DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
D. Studi Review.
F. Metode Penelitian.
G. Sistematika Penulisan.
Mengenai PKDRT.
B. Pengertian Kekerasan.
A. Duduk Perkara.
C. Putusan Hakim.
078/Pdt.G/2007/PA.JP.
No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP.
Bab V Penutup
A. Kesimpulan.
B. Saran.
PENDAHULUAN
zoon politicon, yaitu selalu mencari manusia lainnya untuk hidup bersama, oleh
karena itu manusia akan selalu berusaha untuk mewujudkan suatu bentuk jalinan
berkomunikasi merupakan hukum agama yang tersirat, yang diatur dalam suatu
ikatan perjanjian yang suci dan kokoh untuk membentuk suatu keluarga bahagia dan
) ٢١: ٣٠ (سورة الروم
Artinya :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-
ruum: 21).
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, perkawinan adalah suatu
ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga
1
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Mazhab,
( Jakarta : PT. Prima Heza Lestari ), h. 4.
(Rumah tangga) bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.2 Pada
tujuan perkawinan tersebut adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
tercapai, karena biasanya setelah perkawinan berlangsung barulah tampak sifat asli
dari pasangannya, suami yang dulunya baik dan penyabar, berubah menjadi pemarah
dan ringan tangan, kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan isteri menjadi alasan
Persoalan rumah tangga yang muncul dapat dipengaruhi oleh berbagai factor
baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari orang lain. Biasanya
isteri kepada suami sehingga dengan alasan tersebut suami dapat merendahkan dan
Saat permasalahan rumah tangga tidak dapat lagi diselesaikan dan saat amarah
2
A. Ghani Abdullah, Himpunan Per-Undang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama,
( Jakarta : PT. Intermasa, 1991 ), Cet Ke-1 h. 187.
3
Abdurrahman, KHI di Indonesia, ( Jakarta : Akademika Pressindo, 2004 ), Edisi Pertama h.
144.
4
Fathul Djannah, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, ( Yogyakarta : LKIS ), h. 2.
perkawinan di Indonesia telah memberikan perlindungan bagi isteri atas
serta kekejaman dapat dijadikan alasan untuk memutuskan tali perkawinan sehingga
Perlindungan tersebut terdapat dalam KHI pasal 116 point (d) dan PP No. 9
tahun 1975 pasal 19, “bahwa salah satu alasan perceraian adalah salah satu pihak
melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain”, tapi
ternyata KHI dan PP No. 9 tahun 1975 tidak cukup memberikan keberaniaan terhadap
isteri untuk keluar dari belenggu suami yang menganiaya dan melakukan kekerasan
terhadap dirinya.
beberapa lembaga yang peduli terhadap perempuan menunjukkan jumlah yang jauh
lebih besar dari pada jumlah kekerasan terhadap perempuan di lingkungan lainnya,
dan relawan lembaga swadaya masyarakat, serta lembaga bantuan hukum yang
Awalnya yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga hanya pasrah
yang dilakukan suami terhadap dirinya merupakan hal yang lumrah dan biasa, tetapi
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, isteri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah
tangga sudah mulai berani untuk melaporkan suaminya kepada pihak yang berwajib
semangat kepada isteri untuk meminta perlindungan kepada pihak yang berwajib dan
membuat para isteri berani untuk menggugat cerai suaminya terbukti dengan adanya
kasus gugat cerai karena kekerasan dalam rumah tangga yang masuk di pengadilan
Seperti kasus yang menimpa Ningrum Mudi Pertami Binti Abdul Radjak. W.
A yang menggugat cerai suaminya karena merasa rumah tangganya sudah tidak dapat
lagi dipertahankan dengan alasan sang suami selalu membuat masalah kecil menjadi
besar dan diakhiri dengna ucapan kasar serta pemukulan ( ringan tangan ) dan sang
suami mempunyai tempramen sangat tinggi bahkan setiap hari timbul perselisihan
dan percekcokan terus menerus sehingga membuat psikis isterinya tertekan sampai
menimpa isteri sehingga isteri berani untuk menggugat cerai suaminya, melihat fakta
dan kenyataan diatas penulis selaku mahasiswi fakultas syari’ah dan hukum berusaha
untuk meneliti kasus gugat cerai dengan alasan KDRT khususnya kekerasan yang
menimpa Ningrum Mudi Pertami Binti Abdul Radjak. W. A serta apakah hakim
perkara tersebut. Untuk itu penulis ingin mengangkat kedalam skripsi yang berjudul
078/Pdt.G/2007/PA.JP)“.
a. Identifikasi Masalah
Masalah yang akan diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
pembentukannya?
2. Apa yang dijadikan pertimbangan hukum bagi hakim dalam memutus perkara
cerai gugat khususnya dengan alasan KDRT, berdasarkan data dari kasus yang
ditangani?
Pengadilan Agama?
b. Pembatasan Masalah
sejarah pembentukannya.
078/Pdt.G/2007/PA.JP.
yang berlaku.
c. Perumusan Masalah.
pembentukannya
Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan perkara cerai gugat dengan
a. Manfaat teoritis adalah dapat menamah khazanah keilmuan dalam kasus cerai
islam dan positif tentang kasus cerai gugat dengan alasan KDRT, khususnya
hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa, dan
akademisi lainnya.
b. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar,
kepada para penegak hukum khususnya hakim, dalam menyelesaikan kasus cerai
D. Studi Review.
Skripsi yang ditulis Oleh Farhan Hilaluddin Jurusan Peradilan Agama Tahun
PKDRT oleh aparat penegak hukum di wilayah kotamadya Jakarta Selatan serta
putusan hakim Pengadilan negeri Jakarta Selatan dalam menyelesaikan kasus KDRT,
skripsi ini berbeda dengan skripsi yang akan saya bahas, karena saya akan membahas
mengenai, penerapan UU PKDRT dalam kasus cerai gugat dengan alasan kdrt di
Pengadilan Agama Jakarta Pusat (studi kasus terhadap putusan Pengadilan Agama
hakim dan putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan
perkara cerai gugat dengan No. Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama
Jakarta Pusat sudah tepat dan sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku.
Skripsi Yang ditulis Oleh Mimi Maftuha Jurusan Peradilan Agama Tahun 2006
tangga oleh kepolisian resort metro bekasi, serta dijelaskan pula mengenai hakim
dalam mengambil keputusan dalam kasus KDRT padahal UU tersebut sudah lama
berlaku, skripsi ini berbeda dengan pembahasan dalam skripsi yang saya bahas
Anak dalam kasus cerai gugat dengan alasan kdrt di Pengadilan Agama Jakarta Pusat
didalamnya saya akan membahas yang didalamnya saya akan membahas mengenai
apa yang dimaksud dengan UU PKDRT, apa pertimbangan hukum hakim dalam
hakim dan putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan
Jakarta Pusat sudah tepat dan sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku.
Skripsi Yang ditulis Oleh Halimatus Sa’adah Jurusan Administrasi
dan cerai gugat karena penganiyaan suami di Pengadilan agama Tanggerang, dari
data yang diperoleh selama tahun 2003-2007 angka cerai gugat tertinggi pada tahun
2007 yaitu sebanyak 40 kasus,adapun alasan terjadinya penganiyaan dari tahun 2003-
2007 yang berujung pada cerai gugat adalah karena penelantaran ekonomi suami,
terutama pada tahun 2007 alasan penelantaran ekonomi menempati urutan tertinggi
akan saya bahas karena saya akan membahas mengenai Penerapan UU PDRT dan
UU Perlindungan Anak dalam kasus cerai gugat dengan alasan kdrt di Pengadilan
Agama Jakarta Pusat (studi kasus terhadap putusan Pengadilan Agama No.
didalamnya saya akan membahas mengenai apa yang dimaksud dengan UU PKDRT,
Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan perkara cerai gugat dengan No.
Skripsi ini membahas mengenai jenis penganiyaan terhadap isteri yang selama
ini sering terjadi dalam rumah tangga, latar belakang cerai gugat karena penganiayaan
dalam rumah tangga serta prosedur penyelesaian perkara cerai gugat karena
sangat berbeda dengan pembahasan yang akan saya angkat karena saya akan
gugat dengan alasan kdrt di Pengadilan Agama Jakarta Pusat (studi kasus terhadap
membahas mngenai yang didalamnya saya akan membahas mengenai apa yang
putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan perkara cerai
sakinah mawaddah warahmah dan dalam jangka waktu tak terbatas hingga salah
seorang dari suami atau isteri dipanggil untuk menghadap Allah, inilah sebenarnya
Demi untuk menjaga kelangsungan keluarga yang bahagia seperti yang dicta-
citakan, salah satu asas (prinsip) perkawinan yang ada adalah mempersulit terjadinya
perceraian. Artinya mempertahankan rumah tangga dengan cara yang baik (apabila
: ٢٢٧/ (البقر ة
)٢
Artinya :
“Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha
langkah terakhir dari usaha melanjutkan rumah tangga. Apabila putusnya perkawinan,
dapat menjadi solusi yang baik bagi kedua belah pihak terhadap masalah yang ada.
6
Prof.M. Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Modern, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2004), cet.1, hal.157.
7
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta : Prenada Media,2003), Cet,
Ke-1, h. 124.
Cerai atau putusnya ikatan perkawinan dapat terjadi atas kehendak suami
dan perceraian atas kehendak isteri. Perceraian atas kehendak suami disebut dengan
cerai talak dan perceraian atas kehendak isteri disebut cerai gugat.8
suaminya, telah diatur dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975, dan
salah satu alasan yang dapat dikabulkan oleh hakim adalah “perlakuan menyakitkan
yang terus menerus terhadap isteri”. Hal ini sejalan dengan isi pasal 19 (d) PP No. 9
tahun 1975 yaitu “salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
Berdasarkan hal tersebut di atas dan kaitannya dengan gugatan cerai isteri,
maka jika suami melakukan kekejaman atau penganiayaan berat terhadap isterinya,
maka isteri berhak mengajukan gugatan cerai kepada Pengadilan Agama, akan tetapi
alasan kejam, kekerasan dan penganiayaan yang dimaksud bukan hanya menurut
ukuran isteri yang bersangkutan melainkan juga menurut perasaan umum yang
berlaku.
dikatakan perbuatan kekerasan atau penganiayaan yang dapat dijadikan alasan dalam
mengajukan cerai gugat, tidak dijelaskan lebih lanjut dalam KHI pasal 116 poin (d)
8
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta ; Pustaka
Pelajar, 1996), Cet. Pertama, h. 206.
Tampaknya pembuat undang-undang hendak meyerahkan penafsirannya kepada para
hakim.
dikatakan”… sehingga membahayakan jiwa yang dilukai atau dianiaya, atau sehingga
penganiayaan yang dimaksud tidak hanya pada fisik tapi juga jiwanya.
Rumah Tangga mengatur dan menjelaskan lebih jauh tentang penganiayaan atau
kekerasan dalam rumah tangga pasal 1 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
fisik, seksual psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
rumah tangga adalah jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah terjadinya
9
. Nursyahid, 5 Undang-undang Republik Indonesia, ( Jakarta : BP. Panca Usaha, 2007 ), h.
32.
10
. Ibid, hal. 34.
Undang-undang PKDRT bertujuan untuk mencegah segala bentuk kekerasan
dalam rumah tangga, melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga, menindak
pelaku kekerasan dalam rumah tangga dan memelihara keutuhan rumah tangga yang
dan perlindungan korban, kaidah penting yang dimuat dalam undang-undang ini
terdapat dalam pasal 5 yang memuat pernyataan, “ Setiap orang yang dilarang
melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah
tangganya dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, atau
Namun demikian dalam hal cerai gugat Karena alasan kekerasan dalam rumah
tangga, hakim tetapi menggunakan pertengkaran secara terus menerus sebagai alasan
atau dasar untuk memutuskan suatu perkara sekalipun dalam sebab-sebab atau alasan
seorang isteri mengajukan cerai gugat adalah kekerasan yang dilakukan suami kepada
dirinya tetapi tetap saja hakim di dalam amar putusannya menjelaskan bahwa rumah
tangga tidak dapat dipertahankan dengan alasan pertengkaran secara terus menerus
bukan dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap
isterinya, selain itu dalam pertimbangannya para hakim sangat sedikit yang
11
. Natangsa, Surbakit, Problematika Penegakan Hukum UU PKDRT, Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
menggunakan UU PKDRT sebagai pertimbangan dalam memutuskan perkara cerai
F. Metode Penelitian .
1. Jenis Penelitian.
Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai satu tujuan,
Field Research.
Field research juga diartikan sebagai penelitian lapangan, jenis penelitian ini
Library research.
data-data yang bersumber dari buku, artikel-artikel di internet yang khusus membahas
tentang kekerasan dalam rumah tangga dan hal-hal yang berkaitan dengan teori-teori
yang mendukung dalam bab analisa, kemudian juga melalui jurnal dan majalah
12
. Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta, Bumi Aksara, 2001 ), h. 58-59.
ilmiah baik itu abstrak journal yang berisi singkatan-singkatan atau ikhtisari dari
artikel-artikel dan jurnal-jurnal terbaru, maupun year book yaitu mengenai fakta-fakta
yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah melalui metode wawancara. Jenis
wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas, hal tersebut adalah agar dalam
dipertanggungjawabkan.
Wawancara dilakukan pada para hakim di pengadilan agama Jakarta selatan, dengan
Selain itu pada penelitian ini juga menggunakan teknik documenter untuk
mendapatkan data yang lengkap. Teknik ini sangat penting dilakukan, karena
beberapa bahan materi terdapat dalam buku, jurnal, arsip dan dokumen.
kualitatif maka jenis data yang digunakan adalah wawancara. Data kualitatif
memerlukan data-data yang diperoleh dari hasil wawanacara lapangan kepada pihak-
pihak yang terkait dengan permasalahan telah ditentukan, data yang diperoleh dari
hasil wawancara merupakan data primer yang nantinya diolah dan kemudian
Alat perekam, dengan alat ini peneliti akan lebih mudah melakukan proses
Kemudian untuk melengkapi data penelitian, maka penelitian ini selain data
primer, penelitian inni juga menggunakan data skunder. Data skunder sebagai
4. Analisa Data.
diperoleh dari hasil lapangan maka setiap poin pertanyaan-pertanyaan dan jawaban
G. Sistematika Penulisan.
13
. Miles dan hurman, Analisa Data kualitatif, ( Jakarta : UI Press, 1992 ) Cet. Ke-2, h. 14.
Sistematika penulisan dalam skripsi yang penulis buat akan dibagi menjadi
penulisan.
Bab III Menguraikan mengenai kasus cerai gugat dengan No. Perkara
Bab IV Menjelaskan mengenai analisis kasus cerai gugat dengan No. Perkara
Bab V adalah bab terakhir yang memuat kesimpulan yang diperoleh dari teori
bab ini juga mencakup saran-saran dari peneliti atas permasalahan yang di
Alasroban, “Kekerasan Terhadap Suami” artikel diakses pada 23 Desember 2008 dari
http://forum.detik.com/archive/index.php/t-32845.html
Djalil, Basiq. Tebaran Pemikiran Keislaman Di Tanah Gayo. Jakarta : Qalbun Salim.
2007.
Miles, dan hurman. Analisa Data kualitatif. Jakarta : UI Press, 1992, Cet. Ke-2.
Nursyahid. 5 Undang-undang Republik Indonesia. Jakarta : BP. Panca Usaha, 2007.
Kepada Yth :
Drs. H. Basiq Djalil, SH, M.Hum
Ketua Jurusan Ahwal Al Syakhsiyah
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di
Tempat
Segala puji bagi Allah SWT serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW.
Selanjutnya saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Wassalamualakum Wr.Wb
Pemohon
Rina Septiani
Jakarta,
November 2008
Lamp : I Berkas
Hal : Pengajuan Proposal Skripsi
Kepada Yth :
Pembimbing Akademik Studi Ahwal Al Syakhsiyah
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di
Tempat
Segala puji bagi Allah SWT serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW.
Selanjutnya saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Pembimbing Akademik
Pemohon