Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga terwujud
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) untuk Tugas SMA kelas 1 Semester I saya.
Makalah PKn ini saya susun berdasarkan ringkasan buku cetak Erlangga .

Dabo Singkep, Oktober 2010

Penulis

1
Daftar Isi

Kata pengantar ………………………………………………………………………………………………… 1


Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………… 2

Bab 3 Pemajuan , Penghormatan , dan Perlindungan Hak Asasi Manusia


A. Pendahuluan ..................................................................................... 3
B. Pengertian dan Macam-macam HAM ........................................... 3
1. Pengertian HAM .......................................................................... 3
2. Macam-macam Hak Asasi Manusia .......................................... 4
3. Upaya pemajuan ,Penghormatan , dan Penegakan HAM ....... 5
C. Peran Serta dalam Upaya Pemajuan , Penghormatan , dan
Penegakan HAM di Indonesia ...................................................... 5
D. Hambatan dan Tantangan dalam Upaya Pemajuan , Penghormatan ,
dan Penegakan HAM di Indonesia ................................................ 7
1. Perkembangan HAM di Indonesia ............................................. 7
2. Hambatan Penegakan HAM ....................................................... 8
3. Tantangan Penegakan HAM ...................................................... 10
4. Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia ( 2004-2009) .......... 10
E. Instrumen Hukum dan Peradilan Internasional HAM ................ 12
1. Instrumen Hukum Internasional HAM ..................................... 12
2. Peradilan Internasional HAM .................................................... 14

2
BAB 3
Pemajuan , Penghormatan , dan Perlindungan Hak Asasi Manusia

A. Pendahuluan

Persoalan hak asasi manusia sesungguhnya merupakan persoalan universal yang mencakup
seluruh umat manusia di dunia. Ini karena setiap manusia memiliki martabat kemanusiaan
yang dianugerahkan Tuhan kepadanya sejak lahir. Pada setiap hak asasi manusia ,
terkandung martabat kemanusiaan , yaitu hal-hal yang harus dipenuhi agar harga diri dan
nilai-nilai kemanusiaan yang ada dapat terjaga dengan baik.
Munculnya hak asasi manusia sesungguhnya merupakan akibat tidak langsung dari
penjajahan , perbudakan , ketidakadilan , dan kelaliman (tirani) yang banyak terjadi dalam
sejarah kehidupan umat manusia.
Hingga sekarang , persoalan hak asasi manusia menjadi sorotan utama seiring dengan
berkembangnya gagasan demokrasi yang semakin mendunia. Persoalan ini tidak saja menjadi
sorotan masyarakat dan organisasi internasional seperti PPB atau human right Watch ,
tetapi juga pemerintahan yang peduli terhadap upaya pemajuan , penghormatan , dan
penegakan HAM. Dengan demikian , kita harus menyadari bahwa masalah hak asasi manusia
adalah masalah bersama yang menuntut partisipasi aktif untuk menghargai dan
melindunginya demi kelangsungan kehidupan manusia yang beradab.

B. Pengertian dan Macam-Macam HAM

1. Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai
anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan
kepada makhluknya , hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu
sendiri.
Beberapa pengertian dari para tokoh dan dokumen HAM dapat dikemukakan di sini :
a. John Locke ( Two Treaties on Civil Government )

3
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat
pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak). Karena manusia
adalah makhluk sosial , hak-hak itu akan berhadapan dengan hak orang lain; oleh sebab itu:
● Hak asasi harus dikorbankan untuk kepentingan masyarakat , sehingga lahir kewajiban.
● Hak asasi semakin berkembang meliputi berbagai bidang kebutuhan , antara lain hak di
bidang politik , ekonomi , dan sosial budaya.
b. Koentjoro Poerbapranoto ( 1976 )
Hak asasi adalah hak yang bersifat asasi. Artinya , hak-hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahakan dari hakikatnya sehingga sifatnya suci.
c. UU No.39 Tahun 1999 (Tentang Hak Asasi Manusia)
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati , dijunjung tinggi , dan dilindungi oleh Negara , hukum , pemerintah , dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

2. Macam-macam Hak Asasi Manusia

Sesungguhnya pandangan tentang hak asasi manusia sangat beragam dan bersifat
dinamis. Dalam hal ini faktor-faktor seperti sejarah dan pandangan politik juga
berpengaruh terhadap keragaman tersebut. Hal ini antara lain dapat kita lihat kembali pada
Magma Charta (1215) , Bill of Rights (1689) , Declaration of Independence (1776) , dan
pernyataan-pernyataan lian tentang hak asasi manusia.
Kelahiran dokumen-dokumen semacam itu biasanya diawali oleh adanya kesadaran bahwa
penindasan manusia atas manusia lain merupakan sebuah tindakan penistaan nilai
kemanusiaan. Kesadaran semacam itu bisa mendorong timbulnya pemberontakan atau
berkembangnya pemikiran akan kebebasan yang akhirnya tertuang dalam dokumen
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Declaration of Independence ,
misalnya, merupakan pernyataan Konstitusi Amerika Serikat yang merdeka dari penjajahan;
sementara Declaration des Droid de L’homme et du Citoyen adalah pengakuan terhadap hak
asasi setelah terjadinya Revolusi Perancis.
Beberapa pengertian mengenai hak asasi manusia dikemukakan oleh para pemikir
hingga abad ke-19 masih sangat mendasar, yaitu menyangkut kemerdekaan untuk
menyampaikan pendapat atau bebas dari rasa takut. Pemaknaan terhadap hak asasi manusia
kemudian berkembang seiring dengan tingkat kemajuan peradaban, dan karenanya dewasa
ini hak-hak asasi manusia mencakup beberapa bidang berikut :
a.Hak-hak asasi pribadi (personal rights) , yaitu meliputi kebebasan menyatakan
pendapat,
kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, dan sebagainya.

4
Hak-hak asasi ekonomi (property rights) , yaitu hak untuk memiliki, membeli, dan
b.
menjual, serta
memanfaatkan sesuatu.
Hak-hak asasi politik (political rights) , yaitu hak ikut serta dalam pemerintahan,
c.
hak pilih (dipilih
dan memilih dalam suatu pemilu) , hak untuk mendirikan parpol, dan sebagainya.
d. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
(rights of legal equality).
e.Hak-hak asasi social dan kebudayaan (social and cultural rights) , yaitu meliputi
hak untuk
memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan, dan
sebagainya.
f.Hak-hak asasi manusia untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan
(procedural rights). Misalnya, peraturan dalam hal penahanan,
penangkapan, penggeledehan, peradilan, dan sebagainya.

3. Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM


Salah satu tonggak dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan hak asasi
manusia yang telah mendapat perhatian dunia internasional adalah ketika organisasi
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membentuk Komisi dalam PBB untuk Hak Asasi Manusia
pada tahun 1946. Langkah untuk pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM semakin
nyata ketika Majelis Umum PBB mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Right ) pada tanggal 10 Desember 1949. Deklarasi ini
menjadi salah satu acuan bagi Negara-negara anggota PBB untuk menyusun langkah-langkah
dalam penegakan HAM. Meski demikian, Secara rinci, hak-hak asasi manusia tercantum
dalam pembukaan dan 30 pasal yang terdapat di dalam deklarasi tersebut.

Berikut ini akan diuraikan sejarah perkembangan upaya pemajuan, penghormatan, dan
penegakan hak asasi manusia dari berbagai sumber atau dokumen.

No. Tahun Nama Dokumen Isi / Keterangan

1. 2500 s.d. ___ Perjuangan Nabi Ibrahim melawan kelaliman Raja


1000 SM Namrud yang memaksakan harus menyembah
patung (berhala). Nabi Musa memerdekakan
bangsa Yahudi dari perbudakan Raja Fir’aun
(Mesir) agar terbebas dari kesewenangan raja
yang merasa dirinya sebagai Tuhan.

5
Hukum Hammurabi Terdapat pada masyarakat Babylonia yang
menetapkan ketentuan-ketentuan hukum yang
menjamin keadilan bagi warganya.
2. 600 SM ___ Di Athena (Yunani), Solon telah menyusun undang-
undang yang menjamin keadilan dan persamaan
bagi setiap warganya. Untuk itu dia membentuk
Heliaie, yaitu Mahkamah Keadilan untuk melindungi
orang-orang miskin dan Majelis Rakyat atau
Ecdesia. Karena gagasannya inilah Solon dianggap
sebagai pengajar demokrasi. Perjuangan Solon
didukung oleh Pericles (tokoh negarawan Athena).
3. 527 s.d. 322 Corpus Luris Kaisar Romawi pada masa Flavius Anacius
SM Justinianus menciptakan peraturan hukum modern
yang terkodifikasi dalam Corpus Luris sebagai
jaminan atas keadilan dan hak asasi manusia.

_____
Pada masa kebangkitan Romawi telah banyak lahir
filsuf terkenal dengan visi tentang hak asasi,
seperti : Socrates dan Plato yang banyak dikenal
sebagai peletak dasar diakuinya hak-hak asasi
manusia, serta Aristoteles yang mengajarkan
tentang pemerintahan berdasarkan kemauan dan
cita-cita mayoritas warga.
4. 30 SM s.d. Kitab Suci Injil Dibawa oleh Nabi Almasih sebagai peletak dasar
632 M etika Kristiani dan ide pokok tingkah laku manusia
agar senantiasa hidup dalam cinta kasih, baik
kepada Tuhan maupun sesama manusia.

Kitab Suci Al-Qur’an Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, banyak


mengajar tentang toleransi, berbuat adil, tidak
boleh memaksa, bijaksana, menerapkan kasih
saying, memberikan rahmat kepada seluruh alam
semesta, dan sebagainya.
5. 1215 Magna Charta (Masa Pembatasan kekuasan raja dan hak asasi manusia,
Pemerintahan Lockland antara lain mencakup :
di Inggris) ● Raja tidak boleh memungut pajak kalau tidak
dengan izin dari Great Council.
● Orang tidak boleh ditangkap, dipenjara, disiksa
atau disita miliknya tanpa cukup alas an menurut
hukum Negara.
6. 1629 Petition of Right (Masa ● Pajak dan hak-hak istimewa harus dengan izin
Pemerintahan Charles I parlemen.
di Inggris) ● Tentara tidak boleh diberi penginapan di rumah
rumah penduduk.
● Dalam keadaan ramai, tentara tidak boleh
menjalankan hukum perang.

6
● Orang tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan yang
sah.
7. 1679 Hebeas Corpus Act ● Jika diminta, hakim harus dapat menunjukkan
(Masa Pemerintahan orang yang ditangkapnya lengkap dengan alas an
Charles II di Inggris) penangkapan itu.
● Orang yang ditangkap harus diperiksa selambat
lambatnya dua hari setelah ditangkap.
8. 1689 Bill of Rights (Masa ● Membuat undang-undang harus dengan izin
Pemerintahan William parlemen
III di Inggris) ● Pengenaan pajak harus atas izin parlemen
● Mempunyai tentara tetap harus dengan izin
perlemen.
● Kebebasan berbicara dan mengeluarkan
pendapat bagi parlemen.
● Parlemen berhak mengubah keputusan raja.
9. 1776 Declaration of ● Bahwa semua orang yang diciptakan sama.
Independence (Amerika Mereka dikaruniai oleh Tuhan, hak-hak tidak
Serikat) dapat dicabut dari dirinya ialah : hak hidup, hak
kebebasan, dan mengejar kebahagiaan (life,
liberty, and pursuit of happiness).
Amerika serikat dianggap sebagai negara pertama
yang mencantumkan hak asasi dalam konstitusi
(dimuat secara resmi dalam Constitution of USA
tahun 1787) atas jasa Presiden Thomas
Jefferson.
10. 1789 Declaration of Droits de Pernyataan hak-hak asasi manusia dan warga
L’homme et du Citoyen negara sebagai hasil Revolusi Perancis di bawah
(Perancis) pimpinan Jendral Laffayete, antara lain
menyebutkan :
● Manusia dilahirkan bebas dan mempunyai hak
hak yang sama.
● Hak-hak itu ialah hak kebebasan, hak milik,
keamanan, dan sebagainya.
11. 1918 Rights of Determination Tahun-tahun berikutnya, percantuman hak asasi
manusia dalam konstitusi diikuti oleh Belgia (1831),
Uni Soviet (1936), Indonesia (1945), dan
sebagainya. Naskah yang diusulkan oleh Presiden
Woodrow Wilson memuat 14 pasal dasar untuk
mencapai perdamaian yang adil.
12. 1941 Atlantic Charter Muncul pada saat berkobarnya Perang Dunia II,
(dipelopori oleh Franklin kemudian disebutkan empat kebebasan (The Four
D. Roosevelt) Freedoms) antara lain :
● Kebebasan berbicara, mengeluarkan pendapat,
berkumpul, dan berorganisasi.
● Kebebasan untuk beragama dan beribadah.

7
● Kebebasan dari kemiskinan dan kekurangan.
● Kebebasan seseorang dari rasa takut.
13. 1948 Universal Declaration of Pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia
Human Rights yang terdiri dari 30 pasal. Piagam tersebut
menyerukan kepada semua anggota dan bangsa di
dunia untuk menjamin dan mengakui hak-hak asasi
manusia dimuat di dalam konstitusi negara masing-
masing.

C. Peran Serta dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM di


Indonesia

Peran serta dan upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM di Indonesia
tidak terlepas dari kesadaran internal atas perkembangan opini dunia terhadap masalah-
masalah demokratisasi dan hak asadi manusia. Hal ini dapat kita lihat pada Pembukaan UUD
19945 dan Batang Tubuhnya yang mencantumkan prinsip-prinsip pelaksaan Ham.
Dorongan eksternal dapat kita cermati dari sorotan-sorotan yang dilakukan oleh
Negara-negara Barat terhadap perkembangan hak asasi manusia di Indonesia. Selain itu,
terdapat pula lembaga-lembaga independen seperti Human Right Watch atau Amnesty
International yang secara berkala membuat penilaian terhadap penegakan HAM di berbagai
belahan dunia. Penilaian semacam itu sesungguhnya bermakna positif bagi perkembangan
penegakan HAM di Indonesia.

Dalam perkembangan lebih lanjut, peran serta dan upaya pemajuan, penghormatan,
dan penegakan HAM di Indonesia dilakukan melalui hal-hal berikut :
1. Pada tanggal Juni 1993, telah diupayakan berdirinya Komisi Nasional Hak Asasi
manusia (Komnas HAM) sebagai tindak lanjut lokakarya tentang HAM yang
diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri RI dengan dukungan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Salah satu tujuan pembentukan Komnas HAM adalah untuk
meningkatkan perlindungan hak asasi manusia. Demi mewujudkan tujuan tersebut,
Komnas HAM melakukan rangkaian kegiatan antara lain :
a. Menyebarluaskan wawasan nasional dan internasional mengenai hak asasi manusia
baik kepada
masyarakat Indonesia maupun kepada masyarakat internasional.
b. Mengkaji berbagai instrument Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak asasi
manusia dengan
tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan / atau
ratifikasinya.

8
c. Memantau dan menyelidiki pelaksanaan hak-hak asasi manusia serta memberikan
pendapat,
pertimbangan, dan saran kepada badan pemerintah Negara mengenai
pelaksanaan hak asasi manusia.
d. Mengadakan kerja sama regional dan internasional dalam rangka memajukan dan
melindungi hak
asasi manusia.

2. Pasca-Orde Baru (era reformasi), perhatian terhadap upaya pemajuan, penghormatan,


dan penegakan HAM di Indonesia semakin nyata, yakni dengan disahkannya Ketetapan
MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia pada tanggal 13 November
1998. Dalam ketetapan tersebut, MPR menugaskan kepada lembaga-lembaga negara
dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan
menyebarluaskan pemahaman tentang HAM. Selain itu, Presiden dan DPR juga
ditugaskan untuk segera meratifikasi berbagai instrumen internasional tentang HAM.
3. Landasan bagi penegakan HAM di Indonesia semakin kokoh setelah MPR melakukan
amandemen terhadap UUD 1945. Dalam amandemen UUD 1945 tersebut, persoalan
HAM mendapat perhatian yang khusus dengan ditambahkannya bab X A tentang Hak
Asasi Manusia yang terdiri atas pasal 28 A hingga 28 J. hal ini menunjukkan
keseriusan Indonesia dalam menegakkan hak asasi manusia.
4. Tonggak lain dalam sejarah penegakan hak asasi manusia di Indonesia adalah
berdirinya pengadilan HAM yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun
2000. Pengadilan HAM ini merupakan suatu pengadilan yang secara khusus menangani
kejahatan terhadap kemanusiaan.
5. Pembentukan lembaga-lembaga yang menangani kejahatan HAM dan penyusunan
beberapa instrument hukum pokok yang mengatur perlindungan terhadap HAM secara
nyata telah mendorong penegakan HAM di Indonesia.
6. Pembentukan Komisi Penyelidik Pelanggaran (KPP) HAM tahun 2003 yang mempunyai
tugas pokok untuk menyelidiki kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM.
7. Di sisi lain, melalui berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), banyak pilihan
melakukan pembelaan dan bantuam hukum (advokasi) terhadap para korban kejahatan
HAM. Beberapa lembaga yang aktif pada tahun-tahun terakhir ini antara lian adalah
Yayasan Lembaga Bantuan hukum Indonesia (YLBHI), Komisi untuk Orang Hilang dan
Tindak Kekerasan (Kontras), Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia (Elsam),
dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Lembaga-lembaga semacam ini berperan penting
dalam upaya pemajuan, penghormatan, perlindungan, dan bantuam hukum kepada
korban kejahatan HAM serta menyebarluaskan pentingnya perhatian terhadap
persoalan HAM.

9
D. Hambatan dan Tantangan dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan
Penegakan HAM di Indonesia

1. Perkembangan HAM di Indonesia


Pasca-Proklamasi Kemerdekaan 1945, bangsa Indonesia banyak disibukkan oleh
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda yang ingin merebut
kembali kemerdekaan Indonesia, meskipun akhirnya kedaulatan Indonesia diakui pada tahun
1949. Selanjutnya, antara 1950-1955 kita dirongrong kembali oleh berbagai
pemberontakan; upaya disintegrasi dan liberalisasi partai politik yang cenderung
mementingkan kelompoknya. Kondisi dan situasi demikian jelas sangat tidak kondusif bagi
pemerintah untuk memikirkan dan memberi perlindungan terhadap masalah hak-hak asasi
manusia.
Pada era Orde Lama (1955-1965), situasi negara Indonesia diwarnai oleh barbagai
macam kemelut ditingkat elite pemerintahan sendiri. Situasi kacau dan persaingan di antara
elite politik dam militer akhirnnya memuncak pada peristiwa pembunuhan enam jendral dan
seorang perwira tinggi pada 1 Oktober 1965 yang kemudian diikuti krisis politik dan
kekacauan sosial. Pada masa ini persoalan hak asasi manusia tidak memperoleh perhatian
berarti, bahkan cenderung semakin jauh dari harapan.
Era Orde Baru (1966-1998) di bawah kepemimpinan Jendral Soeharto yang
menyatakan diri hendak melakukan koreksi secara menyeluruh tethadap penyimpangan
Pancasila dan UUD 1945, juga tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Walaupun
menyatakan diri sebagai orde konstusional dan pembangunan, rezim ini kurang konsisten
terhadap konstitusi dan melalkukan pelanggaran HAM atas nama pembangunan. Begitu pula
rancangan Piagam Hak-Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak serta Kewajiban Warga Negara
yang dissusun oleh MPRS pada 1966 tidak kunjung muncul dalam bentuk ketetapan MPR
hingga berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1998).
Tetapi, patut dicatat bahwa bahwa era keterbukaan dan meluasnya opini internasional
tentang pentingnya mengembangkan demokratisasi dan perlindungan terhadap HAM telah
memberi tekanan terhadap pemerintahan Orde Baru (Soeharto) untuk melakukan beberapa
perubahan. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) adalah
contohnya. Meski demikian, dalam sejarah panjang kekuasaan rezim Orde Baru terdapat
praktik penyalahgunaan kekuasaan politik dan kehakiman, penutupan beberapa media massa,
dan penghilangan paksa terhadap para aktivis pro-demokrasi.
Pasca-pemerintahan Orde baru (era Reformasi), era ketika persoalan demokratisasi
dan hak asasi manusia menjadi topik utama, banyak produk peraturan perundangan tentang
hak asasi manusia yang dikeluarkan, di antaranya :
a. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
b. UU No.5 Tahun 1998 tentang pengesahan Convention Againts Torture and Other
Cruel, Inhuman

10
or Degrading Treatment or punishment (Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi,
atau Merendahkan Martabat Manusia).
c. Keppres No.181 Tahun 1998 tentang Komisi nasional Antikekerasan terhadap
Perempuan.
d.Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi
Manusia
Indonesia.
e. Inpres No. 26 Tahun 1998 tentang menghentikan penggunaan istilah pribumi dan
nonpribumi
dalam semua perumusan dan penyelenggaraan kebijakan, perencaan
program, ataupun pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
f. UU No. 39 Tahun 1999 terntang Hak Asasi Manusia.
g. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
h.Amandemen kedua UUD 1945 (2000) Bab X A Pasal 28 A-28 J mengatur secara
eksplisit
Pengakuan dan Jaminan Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.

Walaupun telah terdapat berbagai produk peraturan perundangan yang secara terang
mengatur perlindungan terhadap HAM., tetapi hingga akhir tahun 2003 Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menilai bahwa upaya penegakan HAM di Indonesia belum
ada perubahan.
Kendati demikian, di era reformasi dapat kita catat bahwa pemerintah dan lembaga
legislatif telah bekerja sama menyusun perangkat perundangan yang menunjukkan upaya
nyata untuk mengedepankan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Tetapi, kondusifnya
iklim demokratisasi saat ini bukan berarti upaya penegakan hak asasi manusia di Indonesia
tidak mengalami hambatan sama sekali. Kita dapat mencermati bahwa di lingkungan sosial
kita terdapat beberapa hambatan baik yang bersifat struktural (berkenaan dengan
kekuasaan Negara) maupun bersifat kultural (berkenaan dengan budaya masyarakat). Walau
demikian hambatan tersebut sepatutnya tidak membuat semangat kita untuk menegakkan
hak asasi manusia menjadi surut.

2. Hambatan Penegakan HAM


Tentang berbagai hambatan dalam pelaksanaan dan penegakan hak asasi manusia di
Indonesia, secara umum dapat kita identifikasi sebagai berikut :
a. Faktor Kondisi Sosial-Budaya
1) stratifikasi dan status sosial ; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan,
dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multikompleks (heterogen).

11
2) Norma adat atau budaya lokal kadang bertentangan dengan HAM, terutama jika
sudah
bersinggungan dengan kekedukan seseorang, upacara-upacara sakral,
pergaulan, dan sebagainya.
3) Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakat yang hanya disebabkan
oleh hal-hal
sepele.

b. Faktor Komunikasi dan Informasi


1)Letak geografis Indonesia yang luas dengan laut, sungai, hutan, dan gunung yang
membatasi
komunikasi antardaerah.
2) Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun secara baik
yang mencakup
seluruh wilayah Indonesia.
3) Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas baik
sumber daya
manusianya maupun perangkat (software dan hardware) yang
diperlukan.

c. Faktor Kebijakan Pemerintah


1) Tidak semua pengusaha memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya jaminan
hak asasi
manusia.
2) Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi manusia
sering diabaikan.
3) Peran pengawasan legislatif dan kontrol sosial oleh masyarakat terhadap
pemerintah
sering diartikan oleh penguasa sebagai tindakan ‘pembangkangan’.

d. Faktor Perangkat Perundangan


1) Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional tentang
hak asasi manusia.
2) Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulit untuk diimplementasikan.

e) Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement)


1) Masih adanya oknum aparat yang secara instutisi atau pribadi mengabaikan
prosedur kerja
yang sesuai dengan hak asasi manusia.

12
2) Tingkat pendidikan dan kesejahteraasn sebagian aparat yang dinilai masih belum
layak sering
membuka peluang ‘jalan pintas’ untuk memperkaya diri.
3) Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskrimitif, tidak
konsekuen, dan
tindakan penyimpangan berupa KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme).

3. Tantangan Penegakan HAM


Tantangan penegakan hak asasi manusia di Indonesia untuk masa-masa yang akan
datang telah digagas oleh pemerintah Indonesia (Presiden Soeharto) pada saat akan
menyampaikan pidatonya di PBB dalam Konfrensi Dunia ke-2 (Juni 1992) dengan judul
“Deklarasi Indonesia tentang Hak Asasi Manusia”. Dalam pidato itu ditandaskan
beberapa prinsip, yaitu :
a. Prinsip universalitas, yaitu bahwa adanya hak-hak asasi manusia bersifat fundamental
dan memiliki keberlakuan universal, karena jelas tercantum dalam Piagam dan Deklarasi
PBB dan oleh karenanya merupakan bagian dari keterikatan setiap anggota PBB.
b. Prinsip pembangunan nasional, yaitu bahwa kemajuan ekonomi dan sosial melalui
keberhasilan pembangunan nasional dapat membantu tercapainya tujuan meningkatkan
demokrasi dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
c. Prinsip kesatuan hak-hak asasi manusia (prinsip indivisibility ), yaitu berbagai jenis atau
kategori hak-hak asasi manusia, yang meliputi hak-hak sipil dan politik di satu pihak dan
hak-hak ekonomi, sosial, dan kultural di lain pihak ; dan hak-hak asasi manusia
perseorangan, dan hak-hak asasi manusia masyarakat atau bangsa secara keseluruhan
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan.
d. Prinsip objektivitas atau non-selektivitas , yaitu penolakan terhadap pendekatan atau
penilaian terhadap pelaksanaan hak-hak asasi manusia pada suatu negara oleh pihak
luar, yang hanya menonjolkan salah satu jenis hak asasi manusia lainnya.
e. Prinsip keseimbangan, yaitu keseimbangan dan kelarasan antara hak-hak perseorangan
dan hak-hak masyarakat dan bangsa, sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk
individual dan makhluk sosial sekaligus.
f. Prinsip kompetensi nasional, yaitu bahwa penerapan dan perlindungan hak-hak asasi
manusia merupakan kompetensi dan tanggung jawab nasional.
g. Prinsip Negara hukum, yaitu bahwa jaminan terhadap hak asasi manusia dalam suatu
negara dituangkan dalam aturan-aturan hukum, baik hukum tertulis maupun hokum tidak
tertulis.

4. Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia (2004-2009)

13
Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia (RANHAM) merupakan
upaya nyata pemerintah Indonesia untuk menjamin peningkatan penghormatan, pemajuan,
pemenuhan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia dengan mempertimbangkan
nilai-nilai agama, adat istiadat, dan budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. RANHAM dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan dalam suatu program 5 (lima) tahunan yang dipimpin
langsung oleh Presiden.
Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia tahun 2004-2009, akan
mengacu pada 6 (enam) program utama, yaitu :
a. Pembentukan dan penguatan institusi pelaksanaan RANHAM,
b. Persiapan ratifikasi instrument Hak Asasi Manusia Internasional,
c. Persiapan harmonisasi peraturan perundang-undangan.
d. Diseminasi dan pendidikan Hak Asasi Manusia,
e. Penerapan norma dan standar Hak Asasi Manusia. Dan
f. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

Berikut ini adalah salah satu contoh program aksi “Persiapan Harmonisasi Peraturan
Perundang-Undangan” yang sedang berlangsung.

Tujuan / Indikator Keberhasilan


No. Program / Kegiatan Jadwal Pelaksana
Sasaran ( output )
1. Persiapan Malakukan pengkajian dan 2004-2009 Depdiknas, Tersedianya hasil
Harmonisasi penelitian terhadap Depkeham, kajian/saran kebijakan
Peraturan paraturan perundang- dan Instansi untuk mendapatkan
Perundang- undangan nasional. terkait. - tanggapan resmi dari
Undangan - - - instansi terkait. -
Nasional sesuai - -
dengan Menyiapkan dan merevisi Depdiknas, Tersusunnya draft revisi
instrumen HAM peraturan per Indikator Depkeham, Rancangan Undang-undang
Internasional Keberhasilan (out put) dan instansi (RUU) yang sesuai dengan
yang telah dengan prioritas sbb : terkait. hasil kajian.
diratifikasi. 1. Undang-Undang tentang
HAM
2. Undang-Undang tentang
- Pengadilan HAM
3. Kitab Undang-undang
Hukum Pidana.

14
2. Persiapan Malakukan pengkajian dan 2004-2009 Depdagri dan Tersedianya hasil
Harmonisasi penelitian terhadap Panitia kajian/saran kebijakan
Peraturan paraturan perundang- Pelaksana untuk mendapatkan
Perundang- undangan Daerah. - RANHAM tanggapan resmi dari
Undangan - Daerah - instansi terkait. -
Daerah sesuai Merevisi Peraturan Daerah - -
dengan dan atau merancang Depdagri dan Tersusunnya revisi
instrumen HAM Peraturan Daerah yang baru Panitia Rancangan kajian.
Internasional sesuai dengan hasil kajian. Pelaksana
yang telah RANHAM
diratifikasi. Daerah

E. Instrumen Hukum dan Peradilan Internasional HAM

1. Instrumen Hukum Internasional HAM


Beberapa instrumen hukum tentang HAM internasional pasca- Universal Declaration
of Human Right tahun 1948, yaitu :

No. Tahun Uraian / Keterangan

1. 1958 Lahirnya Konvensi tentang Hak-hak Politik perempuan.


2. 1966 Covenants of Human Right telah diratifikasiole Negara-negara anggota PBB, yang
isinya mencakup:
● The International on Civil and Political Right, yaitu memuat hak-hak sipil
dan hak-hak politik ( persamaan hak antara pria dan wanita).
● Optional Protocol, yaitu adanya kemungkinan seorang warga Negara
mengadukan pelanggaran hak asasi kepada The Human Rights Ommittee
PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya.
● The International Covenant of Economic, Social, and Cultural Right , yaitu berisi
syara-syarat dengan nilai-nilai bagi system demokrasi ekonomi, sosial, dan budaya.
3. 1976 Konvensi Internasional tentang Hak-hak Khusus.
4. 1984 Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan.
5. 1990 Konvensi tentang Hak-hak Anak.
6. 1993 Konvensi Anti-Apartheid Olahraga.
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak
7. 1998
Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia.
8. 1999 Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.

Sejarah mencatat bahwa dari masa ke masa, terdapat berbagai kejahatan kemanusiaanyang
membawa banyak korban manusia, baik yang meninggal maupun yang dilukai hak-hak

15
dasarnya sebagai manusia. Berikut ini adalah beberapa catatan tentang peristiwa-peristiwa
pelanggaran hak asasi manusia yang sempat menjadi isu internasional.

No. Negara & Tahun Kejadian / Peristiwa

1. Indonesia 1984- Puluhan orang tewas dan puluhan lainnya terluka ketika kerumunan massa
1998-1999 yang melakukan protes ditembak oleh tentara. Ketika itu pemerintah
mencurigai mereka sebagai bagian dari kelompok agama tertentu yang
menentang kebijakan pemerintah. Kini masalah ini sedang disidangkan di
pengadilan HAM.
Pada 13 dan 14 Mei 1998 terjadi kesuruhan besar di Jakarta, banyak
gedung dijarah dan dibakar hingga beberapa orang meninggal. Kerusuhan
dan kekerasan yang mengikutinya diduga digerakkan atau setidaknya
dibiarkan terjadi secara spontan dan ditujujan kepada etnik tertentu,
dalam hal ini diduga telah terjadi pelanggaran HAM.
2. Uni Soviet 1979 85.000 tentara Uni Soviet, mengadakan invansi (penyerbuan) ke Kabul
(Afganistan) yang mendukung pemerintahan Baprak Karmal melalui kudeta
sehingga menimbulkan korban perang berkepanjangan sampai tahun 1990-
an.
3. Republik Afrika Rezim Apartheid yang dikuasai oleh minoritas kulit putih melakukan
Selatan 1960 penindasan terhadap warga Negara kulit berwarna. Salah satu bentuk
penindasan tersebut tergambar melalui peristiwa Sharpeville ketika lebih
dari 77 orang tewas terutama di pihak sipil. Peristiwa ini kemudian
menjadi salah satu simbol perlawanan pejuang anti-apartheid. Peristiwa
lain adalah kerusuhan berdarah Soweto ( 1976) yang banyak meminta
korban, terutama murid-murid sekolah.
4. Republik Afrika Jean Bedel Bokassa, yang menobatkan diri sebagai kaisar stelah
Tengah 1976 menggulingkan David Daco, menjalankan pemerintahannya dengan otoriter
dan melakukan berbagai kejahatan kemanusiaan. Dalam kurun waktu 1976-
1980 tidak kurang 1.500 orang lawan politiknya hilang tanpa jejak.
5. Uganda 1971 Idi Amin yang terjadi Presiden Uganda pada 1971-1979 telah menjalankan
pemerintahannya dengan otoriter, lalim, dan penuh terror. Mulai dengan
pengusiran 80.000 keturunan Asia, penangkapan semena-mena, hingga
tidak kurang 300.000 orang korban pembunuhan tanpa proses peradilan.
6. Jerman 1923 Setelah kemenangan pemilu melalui Partai Buruh Jerman Sosialis, Adolf
Hitler menampas segala bentuk demokrasi dan mendirikan negara
totaliter. Lawan-lawan politiknya ditangkapi secara masal, berbagai
kejahatan kemanusiaan dilakukannya, mulai dari gerakan pembasmian
orang-orang Yahudi, agresi dengan mencaplok Austria dan Cekoslowakia
(1938), hingga meletupkan Perang Dunia II dengan menyerbu Polandia
(1939).
7. Italia 1924 Benito Musollini adalah pendiri fasisme dan diktator Italia. Dia
memerintah pada 1924-1943, dan selama masa pemerintahannya banyak
lawan politiknya yang ditangkap dan dibunuh. Musollini juga melancarkan

16
politik luar negeri yang agresif dengan menduduki Etiophia (1935-1936),
Albania (1939), dan berkoalisi dengan Hitler yang pada 1940 menyatakan
perang terhadap sekutu.
8. Amerika Serikat Pembantaian anak-anak, pelakunya Patrick Adward P. Ia memberondong
1989 murid SD di Cleveland ( California ) dengan korban 5 tewas dan 30 luka-
luka. Semua korban adalah ank Asia sehingga diduga ada unsure rasialisme.
Peristiwa serupa pernah terjadi antara tahun 1985-1988 di Alabama,
Illinois, Chicago, Philadelphia, dan Florida.

2. Peradilan Internasional HAM


Banyak kejahatan kemanusiaan yang merupakan pelanggaran pelanggaran HAM
dilakukan oleh rezim otoriter di sebuah negara. Untuk itu dibutuhkan sebuah lembaga
peradilan yang bersifat internasional dan memiliki yuridiksi atas wilayah negara-negara
secara internasional. Sebuah lembaga yang memiliki kekuasaan untuk mengadili dan
menghukum para penjahat kemanusiaan. Dalam rangka menyelesaikan masalah pelanggaran
HAM ini pula, PBB membentuk komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia ( The United Nations
Commission on Human Right). Komisi ini awalnya terdiri dari 18 negara anggota, kemudian
berkembang menjadi 43 orang anggota. Negara Indonesia diterima komisi ini sejak tahun
1991.
Cara kerja komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia untuk sampai pada proses peradilan
HAM internasional adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengkajian (studies) terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan,
baik dalam suatu negara tertentu maupun secara global. Terhadap kasus-kasus
pelanggaran
yang terjadi, kegiatan komisi terbatas pada himbauan serta persuasi.
Kekuatan himbauan dan persuasi terletak pada tekanan opini dunia internasional
terhadap
pemerintah yang bersangkutan.
b. Seluruh temuan Komisi ini dibuat dalam Year Book of Human Rights yang
disampaikan
kepada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
c. Setiap warga negara dan / atau negara anggota PBB berhak mengadu kepada
komisi ini. Untuk
warga negara perseorangan dipersyaratkan agar terlebih dahulu
ditempuh secara musyawarah di negara asalnya, sebelum pengaduan dibahas.
d. Mahkamah Internasonal sesuai dengan tugasnya, segera menindaklanjuti baik
pengaduan oleh
anggota maupun warga negara anggota PBB, serta hasil pengkajian dan
temuan komisi Hak Asasi Mausia PBB untuk diadakan pendidikan, penahanan,
dan proses peradilan.

17
Untuk lebih jelasnya, proses peradilan hak asasi manusia internasional dapat dilihat
pada bagan berikut.

MAJELIS
UMUM
MAHKAMAH
INTERNASIONAL
REKOMENDAS
I KOMISI
HAM PBB

LAPORAN :
1. Negara anggota PBB YEAR
PELANGGARAN HAM OPINI
2. Warga Negara BOOK
INTERNASIONAL DUNIA
Perseorangan ON
INTERNA-
HUMAN
SIONAL
RIGHTS

Beberapa contoh pelaksanaan pengadilan internasional yang memproses dan


mengadili pelanggaran hak asasi manusia adalah sebagai berikut :

a. Tahun 1987, Klaus Barbie (mantan komandan polisi rahasia Gestapo Nazi
Jerman) dijatuhi hukuman seumur hidup. Ia dinyatakan bersalah karena
mengirimkan ke kamp konsentrasi dan menyiksa 842 orang Yahudi dan
partisan Perancis, sehingga 343 di antaranya tewas, termasuk 52
anak.
Era penyiksaan meliputi mengguyur dengan air panas dan amoniak serta
mengulitinya hidup-hidup.

b. November 1991, Tim Komisi HAM PBB yang diketuai Prof. Pieter Koymaans
berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan Menlu Alatas, Mendagri
Rudini, dan lain-lain. Mereka mengunjungi Timor-Timur untuk mengamati
pelanggaran hak asasi manusia seperti ; penyiksaan, eksekusi di luar
pengadilan, dan pembatasan hak beragama yang dilaporkan oleh
LSM dalam dan luar negeri.

c. Februari 1993, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi 808 yang menetapkan
pembentukan pengadilan internasional untuk mengadili para penjahat perang dan
melanggar hak asasi manusia di bekas negara Yugoslavia. Etnis Serbia yang

18
mendominasi Yugoslavia pada saat itu melakukan pembunuhan missal
(etnic cleansing) terhadap orang-orang Kroasia dan Bosnia-
Herzegovina yang hendak memisahkan diri dari Yugoslavia. Pemimpin Serbia
yang dianggap paling bertanggung jawab adalah Slodoban Milosevic
dan Ratko Mlaidic.

d. Maret 1993, Komisi Kebenaran HAM PBB di New York mempublikasikan sebuah
laporan yang menyatakan bahwa militer EI Salvador bertanggung jawab atas
sebagian besar pelanggaran hak-hak asasi manusia selama perang saudara
yang sudah berlangsung selama 12 tahun.

19
Penutupan

Demikianlah Makalah ini kami buat, semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Jika
ada kata-kata yang salah didalam Makalah ini mohon dimaafkan. Demikianlah dari saya dan
saya ucapkan Terima kasih.

20

Anda mungkin juga menyukai