Anda di halaman 1dari 32

MORTALITAS (KEMATIAN)

RANGKUMAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Geo Penduduk atau Demografi yang
dibimbing oleh Bapak Tanjung

Oleh:

Usnul Khotimah

209821423494

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

November 2010
MORTALITAS (Peter McDonald)

Lucas, David, dkk (diterjemahkan oleh Nin Bakdi Sumanto & Riningsih saladi.
1990. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Definisi kematian masih dipersoalkan hingga saat ini, tetapi dalam analisis
statistik, definisi tersebut diperlukan untuk membedakan antara kematian bayi dan
kematian janin yang telah tua (lahir mati). Kematian janin yang telah tua berbeda
dari kematian bayi, karena seorang bayi baru dapat disebut mati apabila ia masih
pernah hidup atau pernah lahir hidup. Lahir hidup menurut WHO “ kelahiran
adalah peristiwa keluarnya atau terpisahnya suatu hasil konsepsi dari rahim
ibunya, tanpa mempedulikan lama kehamilan, dan setelah itu bayi bernafas atau
menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang lain seperti detak jantung, denyut nadi
tali pusat atau gerakan yang nyata disengaja, baik bila tali pusat dipotong atau
masih melekat dengan plasenta; oleh karena itu suatu kematian harus di dahului
suatu kelahiran hidup”.

Ketepaan penggunaan definisi ini tergantung kehadiran seorang ahli medis


pada saat persalinan, dan bahkan di negara-negara yang secara medis telah maju,
ada perbedaan dalam penerapannya. Dalam riset banyak perhatian dipusatkan
pada kematian pada tahun pertama; seorang ahli medis saat persalinan , dan
bahkan di negara-negara yang secara medis telah maju, ada perbedaan dalam
penerapannya.

PBB nmenganjurkan di disimkannya ciri-ciri berikut ini dari data mereka


yang meneninggal.

1. Status Perkawinan
2. Lempengan dan jenis pekerjaan
3. Status Pekerjaan
4. Jumlah anak yang dilahirkan (hanya untuk wanaita)
5. Umur/ Suami atau isteriyang masih hidup (kalau menikah)
Dalam riset, banyak perhatian yang dipusatkan pada kematian, pada tahun
pertama kehidupan (kematian bayi) dan kematian janin. Ada yang berpendapat
bahwa dalam riset medis tentang sebab-sebab kematian tidak begitu penting untuk
membedakan antara suatu kematian yang segera mengikuti kelahiran hidup, dan
suatu kelahiran mati, atau kelahiran janin yang terjadi pada akhir kehamilan. Hal
ini karena keduanya berhubungan dengan rangkaian sebab sebabb kematian yang
sama, yang timbul selama kehamilan. Dengan demikian WHO menganjurkan agar
informasi dikumpulkan dan sebab kematian secara khusu digolongkan dalam
kematian perinatal yang terjadi antara akhir 28 minggu kehamilan dan minggu
pertama kehidupan.

TINGKAT KEMATIAN KASAR DAN MENURUT UMUR

 Tingkat kematian kasar menunjukkan jumlah kematian setahun per 1000


penduduk.
 Tidak semua tempat mempunyai registrasi kematian yang lengkap atau
mendekati lengkap, sehingga angka-angka yang diberikan hanya
merupakan taksiran.
 Menunjukkan bahwa tingkat kematian kasar tidak dapat dibandingkan
untuk mengukur tingkat mortalitas.
 Tingkat kematian menurut golongan umur biasanya dihitung untuk setiap
jenis kelamin dalam kelompok umur 5 tahunan atau 10 tahunan.
 PBB pada tahun 1950-an menyusun suatu standar umum tingkat kematian
sesuai dengan masing-masing tingkat mortalitas secara keseluruhan.
 Berdasarkan sistem ini, informasi lengkap tentang mortalitas dalam suatu
masyarakat dapat disimpulkan hanya dari satu kelompok umur saja.
Kemudian, gagasan yang berasal dari PBB ini diperbaiki dan dirubah
dengan mempertimbangkan variasi-variasi yang ada dalam pola standar
mortalitas menurut umur (Coale & Demeny, 1996; Ledermann, 1999; dan
Brass, 1971).
 Menurut para pengarang tersebut, deviasi antar negara yang paling
menyolok dari pola standar ini terjadi dalam rasio antara mortalitas dalam
kelompok umur 0 dengan kelompok umur 1-4 (umur 0 berarti belum
merayakan ulang tahun yang pertama).
 Dalam masyarakat yang lebih miskin, mortalitas yang tinggi pada
kelompok umur 1-4 disebabkan karena penyopihan (perubahan dari
menyusui menjadi makan makanan biasa).
 Meskipun sistem-sistem yang dikenal sebagai sistem “model tabel
kematian (model life tables)” mempunyai banyak kelemahan, namun
sistem ini memungkinkan dilaksanakannya analisis mortalitas yang sangat
ekstensif untuk negara-negara yang tidak mempunyai statistik kematian,
atau yang statistik kematiannya tidak dapat dipercaya.

TINGKAT KEMATIAN BAYI

 Dalam tahun kehidupan pertama dengan mortalitas yang relatif tinggi,


suatu tingkat khusus yaitu tingkat kematian bayi, dihitung dengan cara
menghubungkan jumlah kematian bayi selama setahun dengan jumlah
kelahiran hidup selama tahun yang sama.
 Beberapa penulis berpendapat bahwa tingkat kematian bayi merupakan
suatu indikator yang baik dari kondisi sosial dan kesehatan dalam suatu
masyarakat.
 Pada abad ke 19, tingkat mortalitas bayi di negara-negara maju tersebut
adalah sekitar 200 per 1.000 kelahiran hidup, suatu tingkat yang jarang
diketemukan di dunia sekarang ini.
 Sejak tahun 1800, mortalitas bayi di masyarakat-masyarakat maju telah
turun terus, tetapi turunnnya lambat yaitu hanya sedikit lebih tinggi dari 1
per 1.000 dalam setahun di Eropa Barat, Amerika Serikat, dan Australia;
dan penurunan di Jerman, Eropa Timur, serta Eropa tengah lebih lambat
lagi.
 Sekarang ini negara-negara berkembang mengalami penurunan mortalitas
lebih cepat.
 Meskipun kematian bayi masih tetap tinggi di negara-negara yang lebih
miskin di Asia dan Afrika, tingkat itu sekarang sudah lebih rendah
daripada tingkat yang sangat tinggi pada 20-30 tahun yang lalu.
HARAPAN HIDUP

 Harapan hidup waktu lahir adalah suatu indeks ringkasan yang diperoleh
dari tabel kematian yang merupakan sarana dasar pengukuran bagi ahli
demografi.
 Hal ini menunjukkan jumlah rata-rata yang dapat diharapkan seseorang
untuk hidup sejak saat mereka lahir kalau sepanjang hidupnya mereka
mengalami tingkat-tingkat kematian menurut umur yang berlaku, pada
setiap saat.
 Harapan hidup waktu lahir berdasarkan tingkat kematian menurut umur,
maka ukuran ini tidak dipengaruhi struktur umur dari penduduk.
 Dibandingkan tingkat kematian kasar, harapan hidup waktu lahir dapat
menjadi dasar yang lebih dipercaya untuk perbandingan internasional
tentang tingkat mortalitas.
 Tabel kematian juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah tahun
rata-rata yang dapat diharapkan oleh seseorang untuk hidup pada saat
mencapai umur tertentu.
 Harapan hidup waktu lahir sangat dipengaruhi oleh mortalitas bayi dan
mortalitas awal masa kanak-kanak, sebabkematian-kematian tersebut
berarti hilangnya seluruh kehidupan yang potensinya 60-70 tahun.
 Negara-negara dengan tingkat mortalitas bayi sebesar 100/1000 kelahiran
hidup dapat mempunyai haraoan hidup di bawah 55 tahun.

SEBAB-SEBAB KEMATIAN

 Tren dalam masing-masing sebab kematian sangat berpengaruh terhadap


tingkat mortalitas secara keseluruhan, terhadap mortalitas menurut umur
dan juga terhadap perbedaan-perbedaan mortalitas antar jenis kelamin dan
antar berbagai kelompok masyarakat.
 Analisis tren berbagai sebab kematian menyebabkan kita dapat memahami
berkurangnya penurunan mortalitas jangka panjang di banyak negara maju
pada tahun 1960-an.
 Kanker paru-paru bagi pria dan kecelakaan lalu lintas bagi wanita
merupakan sebab utama kenaikan tingkat kematian. Baik Pria maupun
wanita sedikit dipengaruhi oleh penyakit jantung (McDonald, 1972).
 WHO menggolongkan sebab-sebab kematian dalam 17 kelompok. Hampir
semua riset demografis mengunakan pengelompokkan ini atau daftar B
yang berisi 50 sebab kematian yang merupakan suatu penggolongan
sebab-sebab utama yang standar dan bersifat internasional (WHO, 1967).
 Perbandingan statistik sebab kematian secara Internasional ditentukan oleh
ketepatan pemberian keterangan sebab kematian dan berbagai interprestasi
terhadap sebab bermacam-macam penyakit. Faktor-faktor ini
mempengaruhi ketepatan perbandingan statistik sebab kematian dalam
suatu negara pada berbagai waktu.
 Mortalitas telah lama menurun di negara-negara maju, bahkan selama 50
tahun yang lalu telah terjadi perubahan penting dalam distribusi sebab-
sebab kematian.
 Dengan dicegahnya penyakit-penyakit yang menyerang orang-orang
muda, ada peralihan dalam distribusi kematian kepada sebab-sebab
degeneratif yang terutama terjadi pada orang yang lebih tua.
 Proporsi kematian pria karena kejahatan, tampak stabil, namun angka ini
menyembunyikan kenyataan bahwa penurunan yang cepat dalam kematian
yang disebabkan oleh kecelakaan dalam industri diimbangi kenaikan yang
cepat dalam kematian karena kecelakaaan lalu lintas.
 Dengan meluasnya penurunan mortalitas, usia kematian seseorang dan
sebab kematian makin merupakan akibat gaya hidup seseorang.
 Seandainya masyarakat berkembang mempunyai statistik kematian,
biasanya statistik tersebut tidak dapat dipercaya karena kurangnya dokter,
lagipula penyakit infektif dan parasitik masih banyak terdapat di banyak
masyarakat berkembang.
 Distribusi kematian menurut sebab kematian sangat bervariasi menurut
umur.
 Pada masyarakat maju, sekitar 2/3 dari semua kematian di atas usia 65
tahun disebabkan oleh penyakit jantung, hampir 80 % kematian pasa usia
15-24 tahun disebabkan oleh kecelakaan dan perkelahian.
 Oleh karena itu, pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu dapat
mempengaruhi pola umur mortalitas.

PERBEDAAN JENIS KELAMIN DAN MORTALITAS

 Di negara Barat kecuali Irlandia pada 1920-an, semua tabel kamatian yang
ada menunjukkan suatu rentang hayat yang secara konsisten lebih panjang
untuk wanita.
 Penelitian tentang hewan juga menunjukkan bahwa hampir semua jenis,
hewan jantan lebih rendah harapan hidupnya.
 Di hampir semua negara, jumlah pria yang mula-mula lebih banyak
daripada wanita pada saat lahir berkurang karena mortalitas yang tidak
sebanding sehingga rasio jenis kelamin penduduk secara keseluruhan
menunjukkan kelebihan wanita.
 United Nation Demographic YearBook 1974 menunjukkan rentang hayat
pria yang lebih panjang hanya di 6 negara: Nigeria, Upper Volta,
Yordania, India, Pakistan, dan Kamboja. Semua negara ini mempunyai
harapan hidup waktu lahir yang rendah dan harapan hidup pria hanya
sekitar 1 tahun lebih panjang daripada wanita, kecuali Pakistan yang
perbedaannya hampir 5 tahun.
 Dengan meningkatnya harapan hidup, ternyata harapan hidup wanita lebih
meningkat dibandingkan pria.
 Banyak penelitian tentang manusia yang di dukung oleh penelitian tentang
hewan menunjukkan bahwa ada perbedaan biologis antara pria dan wanita
yang menyebabkan mortalitas pria lebih tinggi.
 Retherford menyimpulkan bahwa kenaikan harapan hidup wanita yang
luar biasa itu terlalu cepat kalau hanya dipengaruhi oleh perubahan
biologis saja.
 Dengan data AS Rutherford menyatakan bahwa kenaikan yang luar biasa
itu disebabkan oleh pengaruh merusak dari faktor-faktor lingkungan yang
baru, terutama meningkatnya perokok di kalangan pria. Namun demikian,
teori ini kurang memuaskan untuk menjelaskan perubahan yang lebih
spektakuler, dari mortalitas pria dan wanita di sri Lanka.
 Salah satu penjelasan mengenai meningkatanya perbedaan harapan hidup
antara pria dan wanita adalah bahwa dengan menurunnya mortalitas,
terjadi pergeseran sebab kematian ke sebab-sebab yang lebih dipengaruhi
oleh perbedaan biologis antara pria dan wanita. Dalam hal ini,
meningkatnya perbedaan mortalitas antar jenis kelamin mungkin lebih
disebabkan oleh hilangnya faktor-faktor lingkungan yang lama dan bukan
oleh munculnya faktor-faktor baru.

PERBEDAAN MORTALITAS

 Studi mortalitas menurut status perkawinan telah menunjukkan bahwa


tingkat mortalitas dari mereka yang teleh menikah, lebih rendah daripada
yang tidak menikah, tetapi ada kesan bahwa beberapa perbedaan ini
disebabkan oleh masalah seleksi.
 Orang sehat agaknya lebih banyak dipilih sebagai teman hidup daripada
yang menderita sesuatu penyakit atau kelainan, dan faktor seleksi ini
menjadi lebih penting dengan makin sedikitnya orang yang tetap
membujang.
 Perbedaan mortalitas menurut status perkawinan ini agak jelas, tetapi
perbedaan menurut faktor lainnya kadang-kadang sukar dipisahkan satu
sama lain.
 Baik di negara maju maupun di negara berkembang, hasil-hasil survai
biasanya menunjukkan perbedaan yang besar dalam mortalitas anak
menurut pendidikan dan status ekonomi ibu.
 Di negara berkembang, ibu dengan skor status sosial-ekonomi tertinggi,
mempunyai tingkat mortalitas anak yang hampir sama dengan tingkat
mortalitasnya rata-rata di negara maju.
 Sama hanya di negara maju, kelompok yang kurang mendapat perhatian
seperti Aborigine di Australia, kadang-kadang mempunyai mortalitas yang
jauh lebih tinggi daripada tingkat mortalitas sebagian besar penduduk itu.
 Penelitian tentang mortalitas imigran di australia menunjukkan bahwa
kaum migran lebih mengikuti pola mortalitas di negara yang mereka
datangi daripada pola mortalitas negara asal mereka.
 Riset mortalitas yang dilakukan terhadap beberapa kelompok kerja tertentu
pada abad ke 19 bertitik berat pada resiko pekerjaan, dan hasil penelitian
itu mendorong berkurangnya kecelakaan di lingkungan industri. Meskipun
demikian beberapa jenis pekerjaan dan rekreasi masih membahayakan,
atau dapat membawa kematian karena menyebabkan tekanan mental atau
kelemahan fisik.

PENURUNAN MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN EKONOMI

 Penurunan mortalitas telah memainkan peranan penting dalam beberapa


teori perkembangan ekonomi.
 Pada awal tahun 190-an negara-negara terbelakang dianggap berada dalam
“perangkap ekuilibrium taraf rendah”; sedikit kenaikan dan pendapatan
per kapita akan menurunkan mortalitas dan ini akan menyebabkan
kenaikan pertumbuhan penduduk yang selanjutnya menelan kenaikan
pendapat tersebut.
 Suatu “dorongan kuat” bagi perkembangan ekonomi dianjurkan sebagai
satu-satunya cara untuk keluar dari perangkap ini.
 Berlawanan dengan argumentasi ini, penurunan mortalitas dalam
masyarakat-masyarakat berkembang dikatakan tidak ada hubungannya
dengan taraf penghasilan dan lebih berkaitan dengan langkah-langkah
yang diambil dalam kesehatan masyarakat.
 Study Preston yang terakhir telah menunjukkan bahwa 75-90 persen
pertumbuhan harapan hidup sedunia antara tahun 1930-an dari 1960-an
disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan nasional terakhir (Preston, 1975).
 Negara-negara yang harapan hidupnya antara 40-60, hanya mempunyai
sepertiga pendapatan nasional dari negara-negara yang pada 1930
mempunyai kisaran harapan hidup seperti ini, dengan catatan harga=harga
konstan.
 Preston : sekarang ini, mortalitas semakin peka terhadap variasi tingkat
pendapatan, terutama di negara-negara yang pendapatan nasionalnya
rendah.
 Kenyataannya bahwa pengurangan kemiskinan sangat erta hubungnannya
dengan penurunan mortalitas di negara-negara ini pada waktu yang akan
datang, mendorong Rencana Kerja Kependudukan Sedeunia (PBB,
1975b), mencatumkan suatu pernyataan yang menganjurkan agar supaya
penurunan mortalitas merupakan bagian integral dari pembangunan sosial
dan ekonomi.
 Besarnya jumalah penduduk menyebabkan kemiskinan di negara-negara
berkembang sekarang ini lebih sukar diperangi daripada di negara-negara
maju pada masa lampau.

MORTALITAS
(Kematian)
__________.____.”Dasar-Dasar Demogarfi “. Jakarata: Lembaga Demografi.
Fakulats Ekonomi UI
Oleh: Budi Utomo

Perubahan penduduk dipengaruhi oleh:

1. Mortalitas
2. Fertilitas
3. Migrasi

Data kematian diperlukan antara lain untuk:

a. Perencanaan pembangunan
 Perencanaan fasilitas perumahan
 Fasilitas pendidikan
 Jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat
b. Kepentingan evaluasi terhadap progam-progam kebijaksanaan penduduk

KONSEP MATI

Diperlukan untuk mendapatkan data kematian yang benar. Menurut konsepnya


terdapat tiga keadaan vital, yang masing-masing saling bersifat “mutually
exclusive”, artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan
salah satu keadaan lainnya. Tiga keadaan vital itu adalah:

1. Lahir hidup (live birth)


2. Mati (death)
3. Lahir mati (fetal death)
WHO (World Health Organization) dan UN (United Nations):

 “Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan


secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat kelahiran hidup”.
 “Lahir hidup yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang
ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah
perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi bernafas dan mempunyai
tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut jantung tali pusat, atau
gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali pusat sudah
dipotong atau belum”.

SUMBER DATA KEMATIAN

1. Sistem Registrasi Vital


 Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data yang
ideal.
 Kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah peristiwa
kematian tersebut terjadi.
 Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional,
yang ada hanya yang bersifat lokal dan inipun tidak sepenuhnya
meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri.
 Indonesia tidak mungkin memperoleh data kematian (yang baik) dari
sistem registrasi vital.
2. Sensus atau Survei Penduduk
 Merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan untuk mengumpulkan data
penduduk, termasuk pula data kematian.
 Kejadian kematian dicatat setelah sekian lama peristiwa kematian itu
terjadi.
 Data kematian melalui survei dan sensus dapat digolongkan menjadi
dua bentuk:
a. Bentuk langsung (Direct Mortality Data)
b. Bentuk tidak langsung (Indirect Mortality Data)
 Data kematian untuk penduduk golongan tertentu di suatu tempat,
kemungkinan dapat diperoleh dari:
a. Rumah sakit
b. Dinas pemakaman
c. Kantor Polisi Lalu Lintas
 Tingkat kematian penduduk laki-laki biasanya lebih tinggi
daripada tingkat kematian penduduk wanita.
 Tingkat kematian penduduk dewasa muda lebih rendah daripada
tingkat kematian bayi dan anak, dan usia lanjut.
 Penduduk negara maju mempunyai tingkat kematian lebih rendah
daripada negara berkembang.
 Penduduk berstatus sosial ekonomi baik mempunyai tingkat
kematian yang lebig rendah dibandingkan dengan penduduk yang
berstatus sosial ekonomi buruk.
 Tingkat kematian dipengaruhi oleh faktor:
a. Faktor sosial-ekonomi
b. Faktor pekerjaan
c. Faktor tempat tinggal
d. Faktor pendidikan
e. Faktor umur
f. Faktor jenis kelamin, dsb

UKURAN KEMATIAN

Ukuran kematian menunjukkan suatu angka atau indeks, yang dipakai


sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu
penduduk. Rate merupakan suatu ukuran yang menunjukkan terjadinya suatu
kejadian (misalnya; kematian, kelahiran, sakit, dan sebagainya) selama periode
waktu tertentu.

jumlah kejadian yang terjadi selama periode waktu tertentu


' rat e' suatu kejadian=
jumlah penduduk yang mempunyai resiko mengalami
kejadian tersebut selama periode yang sama
**catatan:

Kejadian (rate) tersebut bisa berupa: kematian, kelahiran, sakit, dan sebagainya.

Sedangkan ratio merupakan suatu ukuran yang berbentuk suatu angka


tunggal yang menyatakan hasil perbandingan antara 2 angka. Di samping dua
bentuk ukuran di atas, kadangkala dipakai ukuran lain yang berupa “presentase”.
Presentase adalah suatu rasio, hanya pada presentase, pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut. Dalam menyatakan rate atau ratio atau presentase sebagai
suatu ukuran, harus dijelaskan populasi golongan mana yang tersangkut. Dalam
hal ini harus jelas:

a. Kapan : Waktu berlakunya ukuran tersebut


b. Siapa : Ukuran tersebut mengenai populasi yang mana
c. Apa : Ukuran tersebut merupakan ukuran kejadian apa

KONSEP “PEARSON YEARS LIVED”

Khusus mengenai rate penyebutnya adalah jumlah orang yang mempunyai


resiko untuk mengalami kematian. Menentukan jumlah orang yang betul-betul
‘exposed to risk’ selama periode waktu teretentu penting dalam perhitungan rate.
Untuk mengatasinya digunakan konsep “person years lived” untuk menentukan
jumlah orang yang betul-betul ‘exposed risk’. Tidak semua orang bisa menjalani
hidup dari awal hingga akhir periode. Seorang yang mengalami hidup dari awal
sampai pertengahan periode berarti menjalani 0,5 “tahun orang hidup” atau 0,5
YPL. Dalam menghitung jumlah orang yang betul-betul “exposed to risk” dengan
menggunakan satuan ini, disamping mempertimbangkan kematian, juga harus
mempertimbangkan migrasi masuk dan migrasi keluar serta kelahiran di daerah
yang bersangkutann pada periode yang dimaksud.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah orang yang “exposed
to risk” dan dinyatakan dengan satuan YPL hanya dapat dihitung apabila setiap
orang pada kota atau penduduk yang bersangkutan diketahui kapan tepatnya lahir
di kota atau masuk ke kota tersebut dan mati di kota atau keluar dari kota tersebut
selama periode yang dimaksud. Dalam prakteknya, informasi tentang hal tersebut
sangat sulit atau tidak mungkin diperoleh, apalagi kalu menyangkut suatu
penduduk yang besar. Karena kondisi ini maka jumlah orang yang “exposed to
risk” dengan satuan YPL tidak pernah dihitung, tetapi hanya diperkirakan.

Perkiraan itu didasarkan kepada asumsi bahwa jumlah kematian/jumlah


kelahira/jumlah orang yang berpindah masuk atau keluar adalah sama antara
sebelum dan sesudah pertengahan periode. Kalau asumsi ini benar maka jumlah
orang yang exposed to risk dengan satuan YPL akan sama dengan jumlah
penduduk tengah-periode. Dalam hal ni jumlah penduduk tengah periode adlah
sama dengan setengah penjumlahan penduduk awal periode dengan penduduk
akhir periode.

Ptengah perode = ½ (Pawal periode + Pakhir periode )

Penduduk teengah periode ini sering kalii disebut “mid-year population”

ANGKA KEMATIAN KASAR (Crude Death Rate = CDR)

Angka kematian kasar ialah jumlah kematian pada tahun tertentu dibagi
dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut. Secara konvensional,
angka kematian untuk 1000 orang dapat dinyatakan dengan:

jumlah kematian pada tahun X


CDR= X 1000
jumlah penduduk pada pertengahantahun X

D
¿ xk
P

Dimana:

D : Jumlah kematian pada tahun x

P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun x

K : 1000
ANGKA KEMATIAN MENURUT UMUR (Age Specific Death Rate = ASDR)

Risiko kematian berbeda antara satu kelompok penduduk dan kelompok


penduduk lainnya, demikian pula antara satu kelompok umur yang satu dan
kelompok umur lainnya. Resiko kematian relatif tinggi pada umur sangat muda
dan umur tua. Sehingga pola kematian menurut umur apabila digambarkan
dengan grafik akan menyerupai huruf “U”.

Semua penduduk apakah dari negara maju atau negara berkembang


mempunyai pola kematian huruf “U” ini, perbedaannya hanya dalam
tingkatannya. Walaupun semua penduduk mempunyai pola kematian huruf “U”,
tetapi apabila diteliti secara seksama, maka pola yang berbentuk “U” tadi masih
bervariasi antara satu penduduk dan penduduk lainnya.

Karena perbedaan risiko kematian menurut umur tersebut, nantinya akan


dikenal angka kematian bayi, angka kematian anak dan angka kematian dewasa.
Disamping adanya perbedaan risiko kematian menurut umur, risiko kematian juga
berbeda menurut jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
Tergantung pada tujuan aplikasinya, kadang kala resiko kematian menurutt
kondisi-kondisi tersebut di ats aperlu diketahui.

jumlah kematian orang berumur i


padatahun X
ASDR untuk grup umur i= X 1000
jumlah penduduk berumur i pada
pertengahan tahun X

Di
¿ Xk
Pi

Dimana:

Di : Jumlah kematian dari orang-orang berumur i

Pi : jumlah penduduk berumur i (pada pertengahan tahun)

k : 1000
ANGKA KEMATIAN BAYI

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting dalam


menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Angka ini sangat sensitif terhadap
perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.

jumlah kematianbayi berumur


dibawah1 tahun selama tahun x X 1000
Angka kematianbayi=
jumlah kelahiran selama tahun x

KOMPOSISI UMUR DAN CDR

CDR merupakan angka kematian kasar. Disebut kasar karena angka


kemataian tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat kematian. Disamping
kematian, masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi angka tersebut, yaitu:

a. Komposisi umur penduduk


b. Komposisi jenis pekerjaan
c. Dsb

Besar kecilnya CDR tidak lepas bagaimana komposisi penduduk menurut


mortality related variables. Karena itu membandingkan CDR penduduk antara dua
negara atau lebih hanya bisa dilakuakan apabila penduduk negara tersebut saling
mempunyai “komposisi penduduk” yang sma pula. Seandainya komposisisnya
tidak sama, maka untuk membandingkan CDR komposisi penduduk tadi perlu
saling disamakan terlebih dahulu. Cara untuk menyamakan komposisi penduduk
ini dikenal dengan “standarisasi”

STANDARISASI

Pengaruh komposisi umur penduduk terhadap “Crude Death Rate” sudah


dibahas sebelumnya. Rate kematian mungkin saja juga dipengaruhi oleh
karakteristik lain, misal:

a. Komposisi penduduk menurut Urban-Rural


b. Komposisi pekerjaan
c. Komposisi pendapatan
d. Sex
e. Status kawin

Karena tujuan kita untuk mengukur mortalitas dan bukan mengukur


variabel-variabel yang lain seperti variabel komposisi: umur, komposisi jenis
pekerjaan, komposisi pendapatan dsb, maka untyk tujuan ini, pengaruh variabel-
variabel tersebut harus ditiadakan. Cara yang digunakan untuk mengontrol
variabel-variabel tadi sudah bisa dikatakan menggunakankan teknik standarisasi

TABEL KEMATIAN

Tabel kematian merupakan alat analisa mortalitas yang paling memuaskan.


Ini merupakan suatu tabel hipotesis dari sekeumpulan orang yang dilahirkan pada
waktu yang sama (kohor) yang oleh karena proses kematian, jumlah orang
tersebut semakin lama semakin berkurang dan akhirnya habis semua.

Ada dua macam tabel kematian, yaitu:

1. Longitudinal life table


2. Cross sectional life table

Dilihat dari kepraktisan dan dan kegunaannya, maka cross sectional life table jauh
lebih praktis dan berguna. Tabel kematian biasanya memiliki beberapa kolom (6
atau 7 kolom). Tiap kolom mempunyai serangkaian nilai, dimana serangkaian
nilai ini dapat digunakan untuk menjelaskan secara lengkap tentang tingkat dan
pola kematian. Serangkaian nilai antara satu kolom dan kolom yang lainnya saling
berhubungan. Ini berarti bahwa kalau serangkaian nilai salah satu kolom diketahui
(bukan olom penunjuk), maka serangkaian nilai pada kolom-kolom lainnya akan
dapat pula dihitung. Serangkaian nilai salah satu kolom seperti yang dimaksud
adalah dihitung berdasarkan data kematian pada penduduk negara/daerah yang
bersangkutan dimana tabel akan diaplikasikan.
Kolom 1:

Kolom penunjuk. Umur tepat (X) umur tepat yang disimbolkan dengan X
menunjukkan bahwa anggota kohir yang dimaksud telah menjalani hidup selama
tepa X tahun atau pada saat tersebut berada pada ulang tahunny yang ke-X

Kolom 2:

Probabilitas kematian antara umur tepa x dan x + n

Kolom 3:

Jumlah orang yang berhasil mencapai umur tepat X di beri simbol Ix.

1x + n = 1x (1-nqx)

Kolom 4:

Tahun orang hidup yang dijalani antara umur tepat X dan X + n diberi simbol nLx.

nLx = n/2 (1x + 1x+n)

Kolom 5:

Total tahun orang hidup setelah umur tepat X tahun.

w
Tx = ∑ ❑ nLx
x

Kolom 6:

Angka harapan hidup pada saat umur tepat X

Ex = Tx/ Ix
KEMATIAN (MORTALITAS)

Mantra, Ida Bagoes. 2010. Demografi Umum. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Di samping mortalitas, dikenal istilah morbiditas yang diartikan sebagai


penyakit tau kesakitan. Penyakit dan kesakitan dapat menimpa manusia lebih dari
satu kali dan selanjutnya rangkaian morbiditas ini atau sering disebut morbiditas
kumulatif pada akhirnya menghasilkan peristiwa yang disebut kematian. Penyakit
atau kesakitan adalah penyimpangan dari keadaan yang normal, yang biasanya
dibatasi pada kesehatan fisik dan mental (Budi Utomo, 1985).

Buku ini membedakan peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam


rahim (intra uterin) dan di luar rahim (extra uterin). Pada masa janin masih dalam
kandungan ibu (intra uterin), tetdapat peristiwa-peristiwa kematian janin sebagai
berikut:

1. Abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu;


2. Immature, kmatian janin antara umur kandungan di atas 16 Minggu
sampai pada umur kandungan 28 minggu; Buku ini membedakan
peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam rahim (intra uterin)
dan di luar rahim
3. Premature, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28
minggu sampai waktu lahir.

Selanjutnya kematian bayi di luar rahim (extra uterin) dibedakan atas:

1. Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu
keluar dari rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan;
2. Kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi ebelum
berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun;
3. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi
setelah berumur satu bulan tetapi kurang dari setahun;
4. Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga
berumur kurang dari satu tahun.

SUMBER DATA MORTALITAS PENDUDUK

Sumber data mortalitas penduduk di Indonesia ialah registrasi penduduk.


Cara pengumpulannya prospektif, yaitu pencatatan yang kontinyu terhadap tiap-
tiap peristiwa kematian yang belum tercatat, dan kualitas datanya rendah.
Penduduk sering merasa tidak ada suatu keharusan untuk melapor dan
mencatatkan semua peristiwa kematian kepada pengurus desa. Namun demikian
dibandingkan dengna pencatatan kelahiran, pencatatan kematian lebih lengkap. Di
Indonesia pelaporan kematian dikerjakan oleh kepala keluarga atau salah satu
anggota keluarga kepada kepala dukuh yang diteruskan ke kantor desa. Agaknya,
penyimpangan-penyimpangan dalam hal siapa yang melaporkan dan waktu
melaporkannya menyebabkan adanya angka pelaporan yang jumlahnya kurang
dari keadaan yang sebenarnya (under reporting). Sumber lain dari data kematian,
adalah penelitian (survei). Biasanya penelitian kematian penduduk ini dijadikan
satu dengan penelitian statistic vital.

PENGUKURAN DATA KEMATIAN PENDUDUK

Ada beberapa cara mengukur data kematian penduduk, di antaranya ada tiga
yang akan dibicarakan di sini, yaitu: tingkat kematian kasar, (Crude Death Rate,
atau CDR), tingkat kematian menurut umur (age Specitic Death Rate, atau
ASDR), dan tingkat kematian bayi (Infant Death Rate=IDR atau dapat juga
dikatakan Infant Mortality Rate= IMR).

Tingkat Kematian Kasar

Didefinisikan sebagai banyaknya kematian pada tahun tertentu, tiap 1000


penduduk pada pertengahan tahun. Dengan rumus dapat itulis sebagai
berikut:

D
Tingkat Kematian Kasar ( CDR ) = xk
Pm
D = Jumlah kematian pada tahun tertentu (dari hasil registrasi penduduk)
Pm = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun (pada bulan Juni/Juli)
K = Bilangan konstan yang biasanya bernilai 1000

Tingkat Kematian Menurut Umur dan Jenis Kelamin

besar kecilnya angka kematian dipengaruhi olh beberapa factor, antara


lain oleh umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan status kawin. Oleh karena
itu mka ahli-ahli demografi mempergunakan ukuran yang lebih spesifik,
yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu. Ukuran yang paling umum
digunakan olh ahli demografi ialah Tingkat Kematian Menurut Umur,
atau dala bahasa Inggris disebut dengan Age Specific Death Rate
disingkat dengan ASDR. Dengan rumus Tingkat Kematian Menurut
Umur ditulis sebagai berikut:

Jumlah kematian penduduk kelompok umur i


Tingkat Kematian Kelompok Umur i= x
Jumlah penduduk kelompok umur i pada pertengahantahun
Atau:

Di
ASDRi= x 1000
Pmi

Di = Jumlah kematian pada kelompok umur i

Pmi = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun pada kelompok umur i

K = Angka konstan = 1000

Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality Rate atau IMR)

Tingkat kematian bayi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah kematian bayi padatahun tertentu


Tingkat Kematian Bayi= xk
Jumlah kelahiran hidup pada tahun tertentu

Atau dapat pula ditulis dengan rumus:


Do
IMR= xk
B

Do = Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu


B = Jumlah lahir hidup pada tahun tertentu
K = Bilangan konstan = 1000

TINGKAT KEMATIAN ANAK

Tingkat Kematian Anak didefinisikan sebagai jumlahn kematian anak


berumur 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun. Dengan demikian angka kematian anak tidak menyertakan
angka kematian bayi.
Dibandingkan dengan angka kematian bayi, angka kematian anak lebih
merefleksikan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengruhi tingkat
kesehatan anak. Angka ini tinggi pada keadaan salah gizi, hygiene buruk,
tingginya prevalensi penyakit menular pada anak dan insiden kecelakaan di dalam
atau di sekitar rumah. Dalam menunjukkan tingkat kemiskinan, indicator ini lebih
unggul dibandingkan dengan tingkat kematian bayi.

Tingkat Kematian Anak di Bawah Lima Thaun (Balita)

Tingkat Kematian Anak Balita didefinisikan sebagai jumlah kematian


anak usia di bawah lima tahu selama satu tahun per 1000 anak usia yang sama (0-
4) tahun pada pertengahan tahun. Angka ini sekaligus merefleksikan tinggi
rendahnya angka kematian bayi dan angka kematian anak. Hanya dengna
menggunakan angka kematian bayi belum cukup untuk menggambarkan tingkat
kematian anak pada umur di atas satu tahun. Dua penduduk dengan tingkat
kematian bayi yang sama, belum tentu sama dalam hal angka kematian anak di
atas satu tahun. Variasi angka ini, di Negara berkembang dapat lebih tinggi dari
100, tetapi di Negara maju dapat lebih rendah dari dua.
PENYEBAB ENDOGEN DAN EKSOGEN DARI KEMATIAN BAYI

Penyebab endogen dan eksogen dari kematian bayi dalam sub ini disarikan
dari tulisan Budi Utomo (1985) dalam makalah dengan judul “Mortalitas:
Pengertian dan Contoh Kasus di Indonesia”, yang ditulis tahun 1985. Berbeda
dengan kematian pada umur-umur selanjutnya, kematian pada bayi memerlukan
perhatian sendiri.

Kematian pada bayi dan juga anak sampai menjelang umur lima tahun
elatif sangat tinggi seperti halnya mereka yang berusia lanjut. Kalau mreka yang
berusia lanjut lebih banyak bertanggung jawab ditentukan oleh kemampuan orang
tua dalam memberikan pemeliharaan dan perawatan terhadap anak-anaknya.
Karena faktor sosio-ekonomi berkaitan dengan kemampuan tersebut, maka
kematian bayi dan anak seringkali digunakan sebagai indikator status kesehatan
dan status sosio-ekonomi penduduk (United Nation, 1973)

Seorang bayi mulai terpapar terhadap lingkungannya sejak saat dilahirkan.


Sebelumnya, selama kehamilan, kelangsungan hidup calon bayi berada di bawah
control faktor-faktor biologi yang terdapat pada orang tuanya dan factor-faktor
biologi lingkungan luar yang bekerja melalui ibunya. Contoh terakhir ini, missal
kemiskinan akan membawa ibu ke keadaan kurang gizi selama hamil.

Banyak sekali faktor yang dapat dikaitkan dengan kematian bayi. Secara
garis besar, dari segi penyebabnya, kematian bayi dibedakan manjadi dua jenis
yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang
disebabkan oleh faktor-faktor anak yang dibawa sejak lahir, diwarisi oleh orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama kehamilan. Sedangkan
kematian bayi eksogen adalah kematian bayi yang disebabkanoleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Pembedaan antara kedua jenis
penyebab kematian tersebut idealna dapat dilakukan melalui data statistic
penyebab kematian, tetapi dalam praktek tidak mudah karena masalah kualitas
data (United Nations, 1973)
MEKANISME PENURUNAN KEMATIAN BAYI DAN ANAK

Kematian bayi dan anak secara umum merupakan konsekuensi akhir dari
perjalanan kumulatif dengan berbagai pengalaman morbiditas dan jarang karena
serangan penyakit tunggal. Ini berarti bahwa reduksi kematian melalui program-
program kesehatan tidak cukup hanya dengan memberantas penyakit-penyakit
penyebab kematian tetapi harus memasukkan pula tindakan-tindakan yang
mengarah kepada permasalahn yang lebih mendasar yang menyangkut proses
morbiditas dan mortalitas secara keseluruhan.

Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor penentu mortalitas bayi dan anak.


Namun faktor sosio ekonomi bersifat tidak langsung, yaitu harus melalui
mekanisme biologi tertentu (variabel antara) yang kemudian baru menimbulkan
risikomorbiditas, dan selanjutnya bayi dan anak sakit dan apabila tidak sembuh
akhirnya cacat atau meninggal. Dalam mekanisme ini, penyakit dan kurang gizi
bukan merupakan variabel independen, tetapi lebih merupakan indicator yang
merefleksikan mekanisme kerja variabel antara. Dengna demikian, dalam
merencanakan dan melaksanakn program-program kesehatan untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas perlu dibekali dengan peningkatan pengetahuan yang
lebih luas dan lebih mendalam mengenai mekanisme di atas, dan tidak hanya
dibatasi pada penyakit penyebab kematian, walaupun juga penting.

Faktor-faktor meternal, lingkungan, gizi, cedera dan pelayanan kesehatan


merupakan beberapa dari variabel antara. Morbiditas dalam masyarakat
ditentukan atas dasar prevalensi dan insidensi penyakit-penyakit yang merupakan
penyebab kematian utama (Budi Utomo, 1985)
Pollard, A.H. 1984. Teknik Demografi. Jakarta: PT. Bina Aksara

Penurunan angka kematian masih belum terjadi secara merata pada semua
kelompok umur di Dunia. Di Australia mulai tahun 1905 sampai tahun 1961
harapan hidup untuk pria telah bertambah 13 tahun, yaitu dari 55 menjadi 68
tahun; sedangkan untuk wamita mengalami kenaikan 15 tahun, yaitu dari 59 tahun
menjadi 74. Selama periode itu pula harapan hidup pada umur 60 tahun untuk
wanita telah bertambah 1,2 tahun; yaitu dari 14,4 tahun menjadi 15,6 tahun. Untuk
pria mencapai 3,3 tahun yaitu dari 16,2 menjadi 19,5 tahun.

Sejak tahun 1940 negara-negara berkembang mengalami penurunan


mortalitas yang cukup besar. Misalnya di Mauritius mulai tahun 1942-1946
sampai tahun 1961-1963 harapan hidup untuk pria lebih meningkat dari 32
menjadi 59 tahun, dan untuk wanita dari 34 menjadi 62 tahun. Meskipun pada
umumnya mortalitas wanita secara keseluruhan lebih remdah, tetapi keadaan ini
tidak berlaku untuk semua umur di beberapa negara. Di beberapa negara yang
sedang berkembang mortalitas wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria
yang berumur 1-4 tahun, dan juga untuk wanita pada puncak masa usia
melahirkan.

1. Angka Kematian dan Rasio khusus menurut sebab kematian

Apabila jumlah seluruh kematian yang terjadi dalam suatu periode


tertentu diklasifikasikan menurut sebab kematian, proporsi jumlah seluruh
jumlah kematian yang diakibatkan oleh sebab khusus dinamakan rasio
kematian khusus menurut sebab kematian (cause specific death ratio).
Misalnya pada tahun 1964 di Autralia terjadi 100.594 kematian, dan 3.722 di
antaranya diklasifukasikan menurut sebab kematian. Berdasarkan data rasio
tersebut kematian khusus menurut sebab kematian untuk pneumonia ialah

3,722
= 0,037. Dengan demikian rasio tersebut merupakan petunjuk bahwa
00,594
di suatu negara tertentu terdapat satu sebab kematian khusus ralatif.
Dalam hal ini jumlah kematian yang diakibatkan oleh sebab tertentu
selama tahun itu harus dibagi dengan jumlah seluruh penduduk pertengahan
tahun, dan angka yang diperoleh biasanya dinyatakan per 100.000 penduduk.
Misalnya, di Australia pada tahun 1964 terdapat 3.722 kematian yang
diakibatkan oleh pneumonia. Dan perkiraan jumlah penduduk pada waktu itu
ialah 11.136.000 jiwa; dari perkiraan jumlah penduduk tersebut dapat disusun
angka kematian khusus menurut sebab penyakit pneumonia, yaitu: 3.722/
11.136.000 = 0,000334 kematian per 100.000 orang. Penyebut yang
digunakan untuk angka tersebut harus jumlah seluruh penduduk dan tidak
hanya penduduk yang menderita penyakit tertentu. Perlu diperhatikan pula
bahwa angka kematian khusus menurut sebab kematian dan rasio kematian
khusus menurut sebab kematin biasanya tidak didasarkan atas umur atau jenis
kelamin.

2. Angka kematian menurut umur dan jemis kelamin

Sebab khusus kematian tidak membawa pengaruh yang sama terhadap


pria dan wanita maupun semua kelompok umur. Sebagai contoh dapat
dikemukakan bahwa cacat pembawaan biasanya sangat mempengaruhi angka
kematian kelompok umur yang maih sangat muda; sedangkan penyakit
jantung kurang mempengaruhi kelompok umur muda, tetapi merupakan sebab
kematian yahg serius bagi kelompok umur yang lebih tinggi, dan komplikasi
kehamilan dan kelahiran sudah tentu hanya akan berpengaruh kepada wanita.

Angka kematian dihitung terpisah menurut kelompok jenis lelamin dan


umur. Angka tersebut dinamakan angka kematian khusus menurut umur dan
jenis kelamin (age – sex specific death rates). Dengan cara memisahkan
penduduk menurut kelompok jenis kelamin dan umur disusun dapat disusun
tabel angka untuk setiap jenis kelamin dan umur yang tidak terpengaruh oleh
distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORTALITAS

1. Ras (bangsa) dan pekerjaan

Pada umumnya angka kematian bangsa kematian bangsa kulit putih dapat
dikatakan lebih rendah dibandingkan dengan bangsa berkulit hitam, sedangkan
untuk bangsa yang berkulit kuning terletak diantara kedua angka tersebut.
Perbedaan itu tampak baik pada berbagai negara maupun untuk berbagai bangsa
yang terdapat di dalam satu negara. Walaupun demikian ini pada hakekatnya lebih
mencerminkan faktor sosial, ekonomis dan lingkungan dibandingkan dengan
perbedaan biologis atau genetik (keturunan).

Pada abad ke-19 perbedaan mortalitas menurut pekerjaan tampak


menonjol. Secara umum angka kematian kelompok profesional menurun sampai
tingkat terendah, sedangkan untuk pekerja yang tidak memiliki ketrampilan
tertentu (unskilled labour) malah mencapai angka tertinggi. Dalam periode
industrialisasi yang sudah maju dewasa ini perbedaan tersebut sudah dapat
dikurangi meskipun masih juga terdapat beberapa jenis pekerjaan yang dapat
menimbulkan risiko kematian yang cukup tinggi, misalnya: tukang penjaga,
pekerja tambang, pengemudi mobil balap, penerbang, petinju profesional dan
sebagainya. Analisis mortalitas dari segi pekerjaan biasanya agak kompleks
karena sulit untuk mengaitkan kematian yang terjadi denagn risiko yang tepat.

2. Status perkawinan

Mortalitas kelompok penduduk yang sudah menikah ternyata lebih rendah


dibandingkan dengan yang belum menikah, dan perbedaan untuk pria lebih besar
daripada wanita. Hal ini disebabkan oleh faktor bahwa perkawinan biasanya
mensyaratkan orang-orang yang sehat, maupun karena perbedaan kebiasaan dan
kondisi hidup.

3. Tempat tinggal

Mortalitas di daerah pedesaan umumnya lebih rendah dibandingkan di


daerah kota, tetapi sekarang perbedaan tersebut sudah berkurang. Beberapa
penyakit menyerang berikli panas, dan ada juga yang melanda tempat-tempat
yang dingin; akibatnya perbedaan iklim dapat juga menyebabkan kematian. Atas
dasar alasan ini juga di tempat tinggal yang sama dapat terjadi fluktuasi mortalitas
musiman.

4. Cara hidup

Pada umumnya apabila kondisi sosial semakin memuaskan (diukur dari


segi kualitas perumahan, kebersihan, pelayanan kesehatan dan lain-lain), angka
kematian akan menurun. Kebiasaan hidup, misalnya merokok, makan dan minum
dapat juga mempengaruhi mortalitas.

5. Faktor genetik

Beberapa penyakit ternyata dapat menular dari generasi yang satu ke


generasi yang lain; dan dengan demikian terdapat juga beberapa alasan tertentu
mengapa para keluarga harus memperpanjang nasa hidupnya. Walaupun demikian
penyakit seperi itu tidak begitu banyak, dan pengaruhnya terhadap mortalitas
dirasakan tidak menentu. Dengan demikian perbedaan keturunan secara
komparatif dianggap tidak berarti.

KEMATIAN BAYI

Kematian Bayi dapat diukur dengan cara membagi jumlah kematian di


bawah umur 1 tahun yang terjadi selama tahun yang bersangkutan dengan
perkiraan jumlah penduduk pertengahan tahun yang berumur di bawah satu tahun.
Walaupun demikian penduduk pertengahan tahun ternyata hanya dapat diperoleh
dari hasil perhitungan sensus, sedangkan untuk tahun-tahun lainnya harus
diperkirakan dari jumlah kelahiran yang telah terjadi. Dengan demikian biasanya
jumlah kematian penduduk di bawah umur 1 tahun yang terjadi selama 1 tahun
harus dikaitkan dengan jumlah kelahiran hidup yang terjadi selama tahun tersebut.

Kematian bayi dapat didefinisikan sebagai jumlah kematian bayi yang


berumur di bawah 1 tahun yang tercatat di dalam satu tahun tertentu per 1000
kelahiran hidup yang terdaftar selama tahun itu juga. Sebab kematian bayi dapat
dibedakan dalam dua kelompok besar; yaitu:
1. Kematian endogen atau kematian yang diakibatkan oleh keadaan kelahiran
atau kondisi pranatal yang disebabkan oleh kesulitan pada saat melahirkan
(misalnya: cacat pembawaan, luka-luka pada saat kelahiran dan kelahiran
prematur) biasanya menyebabkan kematian dalam empat minggu pertama
setelah melahirkan.
2. Kematian sebab eksogen (misalnya infeksi dan kecelakaan) merupakan sebab
utama kematian.

KEMATIAN IBU

Mortalitas ibu didefinisikan sebagai jumlah kematian wanita selama


jangka waktu tertentu yang disebabkan oleh kelahiran maupun komplikasi
kehamilan untuk setiap 100.000 kelahiran yang terjadi selam periode tertentu.
Dengan meningkatnya standar perawatan sesudah kelahiran dan kemapuan
obstetrik maupun kemajuan lain di bidang ilmu pengetahuan lain dan pengobatan,
kematian ibu menurun cukup mencolok terutama di negara yang sudah maju.

JUMLAH KEMATIAN YANG DIHARAPKAN

Perlu membandingkan kematian yang sebenarnya di dalam suatu jumlah


pendudduk tertentu dengan kmatian yang diharapkan atas dasar beberapa
hipotesa. Apabila distribusi umur dan jenis kelamin bagian penduduk itu dianggap
sama dengan distribusi umur dan jenis kelamin jumlah seluruh penduduk, angka
kematin kasar (crude death rates) dapat dipergunakan untuk menghitung jumlah
kematian yang diharapkan.

Standarisasi Langsung

Angka kematian yang distandarisasikan ialah jumlah jumlah seluruh


kematian yang diharapkan dan kemudian dibagi dengan jumlah penduduk standar
dan dikalikan 1000. Prosedur tersebut akan memudahkan proses standarisasi yang
dilakukan secara sekaligus untuk berbagai variabel. Satu-satunya persyaratan
khusus yang harus dipenuji adalah tersedianya penduduk standar dan angka
kematian yang sedang diselidiki.
Standarisasi Tidak Langsung

Standarisasi tidak langsung adalah menerapkan standar angka khusus


menurut umur terhadap penduduk yang sedang diselidiki, dan kemudian
membandingkan jumlah kematian yang sebenarnya dengan jumlah yang
diharapkan dengan dilandari oleh asumsi bahwa angka kematian standar memang
berlaku. Prosedur tersebut masih dapat ditempuh meskipun angka kematian
khusus menurut umur untuk penduduk yang sedang diselidiki tidak diketahui,
dengan syarat bahwa data seluruh kematian sudah diketahui.
DAFTAR PUSTAKA

Lucas, David, dkk (diterjemahkan oleh Nin Bakdi Sumanto & Riningsih saladi.
1990. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

__________.____.”Dasar-Dasar Demogarfi “. Jakarata: Lembaga Demografi


Fakulats Ekonomi UI
Mantra, Ida Bagoes. 2010. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Pollard, A.H. 1984. Teknik Demografi. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai