Anda di halaman 1dari 29

OUT LINE

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Studi Review.

E. Kerangka Teori dan Konseptual.

F. Metode Penelitian.

G. Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Umum UU No. 23 tahun 2004 Mengenai PKDRT.

A. Sejarah, dasar dan tujuan Pembentukan UU No. 23 Tahun 2004

Mengenai PKDRT.

B. Pengertian Kekerasan.

C. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga.


Bab III Kasus Cerai Gugat Dengan No. Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP.

A. Duduk Perkara.

B. Pertimbangan Hukum Hakim.

C. Putusan Hakim.

Bab IV Analisis kasus Cerai Gugat dengan No. Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP di

Pengadilan Agama Jakarta Pusat .

A. Duduk Perkara Kasus Cerai Gugat Dengan No. Perkara

078/Pdt.G/2007/PA.JP.

B. Sumber dan Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara

No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP.

C. Analisis Tentang Penerapan UU PKDRT dalam Perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Bab V Penutup

A. Kesimpulan.

B. Saran.

Daftar Pustaka Sementar.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Allah menciptakan semua makhluk hidup di muka bumi ini selalu

berpasangan-pasangan, tak terkecuali manusia yang pada dasarnya mempunyai sifat

zoon politicon, yaitu selalu mencari manusia lainnya untuk hidup bersama, oleh

karena itu manusia akan selalu berusaha untuk mewujudkan suatu bentuk jalinan

kehidupan bersama dalam masyarakat, keinginan untuk selalu berkumpul dan

berkomunikasi merupakan hukum agama yang tersirat, yang diatur dalam suatu

ikatan perjanjian yang suci dan kokoh untuk membentuk suatu keluarga bahagia dan

kekal, masyarakat lebih mengenal perjanjian tersebut dengan istilah perkawinan.1

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-ruum ayat 21 .

         
           
) ٢١: ٣٠ ‫(سورة الروم‬
Artinya :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-
ruum: 21).
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, perkawinan adalah suatu

ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga

1
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Mazhab,
( Jakarta : PT. Prima Heza Lestari ), h. 4.
(Rumah tangga) bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.2 Pada

hakikatnya seorang yang melakukan akad pernikahan saling berjanji serta

berkomitmen untuk saling membantu menghargai dan menghormati satu dengan

lainnya, sehingga tercapailah kebahagiaan dan cita-cita yang diinginkan, adapun

tujuan perkawinan tersebut adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah mawaddah dan rahmah.3

Namun, tidak jarang tujuan yang dicita-citakan sebelum perkawinan tidak

tercapai, karena biasanya setelah perkawinan berlangsung barulah tampak sifat asli

dari pasangannya, suami yang dulunya baik dan penyabar, berubah menjadi pemarah

dan ringan tangan, kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan isteri menjadi alasan

bagi suami untuk melampiaskan kemarahannya.

Persoalan rumah tangga yang muncul dapat dipengaruhi oleh berbagai factor

baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari orang lain. Biasanya

penganiayaan suami terhadap isteri dilandasi atas dasar ketergantungan ekonomi si

isteri kepada suami sehingga dengan alasan tersebut suami dapat merendahkan dan

melakukan kekerasan terhadap isterinya.4

Saat permasalahan rumah tangga tidak dapat lagi diselesaikan dan saat amarah

suami semakin membutakan mata sehingga kekerasan terus di lakukan terhadap

isterinya maka islam memberikan solusi dengan dibolehkannya perceraian, hukum

2
A. Ghani Abdullah, Himpunan Per-Undang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama,
( Jakarta : PT. Intermasa, 1991 ), Cet Ke-1 h. 187.
3
Abdurrahman, KHI di Indonesia, ( Jakarta : Akademika Pressindo, 2004 ), Edisi Pertama h.
144.
4
Fathul Djannah, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, ( Yogyakarta : LKIS ), h. 2.
perkawinan di Indonesia telah memberikan perlindungan bagi isteri atas

penganiayaan yang dilakukan suami terhadap isteri. Penganiayaan atau kekerasan

serta kekejaman dapat dijadikan alasan untuk memutuskan tali perkawinan sehingga

ia akan bebas dari penganiayaan yang dialaminya.

Perlindungan tersebut terdapat dalam KHI pasal 116 point (d) dan PP No. 9

tahun 1975 pasal 19, “bahwa salah satu alasan perceraian adalah salah satu pihak

melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain”, tapi

ternyata KHI dan PP No. 9 tahun 1975 tidak cukup memberikan keberaniaan terhadap

isteri untuk keluar dari belenggu suami yang menganiaya dan melakukan kekerasan

terhadap dirinya.

Fakta-fakta kekerasan dalam rumah tangga (domestic) yang ditemukan oleh

beberapa lembaga yang peduli terhadap perempuan menunjukkan jumlah yang jauh

lebih besar dari pada jumlah kekerasan terhadap perempuan di lingkungan lainnya,

bahkan dikatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan hampir seusia dengan

sejarah panjang peradaban umat manusia.5

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan semakin tahun semakin

meningkat, dengan semakin meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dari tahun

ke tahun menimbulkan keprihatinan sebagian masyarakat terutama kaum perempuan

dan relawan lembaga swadaya masyarakat, serta lembaga bantuan hukum yang

tergerak hatinya untuk melakukan perlindungan terhadap perempuan dengan

mengajukan rancangan undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga


5
Jurnal Perempuan, Hukum itu Seksi ? edisi ke- 10 Februari – April 1999, h. 113
yang pada akhirnya melahirkan Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT

(Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga) pada tanggal 22 September 2004.

Awalnya yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga hanya pasrah

menerima keadaannya. Pada umumnya, kaum perempuan beranggapan kekerasan

yang dilakukan suami terhadap dirinya merupakan hal yang lumrah dan biasa, tetapi

setelah disahkannya undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, isteri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah

tangga sudah mulai berani untuk melaporkan suaminya kepada pihak yang berwajib

bahkan sang isteripun berani untuk menggugat cerai suaminya.

Dengan lahirnya UU No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT seolah memberikan

semangat kepada isteri untuk meminta perlindungan kepada pihak yang berwajib dan

membuat para isteri berani untuk menggugat cerai suaminya terbukti dengan adanya

kasus gugat cerai karena kekerasan dalam rumah tangga yang masuk di pengadilan

agama, khususnya di pengadilan agama Jakarta Pusat.

Seperti kasus yang menimpa Ningrum Mudi Pertami Binti Abdul Radjak. W.

A yang menggugat cerai suaminya karena merasa rumah tangganya sudah tidak dapat

lagi dipertahankan dengan alasan sang suami selalu membuat masalah kecil menjadi

besar dan diakhiri dengna ucapan kasar serta pemukulan ( ringan tangan ) dan sang

suami mempunyai tempramen sangat tinggi bahkan setiap hari timbul perselisihan

dan percekcokan terus menerus sehingga membuat psikis isterinya tertekan sampai

akhirnya sang iseri menggugat cerai suaminya.


Kasus diatas merupakan contoh penganiayaan atau kekerasan yang sering kali

menimpa isteri sehingga isteri berani untuk menggugat cerai suaminya, melihat fakta

dan kenyataan diatas penulis selaku mahasiswi fakultas syari’ah dan hukum berusaha

untuk meneliti kasus gugat cerai dengan alasan KDRT khususnya kekerasan yang

menimpa Ningrum Mudi Pertami Binti Abdul Radjak. W. A serta apakah hakim

menggunakan UU No. 23 Tahun 2004 Tentang UU PDKRT dalam menyelesaikan

perkara tersebut. Untuk itu penulis ingin mengangkat kedalam skripsi yang berjudul

“PENERAPAN UU PKDRT DALAM KASUS CERAI GUGAT DENGAN

ALASAN KDRT DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT (STUDI

KASUS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NO.

078/Pdt.G/2007/PA.JP)“.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

a. Identifikasi Masalah
Masalah yang akan diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan UU PKDRT, berdasarkan dari sejarah

pembentukannya?

2. Apa yang dijadikan pertimbangan hukum bagi hakim dalam memutus perkara

cerai gugat khususnya dengan alasan KDRT, berdasarkan data dari kasus yang

ditangani?

3. Bagaimana hakim memutuskan perkara cerai gugat karena KDRT di

Pengadilan Agama?

4. Apakah Pertimbangan hukum hakim dan putusan hakim Pengadilan Agama

sudah tepat dan sejalan dengan Perundang-undangan yang berlaku?

b. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah yang hendak diteliti di

batasi pada apa yang untuk :

1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan UU PKDRT, berdasarkan dari

sejarah pembentukannya.

2. Mengetahui pertimbangan hakim dalam memutus perkara cerai gugat

khususnya dengan alasan KDRT berdasarkan data perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP.

3. Mengemukakan putusan hakim dalam perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP

yang terdapat di Pengadilan Agama Jakarta Pusat.


4. Mengetahui Apakah pertimbangan hukum hakim dan Putusan hakim

Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutus perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP sudah tepat dan sejalan dengan perundang-undangan

yang berlaku.

c. Perumusan Masalah.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang hendak di

teliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa itu UU PKDRT ?

2. Apa Pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat?

3. Bagaimana Putusan Hakim dalam Perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP?

4. Apakah pertimbangan hukum hakim dan putusan hakim Pengadilan Agama

Jakarta Pusat dalam memutuskan Perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP sudah

tepat dan sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan UU PKDRT, berdasarkan sejarah

pembentukannya

b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

c. Untuk mengetahui putusan hakim dalam perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP di

Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

d. Untuk mengetahui apakah Pertimbangan hukum hakim dan putusan hakim

Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan perkara cerai gugat dengan

No. Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat sudah

tepat dan sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku.

2. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis adalah dapat menamah khazanah keilmuan dalam kasus cerai

gugat dengan alasan KDRT, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan hukum

islam dan positif tentang kasus cerai gugat dengan alasan KDRT, khususnya

dalam penyelesaian kasus cerai gugat dengan No. Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP,

hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa, dan

akademisi lainnya.

b. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar,

mahasiswa, akademisi lainnya dan terutama bagi para penegak hukum.


c. Manfaat Kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada para penegak hukum khususnya hakim, dalam menyelesaikan kasus cerai

gugat dengan alasan KDRT.

D. Studi Review.

 Skripsi yang ditulis Oleh Farhan Hilaluddin Jurusan Peradilan Agama Tahun

2008 Mengenai Efektifitas Pelaksanaan UU No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT

( Studi di wilayah kotamadya Jakarta Selatan )

Skripsi ini membahas mengenai pelaksanaan UU no 23 tahun 2004 tentang

PKDRT oleh aparat penegak hukum di wilayah kotamadya Jakarta Selatan serta

putusan hakim Pengadilan negeri Jakarta Selatan dalam menyelesaikan kasus KDRT,

skripsi ini berbeda dengan skripsi yang akan saya bahas, karena saya akan membahas

mengenai, penerapan UU PKDRT dalam kasus cerai gugat dengan alasan kdrt di

Pengadilan Agama Jakarta Pusat (studi kasus terhadap putusan Pengadilan Agama

No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP) yang didalamnya saya akan membahas mengenai apa

yang dimaksud dengan UU PKDRT, apa pertimbangan hukum hakim dalam

memutuskan perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, bagaimana putusan hakim dalam

memutuskan perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, dan apakah Pertimbangan hukum

hakim dan putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan
perkara cerai gugat dengan No. Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama

Jakarta Pusat sudah tepat dan sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku.

 Skripsi Yang ditulis Oleh Mimi Maftuha Jurusan Peradilan Agama Tahun 2006

Mengenai Efektivitas Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Sebagai Perlindungan Sosial terhadap

Perempuan ( Studi pada Kota Bekasi Jawa Barat).

Skripsi ini membahas mengenai Penanggulangan Kekerasan dalam rumah

tangga oleh kepolisian resort metro bekasi, serta dijelaskan pula mengenai hakim

Pengadilan Negeri Bekasi yang baru menggunakan UU PKDRT sebagai rujukan

dalam mengambil keputusan dalam kasus KDRT padahal UU tersebut sudah lama

berlaku, skripsi ini berbeda dengan pembahasan dalam skripsi yang saya bahas

karena saya akan membahas mengenai Penerapan UU PDRT dan UU Perlindungan

Anak dalam kasus cerai gugat dengan alasan kdrt di Pengadilan Agama Jakarta Pusat

(studi kasus terhadap putusan Pengadilan Agama No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP) yang

didalamnya saya akan membahas yang didalamnya saya akan membahas mengenai

apa yang dimaksud dengan UU PKDRT, apa pertimbangan hukum hakim dalam

memutuskan perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, bagaimana putusan hakim dalam

memutuskan perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, dan apakah Pertimbangan hukum

hakim dan putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan

perkara cerai gugat dengan No. Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama

Jakarta Pusat sudah tepat dan sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku.
 Skripsi Yang ditulis Oleh Halimatus Sa’adah Jurusan Administrasi

Keperdataan Islam Tahun 2008 Mengenai Cerai Gugat Karena Penganiayaan

Suami (Studi Kasus di Pa Tanggerang).

Skripsi ini membahas mengenai pengertian kekerasan dalam rumah tangga

dan cerai gugat karena penganiyaan suami di Pengadilan agama Tanggerang, dari

data yang diperoleh selama tahun 2003-2007 angka cerai gugat tertinggi pada tahun

2007 yaitu sebanyak 40 kasus,adapun alasan terjadinya penganiyaan dari tahun 2003-

2007 yang berujung pada cerai gugat adalah karena penelantaran ekonomi suami,

terutama pada tahun 2007 alasan penelantaran ekonomi menempati urutan tertinggi

sebanyak 26 kasus,pembahasan dalam skripsi ini berbeda dengan pembahasan yang

akan saya bahas karena saya akan membahas mengenai Penerapan UU PDRT dan

UU Perlindungan Anak dalam kasus cerai gugat dengan alasan kdrt di Pengadilan

Agama Jakarta Pusat (studi kasus terhadap putusan Pengadilan Agama No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP) yang didalamnya saya akan membahas mengenai yang

didalamnya saya akan membahas mengenai apa yang dimaksud dengan UU PKDRT,

apa pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP, bagaimana putusan hakim dalam memutuskan perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP, dan apakah Pertimbangan hukum hakim dan putusan hakim

Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan perkara cerai gugat dengan No.

Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat sudah tepat dan

sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku.


 Skripsi Yang ditulis Oleh Desi Rosalia Program Studi Administrasi

Keperdataan Islam Tahun 2005 Mengenai Penyelesaian Perkara Cerai Gugat di

Pengadilan Agama karena Penganiayaan (studi kasus di PA Jakarta Timur) .

Skripsi ini membahas mengenai jenis penganiyaan terhadap isteri yang selama

ini sering terjadi dalam rumah tangga, latar belakang cerai gugat karena penganiayaan

dalam rumah tangga serta prosedur penyelesaian perkara cerai gugat karena

penganiayaan di Pengadian Agama Jakarta Timur, pembahasan didalam skripsi ini

sangat berbeda dengan pembahasan yang akan saya angkat karena saya akan

membahas Penerapan UU PKDRT dan UU Perlindungan Anak dalam kasus cerai

gugat dengan alasan kdrt di Pengadilan Agama Jakarta Pusat (studi kasus terhadap

putusan Pengadilan Agama No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, yang didalamnya saya akan

membahas mngenai yang didalamnya saya akan membahas mengenai apa yang

dimaksud dengan UU PKDRT, apa pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan

perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, bagaimana putusan hakim dalam memutuskan

perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, dan apakah Pertimbangan hukum hakim dan

putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan perkara cerai

gugat dengan No. Perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat

sudah tepat dan sejalan dengan perundang-undangan yang berlaku.

E. Kerangka Teori dan Konseptual.


Pada dasarnya pernikahan dilangsungkan untuk membentuk keluarga yang

sakinah mawaddah warahmah dan dalam jangka waktu tak terbatas hingga salah

seorang dari suami atau isteri dipanggil untuk menghadap Allah, inilah sebenarnya

hakikat perkawinan yang hendak dicapai.

Demi untuk menjaga kelangsungan keluarga yang bahagia seperti yang dicta-

citakan, salah satu asas (prinsip) perkawinan yang ada adalah mempersulit terjadinya

perceraian. Artinya mempertahankan rumah tangga dengan cara yang baik (apabila

terpaksa) melepaskannya dengan cara yang baik pula, sebagaimana diterangkan

dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 227.6

: ٢٢٧/ ‫ (البقر ة‬       

Artinya :

“Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha

mendengar lagi Maha Mengetahui” (al-baqarah/2:227)

Namun dalam keadaan tertentu terdapat hal-hal yang menyebabkan terjadinya

perkawinan bahkan dapat dikatakan apabila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan,

maka kemudharatan yang terjadi.7

Dalam keadaan seperti ini islam membolehkan putusnya perkawinan sebagai

langkah terakhir dari usaha melanjutkan rumah tangga. Apabila putusnya perkawinan,

dapat menjadi solusi yang baik bagi kedua belah pihak terhadap masalah yang ada.

6
Prof.M. Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Modern, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2004), cet.1, hal.157.
7
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta : Prenada Media,2003), Cet,
Ke-1, h. 124.
Cerai atau putusnya ikatan perkawinan dapat terjadi atas kehendak suami

ataupun isteri. Undang-undang membedakan antara perceraian atas kehendak suami

dan perceraian atas kehendak isteri. Perceraian atas kehendak suami disebut dengan

cerai talak dan perceraian atas kehendak isteri disebut cerai gugat.8

Alasan yang memperbolehkan seorang isteri untuk meminta cerai dari

suaminya, telah diatur dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975, dan

salah satu alasan yang dapat dikabulkan oleh hakim adalah “perlakuan menyakitkan

yang terus menerus terhadap isteri”. Hal ini sejalan dengan isi pasal 19 (d) PP No. 9

tahun 1975 yaitu “salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

yang membahayakan pihak yang lain”.

Berdasarkan hal tersebut di atas dan kaitannya dengan gugatan cerai isteri,

maka jika suami melakukan kekejaman atau penganiayaan berat terhadap isterinya,

maka isteri berhak mengajukan gugatan cerai kepada Pengadilan Agama, akan tetapi

alasan kejam, kekerasan dan penganiayaan yang dimaksud bukan hanya menurut

ukuran isteri yang bersangkutan melainkan juga menurut perasaan umum yang

berlaku.

Kemudian sampai dimana ukuran keobyektifan suatu perbuatan dapat

dikatakan perbuatan kekerasan atau penganiayaan yang dapat dijadikan alasan dalam

mengajukan cerai gugat, tidak dijelaskan lebih lanjut dalam KHI pasal 116 poin (d)

didalamnya hanya terdapat kata-kata “…yang membahayakan terhadap pihak lain”.

8
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta ; Pustaka
Pelajar, 1996), Cet. Pertama, h. 206.
Tampaknya pembuat undang-undang hendak meyerahkan penafsirannya kepada para

hakim.

Didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Bab X pasal 209 (4e)

dikatakan”… sehingga membahayakan jiwa yang dilukai atau dianiaya, atau sehingga

mengakibatkan luka-luka yang membahayakan”. Ini berarti bahwa kekerasan atau

penganiayaan yang dimaksud tidak hanya pada fisik tapi juga jiwanya.

Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kejerasan Dalam

Rumah Tangga mengatur dan menjelaskan lebih jauh tentang penganiayaan atau

kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga.

Kekerasan yang dimaksud oleh undang-undang ini dibatasi dalam lingkup

rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga menurut undang-undang penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga pasal 1 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang

terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

fisik, seksual psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman

untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara

melawan hukum dalam lingkungan rumah tangga.9

Sedangkan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga menurut undang-

undang PKDRT dalam pasal 2 menjelaskan bahwa penghapusan kekerasan dalam

rumah tangga adalah jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga.10

9
. Nursyahid, 5 Undang-undang Republik Indonesia, ( Jakarta : BP. Panca Usaha, 2007 ), h.
32.
10
. Ibid, hal. 34.
Undang-undang PKDRT bertujuan untuk mencegah segala bentuk kekerasan

dalam rumah tangga, melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga, menindak

pelaku kekerasan dalam rumah tangga dan memelihara keutuhan rumah tangga yang

harmonis dan sejahtera. Undang-undang PKDRT ini dilaksanakan berdasarkan asas

penghormatan hak asasi manusia, keadilan dan kesetaraan gender, nondiskriminasi,

dan perlindungan korban, kaidah penting yang dimuat dalam undang-undang ini

terdapat dalam pasal 5 yang memuat pernyataan, “ Setiap orang yang dilarang

melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah

tangganya dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, atau

penelantaran rumah tangga.11

Dari ketiga produk hukum diatas sudah dijelaskan mengenai pengertian

kekerasan sehingga tidak menimbulkan penafsiran-penafsiran yang berbeda-beda.

Namun demikian dalam hal cerai gugat Karena alasan kekerasan dalam rumah

tangga, hakim tetapi menggunakan pertengkaran secara terus menerus sebagai alasan

atau dasar untuk memutuskan suatu perkara sekalipun dalam sebab-sebab atau alasan

seorang isteri mengajukan cerai gugat adalah kekerasan yang dilakukan suami kepada

dirinya tetapi tetap saja hakim di dalam amar putusannya menjelaskan bahwa rumah

tangga tidak dapat dipertahankan dengan alasan pertengkaran secara terus menerus

bukan dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap

isterinya, selain itu dalam pertimbangannya para hakim sangat sedikit yang

11
. Natangsa, Surbakit, Problematika Penegakan Hukum UU PKDRT, Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
menggunakan UU PKDRT sebagai pertimbangan dalam memutuskan perkara cerai

gugat dengan alasan KDRT.

F. Metode Penelitian .

1. Jenis Penelitian.

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai satu tujuan,

sehingga hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan, dalam hal ini maka

peneliti akan melakukan penggabungan antara dua macam pendekatan, yaitu :

Field Research.

Field research juga diartikan sebagai penelitian lapangan, jenis penelitian ini

biasanya digunakan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif,

meskipun tidak menutup kemungkinan dapat digunakan pada penelitian dengan

pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian lapangan ini teknik pengumpulan data

ditempuh dengan menggunakan teknik angket, wawancara, atau observasi.12

Library research.

Studi kepustakaan dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan dasar

pemikiran, perumusan dan operasionalisasi konsep yaitu dengan cara mengumpulkan

data-data yang bersumber dari buku, artikel-artikel di internet yang khusus membahas

tentang kekerasan dalam rumah tangga dan hal-hal yang berkaitan dengan teori-teori

yang mendukung dalam bab analisa, kemudian juga melalui jurnal dan majalah
12
. Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta, Bumi Aksara, 2001 ), h. 58-59.
ilmiah baik itu abstrak journal yang berisi singkatan-singkatan atau ikhtisari dari

artikel-artikel dan jurnal-jurnal terbaru, maupun year book yaitu mengenai fakta-fakta

dan statistic yang diterbitkan setiap tahun.

2. Teknik Pengumpulan Data.

Karena pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka teknik

yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah melalui metode wawancara. Jenis

wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas, hal tersebut adalah agar dalam

penelitian mendapatkan data yang benar-benar akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Wawancara dilakukan pada para hakim di pengadilan agama Jakarta selatan, dengan

metode wawancara tentunya diharapkan dapat mengetahui secara mendalam tentang

penerapan undang-undang PKDRT dalam Kasus gugat cerai akibat KDRT di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Selain itu pada penelitian ini juga menggunakan teknik documenter untuk

mendapatkan data yang lengkap. Teknik ini sangat penting dilakukan, karena

beberapa bahan materi terdapat dalam buku, jurnal, arsip dan dokumen.

3. Jenis dan Alat Pengumpul Data.

Berhubung dalam penelitian ini menggunakan metode dan pendekatan

kualitatif maka jenis data yang digunakan adalah wawancara. Data kualitatif

memerlukan data-data yang diperoleh dari hasil wawanacara lapangan kepada pihak-

pihak yang terkait dengan permasalahan telah ditentukan, data yang diperoleh dari
hasil wawancara merupakan data primer yang nantinya diolah dan kemudian

dianalisa secara deskriptif. Dalam metode wawancara maka instrument yang

digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut :

Pedoman wawancara, yaitu berlaku sebagai pegangan peneliti dalam melakukan

proses wawancara agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian.

Alat perekam, dengan alat ini peneliti akan lebih mudah melakukan proses

wawancara, hasil rekaman tersebut dianalisis secara deskriptif.

Kemudian untuk melengkapi data penelitian, maka penelitian ini selain data

primer, penelitian inni juga menggunakan data skunder. Data skunder sebagai

pelengkap dalam landasan teoritis, karena penelitian ini menggunakan juga

pendekatan kuantitatif maka data-data yang mendukung tentunya dari dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan kasus gugat cerai akibat KDRT.

4. Analisa Data.

Setelah memperoleh data baik yang diperoleh melalui metode pustaka

maupun melalui metode wawancara. Data-data tersebut kemudian dikumpulkan,


diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan untuk menjawab permasalahan-permasalahan

yang telah dirumuskan.13

Data yang diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel, maupun tulisan-tulisan

yang didapat melalui internet kemudian diklasifikasikan untuk dimasukkan ke

masing-masing variable dan kemudian diinterpretasikan. Begitu pula data yang

diperoleh dari hasil lapangan maka setiap poin pertanyaan-pertanyaan dan jawaban

dari wawancara, dimasukkan ke variable yang tepat untuk dipresentasikan.

G. Sistematika Penulisan.

13
. Miles dan hurman, Analisa Data kualitatif, ( Jakarta : UI Press, 1992 ) Cet. Ke-2, h. 14.
Sistematika penulisan dalam skripsi yang penulis buat akan dibagi menjadi

lima bab yakni :

Bab I adalah Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang permasalahan,

Pembatasan dan perumusan masalah yang didalamnya terdapat

identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi review,

kerangka teori dan konseptual, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II Menjelaskan tentang Tinjauan Umum Tinjauan Umum UU No. 23 tahun

2004 Mengenai PKDRT yang diantaranya menjelaskan mengenai

Sejarah, dasar dan tujuan Pembentukan UU No. 23 Tahun 2004

Mengenai PKDRT, Pengertian Kekerasan, Bentuk-bentuk Kekerasan

Dalam Rumah Tangga.

Bab III Menguraikan mengenai kasus cerai gugat dengan No. Perkara

078/Pdt.G/2007/PA.JP, yang diantaranya menjelaskan mengenai, duduk

perkara, pertimbangan hukum hakim, putusan hakim.

Bab IV Menjelaskan mengenai analisis kasus cerai gugat dengan No. Perkara

078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat baik mengenai

duduk perkara, pertimbangan hukum hakim, putusan hakim serta

penerapan UU PKDRT dalam perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP.

Bab V adalah bab terakhir yang memuat kesimpulan yang diperoleh dari teori

kemudian dianalisa dan diinterpretasikan pada bab ke empat, kesimpulan


menggambarkan secara umum tentang permasalahan yang dibahas, dalam

bab ini juga mencakup saran-saran dari peneliti atas permasalahan yang di

teliti sehingga upaya mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA


Abdurrahman. KHI di Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo. 2004.

Ghani Abdullah, Abdul. Himpunan Per-Undang-undangan dan Peraturan Peradilan


Agama. Jakarta : PT. Intermasa. 1991.

Alasroban, “Kekerasan Terhadap Suami” artikel diakses pada 23 Desember 2008 dari
http://forum.detik.com/archive/index.php/t-32845.html

Djalil, Basiq. Tebaran Pemikiran Keislaman Di Tanah Gayo. Jakarta : Qalbun Salim.
2007.

Bung Hatta, “ KDRT” artikel diakses pada 23 Desember 2008 dari


http://hukum.bung-hatta.info/konsultasi.php?dw.16 Boy Yendra Tamin, SH, MH.

Jurnal Perempuan. Hukum itu Seksi. Jakarta : Jurnal Perempuan.

Jurnal Perempuan “ Angka Kekerasan Terhadap Perempuan”. Artikel diakses pada 14


November 2008 dari
http : // Osdir.com / mi / culture.region.Indonesia.ppi-India / 2005-03 / msg
00776.Html

Purwanti, Bulan Maria. “ Perlindungan Hukum Terhadap Laki-laki korban KDRT


ditinjau dari UU no 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT. Skripsi S1 Fakultas Hukum.
Universitas Bayangkara. 2007.

Miles, dan hurman. Analisa Data kualitatif. Jakarta : UI Press, 1992, Cet. Ke-2.
Nursyahid. 5 Undang-undang Republik Indonesia. Jakarta : BP. Panca Usaha, 2007.

Sudirman Abbas, Ahmad. Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar


Mazhab. Jakarta : PT. Prima Heza Lestari.

Sa’adah, Halimatus. “Cerai Gugat Karena Penganiayaan Suami”. Skripsi S1 Fakultas


Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Surbakit, Natangsa. “Problematika Penegakan Hukum UU PKDRT”. Skripsi S1


Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2004.
Usman, Husain. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Yasir Arafat, Muhammad. “Perceraian Akibat KDRT di Pengadilan Agama Jakarta


Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2007.

Jakarta, November 2009


Lamp : I Berkas
Hal : Pengajuan Proposal Skripsi

Kepada Yth :
Drs. H. Basiq Djalil, SH, M.Hum
Ketua Jurusan Ahwal Al Syakhsiyah
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di
Tempat

Assalamualaikum Wr, Wb.

Segala puji bagi Allah SWT serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW.
Selanjutnya saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rina Septiani


NIM : 105044101425
Fakultas : Syariah dan Hukum
Konsentrasi : Peradilan Agama
Semester : VII ( Tujuh )

Bermaksud untuk mengajukan Proposal skripsi yang berjudul


“ Penerapan UU PKDRT Dalam Kasus Gugat Cerai Dengan Alasan KDRT “
Study Kasus Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini saya lampirkan :


1. Out Line.
2. Proposal penelitian skripsi.
3. Daftar Pustaka Sementara.
Demikian surat permohonan ini saya ajukan, atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan
terima kasih

Wassalamualakum Wr.Wb
Pemohon
Rina Septiani

Jakarta,
November 2008

Lamp : I Berkas
Hal : Pengajuan Proposal Skripsi

Kepada Yth :
Pembimbing Akademik Studi Ahwal Al Syakhsiyah
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di
Tempat

Assalamualaikum Wr, Wb.

Segala puji bagi Allah SWT serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW.
Selanjutnya saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rina Septiani


NIM : 105044101425
Fakultas : Syariah dan Hukum
Konsentrasi : Peradilan Agama
Semester : VII ( Tujuh )

Bermaksud untuk mengajukan Proposal skripsi yang berjudul


“ Penerapan UU PKDRT Dalam Kasus Gugat Cerai Dengan Alasan KDRT “
Study Kasus Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini saya lampirkan :
1. Out Line.
2. Proposal penelitian skripsi.
3. Daftar Pustaka Sementara.
Demikian surat permohonan ini saya ajukan, atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan
terima kasih
Wassalamualakum Wr.Wb.
Mengetahui,

Pembimbing Akademik
Pemohon

Drs. H. Asep Syarifudin H. SH. MH. Rina Septiani


NIP. 150 268 783 NIM.
105044101425

Anda mungkin juga menyukai