Anda di halaman 1dari 3

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Sekitar

300 mahasiswa Yogyakarta berdemonstrasi


di beberapa lokasi untuk memberi rapor
merah kepada pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono-Boediono. Empat
lokasi yang digunakan berdemonstrasi
adalah Bunderan Universitas Gadjah Mada,
Gedung DPRD dan mereka bertemu
perempatan kantor pos Besar dan Gedung
Agung Yogyakarta.

bertuliskan: ''SBY Pesolek bukan Presiden'',


“Kami memberi rapor merah kepada "Copot Sri Mulyani, Boediono Turun'', ''KPK
pemerintahan SBY-Boediono untuk menandai Usut Tuntas Century", "Tangkap Sri Mulyani
100 hari pemerintah, kami menuntut dan Boediono.''
perbaikan kinerja mereka sebagai
penyelenggara negara,” kata Sujatmiko salah ” SBY itu hanya pintar membuat kebijakan
satu koordinator aksi dari Kesatuan Aksi yang bersifat reaktif untuk melindungi dirinya
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sendiri, tanpa ada kebijakan nyata untuk
Yogyakarta, Kamis (28/1). memperbaiki kondisi negara ini,” kata
Sujatmiko.
Karena rapor pemerintah merah, maka para
pendemo pun menuntut Boediono dan Sri Demonstrasi dilakukan oleh beberapa elemen
Mulyani Indrawati untuk mundur dari jabatan antara lain KAMMI Yogyakarta, Badan
wakil presiden dan menteri Keuangan. Karena Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM
Boediono dan Sri Mulyani dianggap teledor SI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
sehingga mucul kasus Bank Century dan dan Front Oposisi Rakyat Indonesia yang
menuntut pelaku Bank Century diusut tuntas. beranggotakan buruh dan pekerja di
Yogyakarta. “Kami tidak percaya dengan
Selain melakukan orasi mengecam SBY- pemerintahan SBY-Boediono,” kata Agung
Boediono, para demonstran juga Sulaksono, koordinator aksi dari Front Oposisi
membentangkan berbagai poster antara lain Rakyat Indonesia.
TUNTASKAN REFORMASI, Mahasiswa terlibat aksi saling dorong dengan aparat kepolisian dalam
unjuk rasa memperingati sembilan tahun reformasi di Istana Presiden, Jakarta, kemarin. Berbagai
elemen mahasiswa mendesak pemerintahan SBY-JK menuntaskan sejumlah agenda reformasi yang
belum terwujud.
JAKARTA (SINDO) – Mahasiswa dari berbagai elemen,kemarin,berunjuk rasa memperingati sembilan
tahun reformasi. Unjuk rasa yang digelar di Jakarta dan sejumlah kota ini intinya mendesak
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla (SBY-JK) segera menuntaskan agenda
reformasi yang belum terlaksana.
Aksi yang dilakukan bertepatan dengan peringatan pengunduran diri Soeharto sebagai presiden 21
Mei 1998 tersebut sempat diwarnai kericuhan. Ini terjadi setelah aksi dorong antara ratusan
mahasiswa dengan petugas keamanan di depan Istana Presiden,Jakarta. Aksi dilakukan ratusan
mahasiswa dari sejumlah elemen seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), BEM
Jakarta Raya,dan Forum Kota (Forkot).
Secara terpisah, BEM Universitas Indonesia melakukan aksi long march dari kampus Salemba ke
Istana Presiden untuk menyampaikan tuntutan serupa. Akibat kericuhan tersebut, enam massa dari
Forkot dan Himpunan Mahasiswa Universitas Nasional sempat diamankan petugas Polres Jakarta
Pusat.Namun,keenam mahasiswa tersebut langsung dibebaskan.
Selain menggelar orasi menuntut pemerintah SBY-JK menuntaskan agenda reformasi, mahasiswa
juga membakar berbagai poster. Beberapa agenda reformasi yang didengungkan sejak 1998
dimaksud adalah pemberantasan korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN),amendemen UUD
45,penghapusan dwifungsi ABRI, kesejahteraan rakyat, pengadilan Soeharto, penegakan hukum, dan
penuntasan krisis berbagai bidang. Mahasiswa menilai saat ini pemerintah belum melaksanakan
agenda reformasi secara tuntas.
partisipasi rakyat sejati dalam pembuatan kebijakan, pemenuhan pelayanan publik untuk
kesejahteraan, dan kabinet dibersihkan dari antek-antek neoliberalisme/ neoimperialisme.
”Perubahan politik dan transisi dari otoritarianisme menuju demokrasi telah kita dapatkan, tapi
reformasi yang diperjuangkan dengan darah dan air mata belum selesai,” kata Ketua BEM UI Ahmad
Fathul Bari. Dia juga menyoroti situasi pascareformasi. Menurutnya, demokrasi ekonomi sampai
sekarang belum dirasakan rakyat karena hak-hak dasar masyarakat,seperti hak atas pendidikan,
pangan, dan penghidupan layak, sampai saat ini belum terpenuhi.
Menurut dia, permasalahan itu harus menjadi fokus perhatian yang sangat penting karena tanpa
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan. Ini artinya, reformasi 1998 tidak berarti sama sekali.
Aksi memperingati sembilan tahun reformasi juga marak di sejumlah kota, seperti Surabaya,
Kendari, Riau, Pontianak, Denpasar, dan lainnya.

Puncak peringatan hari jadi ke-198 Kabupaten Garut, Rabu, diwarnai aksi puluhan pengunjukrasa dari
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) setempat, dengan menggelar poster beragam tulisan serta orasi secara
bergantian. Koordinator lapangan aksi unjuk rasa itu, Muhlisinalahudin dan Ketua HMI Cabang Garut, Han
Han Faizal menilai, APBD masih belum sepenuhnya berpihak terhadap kepentingan masyarakat, melainkan
masih banyak yang dialokasikan bagi pemenuhan kepentingan segelintir elite pejabat. Malahan
diindikasikan kian terbuka peluang tumbuh sumburnya praktek KKN, sehingga kalangan HMI menuntut
agar legislatif mengevaluasi pemanfaatan APBD, sedangkan bupati diminta segera mencabut peraturan
bupati (Perbub) perpanjangan jabatan tujuh PNS yang memasuki masa pensiun.
Selain itu, agar secepatnya menuntaskan reformasi birokrasi sekaligus memaksimalkan pelayanan kepada
publik, aparat penegak hukum juga dituntut menuntaskan berbagai kasus indikasi korupsi, antara lain
indikasi korupsi di lingkungan RSU dr Slamet, dana bencana alam serta yang dilakukan pejabat di era
bupati sebelumnya.Hingga Rabu siang, lima perwakilan dari HMI masih beraudensi di ruang kerja bupati,
yang akan dilanjutkan dengan Ketua DPRD Garut, seusai rapat paripurna istimewa puncak peringatan hari
jadi Garut 2010.Sementara itu, dari kalangan pers banyak yang merasa kecewa, karena liputannya dibatasi
dengan disiapkannya tempat paling belakang ruang sidang dengan hanya disediakan dua kursi duduk dan
dibatasi rantai plastik
Koalisi Rakyat Indonesia Tolak Kenaikan
BBM (KARI) Salatiga, yang terdiri dari LK
UKSW, LMND Salatiga, BEM STIE
AMA, GMKI Salatiga, Komunitas Anak
Jalanan Salatiga, Yayasan Percik, dan
Becikke Seduluran Saklawase (BSS),
melakukan aksi unjuk rasa menolak
kenaikan harga BBM. Unjuk rasa ini adalah
tindak lanjut dari diskusi di tenda
keprihatinan sehari sebelumnya. Orasi
dilakukan di bundaran Tamansari.
Perwakilan dari masing-masnig elemen pun
tampil.
Seorang perwakilan dari BSS
mengungkapkan, “Oknum pemerintah tidak
bertanggungjawab dan

Pemerintah membuat rakyat semakin terengah- “Jika pemerintah tidak mampu selesaikan
engah.” masalah (kenaikan harga BBM — Red), maka
BSS juga menolak BLT karena, menurut sebaiknya pemerintah turun saja dari
mereka, BLT bukanlah “bantuan langsung jabatanya,” seru Ahmadi.
tunai” tapi “bantuan langsung telas.” Ahmadi juga ikut menandatangani pernyataan
Dalam orasi tersebut juga sempat hadir sikap KARI Salatiga yang isinya menolak
Ahmadi, anggota DPRD Salatiga dari fraksi kenaikan harga BBM.
PAN. Ahmadi turut berorasi menolak kenaikan
harga BBM.

BANDUNG, (PRLM).- Lebih dari seribu guru se-Jawa Barat akan melakukan unjuk rasa ke
Kementerian Pendidikan Nasional pada Rabu (12/5) guna menolak pembubaran Direktorat Jenderal
Pemjaminan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). Dalam aksi tersebut, mereka
akan bergabung dengan ribuan guru lain dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Persatuan
Guru dan Dosen Swasta Republik Indonesia (PGDSRI). Menurut Sali, keberadaan Ditjen PMPTK
hingga saat ini sudah cukup baik dalam mengurusi nasib guru baik yang berstatus Pegawai Negeri
Sipil (PNS) maupun guru swasta. “Kalau dibubarkan, lalu siapa yang akan mengurusi guru?,”
ungkapnya. Sali menyayangkan sikap pemerintah yang seperti coba-coba dalam mendirikan sebuah
lembaga. Setelah Ditjen PMPTK dianggap bagus dan berguna bagi nasib guru, kemudian dibubarkan.
“Jangan seperti bikin lotek, kalau sudah terasa pedas, kemudian dibuang begitu saja,” ungkapnya.
Drs. H. Sali Iskandar

Anda mungkin juga menyukai