Anda di halaman 1dari 18

USHUL FIQH

1. Hukum Syara’ dan unsur-unsurnya


2. Sumber-sumber Hukum Syara’
3. Metode-Metode Ijtihad
4. Qowa’id Ushuliyyah
5. Qowa’id Fiqhiyyah
6. Ta’arudl Al-Adillah
PENGERTIAN USHUL FIQH
1- Ushul:
a. Secara bahasa:
1) Dalil: Yakni Landasan Hukum, ex: Ashl
dari wajibnya sholat lima waktu adalah
firman Allah swt dan sunnah Rosul.
2) Qa’idah, Yaitu Dasar Atau Fondasi
sesuatu, seperti Sabda Nabi Saw:
‫أصول‬
ٍ ‫بنى اإلسالم على خمسة‬
3) Rajih, yaitu yang terkuat, seperti dalam
ungkapan para ahli Ushul Fiqh:
‫األصل فى الكالم الحقيقة‬
4) Mustashhab, yakni berlakunya hukum yang
sudah ada sejak semula selama tidak ada dalil
yang mengubahnya.
Ex: suami menghilang, dihukumi masih hidup
selama belum ada bukti kematiannya.

b. Secara istilah:
Para ulama ushul mendefinisikan al-ashlu
sebagai:

‫ما بنى عليه غيره‬


2- Fiqh :
a. Secara bahasa:
* al-fahmu ( V‫لفهم‬VV‫) ا‬.
* al-fahmu bi asy-syai’ (‫لشيئ‬VV‫ا‬VVV‫ ب‬V‫لفهم‬VV‫) ا‬.
Hal itu sesuai dengan:
Firman Allah:
‫قالوا يا شعيب ما نفقه كثيرا مما تقول وإنا لنراك فينا ضعيفا‬
‫ولوال رهطك لرجمناك وما أنت علينا بعزيز‬
Artinya:Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak
mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan
sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang
lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu
tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah
seorang yang berwibawa di sisi kami.
Sabda Rasul:
) ‫من يرد هللا به خيراً يف ّقهه فى الدين ( رواه البخارى‬
b. Secara istilah:
1). Para Ulama Ushul mendefinisikannya
sebagai:

‫العلم باألحكام الشرعية العملية‬


‫المكتسبة من أدلّتها التفصيلية‬
2). Al-Jurjani : Ilmu yang diperoleh dengan
menggunakan pemikiran ( ijtihad ).
‫‪3- Ushul Fiqh :‬‬
‫‪a. Abdul Wahab Kholaf :‬‬
‫العلم بالقواعد والبحوث التى يتوصّل بها إلى استفادة‬
‫األحكام الشرعيّة العمليّة من أدلّتها التفصيليّة‬
‫‪b. Syeikh Muhammad Khudhori : (Jumhur Ulama):‬‬
‫القواعد الّتى يتوصّل بها إلى استنباط األحكام الشرعيّة من‬
‫األ دلّة‪.‬‬
‫‪c. Al-Baidhawi:‬‬
‫معرفة دالئل الفقه إجمــاالً و كيفيّة اإلستفادة منها و حال‬
‫المستفيد‬
PERKEMBANGAN USHUL FIQH
1- Masa Shohabat :
Para shohabat ( umar, ali, ibn mas'ud dll )
sudah menggunakan metode tsb.
Ex: Ali : hukuman peminum khomr=penuduh
zina yaitu 80 kali jilid dengan alasan “qiyas”.
) ‫( إ ّنه إذا شرب هذى وإذا هذى قذف‬
2- Masa Tabiin :
Penggunaannya lebih luas dari sebelumnya.
Sa'id bin Musayyaf, Alqomah, Ibrohim An-
Nakho'i telah menggunakan maslahah dan
qiyas.
3- Masa Imam-Imam Mujtahidin:
Semakin luas dan jelas, sudah ditetapkan aturan-
aturan istinbat.
Misal :
a. Abu Hanifah: memakai kitab, sunnah dan
fatwa shohabat, meski tidak memakai fatwa
tabiin sbg dalil. Iajuga memakai qiyas dan
istihsan.
b. Malik: berhujjah dengan amal ahli madinah
dan maslahah mursalah.
c. Asy-Syafi’i : membukukan ilmu tersebut di
dalam kitab " ar risalah ", mencoba memahami
perbedaan fiqh madinah (Malik) dan Iraq (
Muhammad ).
4- Masa sesudah Imam-Imam Mujtahidin
Para ahli men-syarh ar-risalah atau memilih
sebagian dan berbeda terhadap sebagian
yang lain. dan terdapat dua aliran besar :

a. Ushul Mutakallimin : dalam meletakkan


suatu dasar tidak melihat cocok tidaknya
dengan furu'.
b. Ushul Ahnaf : Pembahasan dalam ushul
selalu menjaga furu'. mereka membuat
ukuran-ukuran yang menguatkan
madzhabnya.
TUJUAN MEMPELAJARINYA
1- Umum:
Untuk mengetahui dan dapat
menggunakan cara-cara beristinbat dengan
menerapkan kaidah-kaidah ushuliyah dan
teori-teorinya terhadap dalil-dalil yang tafsili
agar hukum syara' diketahui dengan baik.

2- Khusus:
Dapat mengembalikan masalah-
masalah cabang kepada asalnya. Atau
mengikuti pendapat orang lain dengan
mengetahui dasar-dasarnya dan cara
pengambilannya.
Para ulama menyepakati bahwa Ushul
Fiqh merupakan salah satu sarana untuk
mendapatkan hukum–hukum Allah SWT
sebagaimana yang dikehendaki-Nya dan
Rosul-Nya, baik yang berkaitan masalah:
• Ibadah
• Muamalah
• Uqubah
• Akhlaq.
Dengan kata lain, Ushul Fiqh bukanlah
sebagai tujuan melainkan hanya sebagai
sarana.
Oleh karena itu, secara rinci
Ushul Fiqh berfungsi sebagai
berikut :

1. Memberikan pengertian dasar


tentang kaidah–kaidah dan
metodologi para ulama mujtahid
dalam menggali hukum.
2. Memberi bekal untuk
menentukan hukum melalui
berbagai metode yang
dikembangkan oleh para
mujtahid, sehingga dapat
memecahkan berbagai
persolan baru.
3. Menyusun kaidah–kaidah
umum yang dapat dipakai
untuk menetapkan
berbagai persoalan dan
fenomena sosial yang
terus berkembang di
masyarakat.
4. Memelihara agama dari
penyimpangan dan
penyalahgunaan dalil.
Dengan berpedoman pada
Ushul Fiqh, hukum yang
dihasilkan melalui ijtihad tetap
diakui syara'.
5. Menggambarkan persyaratan yang
harus dimiliki seorang mujtahid,
agar mampu menggali hukum
syara' secara tepat, sedangkan
bagi orang awam, supaya lebih
mantap dalam mengikuti pendapat
yang dikemukakan oleh para
mujtahid setelah mengetahui cara
yang mereka gunakan untuk
berijtihad.
6. Mengetahui keunggulan dan
kelemahan para mujtahid, sejalan
dengan dalil yang mereka
gunakan.
Dengan demikian, para peminat
Hukum Islam ( yang belum mampu
berijtihad ) dapat memilih
pendapat mereka yang terkuat
disertai dengan alasan–alasan
yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai