
tentang realitas, di antaranya sistem sibernetika ("cybernetics"), teori kekacauan
("chaos theoly") dan berbagai dinamika yang ada pada suatu sistem. Perilaku pada
semua sistem selalu mengikuti prinsip tertentu, sedangkan alat-alat lainnya bertindak
sebagai suatu kerangka konseptual yang membuat keseluruhan pola menjadi lebih
jelas serta menbantu kita untuk menilai bagaimana kita dapat merubahnya dengan cara
yang efektif.
Berpikir sistem merupakan suatu cara berpikir yang dilakukan dengan cara
mengamati berbagai struktur yang mendasari situasi yang kompleks, dan pada saat
yang sama juga berupaya untuk membedakan terjadinya suatu tingkat perubahan yang
rendah atau tinggi. Karenanya, kita diharapkan dapat belajar menciptakan suatu
kondisi sehat secara menyeluruh, termasuk sistem upaya pelayanan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini fokus membahas tentang:
1.2.1 Pengertian Sistem, subsistem dan pendekatan sistem
1.2.2 Fungsi pendekatan sistem
1.2.3 Contoh sistem dan pendekatan sistem dalam bidang kesehatan

1
BAB II

PENGERTIAN SISTEM, PENDEKATAN SISTEM (SISTEM APPROACH)

2.1 SISTEM
2.1.1 Pengertian Sistem
2.1.1.1 Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani
(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi.
2.1.1.2 Azrul Azwar
Sistem ialah satu kesatuan yang utuh diperkirakan berhubungan, serta
satu sama lain saling mempengaruhi, yang dengan sadar dipersiapkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.1.3 Oxford English Dictionary
Sekumpulan rangkaian dari sejumlah hal yang saling berhubungan atau
saling bergantung, sehingga membentuk suatu kesatuan yang
kompleks, suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang telah
disusun dengan teratur menurut skema atau rencana tersebut.
2.1.1.4 H. Thierry
Sebuah sistem merupakan suatu keseluruhan elemen-elemen yang
saling mempengaruhi, yang saling teratur menurut rencana tertentu,
guna mencapai tujuan tertentu.
2.1.1.5 B. C. J. Lieve Gued
Suatu kumpulan fakta, prinsip, doktrin dan lain-lain semacamnya
dalam bidang khusus mengenai pengetahuan atau pemikiran.
Kumpulan itu tersusun rapi dan bersifat komprehensif.
2.1.1.6 Kesimpulan
Dari beberapa pengertian sistem di atas dapat kita ambil suatu
kesimpulan pengertian sistem yaitu kesatuan yang utuh,
penggabungan/tatanan, terdiri dari sebagian faktor/bagian-bagian
(subsistem), saling tergantung satu sama lain, dalam upaya mencapai
tujuan.

2
2.1.2 Tujuan Mempelajari Sistem
2.1.2.1 Untuk mengetahui komponen mana yang penting atau yang lebih
dominan.
2.1.2.2 Untuk mengetahui komponen mana yang menimbulkan masalah.
2.1.2.3 Untuk mengetahui komponen mana yang tidak berfungsi.

2.1.3 Ciri – Ciri Sistem


Pendapat para ahli mengeani ciri sistem yaitu :
2.1.3.1 Buku Administrasi Kesehatan edisi ke 2, Azrul Azwar
1) Terdapat elemen atau bagian yang satu sama lain saling
berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk
satu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai
tujuan yang sama yang telah ditetapkan.
2) Fungsi yang diperankan oleh masing-masing elemen atau bagian
yang membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka
mengubah masukkan menjadi keluaran yang direncanakan.
3) Dalam melaksanakan fungsi ini, semuanya bekerja sama secara
bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian
yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagaimana yang telah
direncanakan.
4) Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan
berarti ia tertutup terhadap lingkungan.
2.1.3.2 A. Shode dan Dan Voich Jr.
1) Sistem mempunyai tujuan dan karena itu semua perilaku yang ada
pada sistem pada dasarnya bermaksud mencapai tujuan tersebut
(purposive behavior).
2) Sistem sekalipun terdiri dari berbagai bagian atau elemen, tetapi
secara keseluruhan merupakan suatu yang bulat dan utuh (wholism)
jauh melebihi kumpulan bagian atau elemen tersebut.
3) Berbagai bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem saling
terkait, berhubungan serta berinteraksi.

3
4) Sistem bersifat terbuka dan selalu berinteraksi dengan sistem lain
yang lebih luas, yang biasanya disebut dengan lingkungan.
5) Sistem mempunyai kemampuan transformasi, artinya mampu
mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dengan perkataan
lain, sistem mampu mengubah masukan menjadi keluaran.
6) Sistem mempunyai mekanisme pengendalian, baik dalam rangka
menyatukan berbagai bagian atau elemen, atau dalam rangka
mengubah masukan menjadi keluaran.

2.1.3.3 Kesimpulan ciri-ciri sistem


1) Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama
lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya
membentuk satu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk
mencapai tujuan yang sama.
2) Berbagai bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
saling terkait, berhubungan serta berinteraksi.
3) Sistem mempunyai kemampuan transformasi, artinya mampu
mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dengan perkataan
lain, sistem mampu mengubah masukan menjadi keluaran.
4) Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama
secara bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme
pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi
sebagaimana yang telah direncanakan.
5) Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu,
bukan berarti ia tertutup terhadap lingkungan.

4
2.1.4 Karakteristik Sistem
Karakteristik sistem dapatlah digambarkan sebagai berikut :

Lingkungan luar interface

Sub Sub
input sistem sistem

proses

Sub Sub
Out put sistem sistem

boundary

Keterangan:

2.1.4.1 Komponen Sistem (Components)


Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,
yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan.
Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa
suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem
mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi
tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Jadi,
dapat dibayangkan jika dalam suatu sistem ada subsistem yang tidak
berjalan/berfungsi sebagaimana mestinya. Tentunya sistem tersebut
tidak akan berjalan mulus atau mungkin juga sistem tersebut rusak
sehingga dengan sendirinya tujuan sistem tersebut tidak tercapai.
2.1.4.2 Batas Sistem (Boundary)
Batas sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi antara
suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan
luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang

5
sebagai satu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup
(scope) dari sistem tersebut.
2.1.4.3 Lingkungan Luar Sistem (Environments)
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari
sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem
dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan
sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan
energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan
dipelihara. Sedang lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan
dikendalikan, kalau tidak maka akan menggangu kelangsungan hidup
dari sistem.
2.1.4.4 Penghubung (Interface) Sistem
Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu
subsistem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini
memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke
yang lainnya. Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi
masukan (input) untuk subsistem lainnya dengan melalui penghubung.
Dengan penghubung satu subsistem dapat berintegrasi dengan
subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.
2.1.4.5 Masukan (Input) Sistem
Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan
masukan signal (signal input). Maintenance input adalah energi yang
dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input
adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh
didalam sistem komputer, program adalah maintenance input yang
digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal
input untuk diolah menjadi informasi.
2.1.4.6 Keluaran (Output) Sistem
Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau
kepada supersistem. Misalnya untuk sistem komputer, panas yang

6
dihasilkan adalah keluaran yang tidak berguna dan merupakan hasil
sisa pembuangan, sedang informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.
2.1.4.7 Pengolah (Process) Sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan
merubah masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan
mengolah masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain
menjadi keluaran berupa barang jadi. Sistem akuntansi akan mengolah
data-data transaksi menjadi laporan-laporan keuangan dan laporan-
laporan lain yang dibutuhkan oleh manajemen.
2.1.4.8 Sasaran (Objectives) atau Tujuan (Goal)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Kalau suatu sistem
tidak mempnyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.
Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang
dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu
sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
Perbedaan suatu sasaran (objectives) dan suatu tujuan (goal) adalah,
goal biasanya dihubungkan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan
sasaran dalam ruang lingkup yang lebih sempit. Bila merupakan suatu
sistem utama, seperti misalnya sistem bisnis perusahaan, maka istilah
goal lebih tepat diterapkan. Untuk sistem akuntansi atau sistem-sistem
lainnya yang merupakan bagian atau subsistem dari sistem bisnis, maka
istilah objectives yang lebih tepat. Jadi tergantung dari ruang lingkup
mana memandang sistem tersebut. Seringkali tujuan (goal) dan sasaran
(objectives) digunakan bergantian dan tidak dibedakan.

2.1.5 Klasifikasi Sistem


Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya sebagai
berikut:
2.1.5.1 Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak (abstract system)
dan sistem fisik (physical system)
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang
tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem teologia, yaitu sistem yang
berupa pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan.

7
Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik. Misalnya sistem
komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dan lain sebagainya.
2.1.5.2 Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system)
dan sistem buatan manusia (human made system)
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak
dibuat manusia. Misalnya sistem perputaran bumi.
Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia.
Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi antara manusia
dengan mesin disebut dengan human-machine system atau ada yang
menyebut dengan man-machine system. Sistem informasi merupakan
contoh man machine system, karena menyangkut penggunaan
komputer yang berinteraksi dengan manusia.
2.1.5.3 Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic
system) dan sistem tak tentu (probabilistic system)
Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat
diprediksi. Interaksi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan
pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem komputer
adalah contoh dari sistem tertentu yang tingkah lakunya dapat
dipastikan berdasarkan program program yang dijalankan.
Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak
dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.
2.1.5.4 Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan
sistem terbuka (open system)
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak
terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara
otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak diluarnya. Secara
teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem
yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system
(secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup).

input transformasi output

Sistem Tertutup

8
Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh
dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan
menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang
lainnya. Karena sistem sifatnya terbuka dan terpengaruh oleh
lingkungan luarnya, maka suatu sistem harus mempunyai suatu sistem
pengendalian yang baik. Sistem yang baik harus dirancang sedemikian
rupa, sehingga secara relatif tertutup karena sistem tertutup akan
bekerja secara otomatis dan terbuka hanya untuk pengaruh yang baik
saja.
Klasifikasi terbuka dapat digambarkan sebagai berikut :

tujuan

Mekanisme
pengendalian

input transformasi output

Sistem Terbuka

Suatu sistem yang dihubungkan dengan lingkungannya melalui arus


sumber daya disebut sistem terbuka. Sebuah sistem pemanas atau
pendingin ruangan, contohnya mendapatkan inputnya dari perusahaan
listrik, dan menyediakan panas/dinginnya bagi ruangan yang
ditempatinya. Dengan menggunakan logika yang sama, suatu sistem
yang tidak dihubungkan dengan lingkungannya adalah sistem tertutup.
Sebagai contohnya, sistem tertutup hanya terdapat pada situasi
laboratorium yang dikontrol ketat.

9
2.2 PENDEKATAN SISTEM
2.2.1 Pengertian Pendekatan Sistem
2.2.1.1 Menurut buku “Manajemen jilid 1”, James A. F. Stoner, R.
Edward Freeman, Daniel R. Gilbert Jr
Adalah pandangan bahwa organisasi sebagai sistem yang dipersatukan
dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan.
2.2.1.2 Menurut buku “administrasi kesehatan”, DR. Dr. Azrul Azwar M.
P.H.
Pendekatan sistem adalah cara berfikir yang sistematis, logis, rasional
dan menggunakan metoda analisa untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam mencari pemecahan dari suatu masalah.
Pendekatan sistem adalah suatu strategi yang menggunakan metoda
analisa, desain dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien.
2.2.1.3 Kesimpulan
Pendekatan sistem adalah cara berfikir untuk melihat segala sesuatu
sebagai sistem, yang bertujuan untuk mengetahui komponen, apabila
ada masalah dapat di lakukan analisa.

2.2.2 Ciri – Ciri Pendekatan Sistem


2.2.2.1 Adanya tujuan
Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentukan
lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan komponen serta
kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan
tahap kerja yang ada dalam suatu sistem mengarah ke pencapaian
tujuan sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi dalam suatu sistem.
2.2.2.2 Adanya komponen sistem
Jika suatu sistem itu adalah sebuah mesin, maka setiap bagian
(onderdil) adalah komponen dari mesin (sistemnya), demikian pula
halnya dengan pengajaran di sekolah sebagai sistem, maka semua
unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia)
dan kegiatan-kegiatan lain yang terjadi di dalamnya adalah merupakan

10
komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-
komponen sistem.
2.2.2.3 Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatuan
kerja sistem
Tubuh kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh
tersebut mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhanya (semua fungsi
komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan
kehidupan kita sebagai manusia berjalan secara sehat dan semestinya.
Penyelenggaraan pengajaran di sekolah merupakan suatu sistem, maka
setiap komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti
menyumbang secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan
semua fungsi tersebut perlu dikoordinasikan secara terpadu agar proses
pengajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
Misalnya: fungsi komponen yang berstatus guru adalah pembimbing
belajar siswa, pendorong motivasi belajar siswa, pengarah, pengatur
(organisator) situasi belajar siswa, sebagai narasumber (fasilitator),
bertindak sebagai penyebar kebijakan, penilai hasil belajar siswa, dsb).
Jika guru cakap menjalankan fungsinya maka akan sangat membantu
kelancaran serta keberhasilan belajar siswa, dan sebaliknya.
2.2.2.4 Adanya interaksi antar komponen
Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling
mempengaruhi, dan saling ketergantungan.
Misalnya: keguruan seseorang barulah menjadi nyata jika ada siswa
yang bersedia untuk dididiknya: siswa yang responsif, kritis, dan
koordinatif banyak membantu guru dalam mengembangkan kariernya.
2.2.2.5 Adanya transformasi dan sekaligus umpan balik
Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari
keseluruhan fungsi sistem. Dalam sistem pengajaran yang berinti pada
interaksi personal, peran dari komponen-komponen (selain guru dan
siswa) adalah untuk meningkatkan nilai interaksi personal tersebut
demi keberhasilan belajar siswa. Transformasi yang terjadi dalam
interaksi guru-siswa secara lebih teknis merupakan transaksi pesan-
pesan (pemahaman, pengintegrasian, pengembangan diri).

11
2.2.3 Keuntungan Pendekatan Sistem
Keuntungan yang diperoleh apabila pendekatan sistem dilaksanakan antara lain :
2.2.3.1 Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan
kebutuhan sehingga penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan
yang sifatnya terbatas akan dapat dihindari.
2.2.3.2 Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran
sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
2.2.3.3 Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara
lebih cepat dan objektif.
2.2.3.4 Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program.

Jadi perbagai kemungkinan yang tersedia dapat diperhitungkan, sehingga tidak


ada yang luput dari perhatian. Sekalipun demikian bukan berarti pendekatan
sistem tidak mempunyai kelemahan, salah satu kelemahan yang penting adalah
dapat terjebak dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan
pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan
dapat diselesaikan.
2.2.4 Pendekatan Sistem Dalam Upaya Pemecahan Masalah
Dalam pendekatan sistem upaya pemecahan masalah secara menyeluruh
dilakukan dengan analisa sistem. Ada banyak batasan tentang analisa sistem,
beberapa di antaranya:
Analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan yang ada dan
relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu sistem yang ada.
Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas
yang ada, dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk
kemudian dicarikan pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian, sehingga
membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
2.2.4.1 Tentukan input dan output dasar dari sistem.
2.2.4.2 Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap.
2.2.4.3 Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan

12
- Fersibility : cari yang memungkinkan.
- Viability : kelangsungan.
- Cost : cari yang harganya murah/terjangkau.
- Effectiveness : dengan input sesuai mendapatkan hasil yang sesuai
2.2.4.4 Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga.
2.2.4.5 Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru.

2.2.5 Pengembangan Sistem


Pengembangan sistem (systems development) dapat berarti menyusun suatu
sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau
memperbaiki sistem yang telah ada. Sistem yang lama perlu diperbaiki atas
diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut ini :
2.2.5.1 Adanya permasalahan-permasalahan (problem) yang timbul di sistem
yang lama yang dapat berupa :
1) Ketidakberesan
Ketidakberesan dalam sistem yang lama menyebabkan sistem
yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
Ketidakberesan ini dapat berupa :
_ kecurangan-kecurangan disengaja yang menyebabkan tidak
amannya harta kekayaan perusahaan dan kebenaran dari data
menjadi kurang terjamin.
_ kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja yang juga dapat
menyebabkan kebenaran dari data kurang terjamin.
_ tidak efisiennya operasi.
_ tidak ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang telah
ditetapkan.
2) Pertumbuhan organisasi
Pertumbuhan organisasi yang menyebabkan harus disusunnya
sistem yang baru. Pertumbuhan organisasi diantaranya adalah
kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data
semakin meningkat, perubahan prinsip akuntansi yang baru.
Karena adanya perubahan ini, maka menyebabkan sistem yang
lama tidak efektif lagi, sehingga sistem yang lama sudah tidak

13
dapat memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang
dibutuhkan manajemen.
2.2.5.2 Untuk meraih kesempatan-kesempatan (opportunities)
Teknologi informasi telah berkembang dengan cepatnya. Perangkat
keras komputer, perangkat lunak dan teknologi komunikasi telah begitu
cepat berkembang. Organisasi mulai merasakan bahwa teknologi
informasi ini perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan
informasi sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan
keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen. Dalam keadaaan
pasar bersaing, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat
menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang
telah disusun untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada. Bila
pesaing dapat memanfaatkan teknologi ini, maka kesempatan-
kesempatan akan jatuh ke tangan pesaing. Kesempatan-kesempatan ini
dapat berupa peluang-peluang pasar, pelayanan yang meningkat kepada
langganan dan lain sebagainya.
2.2.5.3 Adanya instruksi-instruksi (directives)
Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya
instruksi-instruksi dari atas pimpinan ataupun dari luar organisasi,
seperti misalnya peraturan pemerintah.
Berikut ini dapat digunakan sebagai indikator adanya permasalahan-
permasalahan dan kesempatan-kesempatan yang dapat diraih, sehingga
menyebabkan sistem yang lama harus diperbaiki, ditingkatkan bahkan
diganti keseluruhannya. Indikator-indikator ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Keluhan dari langganan.
2) Pengiriman barang yang sering tertunda.
3) Pembayaran gaji yang terlambat.
4) Laporan yang tidak tepat waktunya.
5) Isi laporan yang sering salah.
6) Tanggung jawab yang tidak jelas.
7) Waktu kerja yang berlebihan.
8) Ketidakberesan kas.
9) Produktifitas tenaga kerja yang rendah.

14
10) Banyaknya pekerja yang menganggur.
11) Kegiatan yang tumpang tindih.
12) Tanggapan yang lambat terhadap langganan.
13) Kehilangan kesempatan kompetisi pasar.
14) Kesalahan-kesalahan manual yang tinggi.
15) Persediaan barang yang terlalu tinggi.
16) Pemesanan kembali barang yang tidak efisien.
17) Biaya operasi yang tinggi.
18) File-file yang kurang teratur.
19) Keluhan dari supplier karena tertundanya pembayaran.
20) Bertumpuknya back-order (tertundanya pengiriman karena
kurangnya persediaan barang).
21) Investasi yang tidak efisisen.
22) Peramalan penjualan dan produksi tidak tepat.
23) Kapasitas produksi yang menganggur (idle capasities).
24) Pekerjaan manajer yang terlalu teknis.

Proses pengembangan sistem dapat digambarkan sebagai berikut :

Sistem yang ada

Permasalahan
Pengembangan
sistem

Memecahkan masalah

Sistem yang baru

Dengan telah dikembangkannya sistem yang baru, maka diharapkan akan terjadi
peningkatan-peningkatan di sistem yang baru. Peningkatan-peningkatan ini

15
berhubungan dengan PIECES (merupakan singkatan untuk memudahkan
mengingatnya), yaitu sebagai berikut :
1) Performance (kinerja), peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja)
sistem yang
baru sehingga menjadi lebih efektif. Kinerja dapat diukur dari throughput
dan response time. Throughput adalah jumlah dari pekerjaan yang dapat
dilakukan suatu saat tertentu. Response time adalah rata-rata waktu yang
tertunda diantara dua transaksi atau pekerjaan ditambah dengan waktu
respon untuk menanggapi pekerjaan tersebut.
2) Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi
yang disajikan.
3) Economy (ekonomis), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungan-keuntungan atau penurunan-penurunan biaya yang terjadi.
4) Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian untuk
mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta kecurangan-
kecurangan yang dan akan terjadi.
5) Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi.
Efisiensi berbeda dengan ekonomis. Bila ekonomis berhubungan dengan
jumlah sumber daya yang digunakan, efisiensi berhubungan dengan
bagaimana sumber daya tersebut digunakan dengan pemborosan yang paling
minimum. Efisiensi dapat diukur dari outputnya dibagi dengan inputnya.
6) Services (pelayanan), peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan
oleh
sistem.

16
BAB III

SISTEM DAN SUBSISTEM DALAM MODEL MANAGEMENT

Sistem dalam manajemen adalah suatu rangkaian dari manajemen yang terdiri atas
beberapa subsistem manajemen yang berupa input, process, output, outcome dan feedback.
Hubungan antar komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan
lingkungan.

Environment

input process output Out come

Feed back

1) Rangkaian dari manajemen yaitu :


3.1.1 Environment
Ruang lingkup dimana sistem manajemen tersebut bergerak, merupakan dunia di
luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar
terhadap sistem. Cakupannya bersifat luas. Juga faktor penentu dasar dalam
pembuatan program strategik dan operasional, mempengaruhi dalam proses
pelaksanaan sehingga menghasilkan output, outcome dan feed back yang
sesuai dengan kebutuhan di lingkungan tersebut.
3.1.2 Input
Sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu sistem. Sumber
daya suatu sistem adalah man, money, material, method, machine, dan
market, ditambah dengan time, technology, dan information yang biasa di
singkat 6 M + 2T + 1 I, yaitu:
Man : kemampuan, keterampilan, pengetahuan, keahlian, kesadaran,
kepemimpinan.

17

input
Money : dana untuk kegiatan program.
Material : logistik, obat, vaksin, alat kedokteran.
Method : prosedur kerja, peraturan, kebijaksanaan dan sebagainya.
Machine : alat, pemeliharaan dan perawatan bagian-bagian mesin.
Market : sasaran yang akan diberikan pelayanan program (kelompok
orang).
Time : waktu yang dibutuhkan untuk merumuskan dan
melaksanakan sebuah program.
Technology : alat yang dipergunakan untuk mendukung jalannya program.
Information : substansi eksternal yang menunjang program.
3.1.3 Process
Semua kegiatan sistem. Input akan diubah menjadi output melelui proses. Dalam
proses kegiatan diperlukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
program dan controlling.
3.1.3.1 Perencanaan
Merupakan fungsi yang penting karena merupakan awal arah dan
proses manajemen secara keseluruhan. Perencanaan dimulai dari
sebuah ide. Perencanaan bersifat operasional karena langsung akan
diimplementasikan (dilaksanakan) di lapangan.
Perencanaan terdiri dari lima langkah penting yaitu :
1) Menjelaskan berbagai masalah
Untuk dapat menjelaskan masalah dalam program perlu adanya
analisa situasi. Sasaran analisa ialah wilayah di sekitar program
itu akan dijalankan. Aspek yang dinilai ialah mengenai aspek
demografis, aspek geografis, aspek sosial ekonomi dan aspek
organisasi pelaksana program.
Aspek demografis : distribusi menurut sasaran program.
Aspek goegrafis : semua informasi mengenai karakteristik
wilayah yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut,
misalnya keadaan alam.
Aspek sosial ekonomi : yang secara tidak langsung
mempengaruhi timbulnya masalah dan dapat berpengaruh pada
partisipasi pada program yang akan dijalankan, misal: tingkat

18
pendidikan, pendapatan, norma sosial, sistem kepercayaan
masyarakat.
Aspek organisasi : aspek ini juga merupakan aspek terpenting
karena sifat masalah ini merupakan manajerial dan langsung
dapat diperbaiki oleh pimpinan dan staf. Aspek ini juga
mempengaruhi kinerja pelaksanaan program bila tidak segera
dipecahkan. Aspek ini meliputi motivasi kerja kader dan staf,
keterampilan, koordinasi pelayanan program dll.
2) Menentukan prioritas masalah
Penetapan masalah adalah sebuah keharusan karena begitu
kompleks masalahnya dan keterbatasan sumber daya. Prioritas
dijadikan dasar untuk menetapkan tujuan perencanaan program.
Prioritas pembinaan program dapat diarahkan dalam wilayah
tertentu berdasarkan cakupan program dan tingkat partisipasi
mayarakat.
3) Menetapkan tujuan dan indikator keberhasilan
Menetapkan tujuan dan target masing-masing program
berdasarkan jumlah penduduk sasaran di suatu wilayah program.
4) Mengkaji hambatan dan kendala
Sebelum menentukan tolok ukur, perlu dilakukan kajian
mengenai hambatan-hambatan apa saja yang sudah pernah terjadi
dan hambatan perkiraan yang akan terjadi, misal sedikit
partisipasi masyarakat dalam merespon program yang telah dan
akan dilakukan.
5) Menyusun rencana kerja operasional
Dengan mengetahui rencana kerja operasional, hal ini akan
memudahkan pimpinan mengetahui sumber daya yang
dibutuhkan dan sebagai alat untuk pemantauan program secara
menyeluruh.

3.1.3.2 Pengorganisasian
Fungsi manajemen yang memunculkan hubungan yang erat antara
kegiatan dan kewenangan. Merupakan sebuah proses membuat
struktur relasi antar pegawai sehingga terjadi sinkronisasi yang

19
menghasilkan keterpaduan dalam pengerjaan perencanaan dari
manajemen sehingga dapat berjalan dengan baik, dengan
pengorganisasian yang baik, manajer dapat mengkoordinasi SDM
dan SDA dengan baik. Kesuksesan sebuah pengorganisasian
tergantung pada kemampuan manajemen dalam mengatur semua
komponen SDA dan SDM secara efektif dan efisien.

3.1.3.3 Pergerakan dan pelaksanaan program


Dalam pelaksanaan dan pergerakan program dibutuhkan seorang
manajer yang dapat menggerakkan, berkomunikasi, dan memotivasi
para pekerja dalam mencapai target yang ditentukan oleh manajemen
strategik.

3.1.3.4 Controlling
Kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-
rencana yang telah ditentukan. Kegiatannya antara lain:
a) Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara
keseluruhan.
b) Menilai hasil pekerjaan sesuai dengan standar hasil kerja.
c) Membuat media pelaksanaan secara tepat.
d) Memberitahukan media pengukur pekerjaan.
e) Memindahkan data secara terperinci agar dapat terlihat
perbandingan dan penyimpangan-penyimpanganya.
f) Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa oleh
anggota perlu diperbaiki.
g) Memberitahu anggota-anggota yang bertanggung jawab
terhadap pemberian penjelasan.
h) Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil
pengawasan.

3.1.4 Output
Hasil langsung (keluaran) suatu sistem. Kadar output sangat mempengaruhi
dalam evaluasi dan perencanaan program pada masa selanjutnya. Output
terdiri dari:

20
Barang dan jasa, yang meliputi kualitas/mutu ( waktu atau kecepatan, akurat,
realistis, fleksibel, terorganisir ).

3.1.5 Outcome
Dampak atau hasil tidak langsung dari suatu proses sistem. Merupakan hasil
lanjutan setelah timbul output. Dalam keadaan tertentu dapat menjadi
indikator keberhasilan sebuah sistem.
3.1.6 Feed back
Yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau
elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan
bagi sistem tersebut. Berbagai pengaruh yang didapat dari lingkungan dapat
dimanfaatkan oleh sistem untuk menyempurnakan sistem itu sendiri.

21
BAB IV

CONTOH PENDEKATAN SISTEM DALAM BIDANG KESEHATAN

4.1 Sistem Kesehatan Nasional


4.1.1 Pengertian
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

4.1.2 Landasan sistem Kesehatan Nasional


4.1.2.1 Landasan idiil
yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4.1.2.2 Landasan konstitusional
yaitu UUD 1945, khususnya:
1) Pasal 28 A : Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2) Pasal 28 B ayat (2): Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang.
3) Pasal 28 C ayat (1) : Setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia.

22
4) Pasal 28 H
Ayat (1) : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Ayat (3) : Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat.
5) Pasal 34
Ayat (2) : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
ayat (3) : Negara bertanggung-jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

4.1.2.3 Landasan Operasional


Meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan. Beberapa
peraturan perundangan tersebut terdapat dalam Lampiran-1 dari RPJP-
K Tahun 2005-2025.

4.1.3 Tujuan Sistem Kesehatan Nasional


Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
4.1.4 Subsistem SKN
4.1.4.1 Upaya Kesehatan
1) Pengertian
Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan upaya kesehatan yang paripurna, terpadu, dan
berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan,
dan pemulihan, yang diselenggarakan guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2) Tujuan

23
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem upaya kesehatan adalah
terselenggaranya upaya kesehatan yang adil, merata, terjangkau,
dan bermutu untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Tatanan yang menghimpun berbagai upaya
kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan
(UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3) Unsur-unsur utama :
a. UKM
Kegiatan yang dilakukan pemerintah, masyarakat serta swasta
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat.
Upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian
penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sed farmasi &
alkes, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan
minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan
bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan.
b. UKP
Kegiatan yang dilakkukan pemerintah, masyarakat serta swasta
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan.
Upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan
rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan
kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Juga termasuk
pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran
fisik dan kosmetika.
4) Upaya kesehatan

24
a.Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
b. Upaya kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif) dan
pencegahan (preventif) masih dirasakan kurang.
c.Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan,
yang mengakibatkan Indeks Pembangunan Manusia
(HDI=Human Development Index) rendah yakni menduduki
urutan ke 106 (th.2007) dari 175 negara.

4.1.4.2 Pembiayaan Kesehatan


1) Pengertian
Subsistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan
pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
2) Tujuan
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan
adalah tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, merata dan termanfaatkan secara berhasil
guna dan berdaya guna, tersalurkan sesuai peruntukannya untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
3) Unsur-unsur utama
Penggalian dana : untuk UKM & UKP.
Alokasi dana : dari pemerintah dan masyarakat.
Pembelanjaan :
a. Dari pemerintah dan public-private
partnership untuk membiayai UKM.
b. Dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan untuk UKM dan UKP.

25
c. Untuk masyarakat rentan dan
keluarga miskin melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Wajib.
d. Untuk kesehatan keluarga melalui
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib dan Sukarela.

4) Pembiayaan Kesehatan
a. Masih rendah yaitu, rata-rata 2,2 % dari Produk Domestik
Bruto (PDB) atau antara USD 12-18 per kapita per tahun.
Anjuran WHO adalah 5 % dari PDB.
b. Pembiayaan tersebut 30 % dari pemerintah dan 70% dari
masyarakat termasuk swasta.Penggunaannya sebagian besar
masih untuk pelayanan kuratif.
4.1.4.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan
1) Pengertian

Subsistem SDM Kesehatan adalah bentuk dan cara


penyelenggaraan upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan, yang meliputi: upaya perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan
untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sumber Daya Manusia Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi
termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non
profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat
dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan
manajemen kesehatan.
2) Tujuan
Tersedia tenaga kesehatan yang bermutu sacara mencukupi,
terdistribusi secara adil, termanfaatkan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pengembangan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

26
3) Unsur-unsur Utama
Perencanaan tenaga kesehatan  penetapan jenis, jumlah, dan
kualifikasi.
Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
Pendayagunaan tenaga kesehatan  pemerataan, pemanfaatan,
pembinaan dan pengawasan.

4) Tenaga kesehatan
Adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di
bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan.
a.Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih
rendah.
b. Penyebaran SDM kesehatan belum menggembirakan.
c.Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan.
d. Sistem penghargaan dan sanksi, peningkatan karier,
pendidikan dan pelatihan berjenjang dan berkelanjutan,
akreditasi pendidikan sertifikasi, registrasi dan lisensi SDM
kesehatan belum mantap (sampai saat ini sistem sertifikasi,
registrasi dan lisensi belum mencakup aspek profesionalisme).

4.1.4.4 Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan


1) Pengertian
Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan adalah
bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya yang menjamin
keamanan, khasiat/manfaat, mutu sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
2) Tujuan
Tujuan penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan adalah tersedianya sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan yang terjamin aman, berkhasiat/bermanfaat dan

27
bermutu; dan khusus untuk obat dijamin ketersediaan dan
keterjangkauannya guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
3) Sumber daya obat dan perbekalan kesehatan
Tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin
ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan
kesehatan secara terpadu dan saling dalam rangka tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
4) Perbekalan kesehatan
Adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
5) Tujuan
Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu
dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin
terselenggaranya pengembangan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
6) Unsur-unsur utama
a. Jaminan ketersediaan
b. Jaminan pemerataan
c. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan
7) Bentuk Pokok
a. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan
farmasi. Merujuk DOEN ( Daftar Obat Ensesial Nasional ).
b. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan farmasi
- Distribusi melalui PBF ( Pedagang Besar Farmasi )
- Pelayanan obat dengan R/ melalui apotek
- Pelayanan obat bebas melalui apotek, toko obat, dll.
- Jika tidak ada apotek, dokter dapat memberi pelayanan obat
langsung ke masyarakat.
c. Jaminan mutu obat dan perbekalan farmasi
- Pengawasan mutu dilakukan oleh industri yang bersangkutan,
pemerintah, organisasi profesi dan masyarakat.
- Pengawasan distribusi dilakukan oleh pemerintah, kalangan
pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat.

28
- Pengamatan efek samping obat dilakukan oleh pemerintah,
kalangan pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat.
- Pengawasan promosi dan pemanfaatan dilakukan oleh
pemerintah, kalangan pengusaha, organisasi profesi dan
masyarakat.
- Pengendalian harga dilakukan oleh pemerintah dan pihak
terkait hal-hal penting.

4.1.4.5 Subsistem Manajemen dan informasi kesehatan


1) Pengertian
Subsistem manajemen dan informasi kesehatan adalah bentuk dan
cara penyelenggaraan yang menghimpun berbagai upaya kebijakan
kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan hukum kesehatan,
pengelolaan data dan informasi kesehatan yang mendukung
subsistem lainnya dari SKN guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2) Tujuan
Tujuan subsistem manajemen dan informasi kesehatan adalah
terwujudnya kebijakan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan,
berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya fungsi-fungsi
administrasi kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan
akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan sistem
informasi kesehatan untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
3) Unsur utama
a. Administrasi kesehatan
b. Informasi kesehatan
c. IPTEK kesehatan
d. Hukum kesehatan

4.1.4.6 Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


1) Pengertian

29
Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan, baik perorangan,
kelompok, maupun masyarakat secara terencana, terpadu, dan
berkesinambungan guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
2) Tujuan
Tujuan subsistem pemberdayaan masyarakat adalah meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam
setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak
dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
3) Unsur-unsur
a. Penggerak Pemberdayaan
Pemerintah, masyarakat, dan swasta menjadi inisiator,
motivator, dan fasilitator yang mempunyai kompetensi
memadai dan dapat membangun komitmen dengan dukungan
para pemimpin, baik formal maupun non formal.
b. Sasaran Pemberdayaan
Perorangan (tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, figur
masyarakat, dan sebagainya), kelompok (organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, kelompok masyarakat), dan
masyarakat luas serta pemerintah yang berperan sebagai agen
perubahan untuk penerapan perilaku hidup sehat (subjek
pembangunan kesehatan).
c. Kegiatan Hidup Sehat
Kegiatan hidup sehat yang dilakukan sehari-hari oleh
masyarakat, sehingga membentuk kebiasaan dan pola hidup,
tumbuh dan berkembang, serta melembaga dan membudaya
dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Sumber Daya
Potensi yang dimiliki oleh masyarakat, swasta, dan pemerintah
yang meliputi: dana, sarana dan prasarana, budaya, metode,
pedoman, dan media untuk terselenggaranya proses
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

30
4.1.5 Tata Hubungan Antar Subsistem dan Lingkungannya

Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antar unsur-unsur SKN sebagai


suatu tata hubungan yang efektif. Keterkaitan tersebut adalah sebagai berikut:
4.1.5.1 Subsistem Upaya Kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk
penyelenggaraan subsistem tersebut diperlukan berbagai upaya dengan
menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia. Berbagai upaya
tersebut memerlukan dukungan pembiayaan, SDM Kesehatan,
ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen
dan informasi kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat.
4.1.5.2 Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
ketersediaan pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna untuk terselenggaranya upaya kesehatan secara merata,
terjangkau, dan bermutu bagi seluruh masyarakat. Tersedianya
pembiayaan yang memadai juga akan menunjang terselenggaranya
subsistem sumber daya manusia kesehatan, subsistem sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan makanan, subsistem manajemen dan informasi
kesehatan, serta subsistem pemberdayaan masyarakat.
4.1.5.3 Subsistem sumber daya manusia kesehatan diselenggarakan guna
menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu dalam jumlah yang
mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil
guna dan berdaya guna, sehingga upaya kesehatan dapat
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.
Tersedianya tenaga kesehatan yang mencukupi dan berkualitas juga
akan menunjang terselenggaranya subsistem pembiayaan kesehatan,
subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, subsistem
manajemen dan informasi kesehatan, serta subsistem pemberdayaan
masyarakat.
4.1.5.4 Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
diselenggarakan guna menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu
semua produk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang
beredar; menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat,

31
terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang
salah dan penyalahgunaan obat; serta penggunaan obat yang rasional,
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan saling terkait dengan subsistem upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen dan informasi
kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat, sehingga upaya kesehatan
dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.
4.1.5.5 Subsistem manajemen dan informasi kesehatan diselenggarakan guna
menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi
kesehatan, informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai
dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara
berhasil guna dan berdaya guna. Dengan manajemen kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna dapat diselenggarakan subsistem upaya
kesehatan, subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem sumber daya
manusia kesehatan, subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan, serta subsistem pemberdayaan masyarakat, sebagai suatu
kesatuan yang terpadu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
4.1.5.6 Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan guna
menghasilkan individu, kelompok, dan masyarakat umum yang mampu
berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Masyarakat
yang berdaya akan berperan aktif dalam penyelenggaraan subsistem
pembiayaan kesehatan, subsistem sumber daya manusia kesehatan,
subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, serta
subsistem manajemen dan informasi kesehatan.

4.1.6 Penyelenggaraan SKN


4.1.6.1 Pelaku SKN
1) Masyarakat tokoh masyarakat, masyarakat
mandiri, LSM, media massa, organisasi profesi, akademis, para
pakar dan masyarakat luas termasuk masyrakat.

32
2) Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota
sebagai penanggung jawab, penggerak, pembina dan pelaksana
pengembangan kesehatan
3) Badan legislative
4) Badan yudikatif
4.1.6.2 Proses penyelenggaraan SKN
Dengan pendekatan keseisteman: cara berpikir & bertindak yang logis,
sisematis, komperehensif & holistik dalam menyelenggarakan
pengembangan kesehatan.
Penyelenggaraan SKN menerapkan pendekatan kesisteman yang
meliputi masukan, proses, luaran, dan lingkungan serta keterkaitannya
satu sama lain, sebagai berikut:
1) Masukan dalam SKN meliputi subsistem sumber daya
manusia, subsistem pembiayaan kesehatan, dan subsistem sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
2) Proses dalam SKN meliputi subsistem upaya kesehatan,
subsistem pemberdayaan masyarakat, dan subsistem manajemen
dan informasi kesehatan
3) Luaran dari SKN adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna, bermutu, merata,
dan berkeadilan.
4) Lingkungan SKN meliputi berbagai keadaan yang
menyangkut ideologi, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan baik nasional,
regional maupun global, dan tingkat fisik/alam yang berdampak
terhadap pembangunan kesehatan. Pancasila, Undang-undang
Dasar 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional
merupakan landasan bagi penyelenggaraan SKN.
4.1.6.3 Pentahapan penyelenggaraan SKN
1) Penetapan SKN
2) Advokasi & Sosialisasi SKN
3) Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah
4) Pelaksanaan SKN & SKD
5) Pengendalian SKN & SKD

33
4.2 Sistem Kesehatan Daerah
4.2.1 Pengertian
Sistem Kesehatan Daerah adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya yang terpadu dan saling mendukung untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.

4.2.2 Tujuan Sistem Kesehatan Daerah


4.2.2.1 Untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi di lingkungan internal
maupun eksternal suatu wilayah pemerintahan daerah terutama dalam
pembangunan sektor kesehatan.
4.2.2.2 Untuk memberikan acuan yang jelas dalam pelaksanaan pembangunan
kesehatan melalui subsistem yang ada di dalamnya.

4.2.3 Landasan sistem kesehatan daerah


4.2.3.1 Landasan idiil yaitu Pancasila.
4.2.3.2 Landasan konstitusional yaitu UUD 1945.
4.2.3.3 Undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
4.2.3.4 Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
4.2.3.5 Undang-undang no 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
4.2.3.6 Undang-undang no 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial
nasional (SJSN).
4.2.3.7 Undang-undang no 29 tahun 2005 tentang praktek kedokteran, dokter,
dan dokter gigi.
4.2.3.8 KepMenKes no. 574/MenKes/SK/IV/2000 tentang pembangunan
kesehatan menuju Indonesia sehat 2010.
4.2.3.9 KepMenKes no. 131/MenKes/SK/2004 tentang sistem kesehatan
nasional.

4.2.4 Subsistem kesehatan daerah


4.2.4.1 Subsistem dan jejaring kelembagaan

34
Subsistem ini mengatur tentang fungsi dan peran kelembagaan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan ke tingkat daerah.
4.2.4.2 Subsistem upaya kesehatan
Subsistem ini menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat,
kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan kegawat daruratan secara
terpadu dan saling mendukung, terutama dalam memberikan pelayanan
kesehatan di daerah kepulauan guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

4.2.4.3 Subsistem pembiayaan kesehatan


Subsistem ini digunakan untuk penyelenggaraaan berbagai upaya
kesehatan dan menjadi acuan dalam melekukan mobilisasi kemampuan
keuangan penganggaran kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan
jaminan kesehatan.
4.2.4.4 Subsistem pengelolaan sumber daya manusia kesehatan
Subsistem ini berguna sebagai upaya kesehatan di tingkat daerah. Oleh
sebab itu jumlah, jenis dan kualitas sangat diperlukan.
4.2.4.5 Subsistem pemberdayaan masyarakat
Subsistem ini digunakan sebagai acuan dalam pengorganisasian,
penggerakan dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
4.2.4.6 Subsistem Manajemen Kesehatan
Subsistem ini berperan sebagai koordinasi, integrasi, sinkronisasi, serta
penyerasian struktur kelembagaan kesehatan, upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan
kesehatan.
4.2.4.7 Subsistem Informasi Manajemen kesehatan
Subsistem ini berfungsi untuk menghimpun berbagai upaya
pengumpulan, pengolahan, penyampaian, pemanfaatan, dan substansi
informasi secara terpadu dan saling mendukung untuk mewujudkan
kesehatan masyarakat yang optimal.

4.3 Rumah sakit

35
4.3.1 Pengertian
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 134 Menkes/SK/IV/78 th. 1978
tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia
antara lain disebutkan :
4.3.1.1 Pasal 1
Rumah Sakit Umum adalah organisasi di lingkungan Departemen
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Dirjen Yan Medik.

4.3.1.2 Pasal 2
Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan (caring) dan pemyembuhan (curing) penderita serta
pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa (rehabilitation).
4.3.1.3 Pasal 3
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai
fungsi:
1) Melaksanakan usaha pelayanan medik
2) Melaksanakan usaha rehabilitasi medik
3) Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan
pemulihan kesehatan
4) Melaksanakan usaha perawatan
5) Melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan
paramedis
6) Melaksanakan sistem rujukan
7) Sebagai tempat penelitian
4.3.1.4 Pasal 4
1) Rumah Sakit Umum yang dimaksud dalam keputusan ini
adalah Rumah Sakit kelas A, kelas B, kelas C.
2) Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan
pelayanan kesehatan yang spesialistik dan subspesialistik yang luas.
3) Rumah Sakit Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan
pelayanan kesehatan spesialistik yang luas.
4) Rumah Sakit Umum kelas C adalah RSU yang melaksanakan
pelayanan kesehatan yang spesialistik paling sedikit 4 spesialis

36
dasar yaitu penyakit dalam , penyakit bedah, penyakit kebidanan
atau kandungan dan kesehatan anak.
Untuk Rumah Sakit Umum kelas A susunan organisasinya diatur
sesuai dengan SK Menkes No. 543/VI/94 adalah sbb :
a. Direktur
b. Wakil Direktur yang terdiri dari :
- Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan
- Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
- Wadir Umum dan Keuangan
- Wadir Komite Medik

4.3.2 Proses perencanaan di Rumah sakit


4.3.2.1 Perencanaan pengadaan obat dan logistik.
Ada 2 pendekatan yang umum digunakan untuk merencanakan
pengadaan obat dan logistik RS yaitu :
1) Pola konsumsi.
2) Pola epidemiologi.
4.3.2.2 Perencanaan tenaga di RS.
Didasarkan pada 4 faktor yaitu:
1) Kebutuhan tenaga yang baru.
2) Tenaga yang sudah tersedia.
3) Tenaga yang sudah berhenti (pensiun).
4) Tenaga yang akan pensiun.

4.3.3 Fungsi penggerakan (actuating ) di RS


Kompleksitas fungsi actuating di RS dipengaruhi 2 aspek lain yaitu :
4.3.3.1 Sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen
penerima jasa pelayanan.
4.3.3.2 Pelaksanaan fungsi actuating cukup komplek karena tenaga yang
bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.

4.3.4 Indikator penilaian mutu asuhan kesehatan


4.3.4.1 Aspek struktur

37
Struktur adalah semua masukan (input) untuk sistem pelayanan sebuah
RS yang meliputi tenaga, peralatan, dan sebagainya.
4.3.4.2 Proses
Adalah semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang
mengadakan interaksi secara professional dengan pasiennya. Interaksi
ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien,
penegakan diagnosa, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan,
penanganan penyakit dan prosedur pengobatan.
4.3.4.3 Outcome
Adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap
pasien.

4.3.5 Sistem Rumah Sakit


4.3.5.1 Subsistem Pelayanan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada subsistem
pelayanan kesehatan ialah pelayanan kesehatan tersebut menjadi
terkotak-kotak ( fragmented health services ), amat tergantung pada
berbagai peralatan kedokteran canggih serta cenderung mengorganisir
pelayanan kesehatan yang lebih majemuk. Karena pelayanan yang
terkotak-kotak ini, maka hubungan dokter dan pasien menjadi
renggang.

4.3.5.2 Subsistem Pembiayaan Kesehatan


Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada subsistem
pembiayaan kesehatan ialah biaya kesehatan menjadi meningkat.

4.4 Puskesmas
4.4.1 Pengertian
Unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai
pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang
tinggal di suatu wilayah kerja tertentu.
Berdasarkan misi tersebut, puskesmas mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang secara

38
administrative berdomisili di wilayah kerjanya. Untuk wilayah kesehatan yang
diberikan di puskesmas bersifat menyeluruh (Comprehensif Health Care
Service) yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Prioritas yang dikembangkan oleh Puskesmas lebih
diarahkan ke pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih
mengutamakan upaya promosi dan pencegahan (public health services).

4.4.2 Usaha-Usaha pokok Puskesmas:


Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada
seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa
usaha pokok yang meliputi program sebagai berikut:
4.4.2.1 Kesehatan ibu dan anak dengan tujuan umum:
1) Menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
2) Meningakatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan
status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit
menular yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
4.4.2.2 Keluarga berencana memiliki tujuan untuk menurunkan angka
kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga akan berkembang
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
4.4.2.3 Pemberantasan penyakit menular dengan tujuan untuk menemukan
kasus penyakit menular sedini mungkin dan mengurangi berbagai
faktor risiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya
penyebaran suatu penyakit menular.
4.4.2.4 Upaya peningkatan gizi dengan tujuan meningkatkan status gizi
masyarakat melalui usaha pemantauan status gizi kelompok-kelompok
masyarakat yang mempunyai risiko tinggi, pemberian makanan
tambahan baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.
4.4.2.5 Usaha kesehatan lingkungan dengan tujuan untuk menanggulangi dan
menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor
lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor risiko timbulnya
penyakit di masyarakat.
4.4.2.6 Pengobatan dengan tujuan memberi pengobatan dan perawatan di
Puskesmas.

39
4.4.2.7 Penyuluhan kesehatan masyarakat dengan tujuan meningkatkan
kesadaran penduduk akan nilai kesehatan melalui upaya promosi
kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah
perilakunya menjadi perilaku sehat.
4.4.2.8 Laboratorium dengan tujuan untuk memeriksa sediaan darah, sputum,
feses , urine untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit.
4.4.2.9 Usaha kesehatan sekolah dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan anak dan lingkungan sekolah.
4.4.2.10 Perawatan kesehatan masyarakat dengan tujuan :
1) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2) Membantu keluarga dan masyarakat mengenal kebutuhan
kesehatannya.
3) Menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha
pencegahan penyakit.
4.4.2.11 Usaha kesehatan jiwa dengan tujuan untuk mencapai tingkat kesehatan
jiwa masyarakat secara optimal.
4.4.2.12 Usaha kesehatan gigi dengan tujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi gangguan kesehatan gigi dan mempertinggi kesadaran
kelompok-kelompok masyarakat tentang pemeliharaan pentingnya
kesehatan gigi.

4.4.3 Sub sistem dalam puskesmas:


4.4.3.1 Subsistem pelayanan kesehatan yang meliputi promosi pencegahan
pengobatan rehabilitasi medis dan sosial.
4.4.3.2 Subsistem manajemen keuangan :
Terdiri atas :
1) Jenis anggaran
Anggaran yang digunakan untuk mendukung pengembangan
kegiatan program puskesmas terdiri dari dana rutin dan dana
operasional untuk masing-masing program.
2) Sumber
Sumber dana untuk menunjang kegiatan program berasal dari
APBN dan APBD.
3) Pencatatan pelaporan

40
Pimpinan Pukesmas menunjuk seorang atau beberapa stafnya untuk
menjadi bendahara Puskesmas. Mereka diberikan tugas mencatat
dan melapokan semua dana yang diterima dan dikeluarkan oleh
Puskesmas.
4.4.3.3 Subsistem manajemen logistik
Terdiri dari:
1) Jenis logistik
Logistik yang tersedia di Puskesmas direncanakan untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan program pokok Puskesmas. Setiap
program membutuhkan dukungan logistik yang jumlah dan
jenisnya berbeda-beda.
2) Sumber
Jumlah dan jenis sumbernya disesuaikan dengan perencanaan yang
telah diajukan oleh masing-masing Puskesmas.
3) Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang dan obat harus
dibuat oleh petugas khusus. Pimpinan Puskesmas mempunyai
wewenang dan wajib memeriksa administrasi barang dan obat
secara rutin.
4.4.3.4 Subsistem manajemen personalia
Staf adalah sumber daya manusia (SDM) yang utama yang dimiliki
oleh Puskesmas. Oleh karenanya, SDM ini perlu dibina dan
dikembangkan motivasi, inisiasi, dan keterampilannya agar mereka
dapat bekerja lebih produktif. Sesuai dengan sistem manajemen
modern, personalia Puskesmas merupakan sumber daya utama
manajemen untuk mencapai keberhasilan program Puskesmas.
Untuk bidang ketenagaan, masalah yang sering dihadapi oleh
Puskesmas adalah jumlahnya yang terbatas, keterampilan mereka
masih sangat rendah, dan kualifikasi staf yang tersedia juga tidak
sesuai dengan kebutuhan. Tenaga minimal yang harus dimiliki oleh
subuah Puskesmas adalah dokter umum, bidan, petugas sanitasi,
perawat umum, perawat gigi, tata usaha yang biasanya merangkap
menjadi bendahara. Semakin berkembang pelayanan yang dilaksanakan

41
oleh Puskesmas, semakin banyak jenis dan jumlah staf yang
dibutuhkan.
4.4.3.5 Subsistem pencatatan dan pelaporan program
Untuk merencanakan pengembangan program pokok Puskesmas,
diperlukan data yang siap pakai. Data siap pakai adalah data yang
sudah dianalisa dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau
dilaporkan secara naratif. Data yang disajikan tersebut adalah informasi
tentang pelaksanaan program dan perkembangan masalah kesehatan
masyarakat. Setiap program dilengkapi dengan pencatatan dan
pelaporan. Jenis pencatatan kegiatan harian program Puskesmas dapat
dibagi berdasarkan lokasi pencatatan yaitu pencatatan didalam dan
diluar gedung Puskesmas. Pelaoporan yang dibaut dari dalam gedung
Puskesmas adalah semua data yang diperoleh dari pencatatan kegiatan
harian program yang dilaksanakan didalam gedung Puskesmas seperti
data dari BP, Pol Gigi, Farmasi, Laboratorium, KIA, KB, Kesehatan
Jiwa. Data yang berasal dari luar gedung Puskesmas adalah data yang
dibuat berdasarkan catatan harian kegiatan program yang dilaksanakan
diluar gedung Puskesmas atau Puskesmas Pembantu.

42
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sistem adalah sebuah kesatuan dari beberapa subsistem yang saling


berhubungan dan mempengaruhi. Setiap subsistem memiliki fungsi yang tertentu dan
berbeda dengan subsistem yang lain. Namun bila semua fungsi dari subsistem tersebut
digabungkan akan membentuk sebuah fungsi universal yang menunjang fungsi dari
sistem tersebut. Demikian halnya juga terhadap tujuan subsistem yang kemudian
bergabung untuk menunjang.
Dengan menggunakan pendekatan sistem, seorang manajer dapat menganalisa,
menimbang dan mengambil keputusan mengenai suatu hal. Dengan pendekatan
sistem, seorang manajer dapat mengetahui komponen mana yang lebih penting/lebih
dominan, menimbulkan masalah, mengetahui mana yang tidak berfungsi. Sehingga
manajer tersebut dapat dapat mengelola sistem tersebut dengan baik yaitu
menjalankan fungsi dan tujuan sistem tersebut dengan baik, serta memimpin anak
buah agar dapat bekerja dengan maksimal.

5.2 Saran

Penyusun menyadari banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini,


maka diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

43
DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. Sistem Kesehatan Nasional: Jakarta, 2009.

Azwar, Azrul. Administrasi Kesehatan edisi III. Tangerang: Binarupa Aksara,2010

Davis, Gordon. B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Managemen bagian 1. Jakarta:


Bina Print, 1999

Siagian. M.P.A. Prof dr. Sondang P. Organisasi, kepemimpinan dan Perilaku


Administrasi. Jakarta: NV. Sapdodadi. 1995

Daft, Richard L. Management edisi 6. Jakarta: Salemba Empat, 2006

Ristianto. Sistem dan model_tim_p4w.pdf. diakses pada tanggal 13-10-2009 jam 05:46

Andrew. Sistem Informasi Management bab 2. di akses pada tanggal 13-12-2009 jam
05:49

Baak. Modul 1 APSI- Pengertian Sistem dan Analisis Sistem.doc. Di akses pada tanggal
13-10-2009 jam 06:28

Diagra 2004. Pendekatan Sistem,doc pdf. Di akses pada tanggal 16-09-2009 jam 02:33

44
45

Anda mungkin juga menyukai