Mimbar Jumat
Sistem Pendidikan Islam di Masa Rasulullah SAW
Oleh: Drs H Abd Latif S Pany MMPd Mahasiswa Pascasarjana Program Doktor Unsrat
PADA zaman nabi terdapat 9 buah masjid di Madinah. Setiap masjid juga berfungsi
sebagai sekolah, yang kadang-kadang diadakan kuliah malam. Kuliah ini diikuti oleh
banyak siswa, lebih dari 70 orang. Selain itu nabi juga mengajarkan spesialisasi. Mereka
yang ingin belajar Al Qu’ran harus pergi kepada orang-orang tertentu, dan mereka
yang ingin mendalami tajwid atau syariah harus belajar kepada orang-orang lain yang
mendalam benar pengetahuannya tentang bidang studi tersebut. Pendidikan bagi kaum
wanita juga tak kalah pentingnya. Nabi menyediakan satu hari khusus untuk memberikan
kuliah-kuliah kepada kaum wanita. Nabi juga mengajarkan bagaimana cara memanah,
berenang dan meramu obat-obatan, mengajarkan astronomi, geneologi dan fonetika
praktis yang diperlukan untuk membaca Al Qur’an. Satu hal yang perlu dicatat,
meskipun perhatian dipusatkan kepada Al Qur’an dan Ilmu-ilmu keislaman, namun
pengajaran semua bidang studi yang dinilai membantu pengembangan kepribadian setiap
individu atau masyarakat secara sehat dimasukkan sebagai bagian atau paket dalam
sistem pendidikan Islam kala itu. Pendidikan untuk anak laki-laki dan perempuan juga
sama-sama diutamakan. Orang-orang dewasa diberi tanggung jawab untuk mengajar
yang muda, baik mengenai agama maupun pengalamannya. Hal ini mendorong
berdirinya beberapa buah sekolah dan lembaga pendidikan. Jadi dengan kepemimpinan
nabi yang dinamik itu, tujuan akhir dalam hidup manusia bukan saja ditunjukkan, tetapi
juga diterjemahkan dalam kegiatan praktis, suatu sistem dan organisasi untuk mencapai
tujuan itu pun dibentuk. Begitulah cara nabi mendidik umatnya, sederhana namun
mengena. Di balik kesederhanaan itu kita melihat suatu kompleksitas yakni suatu
kebersamaan dalam mendidik manusia. Tak hanya aspek ruhiyah atau fikriyah saja, tapi
ilmu praktis kehidupan serta jasadiyah turut diperhatikan. Tidak mengherankan jika anak-
anak dan wanita pada zaman Rasulullah tumbuh menjadi manusia yang berani. Mereka
mengerti kapan bersuara dan kapan berdiam diri. Pribadi-pribadi yang tertarbiyah oleh
tangan Rasulullah tumbuh menjadi pribadi yang sehat, tahu persoalan umat sekaligus ahli
dalam bidang yang diminati. Mereka juga terkenal sebagai manusia-manusia kuat,
sanggup menempuh perjalanan panjang serta mampu berjihad dalam waktu yang relatif
lama. Pendek kata hampir semua sisi kebutuhan manusia dipenuhi oleh pendidikan
Rasulullah, sehingga mereka tumbuh menjadi insan kamil (manusia sempurna). Sebagai
bukti keberhasilan pembinaan Rasulullah adalah ungkapan Sayyid Quthb sebagai berikut,
‘’Muhammad SAW telah menang pada hari beliau menjadikan para sahabatnya
sebagai gambaran-gambaran hidup dari keimanannya yang memakan makanan dan
berjalan di pasar-pasar, pada hari beliau membuat tiap kepala di antara mereka sebagai Al
Qur’an yang hidup merayap di permukaan bumi, pada hari beliau menciptakan tiap
individu di antara mereka sebagai contoh yang menjelma bagi Islam, yang dapat dilihat
oleh manusia, sehingga mereka benar-benar dapat melihat Islam. Muhammad SAW telah
berhasil mengubah gagasan-gagasan yang termuat dalam Al Qur’an menjadi
manusia-manusia yang dapat disentuh oleh tangan dan dapat dilihat oleh mata’’.
‘’Muhammad SAW dalam posisi menang ketika berhasil menginternalisasikan Al-
Islam, mengubah keimanan manusia kepada Islam sampai pada tingkah laku dan
mencetak puluhan, ratusan dan ribuan naskah mushhaf. Bukan sekadar mencetak dengan
tinta di atas lembaran-lembaran kertas, tetapi mencetak dengan cahaya di atas kepingan-
kepingan hati untuk bergaul dengan manusia, mengambil dari mereka, memberi dan
berkata kepada mereka dengan ihwal sesuai dengan maksud Al-Islam yang dibawa oleh
Rasulullah dari sisi Allah SWT.’’ Apakah dunia mengetahui ada orang yang lebih
mulia, terhormat, pengasih, penyayang, agung, luhur atau lebih pandai dari mereka?!
Cukuplah bagi mereka untuk dikatakan sebagai orang-orang mulia dan agung, apabila
Alquranul Karim telah mengatakan tentang hak mereka.(48:29/59:9/33:23).(*)
PENDIDIKAN ISLAM PADA ZAMAN BANI ABBASIYAH
A.Pendahuluan
Sejak lahirnya agama islam, lahirlah pendidikan dan pengajaran islam, pendidikan dan
pengajaran islam itu terus tumbuh dan berkembang pada masa khulafaurasyidin dan masa bani Umayyah.
Pada permulaan masa Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat
hebatnya di seluruh negara islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya, tersebar
di kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda berlomba-lomba untuk menuntut ilmu pengetahuan,
pergi kepusat-pusat pendidika, meninggalkan kampung halamannya karena cinta akan ilmu pengetahuan.
Kerajaan islam di Timur yang berpusat di Bagdad dan Cordova telah menunjukan dalam segala
cabang ilmu pengetahuan sehingga kalau kita buka lembaran sejarah dunia pada masa keemasan, yang
bermula dengan berdirinya kerajaan Abbasiyah di Bagdad, pada tahun 750 M dan berakhir dengan kerajaan
Abbasiyah pada tahun 1258 Masehi.
Kekuasaan dinasti bani abbas, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti bani
Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan
Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw, dinasti didirikan oleh Abdullah Alsaffah Ibnu Muhammad Ibn Ali
Ibn Abdullah Ibn Al- Abbas.1
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti islam yang sempat membawa kejayaan umat islam pada
masanya. Zaman keemasan islam dicapai pada masa dinasti-dinasti ini berkuasa. Pada masa ini pula umat
islam banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan. Akibatnya pada masa ini banyak para
ilmuan dan cendikiawan bermunculan sehinnnngga membuat ilmu pengetahuan menjadi maju pesat.
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809
M) dan puteranya Al-Ma’mum (813-833 M). Kekayaan yang dimanfaatkan Harun Arrasyid untuk
keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan, pada masanya sudah
terdapat paling tidak sekittar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga
dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya.pada masa inilah Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak
tertandingi. Al- Ma’mun pengganti Al- Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.
Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakan, untuk menerjemahkan buku-buku
Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut golongan lain yang ahli.
Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait
Al- Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 49
1
perpustakaan yang besar dan menjadi perpustakaan umum dan diberi nama ”Darul Ilmi” yang berisi buku-
buku yang tidak terdapat di perpustakaan lainnya. Pada masa Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, kekota inilah para pencari datang berduyun-duyun, dan pada
masa ini pula kota Bagdad dapat memancarkan sinar kebudayaan dan peradaban islam keberbagai penjuru
dunia.
didirikan oleh seorang perdana menteri bernama Nidzamul Muluk (456-486 M). Bangunan madrasah
tersebut tersebar luas di kota Bagdad, Balkan, Muro, Tabaristan, Naisabur dan lain-lain.
• Kuttab, yakni tempat belajar bagi para siswa sekolah dasar dan menengah.
• Majlis Munadharah, tempat pertemuan para pujangga, ilmuan, para ulama,
cendikiawan dan para filosof dalam menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang
mereka geluti.
• Darul Hikmah, gedung perpustakaan pusat.2
1.Lembaga-lembaga Pendidikan.
a.Lembaga-lembaga pendidikan sebelum madrasah
Adapun lembaga-lembaga pendidikan islam yang sebelum
kebangkitan madrasah pada masa klasik, adalah3:
1.Suffah
Pada masa Rasulullah SAW, suffah adalah suatu tempat yang dipakai untuk aktivitas pendidikan
biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin
disini para siswa diajari membaca dan menghafal al-qur’an secara benar dan hukum islam dibawah
bimbingan langsung dari Nabi, dalam perkembangan berikutnya, sekolah shuffah juga menawarkan
pelajaran dasar-dasar menghitung, kedokteran, astronomi, geneologi dan ilmu filsafat.
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis.
Sedangkan kuttab atau maktab berarti tempat untuk menulis atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan
tulis menulis.
Philip K. Hitti mengatakan bahwa kurikulum pendidikan dikuttab ini berorientasi kepada al-
qur’an sebagai suatu tex book, hal ini mencakup pengajaran membaca dan menulis, kaligrafi, gramatikal
bahasa arab. Sejarah Nabi hadits, khususnya yang berkaitan dengan Nabi SAW. Bahkan dalam
perkembangan kuttab dibedakan menjadi dua, yaitu kuttab yang mengajarkan pengetahuan non agama
(secular learning) dan kuttab
Dengan adanya perubahan kurikulum tersebut dapat dikatakan bahwa kuttab pada awal
perkembangan merupakan lembaga pendidikan yang tertutup dan setelah adanya persentuhan dengan
peradaban helenisme menjadi lembaga pendidikan yang terbuka terhadap pengetahuan umum, termasuk
filsafat.
3.Halaqah.
Halaqah artinya lingkaran. Artinya proses belajar mengajar disini dilaksanakan dimana murid
dan meringkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan karangannya,
atau memberikan komentar atas karya pemikiran orang lain. Kegiatan di halaqah ini tidak khusus untuk
megajarkan atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat.
4.Majlis.
Istilah majlis telah dipakai dalam pendidikan sejak abad pertama islam, mulanya ia merujuk pada
arti tempat-tempat pelaksanakan belajar mengajar. Pada perkembangan berikutnya disaat dunia pendidikan
islam mengalami zaman keemasan, majlis berarti sesi dimana aktivitas pengajaran atau berlangsung.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam islam, majlis digunakan sebagai kegiatan
transfer ilmu pengetahuan sebagai majlis banyak ragamnya, menurut Muniruddin Ahmad ada 7 (tujuh)
macam
5.Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi SAW, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi
berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial ekonomi. Namun,
yang lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan.
6.Khan.
3
Khan biasanya difungsikan sebagai penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau sebagai
sarana komersial yang memiliki banyak toko, seperti, khan al narsi yang berlokasi di alun-alun karkh di
bagdad.
7.Ribarth.
Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan
mengkonsentrasikan diri untuk semata- mata ibadah.
8.Rumah – Ulama.
Rumah sebenarnya bukan temapat yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar, namun para
ulama dizaman klasik banyak yang mempergunakan rumahnya secara ikhlas untuk kegiatan belajar
mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Toko-toko buku memiliki peranan penting dalam kegiatan keilmuan islam, pada awalnya
memang hanya manjual buku-buku, tetapi berikutnya menjadi sarana untuk berdiskusi dan berdebat,
bahkan pertemuan rutin sering dirancang dan dilaksanakan disitu.
Rumah sakit pada zaman klasik bukan saja berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati
orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhungan dengan perawatan dan pengobatan.
Pada masa itu, percabaan dalam bidang kedokteran dan obat-oibatan dilaksanakan sehingga ilmu kedoteran
dan obat-obatan cukup pesat.
Rumah sakit juga merupan tempat praktikum sekolah kedoteran yang didirikan diluar rumah sakit, rumah
sakit juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan .
b.Madrasah
1.Sejarah dan motivasi pendirian madrasah
Beberapa paradigma dapat digunakan dalam memandang sejarah dan motivasi pendirian
madrasah. Paling tidak ada 3 teori tentang timbulnya madrasah:
KESIMPULAN
Kesimpulannya bahwa sejarah pendidikan Islam di masa Rasul dan Khulafaur Rasyidin
sangat menekankan pada pemahaman dan penghafalan al-Qur’an. Pada masa ini
keilmuan yang berkembang belum terlalu meluas seperti pada masa setelahnya. Adapun
cara pengajarannya sangat sederhana yaitu dengan bertatapan langsung antara pendidik
dan peserta didiknya, sehingga pelajaran lebih cepat dipahami.
1.
2.
Keberadaan guru dalam pembelajaran di Madrasah masih tetap memegang peranan yang
penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini
disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi, sikap, sistem nilai, perasaan,
motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru
merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada
umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh
identifikasi diri.
Imam Al Ghazali seorang ahli pendidik Islam juga memandang bahwa pendidik
mempunyai kedudukan utama dan sangat penting. Beliau mengemukakan keutamaan dan
kepentingan pendidik tersebut dengan mensitir beberapa hadist dan atsar.
Nabi SAW bersabda,”Barang siapa mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkannya
kepada manusia, maka ia diberikan pahala tujuh puluh orang siddiq (orang yang selalu
benar, membenarkan Nabi, seperti Abu Bakar As-Siddiq)”. Nabi Isa as
bersabda,”Barang siapa berilmu dan beramal serta mengajar, maka orang itu disebut
”orang besar” di segala penjuru langit”. Nabi bersabda,”Sebaik-baiknya pemberian dan
hadiah adalah kata-kata bernikmat. Engkau dengan lalu engkau simpan baik-baik.
Kemudian engkau bawakan kepada saudaramu muslim, engkau ajari dia. Perbuatan
yang demikian sama dengan ibadah setahun”. Nabi SAW bersabda pula,”Bahwasannya
Allah SWT, malaikat-malaikatnya, isi langit dan bumi hingga semut yang ada di dalam
lubang dan ikan di dalam laut, semuanya berdoa kebajikan kepada orang yang
mengajarkan manusia”. Nabi SAW bersabda,”Tiadalah seorang musli memberi faedah
kepada saudaranya, yang lebih utama daripada kabar baik yang ia sampaikan,
kemudian disampaikan pula kepada orang lain. Nabi SAW bersabda,”Sepatah kata
kebajikan yang didengar oleh seorang muslim lalu diajarkannya dan diamalkannya
adalah lebih baik baginya daripada ibadah setahun”. Nabi SAW
bersabda,”Barangsiapa yang menyembunyikan ilmunya maka Tuhan akan
mengekangnya dengan kekang api neraka”.
”Seorang alim yang mau mengamalkan apa yang telah diketahuinya, dinamakan
seorang besar disemua kerajaan klangit. Dan seperti matahari yang menerangi alam-
alam yang lain dan mempunyai cahaya dalam dirinya, dan dia seperti minyak wangi
yang mewangikan orang lain, karena ia memang wangi. Barang siapa yang yang
memiliki kerajaan mengajar, ia telah memilih pekerjaan besar dan penting. Maka dari
itu, hendaklah ia mengajar tingkah lakunya dan kewajiban mengajarnya”.
Selain dalil-dalil nas seperti tersebut di atas, Imam Al Ghazali juga mengemukakan
pentingnya pekerjaan mengajar dengan mempergunakan dalil akal. Beliau berkata :
”Mulia dan tidaknya pekerjaan itu diukur dengan apa yang dikerjakan. Pandai emas
lebih mulia dari pada penyamak kulit, karena tukang emas mengolah emas satu logam
yang amat mulia, dan penyamak kulit mengolah kulit kerbau. Guru mengolah manusia
yang dianggap makhluk paling mulia dari seluruh makhluk Allah. Oleh karenanya
pekerjaan mengajar amat mulia, karena mengolah manusia tersebut. Bukan itu saja
keutamaanya, guru mengolah bagian yang mulia dari antara anggota-anggota manusia,
yaitu akal dan jiwa dalam rangka menyempurnakan, memurnikan dan membawanya
mendekati Allah semata”.
Begitu pentingnya dan mulianya tugas panggilan seorang guru, maka seorang pendidik
harus memiliki sifat-sifat tertentu agar dia dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya. Sifat-sifat tersebut menurut Prof. Dr.Moh.Athiyah Al-Abrasyi dalam Prof. H.
Bustami A. Ghani (1974) sebagai berikut :
1. Memiliki sifat Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari
keridhaan Allah SWT semata.
2. Seorang guru harus jauh dari dosa-dosa besar, sifat riya’ (mencari nama), dengki,
permusuhan, perselisihan dan lain-lain sifat tercela.
3. Ikhlas dalam pekerjaan. Keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam
pekerjaannya merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya di dalam tugas dan
sukses murid-muridnya.
4. Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, ia sanggup menahan diri,
menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan jangan pemarah karena sebab-
sebab yang kecil, berkepribadian dan mempunyai harga diri.
5. Seorang guru harus mencintai murid-muridnya, seperti cintanya terhadap anak-
anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti ia memikirkan keadaan
anak-anaknya sendiri. Bahkan seharusnya ia lebih mencintai murid-muridnya
daripada anaknya sendiri.
6. Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan
pemikiran murid-muridnya agar ia tidak keliru dalam mendidik murid-muridnya.
7. Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya , serta
memperdalam pengetahuannya sehingga mata pelajaran yang diajarkannya tidak
akan bersifat dangkal.
Dari uraian di atas terlihat bahwa seorang guru dituntut untuk profesional dalam
melaksanakan tugas, baik sikap dan kepribadian maupun dalam penguasaan dalam ilmu
dalam mendidik. Sehingga dapat dikatakan, seorang guru akan sukses melaksanakan
tugas apabila ia profesional dalam bidang keguruannya. Di samping itu tugas seorang
guru mulia dan mendapat derajat yang tinggi yang diberikan Allah SWT disebabkan
mereka mengajarkan ilmu kepada orang lain. Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai
pekerjaan profesional maka syarat dan ciri pokok pekerjaan profesional menurut Dr.
Wina Sanjaya, M.Pd. (2005:142-143) sebagai berikut:
1. ”Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang
hanya mungkin didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai,
sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang
spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan
yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.
3. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang
pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin
tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin
tinggi pula tingkat keahliannya dengan demikian semakin tinggi pula tingkat
penghargaan yang diterimanya.
4. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap
sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat
tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkan dari pekerjaan profesinya itu”.
Untuk memahami bahwa apakah pekerjaan guru telah memenuhi kriteria sebagai
pekerjaan profesional maka ciri dan karakteristik dari proses mengajar sebagai tugas
profesional guru menurut Sanjaya (2005:143-144) sebagai berikut:
Berdasarkan ciri dan karakteristik tersebut, pekerjaan guru bukanlah mudah, namun perlu
usaha yang ekstra. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan
merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang
telah mempercayai madrasah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu
pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan
tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan
pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi
keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.
Menurut Roestiyah (1989 : 80) fungsi guru dalam proses pembelajaran adalah :
a. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran
dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengevaluasi hasil belajar siswa dan
mengevaluasi program pengajaran yang telah dilaksanakan . Sebagai pengajar guru
merupakan peranan aktif (medium) antara pesta didik dengan ilmu pengetahuan.” Secara
umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh
guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah
Islamiyah yang bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat baik.
“Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan,
menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-
orang yang beruntung.”
Profesi seorang guru juga dapat di katakan sebagai penolong orang lain, karena dia
menyampaikan hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran Islam agar orang lain dapat
melaksanakan ajaran Islam. Dengan demikian akan tertolonglah orang lain dalam
memahami ajaran Islam. Musthafa Al-Maraghi (1986 : 31) mengatakan ”Orang yang
diajak bicara dalam hal ini adalah umat yang mengajak kepada kebaikkan, yang
mempunyai dua tugas, yaitu menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat mungkar”,
Dalam tafsir Al-Azhar (1983:31), diterangkan bahwa: “Suatu umat yang menyediakan
dirinya untuk mengajak atau menyeru manusia berbuat kebaikan, menyuruh berbuat yang
ma’ruf yaitu, yang patut, pantas, sopan, dan mencegah dari yang mungkar.
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, guru berkewajiban membantu perkembangan anak menuju
kedewasaan yang sesuai dengan ajaran Islam, apalagi di dalam tujuan pendidikan
terkandung unsur tujuan yang bersifat agamis, yaitu agar terbentuk manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Sebagai pendidik (educator) , artinya seorang guru tidak hanya bertugas sebagai
pengajar saja, tetapi juga mendidik (to educase) yaitu mengarahkan anak didik pada
tingkat kedewasaan yang berkepribadian insane kamil seiring dengan tujuan Allah
menciptakannya.
Sehubungan dengan hal itu Abidin (1989 : 29) juga menegaskan bahwa” Tugas dan
tanggung jawab utama yang harus dilaksanakan oleh guru di madrasah adalah
membimbing dan mengajarkan seluruh perkembangan kepribadian anak didik pada
ajaran Islam. Menurut Al-Ghazali guru harus memiliki akhlak yang baik, karena anak-
anak didiknya selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus diikutinya.
Sedangkan Nur Uhbayati (1997 : 72) mengemukakan tugas dan tanggung jawab yang
harus dilaksanakan oleh pendidik (guru) antara lain:
1. Membimbing anak didik kepada jalan yang sesuai dengan ajaran agama Islam
2. Menciptakan situasi pendidikan keagamaan yaitu suatu keadaan di mana tindakan-
tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan
tuntutan ajaran Islam.
Pada sisi lain Samsul Nizar (1993 : 44) mengungkapkan tentang rangkaian tugas guru
dalam mendidik: “rangkaian mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum,
memberikan contoh, membiasakan. Imam Barnadib (1993 : 40) menambahkan dengan
tugas guru terkait dengan perintah, larangan, menasehati, hadiah, pemberian kesempatan,
dan menutup kesempatan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tugas pendidik bukan
hanya sekedar mengajar, di samping itu bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam
proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara
baik dan dinamis.
كلكم راع وكلكم مسؤل عن راعية (رواه: حديث عبد هللا بن عمرى رضى هللا عنهما عن النبي صلى هللا وسلم قال
)البخارى
Artinya : ”Hadis Abdullah bin Umar r.a bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda
“Setiap kamu adalah pemimpin yang akan diminta pertangguna jawaban atas
kepemimpinannya
Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tanggung jawab dalam Islam bersifat
pribadi dan sosial. Dalam pendidikan formal (Madrasah) guru adalah pemimpin di dalam
kelas yang bertanggung jawab tidak hanya terhadap perbuatannya, tetapi juga terhadap
perbuatan orang-orang yang berada di bawah perintah dan pengawasannya yaitu siswa.
Apabila dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru
terutama guru pendidikan Islam/ madrasah, Al-Abrasyi yang mengutip pendapat Al-
Ghazali mengemukakan bahwa:
1. Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memberlakukan mereka
seperti perlakuan anak sendiri.
2. Tidak mengharapkan jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi bermaksud dengan
mengajar itu mencari keridhoan Allah dan mendekatkan diri kepada tuhan.
3. Berikanlah nasehat kepada murid pada tiap kesempatan, bahkan gunakanlah setiap
kesempatan itu untuk menasehati dan menunjukinya
4. Mencegah murid dari sesuatu akhlak yang tidak baik dengan jalan sendirian jika
mungkin dan dengan jalan terus terang, dengan jalan halus dan jangan mencela
5. Seorang guru harus menjalankan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan
perbuatannya.
Dalam paparan yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2000: 250-252), pada dasarnya
fungsi atau peranan penting guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai director of
learning (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai
mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja
akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan proses belajar
mengajar. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia
pendidikan modern seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar
menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi
lebih kompleks dan berat pula.
Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi timbulnya
fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam kompetensi
profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut Gagne, setiap guru
berfungsi sebagai:
Fungsi guru ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan
mengendalikan) seluruh tahapan proses belajar mengajar.
Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan
prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Selanjutnya untuk menjalankan tugas sebagai guru profesional, ada tujuh komponen yang
harus dimiliki seorang guru, yaitu :
a. Guru sebagai sumber belajar; Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat
dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang profesional
manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia
berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa
berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan
penuh keyakinan. Sebagai sumber belajar, guru harus memiliki bahan referensi yang
lebih banyak dibandingkan dengan siswanya. Guru harus mampu menunjukkan sumber
belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas
rata-rata siswa lainnya. Guru harus mampu melakukan pemetaan materi pelajaran,
misalnya dengan menentukan materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi
tambahan, dan mana materi yang diingat kembali karena pernah di bahas.
Pertama, guru perlu memahami bebagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi
masing-masing media tersebut. Kedua, guru perlu mempunyai ketrampilan dalam
merancang suatu media. Ketiga, guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai
jenis media serta dapat memanfaatkan sebagai sumber belajar, termasuk memanfaatkan
teknologi informasi. Keempat, sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai
kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.
d. Guru sebagai demonstrator; Peran guru sebagai demonstrator adalah peran guru agar
dapat mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih
mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai
demonstrator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sifat-sifat
terpuji dalam setiap aspek kehidupan, dan guru merupakan sosok ideal yang dapat
diteladani siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana
caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa.
e. Guru sebagai pembimbing; Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan, dan
membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. Agar guru
dapat berperan sebagai pembimbing, ada dua hal yang harus dimiliki. Pertama, guru
harus memahami anak didik yang sedang dibimbingnya. Misalnya memahami tentang
gaya dan kebiasaa belajarnya, memahami potensi dan bakatnya. Kedua, guru harus
memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi
yang akan dicapai, maupun merencanakan proses pembelajaran.
f. Guru sebagai motivator; Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu
aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan
disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Tetapi disebabkan oleh kurangnya motivasi
untuk belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut
kreatif untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa hal yang patut
diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajar adalah sebagai berikut : (1)
Memperjelas tujuan yang ingin dicapai, (2) membangkitkan minat siswa, (3)
Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, (4) Memberi pujian yang wajar
terhadap keberhasilan siswa, (5) Memberikan penilaian yang positif, (6) Memberi
komentar tentang hasil pekerjaan siswa, dan (7) menciptakan persaingan dan kerjasama.
g. Guru sebagai evaluator; Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan
data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi
tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir pembelajaran (berupa nilai atau angka-
angka) tetapi juga dilakukan terhadap proses, kinerja, dan skill siswa dalam proses
pembelajaran. Kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa memegang
peranan penting. Sebab melalui evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang
diajarkannya sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak
diberikan program pembelajaran baru; atau malah sebaliknya siswa belum bisa mencapai
standar minimal, sehingga mereka perlu diberikan remedial.