Anda di halaman 1dari 4

Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Rasio ini menunjukkan tentang seberapa besar ketergantungan suatu

daerah terhadap pendapatan transfer baik dari pemerintah pusat maupun

pemerintah provinsi. Pada umumnya, kontribusi terbesar pendapatan transfer

terdapat pada dana perimbangan seperti dana alokasi umum, yaitu dana yang

digunakan untuk pemerataan kemampuan keuangan daerah. Rasio ini adalah

perbandingan antara total realisasi pendapatan transfer dengan total realisasi

pendapatan daerah. Dalam hal ini, akan dilihat bagaimana ketergantungan

antara pemerintah kota Semarang terhadap pemerintah pusat.

Pada laporan realisasi APBD kota Semarang menunjukkan jumlah

realisasi pendapatan transfer dana perimbangan pada tahun 2008 sebesar

885,911,757,033. Kondisi tersebut didapatkan dari kontribusi Dana Bagi Hasil

Pajak sebesar 228,626,714,300, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam sebesar

1,279,583,733, Dana Alokasi Umum sebesar 634,864,459,000, dan Dana

Alokasi Khusus sebesar 21,141,000,000.

Sedangkan laporan realisasi APBD kota Semarang pada tahun 2009

menunjukkan jumlah realisasi pendapatan transfer dana perimbangan sebesar

1,006,576,475,543. Kondisi tersebut didapatkan dari kontribusi Dana Bagi Hasil

Pajak sebesar 256,042,354,400, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam sebesar

1,095,964,143, Dana Alokasi Umum sebesar 707,635,157,000, dan Dana

Alokasi Khusus sebesar 41,803,000,000.


Pada laporan realisasi APBD kota Semarang menunjukkan jumlah

realisasi pendapatan transfer pada tahun 2008 sebesar 1,069,782,796,728.

Kondisi tersebut didapatkan dari kontribusi pendapatan transfer pemerintah

pusat-dana perimbangan sebesar 885,911,757,033. Kontribusi pendapatan

transfer pemerintah pusat-lainnya sebesar 13,531,031,800. Kontribusi

pendapatan transfer pemerintah provinsi sebesar 170,340,007,895.

Sedangkan pada laporan realisasi APBD kota Semarang pada tahun 2009

menunjukkan jumlah realisasi pendapatan transfer sebesar 1,221,630,253,695.

Kondisi tersebut didapatkan dari kontribusi pendapatan transfer pemerintah

pusat-dana perimbangan sebesar 1,006,576,475,543. Kontribusi pendapatan

transfer pemerintah pusat-lainnya sebesar 29,576,114,000. Kontribusi

pendapatan transfer pemerintah provinsi sebesar 185,477,664,152.

Jumlah total realisasi pendapatan kota Semarang tahun 2008 sebesar

1,337,697,047,131, sedangkan jumlah total realisasi pendapatan kota Semarang

tahun 2009 sebesar 1,538,490,537,516. Jadi berdasarkan sejumlah data tersebut,

maka rasio ketergantungan keuangan daerah kota Semarang pada tahun 2008

yaitu 1,069,782,796,728/1,337,697,047,131 = 0.7997 (79.97%). Sedangkan

rasio ketergantungan keuangan daerah kota Semarang pada tahun 2009 yaitu

1,221,630,253,695/1,538,490,537,516 = 0.7940 (79.4%).

Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kota Semarang

memiliki rasio ketergantungan keuangan daerah yang cukup tinggi. Rasio

ketergantungan keuangan daerah kota Semarang lumayan tinggi karena jumlah


pendapatan transfer dari dana perimbangan terutama Dana Alokasi Umum dan

Dana Otonomi Khusus yang semakin meningkat tiap tahunnya. Akan tetapi, jika

dibandingkan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, maka rasio ketergantungan

keuangan daerah kota Semarang mengalami penurunan sebesar 0.57 % dari

tahun 2008 sebesar 79.97 % menjadi 79.40 % pada tahun 2009.

Rasio Kemampuan Keuangan Daerah

Rasio ini dapat menggambarkan bagaimana suatu pemerintah daerah

dapat menyelenggarakan dan melayani urusan pemerintahan dengan baik.

Selain itu, rasio ini juga dapat diandalkan pemerintah daerah untuk menentukan

kemampuan pengembalian jumlah pokok pinjaman, sehingga apabila tingkat

rasio lebih dari 100 %, maka timbul surplus yang dapat digunakan untuk

menentukan jumlah kemampuan pengembalian pinjaman tersebut.

Dalam era desentralisasi fiskal, pemerintah daerah dituntut agar dapat

menggunakan sumber-sumber ekonominya secara mandiri, mampu

mengembangkan sumber-sumber potensial yang dimiliki daerah demi

meningkatnya pembangunan di dalam pemerintah daerah. Rasio ini

menunjukkan kondisi keuangan daerah dengan membandingkan realisasi

pendapatan daerah dengan realisasi belanja daerah. Namun, rasio ini juga sangat

penting, di mana rasio ini juga sebagai syarat untuk melakukan pinjaman yang

ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Dalam laporan realisasi APBD tahun 2008, jumlah total realisasi

pendapatan kota Semarang adalah 1,337,697,047,131, sedangkan dalam


melaksanakan kegiatannya jumlah realisasi belanja serta pengeluaran transfer

yang dilakukan sebesar 1,325,301,609,216, sehingga terdapat surplus anggaran

sebesar 12,395,437,915. Maka rasio kemampuan keuangan daerah kota

Semarang pada tahun 2008 adalah 1,337,697,047,131/1,325,301,609,216, yaitu

sebesar 1.0093 (100.93 %).

Dalam laporan realisasi APBD tahun 2009, jumlah total realisasi

pendapatan kota Semarang adalah 1,538,490,537,516, sedangkan dalam

melaksanakan kegiatannya jumlah realisasi belanja serta pengeluaran transfer

yang dilakukan sebesar 1,505,502,336,136, sehingga terdapat surplus anggaran

sebesar 32,988,201,380. Maka rasio kemampuan keuangan daerah kota

Semarang pada tahun 2009 adalah 1,538,490,537,516/1,505,502,336,136, yaitu

sebesar 1.0219 (102.19 %).

Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio

kemampuan keuangan daerah kota Semarang pada tahun 2009 mengalami

peningkatan sebesar 1.26 % dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 100.93

%. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan adanya surplus anggaran yang

meningkat pula. Jadi, berdasarkan rasio kemampuan keuangan daerah tersebut,

maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pemerintah kota Semarang dalam

menyelenggarakan dan melayani urusan pemerintah kotanya pada tahun 2009

lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai