Anda di halaman 1dari 4

BAB VI.

PEMERIKSAAN ABDOMEN (bag VII)


Agustus 31, 2008 oleh agungrakhmawan

Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Secara deskripsi
dengan menggunakan 2 garis imajiner yang saling tegak lurus dan masing- masing garis
melalui umbilicus, abdomen dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu kuadran kanan atas, kanan
bawah, kiri atas dan kiri bawah. Ada juga yang membagi menjadi 3 kuadran yaitu
epigastrium, umbilical dan hipogastrik/ suprapubik.
Syarat- syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan pemeriksaan abdomen yaitu :
1. Pasien dalam keadaan rilek, untuk memudahkan keadaan tersebut antara lain :
a. Kandung kemih harus kosong
b. Pasien berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepala dan lutut
c. Kedua tangan disamping badan atau menyilang dada, jangan meletakan tangan diatas
kepala
d. Gunakan tangan dan stetoskop yang hangat, caranya dengan menggosokkan kedua
telapak tangan dan tempelkan stetoskop pada telapak tangan
e. Pemeriksaan dengan perlahan- lahan
f. Ajaklah pasien berbicara bila perlu dan mintalah pasien untuk menunjukan daerah nyeri
g. Perhatikanlah ekspresi dari muka pasien selama pemeriksaan
2. Daerah abdomen mulai dari prosesus xiphoideus sampai simfisis pubis harus terbuka
3. Pemeriksa disebelah kanan pasien

A. INSPEKSI ABDOMEN

Cara pemeriksaan
1. Mintalah pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh. Letakan
bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala untuk melemaskan/ relaksasi otot- otot
abdomen
2. Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
3. pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan warna abdomen,
bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola vena, dan striae serta bayangan vena
dan pergerakkan abnormal.
4. Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus.
5. perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau penegangan. Bila
abdomen tampak menegang, minta pasien untuk berbalik kesamping dan inspeksi
mengenai ada tidaknya pembesaran area antara iga-iga dan panggul, tanyakan kepada
pasien apakah abdomen terasa lebih tegang dari biasanya.
6. Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan memasang tali/
perban seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah simpul dikedua sisi tali/ perban untuk
menandai dimana batas lingkar abdomen, lakukan monitoring, bila terjadi peningkatan
perenggangan abdomen, maka jarak kedua simpul makin menjauh
7. Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal.
8. Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan peristaltik atau
denyutan aortik.

B. AUSKULTASI ABDOMEN

Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan usus dan adanya
gangguan pembuluh darah. Bunyi usus akan terdengar tidak teratur seperti orang berkumur
dengan frekwensi 5 – 35 kali permenit. Normal tidak terdengar bunyi vaskuler disekitar
aorta, ginjal, iliaka atau femoral, apabila terdapat desiran mungkin suatu aneurisma .

1). Persiapan alat


1. Stetoskop
2). Persiapan pasien
1. jelaskan pada pasien
3). Cara pemeriksaan
1. Mintalah pasien berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi. Letakan bantal kecil
dibawah lutut dan dibelakang kepala
2. Letakkan kepala stetoskop sisi diapragma yang telah dihangatkan di daerah kuadran
kiri bawah. Berikan tekanan ringan, minta pasien agar tidak berbicara. Bila mungkin
diperlukan 5 menit terus menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukan
tidak adanya bising usus.
3. Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak ada bising usus dan
perhatikan frekwensi/ karakternya.
4. Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan dengan sistematis dan
dengarkan tiap kuadran abdomen.
5. Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan bunyi desiran dibagian
epigastrik dan pada tiap kuadran diatas arteri aortik, ginjal, iliaka, femoral dan aorta
torakal. Pada orang kurus mungkin dapat terlihat gerakan peristaltik usus atau denyutan
aorta.
6. Catat frekuensi bising usus, hiperaktif, hipoaktif atau tidak/ ada bising usus pada kartu
status.

c. PERKUSI ABDOMEN

Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang timbul pada saat
melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ dibawah kulit. Organ berongga seperti
lambung, usus, kandung kemih berbunyi timpani, sedangkan bunyi pekak terdapat pada
hati, limfa, pankreas, ginjal

1. PERKUSI BATAS HATI

1. Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah disisi kanan pasien
2. lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi umbilikus, geser perlahan
keatas, sampai terjadi perubahan suara dari timpani menjadi pekak, tandai batas bawah
hati tersebut.
3. Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah tulang iga kanan.Batas hati bagian atas
terletak antara celah tulang iga ke 5 sampai ke 7. Jarak batas atas dengan bawah hati
berkisar 6 – 12 cm dan pergerakan bagian bawah hati pada waktu bernapas yaitu berkisar 2
– 3 sentimeter
Bersambung…………………….

2. PERKUSI LAMBUNG

1. Posisi pasien tidur terlentang


2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian epigastrium kiri.
4. Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani

3. PERKUSI GINJAL

1. Posisi pasien duduk atau berdiri.


2. Pemeriksa dibelakang pasien
3. Perkusi sudut kostovertebral di garis skapular dengan sisi ulnar tangan kanan
4. Normal perkusi tidak mengakibatkan rasa nyeri
bersambung ………… D. palpasi abdomen

Ada ditemukan beberapa macam tanda diantaranya McBurney’s Sign, Rovsing’s


Sign, Psoas Sign, Obturator Sign dan Mefadden’s Sign. Letak nyeri pada
apendisitis akut diproyeksikan dengan dengan titik McBurney, titik ini terletak
pada 5-2 inch dari procesus spinosus anterior pada ileum diatas garis lurus
yang menghubungkan antara procesus dengan umbilicus. Pada Rovsing’s Sign nyeri
pada saat palpasi pada kuadran kanan dan kiri bawah, karena terjadi penekanan
oleh udara yang menunjukan adanya iritasi peritoneal. Ketahanan otot pada saat
palpasi sering dihubungkan dengan tingkat keparahan proses radang. Tanda psoas
dilakukan dengan cara penderita berbaring, paha difleksikan akan terasa nyeri
karena otot psoas berkontak dengan peritoneum dekat apendiks. Keaadaan ini khas
pada difleksikan dan diemdorotasikan dengan otot obturator interna. McFaden
Sign dilakukan dengan cara apendiks posisis pelvis bisa merangsang kandung
kening, sering pada anak –anak terjadi miksi setelah nyeri.

Rovsing's sign
Deep palpation of the left iliac fossa may cause pain in the right iliac fossa. This is
the Rovsing's sign, also known as the Rovsing's symptom. It is used in the diagnosis of acute
appendicitis. Pressure over the descending colon causes pain in the right lower quadrant of
the abdomen.[17]

Psoas sign
Occasionally, an inflamed appendix lies on the psoas muscle and the patient will lie with the
right hip flexed for pain relief.

Obturator sign
If an inflamed appendix is in contact with the obturator internus, spasm of the muscle can
be demonstrated by flexing and internally rotating the hip. This Maneuver will cause pain in
the hypogastrium.

Anda mungkin juga menyukai