Anda di halaman 1dari 5

1

BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA


DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW
Penguatan aparatur pemerintah daerah dalam memberjalankan program di daerahnya menjadi salah
satu kunci keberhasilan program nasional pemberdayaan masyarakat program infrastruktur wilayah
yang bermuara pada penurunan tingkast kemiskinan pedesaan secara nasional.
Namun ada dua hal yang perlu disimak: „Penurunan Tingkat Kemiskinan yang merupakan dampak
positif yang diharapkan dari Pisew‟ dan „Penguatan Aparatur atau Kelembagaan Pemda Dalam
Pengelolaan Pisew‟ yang sebetulnya menjadi keluaran utama dari kegiatan Pisew tersebut, Pada
mana diharapkan Pemda telah mampu mengelola program serupa melalui siklus kegiatan mulai dari
persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengelolaan pasca program / proyek secara
berkelanjutan. Kalau kita masuk dari kedua pintu ini, semestinya kita sudah harus tahu arah untuk
menuju ujung pintu keluarnya dengan mempelajari “Grand Design” penanggulangan kemiskinan
maupun “Grand design” dari penguatan aparatur pemda. Keduanya semestinya bertemu pada titik
“kesejahteraan masyarakat” sebagai tujuan dari Perencanaan Jangka Panjang Nasional maupun
daerah. Jika sampai saat ini masih belum ketemu dan sejalan juga, pasti ada sesuatu yang perlu
dibenahi baik pada jalur upaya penurunan tingkat kemiskinan maupun pada upaya penguatan
aparatur pemda.
Menghadapi lawan tangguh?
Dewasa ini tengah berlangsung penurunan tingkat kemiskinan di mana-mana. Bak dalam suasana
perang besar, pengepungan dari berbagai jurusan terhadap lawan yang sangat tangguh, yang tidak
lain adalah penduduk miskin. Penduduk miskin, kok tangguh? Ya, karena sudah 64 tahun merdeka
jumlah penduduk miskin yang menurut BPS hidup dibawah garis kemiskinan dimana tingkat konsumsi
mereka kurang dari Rp 152.847 per kapita per bulan, masih banyak, walau tiap tahun diperangi dan
dikepung dari berbagai jurusan berupa program – program yang bernafaskan pengentasan
kemiskinan seperti PNPM Mandiri termasuk proyek Pisew di dalamnya, Raskin, BLT, dll. Secara
nominal relatif biaya program tersebut tidak sedikit, namun demikian pengurangan jumlah penduduk
miskin setiap tahun sangat tipis, bahkan secara kasap mata seperti tidak ada perubahan.
Bila kita simak, UU Nomor 42 tahun 2008 Tentang APBN 2009, sasaran tingkat kemiskinan pada
tahun 2009 ditetapkan antara 12-14% yang berarti lebih rendah dari capaian 2008 sebesar 15,42%.
Dengan asumsi tingkat inflasi 6% dan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5%, Bappenas
memperkirakan tahun 2009 jumlah penduduk miskin mencapai 29,99 juta jiwa (13,23%); angka
tersebut memang menurun bila dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu dimana tingkat
kemiskinan berkisar sekitar 19,14 % pada tahun 2000, kemudian tercatat menjadi 15,97 % pada
tahun 2005, pada mana angka-angka tersebut merupakan catatan tentang keberhasilan program
pembangunan yang dilakukan pemerintah, tetapi tetap saja angka tingkat kemiskinan tersebut relatif
masih tinggi. Data UNDP tahun 2008 sempat mencatat, 2
Indonesia berada di posisi ke 109 dalam Indeks Pembangunan Manusia sebagai akibat ledakan
kemiskinan, jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura (25), Malaysia (63) dan
Thailand (78) bahkan Vietnam yang berada di posisi 107. Jadi apa solusinya?
Membangun Komitmen Pelaku?
Gambaran tersebut di atas tentu saja bukan untuk dikeluhkan dan menjadi apatis, tapi justru harus
menjadi peringatan kepada kita semua pengelola pembangunan termasuk Pemda untuk
mempercepat target penurunan angka kemiskinan di daerah. PNPM Pisew sebagai salah satu
kegiatan dibawah bendera koordinasi „pengentasan kemiskinan” harus berusaha keras berkontribusi
kearah tersebut. Jawabannya terpulang pada kita semua, pada komitmen kita semua, baik sebagai
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha maupun masyarakat untuk bertekad demi
kesejahteraan rakyat yang sekarang masih menderita akibat terbelenggu kemiskinan. Hanya dengan
bekerja secara profesional, sinergi, transparan dan bahu membahu saling mendukung satu sama lain,
kesejahteraan masyarakat bisa tercapai; berbagai kegiatan tanpa berdasarkan prinsip tersebut, hasil
untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat hanya mimpi belaka.
Pada sisi lain pengeloaan Pisew, suatu kegiatan sebagai salah satu bagian inti dari Program PNPM
Mandiri, merupakan salah satu upaya yang harapannya berujung pada penurunan tingkat
kemiskinan. Pada Tahun 2009 ini Pisew melaksanakan 2 (dua) tahapan kegiatan secara
berbarengan, yaitu: Tahap Perencanaan berupa penyusunan dokumen-dokumen untuk Tahun 2010,
dan Tahap Pelaksanaan Konstruksi Fisik dari hasil perencanaan Tahun 2008.
Dalam upayanya mencapai target kegiatan proyek, dengan mengacu pada Jadwal Nasional Pisew,
kedua tahapan tersebut tengah dikelola melalui sub-sub bagian kegiatan dalam Pisew seperti
Perencanaan, Infrastruktur Fisik Perdesaan, Penguatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat dan
Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemda serta Pengembangan Usaha Kredit Mikro melakukan
kegiatannya.
Tidak kurang dari 4 instansi pusat terlibat menjadi pengelola program, yaitu : Bappenas (Coordinating
Agency), Ditjen Cipta Karya (Executing dan Implementing Agency Perencanaan dan pengembangan
infrastruktur fisik pedesaan), Ditjen Bina Bangda Implementing Agency penguatan Kapasitas
Kelembagaan) dan Ditjen PMD (Implementing Agency Penguatan Kapasitas Kembagaan Masyarakat
dan Usaha Kredit Mikro). Dalam pelaksanaannya pengelola kegiatan dari unsur pemerintah baik di
tingkat Pusat hingga Daerah memiliki peran dan fungsi yang berbeda namun secara keseluruhan
merupakan sebuah sistim yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Penguatan Aparatur Pemda Yang Merujuk Reformasi Birokrasi?
Pengelola kegiatan dapat dikelompokkan pada beberapa tingkatan wilayah kegiatannya yaitu : tingkat
pusat, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten, tingkat Kecamatan dan tingkat desa. Di Tingkat Provinsi
lokasi Pisew (9 3
Provinsi) dan Kabupaten (32 Kabupaten) Pemda setempat membentuk Tim Koordinasi dan Tim
Sekretariat yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil SKPD terkait Pisew. Pada Setiap Tingkatan
wilayah mereka difasilitasi oleh konsultan sesuai tugas dan perannya masing-masing. Proses untuk
menjadikan Pemda mandiri dalam mengelola Pisew dan program / proyek serupa dimasa datang (di
tingkat Provinsi dan Kabupaten, termasuk Kecamatan dan desa), tentunya tidak hanya terbatas pada
penguatan kelembagaan untuk mendukung kegiatan Pisew saja yang berstatus proyek dengan
targetnya yang harus dicapai dalam kurun waktu 5 tahun (2008 – 20013), namun lebih jauh lagi dari
itu yaitu penguatan kapasitas yang merujuk pada prinsip reformasi birokrasi yang telah dicanangkan
oleh Kemeneg PAN (Juli 2008) sebagai arahannya, dimana bidang penguatan kapasitas pemerintah
daerah harus mengakumulasikan pada 3 unsur secara utuh, yaitu: bagaimana pola penyelenggaraan
(SISTIM tata laksana / proses); dukungan SDM, dan INSTITUSI / kelembagaan, yang diharapkan
melalui perwujudan 3 prinsip di atas pada tahun 2025, akan tercipta tata kelola pemerintahan yang
baik pada level nasional dan daerah. Ketiga prinsip tersebut harapannya harus menghasilkan
keluaran berupa organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing); ketatalaksanaan berupa
sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-
prinsip good governance; serta SDM yang berintegritas, kompeten, profesional, berkinerja tinggi dan
sejahtera. Ke tiga unsur tersebut dalam proses pelaksanaannya di lapangan harus terkoordinasikan
dengan baik.
Koordinasi Jangan dijadikan “Pelarian Masalah Yang Pelik ” ?
Adanya Perpres Nomor 13/2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan harapannya harus
mampu memberikan semangat dan meningkatkan komitmen bagi semua pemangku kepentingan
(stakeholder) dalam menjalankan program sebagai upaya mempercepat target penurunan jumlah
penduduk miskin. Caranya yaitu melalui peningkatan efektifitas koordinasi (sinkronisasi, harmonisasi,
dan integrasi) dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan tersebut. Bicara koordinasi
memang sangat mudah untuk diucapkan dan banyak digunakan untuk sekedar „kata pelarian‟ dari
masalah yang pelik, tetapi dari praktek pengalaman dalam kenyataan, sangat sulit untuk dilakukan.
Namun bagaimanapun kita tetap harus mencari solusinya. Kualitas hasil koordinasi yang dilakukan
Tim Koordinasi dan Tim Sekretariat di daerah sebetulnya dapat dilihat dari sejauh mana Aspek /
Unsur penguatan / pengembangan program dapat mereka capai, baik yang dicapai oleh individu
sebagai anggota Tim, realisasi tugas dan fungsi Tim, maupun aturan yang digunakan untuk
mendukung tercapainya tujuan program.
Catatan tentang keberhasilan dalam mendukung program, keberhasilan solusi dalam penanganan
masalah, kelancaran proses pelaksanaan tugas dan fungsi pada setiap tahapan, berbagai dokumen
yang dihasilkan yang dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kualitas program pemda, dan masih
banyak lagi sederetan hasil kegiatan yang merupakan contoh-contoh yang dapat mengindikasikan
kualitas hasil kerja Tim pengelola. Adanya hasil koordinasi yang sukses tersebut, baik di tingkat
provinsi, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan maupun di tingkat desa mengindikasikan pula telah
berjalannya upaya koordinasi yang dilakukan 4
oleh Pemda. Untuk keperluan sejauh mana pencapaian hasil oleh pengelola di masing-masing
tingkatan wilayah digunakan instrumen evaluasi sesuai pedum – panlak dan pantek.
Tantangan Pengelolaan Program Bagi Aparatur Pemda ?
Pelaksanaan PNPM Pisew di lapangan bukan berjalan dengan tidak ada masalah. Persoalan yang
menonjol yang diperlukan perhatian adalah terkait dengan pengelolaan dan penyediaan dana
Penyediaan Admistrasi Proyek yang merupakan kontribusi wajib daerah peserta program yang harus
disediakan di setiap provinsi dan kabupaten dari APBD setiap tahun yang besarnya berdasarkan
kegiatan koordinasi sesuai jadwal serta kemampuan APBD daerah.
Penguatan kemampuan teknis dan pengorganisasian program organisasi pengelola PNPM Pisew
akibat PP 41; dan masih rendahnya integrasi tahapan pisew dengan tahapan perencanaan
pemerintah daerah melalui instrument RKPD akibat tidak sinkronnya SPPN yang ada dengan jadual
kegiatan PISEW yang berdampak sulitnya koordinasi dan pengaturan waktu pelaksanaan yang
bermuara pada masih kurangnya kualitas hasil dokumen program di setiap tingkatan (RPJMD-KSK-
PSE-PIK) sehingga proses dan partisipasi lintas instansi/skpd pun dipandang masih rendah.
Walaupun untuk mengatasi masalah tersebut ada usulan solusinya seperti dilakukannya penguatan
kemampuan teknis dan substansi program kepada pengelola kabupaten melalui pelatihan khusus
untuk akselerasi pemahaman program baik di tingkat pusat maupun daerah; serta usulan tentang
adanya model cara mensinergikan perencanaan regulair daerah dengan jadual Pisew secara
nasional secara sinergis dan terpadu, namun nampaknya upaya tersebut tidak seperti membalikan
telapak tangan. Kembali kerja keras sangat dibutuhkan agar hasilnya bisa segera membawa hasil.
Dari hasil evaluasi, pantauan dan monitoring mingguan yang dilakukan tim pusat walaupun kendala
tetap ada, ternyata manfaat Pisew nampaknya sudah mulai dirasakan masyarakat. Demikian pula
bagi pemda yang bersangkutan mulai dirasakan adanya Peningkatan Kualitas dan Penguatan
Kapasitas Kelembagaan Pemda dalam pengelolaan dan Pengawasan Siklus Kegiatan Perencanaan
Partisipatif; Adanya peningkatan Kompetensi Pemda dalam mengurus dan mengawasi kegiatan
Perencanaan & kegiatan Pelaksanaan Pembangunan infrastruktur Sosial Ekonomi secara
berkelanjutan di wilayahnya tanpa intervensi pusat (Mandiri).
Mengingat manfaat PNPM Mandiri yang begitu besar, Menko Kesra Bidang Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Sekretaris Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK),
merencanakan pada 2010 mengalokasikan anggaran untuk mengurangi angka kemiskinan hingga
Rp100 triliun, yang akan dilakukan melalui sejumlah instrumen, seperti yang digariskan dalam tiga
kluster pengurangan kemiskinan sebagai program bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dunia usaha dan masyarakat, untuk kepentingan 5
kesejahteraan rakyat dalam upaya mempercepat penurunan kemiskinan. Pemda akan menjadikan
pelayanan kepada publik sebagai prioritas dan yang berkualitas.
CIPTAKAN
APARATUR DAERAH
YANG BERKUALITAS
Manfaat lain yang bisa diperoleh dari adanya Pisew adalah adanya Model Penguatan Kapasitas
Kelembagaan Pemda di Bidang Perencanaan untuk mendukung desentralisasi; disamping itu bisa
dikembangkan Pembentukan dan Operasionalisasi database Pengelolaan Informasi dan Sistim
Pemantauan yang akan menambah kemampuan bagi aparatur Kabupaten dan Kecamatan sangat
penting. (Syarif Nurdjaman dan I.H.Subandi)

Anda mungkin juga menyukai