Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Domba

Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan hijauan)

karena pakan utamanya adalah hijauan yang berupa rumput dan legum. Domba

juga merupakan hewan mamalia, karena menyusui anak-anaknya. Sistem

pencernaan pakan yang khas di dalam rumen menyebabkan domba juga

digolongkan sebagai ternak ruminansia. Sistem pencernaan yang khas inilah yang

menyebabkan domba mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas rendah

menjadi produk bergizi tinggi, seperti daging dan susu, serta hasil ikutan yang

berkualitas tinggi, seperti kulit dan wol (Sodiq dan Abidin, 2002).

Domba Sei Putih

Domba Sei Putih adalah bangsa domba yang diperoleh dari persilangan

yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Ternak (SBPT) Sei Putih Galang,

Sumatera Utara bekerja sama dengan Small Ruminant - Collaborative Research

Support Program (SR - CRSP) sejak tahun 1986. Komposisi darahnya adalah

50% domba lokal Sumatera, 25% domba St. Croix (Virgin Island) dan 25%

domba Barbados Blackbelly (Gatenby dkk., 1995).

Koefisien teknis domba Sei Putih (Hair Sheep) : Jumlah anak per

kelahiran (litter size) adalah 1.35, interval beranak (lambing interval) adalah 8

bulan, mortalitas anak (lamb - mortality) adalah 15%, produksi anak per induk

(lamb production per ewe) adalah 1,7 per tahun yang merupakan perkalian dari

litter size dengan angka persentase anak yang hidup dibagi dengan lambing

interval, bobot sapi umur 3 bulan adalah 10 kg (Gatenby dkk., 1995).

Universitas Sumatera Utara


Domba Sei Putih adalah domba unggul hasil persilangan antara domba

lokal Sumatera, domba St. croix (USA) dan domba Barbados Blackbelly (USA).

Kelebihan domba Sei Putih : Mampu beradaptasi pada lingkungan tropis dan

lembab, siklus reproduksi sepanjang tahun dan mempunyai laju pertumbuhan

yang baik (101 gram/hari) (www.litbang.deptan.go.id/produk/one/7/).

Peranan Pakan dan Konsentrat untuk Domba

Pakan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur

yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi

ternak. Makanan sangat esensial bagi ternak domba karena makanan yang baik

akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses

ilmiah tubuh secara normal. Dalam batas minimal, makanan bagi ternak domba

berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi,

sehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme (Murtidjo, 1993).

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh

kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat

tergantung pada jenis ternak, umur, fase, pertumbuhan (dewasa, bunting,

menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya

(temperatur, kelembaban, nisbah) serta berat badannya. Jadi setiap ternak yang

berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).

Pemeliharaan domba yang efisien dan ekonomis untuk maksud

pembibitan, penggemukan, peningkatan persentase kelahiran dan cepat tumbuh

berpangkal pada pemberian pakan. Memang dalam hal ini, jumlah pakan dan

mutu pakan yang baik tidak bisa merubah tubuh domba yang secara genetik

bertubuh kecil menjadi domba yang besar tetapi pemberian pakan dalam jumlah

Universitas Sumatera Utara


dan mutu yang rendah tidak akan mampu menumbuhkan karkas sesuai dengan

sifat genetik yang dimiliki ternak tersebut. Kebutuhan pakan yang dimaksud

adalah zat makanan seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin-vitamin, mineral

dan air (Soeparno, 1994).

Pakan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi produktivitas

ternak. Kondisi pakan baik kualitas maupun kuantitas yang tidak mencukupi

kebutuhan akan menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah yang

ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat serta bobot badan yang rendah

(Martawidjaya dkk., 1999).

Tabel 1. Kebutuhan harian zat - zat makanan untuk ternak domba


BK Energi Protein
BB P
ME Total Ca (g)
(Kg) (Kg) %BB TDN (Kg) DD (g)
(Mcal) (g)
5 0.14 2.8 0.6 0.61 51 41 1.91 1.4
10 0.25 2.5 1.01 1.28 81 68 4.3 1.6
15 0.36 2.4 1.37 0.38 115 92 2.8 1.9
20 0.51 2.6 1.8 0.5 150 120 3.4 2.3
25 0.62 2.5 1.91 0.53 160 128 4.1 2.8
30 0.81 2.7 2.44 0.67 204 163 4.8 2.3
Sumber : NRC (1995)
Bahan baku pakan yang dapat diberikan pada domba terdiri dari dua jenis

yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan bahan makanan kasae yang

terdiri dari hijauan yang dapat berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian,

rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan, juga beberapa jenis leguminosa.

Sedangkan konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan yang

kaya Karbohidrat Protein. Konsentrat untuk ternak domba biasanya disebut pakan

penguat yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah

dicerna (Murtidjo, 1993).

Tujuan suplementasi pakan penguat (konsentrat) dalam pakan domba

adalah untuk meningkatkan daya guna pakan atau menambah nilai gizi pakan,

Universitas Sumatera Utara


menambah unsur pakan yang defisiensi serta meningkatkan konsumsi dan

pencernaan pakan (Murtidjo, 1993).

Pucuk Batang Jagung

Menurut Reksohadiprodjo dkk. (1979) disitasi Jamarun (1991) bahwa

daun jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buah dipanen pada

waktu muda dan dapat diberikan pada ternak baik dalam bentuk segar maupun

dalam bentuk kering. Pemanfaatan batang jagung sebagai pakan ternak telah

dilakukan terutama untuk ternak kerbau, sapi, kambing dan domba.

Tanaman jagung banyak sekali gunanya, hampir seluruh bagian tanaman

dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman

yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak (Warisno, 1998).

Tabel 2. Kandungan nilai gizi pucuk batang jagung


Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 63.21 a
Protein kasar (%) 8.12 a
b
TDN (%) 59
Serat kasar (%) 25.87 a
Lemak kasar (%) 2.78 a
Energi metabolis (Mcal) 4.00 c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)
b. NRC (1995)
c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)

Pucuk Batang Ubi Kayu

Pucuk Batang Ubi kayu merupakan sumber protein bagi berbagai jenis

ternak ruminansia, daun ubi kayu selain kaya akan protein juga kaya akan vitamin

seperti caroten, vitamin B, vitamin B2, dan vitamin C (Cahyono, 1998).

Hijauan daun ubi kayu, penggunaannya harus dilayukan semalam atau

dijemur 2 - 3 jam agar racun HCN yang dikandungnya dapat hilang sehingga

Universitas Sumatera Utara


tidak meracuni ternak, dengan pengolahan yang sederhana ini racun dapat

berkurang atau hilang sehingga ternak akan menyukainya (Cahyono, 1998).

Tabel 3. Kandungan nilai gizi daun ubi kayu


Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 74.92 a
Protein kasar (%) 17.05 a
TDN (%) 61.80 b
Serat kasar (%) 10.85 a
Lemak kasar (%) 6.02 a
Energi metabolis (Mcal) 4.61 c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)
b. NRC (1995)
c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)

Pucuk Batang Tebu (Saccharum officinarum)

Persepsi kita tanaman tebu hanya sebagai bahan baku pembuatan gula.

Ternyata hampir semua bagian tebu dapat digunakan terutama sebagai sumber

hijauan pakan ternak atau campuran bahan pakan dengan bahan lain. Contohnya

hasil ikutan berupa pucuk batang tebu dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan

ternak (Ensminger et al., 1990).

Penggunaan hasil ikutan dan hasil olahan tanaman tebu pada saat musim

kemarau adalah pilihan tepat dan efektif. Karena tanaman tebu mudah diperoleh,

boleh dalam bentuk tunggal maupun bahan pelengkap pada pembuatan pakan

lengkap untuk ternak ruminansia (Dwiyanto dkk., 2001).

Tabel 4. Kandungan nilai gizi pucuk tebu


Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 16.67 a

Universitas Sumatera Utara


Protein kasar (%) 5.47 a
b
TDN (%) 53
Serat kasar (%) 17.71 a
Lemak kasar (%) 2.49 a
Energi metabolis (Mcal) 3.94 c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)
b. NRC (1995)
c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)

Dedak Padi

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras

dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dan pengayakan hasil

ikutan dari penumbuhan padi (Parakkasi, 1985). Sedangkan dedak padi menurut

Rasyaf (1992) dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah

menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal, tapi tercampur

dengan bagian penutup beras. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau

rendahnya kandungan serat kasar dedak. Bila dilihat dari asal-usul pengolahan

gabah menjadi beras wajar bila kandungan serat kasar yang dikandung itu tinggi.

Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi


Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 89.10 a
Protein kasar (%) 13.80 a
TDN (%) 64.30 b
Serat kasar (%) 8.00 a
Lemak kasar (%) 8.20 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)
b. NRC (1995)

Ampas Tahu

Universitas Sumatera Utara


Meskipun disebut ampas tahu tetapi ternyata ampas tahu ini masih berguna

bagi manusia maupun hewan peliharaan. Memang kandungan gizinya sudah amat

tipis sekali karena sudah diperas habis - habisan. Karena sifat ampas tahu itu cepat

basi atau berbau kurang sedap bila tidak segera dihabiskan, haruslah dijemur

hingga kering. Ampas yang telah kering dapat disimpan dalam waktu lama

(Katyanto, 1982).

Tabel 6. Kandungan nilai gizi ampas tahu


Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 89.26 a
Protein kasar (%) 19.03 a
b
TDN (%) 79
Serat kasar (%) 20.44 a
Lemak kasar (%) 5.64 a
Energi metabolis (Mcal) 5.08 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)
b. NRC (1995)

Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi

gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan

karbohidrat, protein dan mineral protein cukup tinggi, sehingga bisa juga

digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung.

Disamping harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan

rasanya. Oleh karena itu apabila dicampur dalam ransum maka akan bisa

memperbaiki aroma dan rasanya (Hasan dan Ishida, 1992).

Tabel 7. Kandungan nilai gizi molases

Universitas Sumatera Utara


Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 67.50 a
Protein kasar (%) 3.50 a
TDN (%) 81.00 b
Serat kasar (%) 0.38 a
Lemak kasar (%) 0.08 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)
b. NRC (1995)

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisa

pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan

sangat potensial untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995).

Kandungan nilai gizi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa


Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 84.40 a
Protein kasar (%) 21.00 a
TDN (%) 81.30 b
Serat kasar (%) 15.00 a
Lemak kasar (%) 1.80 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)
b. NRC (1995)

Urea

Urea yang ditambahkan dalam ransum ruminansia dengan kadar yang

berbeda - beda, ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen.

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di dalam

sistem pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak

positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea bila

diberikan kepada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein,

karena dapat disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen

(Anggorodi, 1984). Menurut yang dilaporkan Basir (1990) selain meningkatkan

kualitas hijauan, urea juga dapat dimanfaatkan sebagai pengganti protein butir-

Universitas Sumatera Utara


butiran. Urea juga dapat memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan pada

produksi ternak ruminansia.

Garam

Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl) dimana selain

berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai pembatas konsumsi yang

berlebihan bagi ternak karena adanya rasa asin (Pardede dan Asmira, 1997).

Garam dapur ditambahkan sebanyak 0,5% untuk meningkatkan tingkat

konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25 - 1,75 kg/ekor/hari.

Semula pengaruhnya terlihat meningkatkan konsumsi kemudian menurunkan

sampai jumlah yang dikehendaki (Parakkasi, 1995).

Probiotik Starbio

Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)

yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun - daun atau

ranting - ranting yang dibusukkan, dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus

yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Cellumonas clostridium

thermocellulosa (pencerna lemak), Agricus dan Coprinus (pencerna lignin), serta

Klebssiella dan Azozpirillum transiliensis (pencerna protein). Probiotik starbio

merupakan probiotik anaerob penghasil enzim pemecah karbohidrat (selulosa,

hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum

ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi

penggunaan ransum. Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak.

Probiotik starbio merupakan koloni bakteri alami yang terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


1. Mikroba Proteolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Nitrosomonas / Nitrobacter / Nitrospira / Nitrosococcus /

Nitrosolobus.

2. Mikroba Lignolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Clavaria dendroidea / Clitocybe alexandri / Hypoloma

fasculare.

3. Mikroba Nitrogen

4 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Azotobacter Spp. / Bayerinkya Spp. / Clostridium

pasteiriuanum / Nostoc Spp. / Anabaena Spp. / Tolypothix Spp. / Spirilium

lipoferum.

4. Mikroba Selulotik

8 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Trichoderma polysporeum / Trichoderma viridae /

Cellulomonas ocidula / Bacillus cellulose disolven.

5. Mikroba Lipolitik

5 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Spirillium liporerum.

(Lembah hijau Multifarm, 2008).

Fungsi utama probiotik starbio antara lain :

Universitas Sumatera Utara


1. Menurunkan Biaya Pakan

Mikroba yang terdapat dalam starbio akan membantu pencernaan pakan

dalam tubuh ternak, membantu penyerapan lebih banyak sehingga pertumbuhan

ternak lebih cepat dan produksi dapat meningkat. Hasilnya FCR (Feed Convertion

Ratio) akan menurun sehingga biaya pakan lebih murah.

2. Mengurangi Bau Kotoran Ternak

Pakan yang dicampur dengan starbio akan meningkatkan kecernaan

penyerapan sehingga : Kotoran ternak (feses) lebih sedikit kering dan kandungan

amonia dalam kotoran ternak akan menurun sampai 50%

Akhirnya daya ketahanan tubuh ternak akan meningkat dan kondisi ternak

akan lebih segar, karena kontamionasi lalat lebih sedikit. Peternak dan

lingkungannya akan lebih nyaman, tidak terganggu dengan kotoran ternak

(Lembah Hijau Multifarm, 2008).

Lebih lanjut, dikatakan juga bahwa penggunaan starbio pada pakan

mengakibatkan bakteri yang ada pada starbio akan membantu memecahkan

struktur jaringan yang sulit terurai sehinga lebih banyak nutrisi yang dapat diserap

dan ditranformasikan ke produk ternak. Selain itu produktivitas ternak akan

meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap,

Sartika et al. (1994) melaporkan bahwa hasil analisa proksimat probiotik starbio

mengandung : 19,12% air, 10,42% protein, 0,11% lemak kasar, 8,37% serat kasar

dan 51,54% abu.

Analisis Usaha

Universitas Sumatera Utara


Total Biaya Produksi

Dalam usaha penggemukan domba yang berorientasi bisnis, pencatatan

mutlak perlu dilakukan. Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat

mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga potensi-potensi

kejadian yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kerugian besar, bisa terhindar

sejak dini. Selain itu analisis mengenai efisiensi usaha bisa terus dilakukan,

sehingga usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu, yang secara

keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan.

Pencatatan perlu untuk dua pos besar, yaitu pos pengeluaran atau biaya

dan pos pendapatan. Pengeluaran atau biaya dibagi menjadi dua bagian, yaitu

biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap diartikan sebagai biaya yang besarnya tetap, walaupun hasil

produksinya berubah sampai batas tertentu. Termasuk dalam biaya tetap ini

adalah sewa lahan, pembuatan kandang, pembelian peralatan dan tenaga kerja.

b) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah jika

hasil produksinya berubah. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya pembelian

domba bakalan dan biaya pakan. Biaya pembelian domba bakalan dikatakan

sebagai biaya variabel karena biaya tersebut sangat tergantung pada unit domba

bakalan yang dibeli dan digemukkan (Sodiq dan Abidin, 2002).

Total Hasil Produksi (Penerimaan dan Pendapatan)

Universitas Sumatera Utara


Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh

suatu usaha, baik yang berupa hasil pokok (penjualan domba yang sudah

digemukkan) maupun hasil sampingan (penjualan pupuk kandang)

(Sodiq dan Abidin, 2002).

(Murtidjo, 1993), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk

total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak

dijual. Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan merupakan

hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total

adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat

usahatani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan

selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan

dengan biaya produksi (Tohir, 1991).

Menurut Gunawan dkk. (1993) menyebutkan bahwa dalam analisis

pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan

pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa

tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan

keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis

pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Pane dan Ismed (1986) yang mengatakan bahwa pakan sebagai salah satu

faktor yang mempengaruhi pendapatan selain memiliki kandungan nutrisi yang

cukup juga harus ekonomis.

Laba/Rugi

Universitas Sumatera Utara


Keuntungan (laba) suatu usaha secara metematis dapat dituliskan

K = TR – TC dimana K = Keuntungan, TR = Total penerimaan dan

TC = Total pengeluaran (Soekartawi dkk., 1995) mendefinisikan laba sebagai

nilai maksimum yang dapat didistribusikan oleh suatu satuan usaha dalam suatu

periode. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau

kerugian suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik

untuk pos - pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun

biaya dan pendapatan tersebut harus dicatat.

Memperoleh suatu laba (keuntungan) dari setiap usaha adalah suatu

sasaran dalam berusaha. Jadi, jika merencanakan suatu usaha walaupun sederhana

sekalipun diperlukan analisa ekonomi dengan harapan mendapatkan keuntungan.

Ini tidak terlepas dari modal saja tetapi juga manajemen dan pemasaran hasil

produksi. Padahal tujuan perusahaan pada umumnya adalah mendapatkan laba

(keuntungan), menampung tenaga kerja, menaikkan pendapatan masyarakat dan

daerah, serta melangsungkan hidup dan usaha ternak tersebut

(Karo - karo et al., 1995).

Bila dalam suatu usaha peternakan dapat mengontrol konsumsi harga

pakan serendah mungkin tanpa mengabaikan kualitas dari pakan tersebut maka

akan diperoleh keuntungan dari usaha peternakan tersebut (Murtidjo, 1993).

Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh

suatu usaha, baik yang berupa basil pokok (penjualan domba yang digemukkan)

maupun hasil sampingan (penjualan pupuk kandang) (Sodiq dan Abidin, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan

biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan

total penerimaan (total revenue) dengan total pengeluaran (total cost),

Rahardi dkk. (1993) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu

usaha dapat digunakan parameter tingkat keuntungan dan kerugian suatu usaha

yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran,

dimana bila :

B/C Ratio lebih besar dari 1 : Efisien

B/C Ratio sama dengan 1 : Impas

B/C Ratio lebih kecil dari 1 : Tidak Efisien

Soekartawi dkk. (1995) menyatakan bahwa suatu usaha dapat dikatakan

memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio diatas 1 ( > 1 ). Semakin besar nilai B/C

Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai

B/C Ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Rumus untuk mencari B/C

Ratio dapat dituliskan sebagai berikut :

Output
B/C Ratio =
Input

Break Event Point (BEP)

Break event point (BEP) adalah kondisi dimana suatu usaha dinyatakan

tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas. Jadi analisa BEP (break event

point) atau titik keseimbangan adalah suatu teknik yang digunakan seorang

manajer perusahaan yang mengetahui pada jumlah produksi berapa usaha yang

dijalankan tidak memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Rahardi dkk. (1993) BEP (break event point) dimaksudkan untuk

mengetahui titik impas (tidak untung dan juga tidak rugi) dari usaha bisnis yang

diusahakan tersebut. Jadi dalam keadaan tersebut pendapatan yang diperoleh sama

dengan modal usaha yang dikeluarkan.

Analisa ini merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara beberapa variabel dalam kegiatan usaha, yang

menggambarkan posisi biaya total sama dengan penerimaan total. Dengan kata

lain, titik ini disebut titik impas.

Break Event Point (BEP) dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. BEP harga produksi, dimana diperoleh hasil pembagian total biaya produksi

dengan berat hidup domba (kg). Diperoleh dengan rumus :

Total Biaya
BEP harga produksi =
Total Produksi

2. BEP volume produksi, dimana diperoleh dari hasil pembagian total biaya

produksi dengan harga domba (rupiah/kg). Diperoleh dengan rumus :

Total Biaya
BEP volume produksi =
Total Satuan Hasil Produksi
(Sodiq dan Abidin, 2002).

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan

dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini

merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan

biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Pendapatan merupakan

perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat

perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo, 1990).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai