Anda di halaman 1dari 14

MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

MODUL PRAKTIKUM III


ROUTING

Tujuan praktikum :
1. Praktikan mengetahui langkah-langkah konfigurasi router di Windows 2003
Server dan Linux.
2. Praktikan dapat melakukan konfigurasi pada PC Router yang diawali dengan
pembuatan topologi dan seting alamatnya.
A. Pendahuluan
Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai bagaimana konsep routing, kita perlu
memahami lebih baik lagi mengenai beberapa aturan dasar routing. Juga tentunya kita harus
memahami sistem penomoran IP, subnetting, netmasking dan saudara-saudaranya yang lain.
Contoh kasus:
Host X  128.1.1.1 (IP Kelas B network id 128.1.x.x)
Host Y  128.1.1.7 (IP kelas B network id 128.1.x.x)
Host Z  128.2.2.1 (IP kelas B network id 128.2.x.x)
Pada kasus di atas, host X dan host Y dapat berkomunikasi langsung tetapi baik host X
maupun Y tidak dapat berkomunikasi dengan host Z, karena mereka memiliki Network Id yang
berbeda. Bagaimana supaya Z dapat berkomunikasi dengan X dan Y ? gunakan router !
Contoh lain:
Host A  192.168.0.1 subnet mask 255.255.255.240
Host B  192.168.0.2 subnet mask 255.255. 255.240
Host C  192.168.0.17 subnet mask 255.255. 255.240
Nah, ketika subnetting dipergunakan, maka dua host yang terhubung ke segmen jaringan
yang sama dapat berkomunikasi hanya jika baik Network ID maupun subnetID-nya sesuai. Pada
kasus di atas, A dan B dapat berkomunikasi dengan langsung, C memiliki Network ID yang sama
dengan A dan B tetapi memiliki subnetmask yang berbeda. Dengan demikian C tidak dapat
berkomunikasi secara langsung dengan A dan B. Bagaimana supaya C dapat berkomunikasi
dengan A dan B ? gunakan router !

Jadi fungsi router, secara mudah dapat dikatakan, menghubungkan dua buah
jaringan yang berbeda; tepatnya mengarahkan rute yang terbaik untuk mencapai
network yang diharapkan.

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 1
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

Router adalah sebuah device yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah
network ke network yang lainnya (baik LAN ke LAN atau LAN ke WAN) sehingga host-host yang
ada pada sebuah network bisa berkomunikasi dengan host-host yang ada pada network yang
lain. Router menghubungkan network-network tersebut pada network layer dari model OSI,
sehingga secara teknis Router adalah Layer 3 Gateway. Contoh beberapa vendor router yang ada
di pasara antara lain : Cisco,3Com,Nortel, Huawey, dan Cabletron. Namun Cisco menguasai labih
dari 70% pasaran router di dunia.
Router bisa berupa sebuah device yang dirancang khusus untuk berfungsi sebagai router
(dedicated router), atau bisa juga berupa sebuah PC yang difungsikan sebagai router. PC router
yaitu sebuah PC yang berfungsi sebagai router untuk menjalankan system operasi yang memiliki
kemampuan meneruskan paket dari jaringan atau ke jaringa lain.
Pada router terdapat routing table yaitu table yang berisi alamat-alamat jaringan untuk
menentukan tujuan dari paket-paket data yang akan dilewatkan. Jika pada PC terdapat dua NIC
misalnya modem dan Ethernet maka PC tersebut dapat berfungsi sebagai router.
Kemampuan router antara lain :
1. Mengirim paket data antara dua tipe jaringan fisik yang berbeda. Misalnya meneruskan
paket data dari Ethernet ke frame relay yang biasanya dilakukan oleh WAN.
2. Membagi segmen jaringan yang besar menjadi segmen yang kecil-kecil.
3. Memfilter dan mengisolasi trafik.
4. Mengubah alamat asal sehingga seakan-akan paket data tersebut berasal dari sebua
alamat yang berbeda dari pengirim aslinya. Di Linux hal ini dikenal dengan
Masquerading, dan router berfungsi sebagai Network Address Translation(NAT).

Pada router terdapat Routing protocol yang berfungsi untuk mendapatkan jalur terbaik
dari beberapa susunan router yang dilalui paket data pada jaringan dari asal paket ke tujuan.
Routing pada router tidak memperhatikan tentang host, ia hanya memprioritaskan tetnang
network dan jalur terbaik untuk setiap network.
Contoh lainnya dari penggunaan router yang saat ini populer adalah ketika sebuah
perusahaan akan terhubung ke internet. Maka router akan berfungsi mengalirkan paket data dari
perusahaan tersebut ke lembaga lain melalui internet, sudah barang tentu nomor jaringan
perusahaan itu akan bereda dengan perusahaaan yang dituju.

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 2
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

1. Dasar Routing
Untuk mempelajari routing kita harus tahu tentang pengaturan IP, subnetting, netmask, dll
yang telah dipelajari pada modul 1.
Berikut ini hal-hal yang perlu dimiliki oleh sebuah router untuk peroutingan :
a. Alamat tujuan
b. Router-router tetanggga
c. Route yang mungkin ke semua network remote
d. Router terbaik untuk setiap network remote.
e. Bagaimana menjaga dan memverifikasi informasi routing.
Dalam proses routing terdapat beberapa istilah :
a. Tabel routing : suatu table yang berisi informasi alamat IP dan alamat hardware dari
setiap host yang dituju serta jalur yang paling mudah yang dapat ditempuh.
b. Direct routing : pengiriman paket data langsung ke host tujuan pada suatu subnet yang
sama.
c. Undirect Routing : pengiriman paket data langsung ke host tujuan dengan subnet yang
berbeda. Syarat melakukan undirect routing adalah terdapat host lain yang memiliki
hubungan denagn jaringan local dengan subnet yang berbeda tersebut.
d. Routing Protocol : protocol yang menyediakan beberapa instruksi dan informasi yang
berbeda untuk router. Contoh : Routing Information Protocol (RIP), Open Shortest Path
First, Border Gatewat Protocol (BGP), Routing protocol khusus agar dapat memberi
laporan seperti :
- Keluaran dan kualitas dari sirkuit antar router.
- Status operasional dari router
- Jumlah titik relay atau jumlah lompatan dari sebuah paket
- Jalur alternative yang tersedia bila ada kegagalan.
e. Metric adalah suatu nilai hasil dari perhitungan algoritma yang dipakai oleh protocol
routing yang dapat berupa jarak ke tujuan atau ongkos ke tujuan.
f. Convergence adalah waktu yang diperlukan oleh semua router-router pada jaringan
untuk mengikuti perubahan yang disebabkan oleh perubahan topologi jaringan.
g. Autonomous system (AS) : koleksi sejumlah router yang berada dibawah naungan
manajemen bersama yang dapat saling menukar informasi.

2. Cara Kerja Router

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 3
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

Bila router 1 merupakan default router untuk computer A, maka paket akan dirouted ulang
melalui router 2. Computer A akan diberitahukan route yang lebih baik untuk mengirimkan
paket-paket ke computer C, saat masing-masing route ditemukan, paket akan dikirimkan ke
router selanjutnya yang dinamakan hop, sampai akhirnya dikirimkan ke host tujuan. Kalau
suatu route tidak ditemukan, maka sebuah pesan kesalahan akan dikirimkan ke host sumber.
Untuk mengambil keputusan routing, layer IP mengkonsultasikan sebuah table routing yang
disimpan di dalam memori. Proses-proses yang mempengaruhi router antara lain :
a. Kecepatan transmisi
b. Jarak perkembangan (waktu yang dibutuhkan oleh sebuah paket untuk berpindah dari
LAN ke LAN)
c. Jarak pengantrian (digunakan bila router atau switched tertunda oleh lalu lintas)

3. Jenis Konfigurasi Routing


Sebelum ke jenis konfigurasi routing sebelumnya ada jenis router berdasarkan
keterhubugnan dengan router lain.
 Router Global berarti semua router memiliki informasi lengkap mengenai link cost, dan
topologi jaringan. Algoritma yang digunakan adalah link state.
 Decentralized berarti router tersebut hanya mengetahui link cost ke router berikutnya
yang terhubung langsung dengan dirinya. Algoritma yang digunakan adalah algoritma
distance vector.

Pada umumnya terdapat 2 jenis konfigurasi routing yang sering digunakan yaitu :

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 4
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

a. Konfigurasi routing Statis


Routing statis merupakan protokol routing yang dilakukan secara manual dengan
menambahkan rute-rute di routing table dari setiap router. Routing statis biasanya
digunakan untuk jaringan dengan skala yang kecil. Apabila kita memiliki jaringan dengan
skala yang besar maka menggunakan routing dinamis.
Cara kerja routing statis dapat dibagi menjadi 3 bagian:
- Administrator jaringan yang mengkonfigurasi router secara manual.
- Router melakukan routing berdasarkan informasi
dalam tabel routing
- Routing statis digunakan untuk melewatkan paket data.
Keuntungan : tidak ada overhead proses pada router, tidak ada pengaturan bandwith
diantara router, menambah keamanan karena admin dapat memilih untuk mengizinkan
akses ke network tertentu.
Kerugian : admin harus benar-benar mengerti internetworking pada router,
menambah route pada table routing secara manual bila network ditambahkan, kurang valid
dan sulit untuk network yang besar.

b. Konfigurasi Dinamik
Router dinamis secara otomatis memperbaharui table routing, yang mengurangi beban
administrative. Namun, dapat meningkatkan lalu lintas dalam jaringan yang besar dan
menggunakan protocol routing.
Kentungannya : lebih mudah karena routing secara otomatis.
Kerugiannya : membebani dalam proses-proses di CPU router sehingga perlu router yang
lebih handal dan mahal. Contoh yang paling banyak digunakan adalah RIP. Secara umum,
router dinamis dibagi menjadi 2 kategori :
 Distance vector

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 5
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

Dengan distance vector, router pada jaringan setiap periode tertentu mengabarkan
informasi dari table routing ke table lain yang berdekatan. Informasi ini kemudian diteruskan
oleh router tersebut ke router lainnya yang berdekatan dengannya. Distance vector
mengupdate perubahan topologi setiap 30 detik. Contoh : Routing Information Protocol
(RIP), Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
Kelemahan : Perubahan jaringan tidak dapat terjadi secara serempak (adakala
perubahan di suatu router belum terjadi di router lainnya, sehingga dapat terjadi kekacauan
jika router berulang-ulang menyiarkan perubahan yang lama terjadi (count infinity) dan
menyebabkan terjadinya routing loop (paket dikirim berulang-ulang mengelilingi jaringan)).
Jika routing loop teerjadi, dapat menyebabkan ketidakstabilan atau kemacetan (coallision).
Contoh :

R5 R7
R1 R3

R2 R4 R6

1. Router 2 mengabarkan router 1 dan router 3 bahwa router 7 adalah berjarak 5 loncatan
(hop) darinya.
2. Sekarang, jika hubungan antara router 6 dan router 7 terputus karena suatu hal, router 6
akan mengabarkan ke router 5 mengenai hal ini. Router 5 kemudian akan mengabarkan
ke router 4
3. Tapi, karena router 4 dapat menerima kabar dari router 3 lebih dahulu dari pada dari
router 5, informasi yang diterimanya adalah router 7 berjarak 4 hop padahal hubungan
router 7 telah terputus. Maka, informasi yang dikabarkan oleh router satu dengan yang
lainnya tidak cocok.
Beberapa metode untuk menghindari routing loop :
a. Split Horizon : menghindarkan pengiriman data kembali ke alamat
pengirim atau asal
b. Hold Down : menghidarkan regular update mengirimkan data mengenai
paket yang telah tak terpakai
c. Router poisioning : cara mengirimkan routing update untuk menandai
paket yang tak mencapai tujuannya sebagai hop count yang tidak tercapai,
misalnya hop ke 16 untuk RIP

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 6
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

d. Triggered update : mengupdate perubahan pada jaringan segera setelah


terjadi perubahan.
 Link State
Protokol routing yang membuat table routing lebih rumit dibandingkan dengan Distance
Vektor karena mengumpulkan informasi lengkap mengenai topologi jaringan. Dapat
mengupdate berdasarkan perubahan topologi (event triggered update) sehingga memiliki
convergence yang lebih cepat. Menggunakan algoritma djikstra untuk menemukan jalur
terpendek di antara sumber dan tujuan data. Contoh : OSPF (Open Shortest Path First)
Kelemahan :
Memerlukan daya proses yang tinggi, banyak menggunakan bandwith jaringan sehingga dapat
memberi beban pada jaringan.

 Routing Information Protocol (RIP)


RIP adalah suatu routing protocol bervektor jarak yang disediakan untuk backward-kompatibilitas
dengan jaringan-jaringan RIP yang ada. RIP memungkinkan router mempertukarkan informasi routing
dengan router-router RIP lainnya untuk membuatnya waspada terhadap setiap perubahan dalam
layout internetwork. RIP menyampaikan informasi ke router tetangga dan mengirimkan paket-paket
penyampaian RIP periodic yang berisi semua informasi routing yang dikenali oleh router.
Penyampaian itu menjaga semua router internetwork tetap sinkron. RIP menggunakan jumlah
lompatan (hop count) sebagai metric dengan 15 hop maksimum. Hop count ke 16 tidak dapat
tercapai dan router akan memberikan error message “destination is unreachable”. Daftar table akan
diupdate setiap 30 detik default administrative distancenya 120. Protokol ini menggunakan algoritma
Distance-Vector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol ini telah
dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453). Kedua versi ini masih
digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-
teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah
diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next
Generation / RIP generasi berikutnya), yang diterbitkan dalam RFC 2080 (1997).

Ada tiga versi dari Routing Information Protocol: RIPv1, RIPv2, dan RIPng.

RIP versi 1

Spesifikasi asli RIP, didefinisikan dalam RFC 1058, classful menggunakan routing. Update routing
periodik tidak membawa informasi subnet, kurang dukungan untuk Variable Length Subnet Mask

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 7
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

(VLSM). Keterbatasan ini tidak memungkinkan untuk memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas
jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran
yang sama. Juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi, membuat RIP rentan terhadap berbagai
serangan.

RIP versi 2

Karena kekurangan RIP asli spesifikasi, RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan
standar terakhir pada tahun 1998. Ini termasuk kemampuan untuk membawa informasi subnet,
sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas, maka
batas hop dari 15 tetap. RIPv2 memiliki fasilitas untuk sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi
awal jika semua protokol Harus Nol bidang dalam pesan RIPv1 benar ditentukan. Selain itu, aktifkan
kompatibilitas fitur memungkinkan interoperabilitas halus penyesuaian.

Dalam upaya untuk menghindari beban yang tidak perlu host yang tidak berpartisipasi dalam routing,
RIPv2 me-multicast seluruh tabel routing ke semua router yang berdekatan di alamat 224.0.0.9,
sebagai lawan dari RIP yang menggunakan siaran unicast. Alamat 224.0.0.9 ini berada pada alamat IP
versi 4 kelas D (range 224.0.0.0 - 239.255.255.255). Pengalamatan unicast masih diperbolehkan
untuk aplikasi khusus.(MD5) otentikasi RIP diperkenalkan pada tahun 1997.RIPv2 adalah Standar
Internet STD-56.RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang didefinisikan dalam RFC
2080, adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol berikutnya.

Perbedaan utama antara RIPv2 dan RIPng adalah:


* Dukungan dari jaringan IPv6.
* RIPv2 mendukung otentikasi RIPv1, sedangkan RIPng tidak. IPv6 router itu, pada saat itu,
seharusnya menggunakan IP Security (IPsec) untuk otentikasi.
* RIPv2 memungkinkan pemberian beragam tag untuk rute , sedangkan RIPng tidak;
* RIPv2 meng-encode hop berikutnya (next-hop) ke setiap entry route, RIPng membutuhkan
penyandian (encoding) tertentu dari hop berikutnya untuk satu set entry route .

 Open Shortest Path First (OSPF)


OSPF merupakan routing protocol dalam keadaan terhubung yang memungkinkan router
mempertukarkan informasi routing dan membuat suatu peta jaringan yang mengakalkulasi
kemungkinan path terbaik ke setiap jaringan. Saat menerima perubahan ke database dalam keadaan
terhubung, table routing dikalkulasi ulang. Ketika ukuran database dalam keadaan terhubung

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 8
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

bertambah besar maka persyaratan memori dan waktu komputasi route juga bertambah besar.
Untuk mengalamatkan problem perskalaan ini, OSPF membagi internetwork menjadi sekumpulan
jaringan berdekatan yang dinamakan area. Area-area dihubungkan satu sama lain melalui satu area
backbone. Router backbone di dalam OSPF merupakan suatu router yang dihubungkan ke area
backbone. Router backbone mencantumkan router-router yang dihubungkan ke lebih dari satu area.
Namun, router backbone tidak harus menjadi router border area. Router yang memiliki semua
jaringan yang dihubungkan ke backbone merupakan routing internal. Setiap router hanya menajga
suatu database dalam keadaan terhubung untuk area yang dihubungkan ke router. Area Border
Router (ABR) menghubungkan area backbone dengan area lainnya. Lingkungan yang dirouted OSPF
sangat cocok untuk internetwork IP yang dinamis, multipath berukuran besaer misalnya kampus,
perusahaan dan instansi-instansi besar.

 Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)


Jenis protocol distance vector yang diciptakan Cisco untuk mengatasi kekurangan protocol RIP.
Jumlah hop maksimum menjadi 255 dan sebagai metric menggunakan bandwith, MTU, delay dan
load. IGRP adalah protocol routing yang menggunakan Autonomous System (AS) dan dapat
menentukan routing berdasarkan system, interior, atau exterior. Default administrative distancenya
100.

 Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)


Protokol lain yang diciptakan oleh Cisco yang mempunyai keunggulan hanya mengirimkan data
update jika ada perubahan. Default administrative distancenya 90 pada jaringan WAN yang besar
seperti internet, sering terjadi jaringan dibagi menjadi jaringan kecil yang disebut autonomous
system, setiap autonomous system mengatur daerahnya sendiri. Router-router yang berada di dalam
suatu autonomous system disebut Interior Gateway Protocol (IGP).
Contoh protocol routing yang termasuk IGP adalah RIP dan OSPF.
a. System routing : routing di dalam satu subnet dengan autonomous system yang
sama
b. Interiror routing : routing diantara dua subnet yang berlainan dengan autonomous
system yang sama
c. Exterior routing : jika router yang berada di dalam suatu autonomous system
berhubungan dengan router lain yang berada di dalam autonomous system lain.
Jenis protocol routing yang mengatur disebut exterior gateway protocols (EGP).
Contoh protocol routing yang termasuk EGP adalah BGP (Border Gateway Protocol).

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 9
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

Beberapa cara pengadaan router adalah :


a.Memasang branded router (Cisco, Motorola,DLINK,PROLINK)
b.Memasang computer (server) dengan OS yang dapat menangani proses routing (NT,Windows
Server 2003, Linux, Bsd,dsb)
c. Memasang computer kecil kelas 486 yang menajalankan LRP (Linux Router Project)
Pada umumnya router memiliki beberapa port lain yang terdapat pada back panel –nya, sebagai
berikut :
1. Fast Ethernet (10/100BaseTX) port
Port ini digunakan sebagai interface LAN yang menggunakan MAC 802.3. Ethernet 10/100 Mbps
secara autosensing. Jika menggunakan network 100 Mbps (switch), LED FDX/100/Link akan menyala.
2. Cisco Interface Cards
Terdiri atas 2 slot yang digunakan untuk WAN Interface Cards (WICs), antara lain : ISDN BRI (U dan
S/T), 56- atau 64- Kbps DSU/CSU, FT1/T1 DSU/CSU, high-speed serial, dual-serial, and 2Async/Sync-,
atau Voice Interface Cards (VICs)- antara lain : 2FXS,2FXO,2E&M-.
3. Console port
Digunakan untuk melakukan konfigurasi dan router manajemen dari PC
4. Auxiliary port

Digunakan untuk mengkonfigurasikan router via modem dari lokasi remote VIC terdiri atas dua port
dengan tipe yang sama. Secara garis besar kartu-kartu (cards) tersebut terbagi atas dua tipe utama
yaitu card voice atau AVM (Analog Voice Module) dan DVM (Digital Voice Module).

d. Konfigurasi PC Router di Linux


Setting router merupakan router static. Konfigurasi ini digunakan pada PC router yang akan
meneruskan paket data pada 2 network yang berbeda.Perintah router memiliki beberapa file penting
yaitu :
 /etc/sysctl.conf
File ini berisi script yang akan menjalankan IP4 paket forwarding. Paket ini penting karena akan
meneruskan paket data dari network satu ke network yang lain. Jika paket ini tidak diaktifkan maka
router tidak akan dapat meneruskan paket data yang berasal dari network tertentu.
 /proc/sys/net/ipv4/ip_forward
File ini merupakan file yang dijalankan langsung oleh kernel. Nilainya diambil dari file /etc/syctl.conf
 /etc/sysconfig/network-script/
Direktori ini berisi konfigurasi yang akan dilakukan pada interface Ethernet yang kita miliki.
 /etc/rc.d/init.d/network

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 10
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

File ini merupakan daemon untuk mengaktifkan network.


Misalnya, network id yang dipakai :
Network id : 192.168.1.0
Subnet mask : 255.255.255.0
Network id : 192.168.2.0
Subnet mask : 255.255.255.0
Langkah-langkah yang dilakukan :
1. edit dahulu /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth0, berikut contoh filenya:
DEVICE=eth0
ONBOOT=yes
BOOTPROTO=none
IPADDR=192.168.1.1
NETMASK=255.255.255.0
GATEWAY=192.168.1.1
TYPE=Ethernet
USERCTL=no
PEERDNS=no
NETWORK=192.168.1.0
BROADCAST=192.168.1.255
2. edit juga untuk Ethernet yang ke 2, lihat /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth1.
DEVICE=eth1
ONBOOT=yes
BOOTPROTO=none
IPADDR=192.168.2.2
NETMASK=255.255.255.0
GATEWAY=192.168.2.2
TYPE=Ethernet
USERCTL=no
PEERDNS=no
NETWORK=192.168.2.0
BROADCAST=192.168.2.255
3. Aktifkan kedua Ethernet tersebut
[root@hnlabz root]# /etc/rc.id/init.d/network restart
Shutting down interface eth0: [OK]

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 11
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

Shutting down interface eth1: [OK]


Shutting down loopback interface: [OK]
Setting network parameters: [OK]
Bringing up loopback interface : [OK]
Bringing up interface eth0 : [OK]
Bringing up interface eth1 : [OK]

4. Untuk melihat apakah Ethernet keduanya aktif, gunakan perintah ifconfig


eth0 Link encap:Ethernet HWaddr 00:E0:18:09:E3:6C
inet addr:192.168.1.1 Bcast:192.168.1.255 mask 255.255.255.0
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric 1
RX packets:5022 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:75 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
Collisions:0 txqueuelen:100
RX bytes:635727 (620.2 Kb) TX bytes:4771 (4.6 Kb)
Interrupt: 10 base address:0xd400
Eth1 Link encap:Ethernet HWaddr 00:A0:D2:12:EB:75
inet addr:192.168.2.2 Bcast:192.168.2.255 mask 255.255.255.0
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric 1
RX packets:269 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:0 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
Collisions:0 txqueuelen:100
RX bytes:32373 (31.6 Kb) TX bytes:0 (0 Kb)
Interrupt: 5 base address:0xe000
5. Kemudian, buat rule dari router. Rule yang akan dicobakan adalah, network 192.168.1.0 dapat
berkomunikasi dengan network 192.168.2.0.
Perintahnya :
root@hnlabz root]# route add –net 192.168.2.0 netmask 255.255.255.0 eth0
Artinya: tambahkan network id 192.168.2.0 netmask 255.255.255.0 melalui eth0. jika suatu client
ingin berkomunikasi dengan client lain di network 192.168.2.0 maka ia akan melewati eth0.
root@hnlabz root]# route add –net 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 eth1
Artinya : tambahkan network id 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 melalui eth1. jika suatu client
ingin berhubungan dengan client lain di network 192.168.1.0 maka ia akan melewati eth1.
6. Lihat table routing :

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 12
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

[root@hnlabz root]# route –n


Kernel Ip routing table
Destination gateway Genmask Flags Metric Ref UseIface
192.168.2.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 eth0
192.168.2.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 eth1
192.168.1.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 eth1
192.168.1.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 eth0
169.254.0.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 eth1
127.0.0.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 lo
0.0.0.0 192.168.1.1 0.0.0.0
7. Lakukan pengujian pada router dengan ping salah satu client.
Daftar Istilah :
 DEVICE : menentukan nama antar muka
 BOOTPRO : menentukan protocol boot untuk kartu jaringan (static atau dhcp)
 IPADDR : menentukan alamat IP
 NETMASK : menentukan netmask
 NETWORK : menentukan alamat jaringan
 BROADCAST : menentukan alamat broadcast
 ONBOOT : menentukan apakah kartu jaringan diaktifkan pada saat boot (yes atau no)
 Restart konfigurasi jaringan : service network restart
 Destination : tujuan jaringan atau host
 Gateway : alamat gateway atau ’*’ jika tidak ditentukan
 Genmask : netmask jaringan tujuan. Bernilai 255.255.255.255 untuk tujuan host. Bernilai
0.0.0.0 untuk default route
 Metric : jarak ke target (biasanya dihitung dalam hops). Tidak digunakan oleh kernel
sekarang tapi mungkin diperlukan oleh routing daemon.
 Ref : jumlah referensi ke route tersebut (tidak digunakan dalam kernel linux)
 Use : jumlah lookup untuk route tertentu.
 Flags : nilai yang mungkin disertakan adalah :
U (route aktif)
H (target host)
G (gateway)
R (reintate route untuk dynamic routing)
D (secara dinamis diinstal oleh daemon atau redirect)

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 13
MODUL PRAKTIKUM III ROUTING

M (dimodifikasi dari routing daemon atau redirect)


A (diinstal oleh addrconf)
C (entri cache)
! (rejact route)

MODUL PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER


COMMON LABORATORY IT TELKOM III - 14

Anda mungkin juga menyukai