Anda di halaman 1dari 19

Masukan tertulis BKPRN Kota Semarang

No. Muatan RTRW Kota Semarang Masukan


Rita Dwi Kusumawati (Staf Subdit Perencanaan Wilayah Sungai Dlt.BPSDA
1 Pasal 29 Jaringan prasarana SDA bisa ditambahkan dengan pengendalian banjir
dan rob
2 Pasal 56-57 Daerah sempadan sungai, bendungan, dan embung disebutkan dengan
jaraknya
3 Jika ada peta genangan banjir dan rob, bisa dilampirkan
4 Kota Semarang masuk dalam wilayah sungai Jratunseluna yang
merupakan wilayah sungai strategis nasional. Mohon disebutkan dalam
raperda
Handoyo (Dit. Bandar Udara, Kementerian Perhubungan
1 Bandara Ahmad Yani Bandara Ahmad Yani sebagai bandara pengumpul skala sekunder
Pasal 78
(1) Rencana kawasan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 huruf i meliputi:
a. peningkatan kualitas kawasan Bandar Udara Ahmad
Yani;
2 Pasal 22 Untuk rencana pengembangan dan peningkatan Bandara Ahmad Yani
Rencana sistem prasarana transportasi udara sebagaimana perlu mengacu pada Rencana Induk Bandara (KM 53 Tahun 2007)
dimaksud dalam Pasal 14 huruf d berupa pengembangan dan
peningkatan Bandar Udara Internasional Ahmad Yani di
Kecamatan Semarang Barat.
3 Pasal 102 ayat 5 Sudah terakomodir di dalam Raperda
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Contoh:
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada jaringan  Sudah ada KKOP Bandara Ahmad Yani (KM No.35 Tahun 2008).
transportasi udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kawasan KKOP <15km. Dapat dikoordinasikan dengan Ditjen
huruf d, meliputi : Perhubungan Udara
a. kegiatan dan atau bangunan pada kawasan sekitar  Untuk kegiatan mendirikan bangunan di sekitar Bandara wajib
bandara wajib mematuhi ketentuan kawasan mematuhi ketentuan KKOP dan dapat dikoordinasikan dengan Ditjen
keselamatan operasional penerbangan (KKOP); dan Perhubungan Udara (untuk menentukan berapa ketinggian bangunan
b. pembangunan dan operasional jalan menyisir pantai yang direkomendasikan)
dilarang menganggu aktivitas bandara.
4 Sistem Drainase dan Ruang Terbuka Hijau Bandara  Apakah sistem drainase bandara dan ruang terbuka hijau mempunyai
Pasal 42 kajian/sumber data terkait dengan disebutkannya luasan tersebut?
(2) Sistem Drainase Semarang Barat sebagaimana dimaksud  Kalau tidak ada sumber data/kajiannya sebaiknya tidak dicantumkan
pada ayat (1) terdiri dari 4 (empat) sub sistem, meliputi : dalam Raperda, cukup dikaji/diatur di dalam Rencana Induk Bandara
d. Sub Sistem Bandara Ahmad Yani dengan luas kurang
lebih 424 ha yang merupakan kawasan drainase semi
tertutup.

Pasal 60
(4) Ruang terbuka hijau pengaman lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) huruf d, meliputi :
p. pengembangan ruang terbuka hijau kawasan bandar
udara dengan luas kurang lebih sebesar 203 Ha;
Ir. Aminuddin, MT (Pusat Lingkungan Geologi, Kementerian ESDM)
1 Jaringan Energi/Kelistrikan  Mohon untuk dibedakan kapasitas eksisting yang ada sekarang dan
Pasal 24 kapasitas rencana ke depan hingga tahun 2030
(1) Rencana jaringan listrik sebagaimana dimaksud dalam  Mohon dilengkapi dengan peta jaringan tenaga listrik
Pasal 23 huruf a meliputi :
a. saluran tegangan ekstra tinggi (SUTET);
b. saluran udara tegangan tinggi (SUTT);
c. saluran udara tegangan menengah (SUTM); dan
d. bangunan pengelolaan jaringan listrik.
2 Rencana Sistem Prasarana Drainase Sistem drainase sudah direncanakan dengan matang , tapi mengapa
Pasal 40 sampai saat ini masih terjadi banjir? Hal apa yang salah?
Rencana sistem prasarana drainase sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf d terdiri atas :
a. sistem drainase Mangkang;
b. sistem drainase Semarang Barat;
c. sistem drainase Semarang Tengah; dan
d. sistem drainase Semarang Timur.
3 Kawasan yang memberikan perlindungan dibawahnya Untuk rencana kawasan resapan air dan rencana pengelolaan kawasan
Pasal 53 resapan air ditetapkan dengan luas kurang lebih 433 ha, terdapat di
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanikm Kecamatan
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal Gunungpati, Kecamatan Mijen, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan
52 huruf a meliputi kawasan yang memiliki kelerengan Gajahmungkur, Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Candisari.
diatas 40% dengan fungsi kawasan resapan air. Perlu dilengkapi dengan Peta Potensi Sumber Daya Air Tanah
(2) kawasan resapan air ditetapkan dengan luas kurang lebih
433 ha, terdapat di Kecamatan Tembalang, Kecamatan
Banyumanik, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Mijen,
Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan Gajahmungkur,
Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Candisari.
(3) Rencana kawasan resapan air meliputi :
a. melakukan rehabilitasi kawasan resapan air yang telah
gundul melalui penghijaun; dan
b. mengarahkan pemanfaatan ruang di kawasan resapan
air untuk fungsi hutan;
4 Kawasan rawan bencana tanah longsor Kawasan rawan bencana tanah longsor sudah lengkap
Pasal 68 Perlu dilengkapi dengan peta, apa sudah ada?
(1) Kawasan rawan bencana rawan gerakan tanah dan longsor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf c meliputi :
a. kawasan rawan bencana gerakan tanah;
b. kawasan sesar aktif; dan
c. kawasan rawan bencana longsor.
Adhi Maskawan (Bagian Hukum Sesditjen Penataan Ruang)
1 Konsideran Mengingat Untuk ditambahkan PP No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
2 Pasal 123 ayat (2) hurud c dan d “Penghentian izin” dan “penalti” dapat merupakan hal yang sama
c. penghentian izin dengan sanksi administrative, dan lebih berat pada substansi sanksi,
d. penalti seperti pencabutan/pembatalan izin, dan denda
3 Pasal 132 Pengawasan bukan bentuk pengendalian, dan ketentuan pasal 131 huruf
g sudah mengatur ketentuan pasal 132 huruf a. Usulan untuk
menghapuskan pasal 132 dan terkait peran masyarakat disesuaikan
dengan PP No.68 tahun 2010
4 Bab IX  Diperhatikan penomeran pasal
Pengawasan dan Pembinaan Penataan Ruang  Disesuaikan dengan manajemen penataan ruang (pembinaan
pengawasan)
 Pada “pengawasan” untuk memperhatikan UUPR dan PP.
“Pengawasan Teknis” dan “Pengawasan Khusus” yang tercantum
dalam UUPR dan PP
 Materi Penertiban sudah masuk dalam materi pengendalian (arahan
sanksi)
5 Pasal 136 Isi substansi pembinaan ini masih perlu ditambahkan dan disesuaikan
Pembinaan Pemanfaatan Ruang dengan UUPR, karena tidak hanya koordinasi penyelenggaraan penataan
ruang
6 Ketentuan Lain-lain Masukan/rumusan ketentuan lain-lain, peralihan dan penutup
Ketentuan Peralihan diupayakan tidak bertentangan dengan UUPR, karena apabila
Ketentuan Penutup bertentangan berpotensi Perda batal demi hukum dan menjadi tidak
berlaku, terutama dalam Ketentuan Peralihan yang berkaitan dengan izin
pemanfaatan

Usulan untuk ketentuan peralihan: (penting untuk diperhatikan,


sehingga tidak bertentangan dengan UUPR)
Pasal …
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang daerah yang
telah ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakuknya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1) untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang
timbul sebagai akibat pembatalan zin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak;
c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin
dan bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan
Daerah ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan.
Usulan untuk Ketentuan Lain-Lain: (dapat ditambahkan/disesuaikan
dengan raperda)
Pasal….
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah ….. adalah 20 (dua
puluh) tahun sejak tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1(satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar, perubahan batas teritorial negara,
dan/atau perubahan batas wilayah yang ditetapkan dengan undang-
undang, Rencana Tata Ruang Wilayah …. dapat ditinjau kembali
lebih dari 1(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Usulan untuk Ketentuan Penutup: (dapat ditambahkan/disesuaikan


dengan raperda)
Pasal …
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peratruan Daerah Nomor
….. Tahun …. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah … dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal …
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
….(Prov/Kab/Kota) ….
Frederik P, MT (Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan)
1 Pasal 19  Sistem transportasi perkeretaapian perkotaan tidak hanya monorel,
tetapi juga kereta api komuter. Terkait pendanaan, monorel lebih
banyak membutuhkan dana, sehingga diusulkan untuk menggunakan
kereta api komuter. Penjelasan kereta api komuter tidak perlu
dijelaskan lebih lanjut karena hanya berupa penyediaan sarana
perkeretaapian yang memanfaatkan jaringan jalur KA yang ada
 Setiap tahun sudah jaringan KA sudah ditingkatkan. Untuk Stasiun
Tawang sudah dilakukan perbaikan, namun karena termasuk heritage,
jadi sulit diperbaiki. Rencananya akan dibuat stasiun di atas agar tidak
terkena rob
2 Pasal 20 Ditambahkan:
1. Reaktivasi jalur KA yang ‘mati’ antara Semarang-Demak
2. Rencana pembangunan jalur KA dari Semarang gudang ke Pelabuhan
Tanjung Emas
Yosi (LLAJ, Kementerian Perhubungan)
1 Pasal 14 Koreksi:
a. Rencana sistem jaringan transportasi darat
2 Pasal 15 Sistem Jaringan Transportasi Darat terdiri dari:
Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat a. Jaringan LLAJ
- Jaringan jalan dan jembatan
- Jaringan prasarana LLAJ
1. Terminal penumpang
2. Pengujian KB
3. Jembatan timbang
- Jaringan pelayanan
1. Trayek angkutan penumpang
2. Trayek angkutan barang
b. Jaringan LLASDP
c. Jaringan Perkotaan
3 Pasal 111 Sesuai UU No. 22 tahun 2009 tentang LLAJ pasal 99 tentang Andaltalin:
Setiap rencana pengembangan pusat kegiatan, permukiman dan
infrastruktur yang menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan,
ketertiban dan kelancaran serta bangkitan dan tarikan angkutan jalan
wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas
Dhioh (LLAJ, Kementerian Perhubungan)
1 Pasal 15 Dalam peta jaringan jalan perlu ditambahkan dengan:
- Letak teminal barang
- Letak jembatan timbang
- Letak pengujian kendaraan bermotor
- Letak jembatan penghubung
- Halte
Zonasi pada kawasan transportasi dan ruang parkir
2 Pasal 48 Perlu ditambahkan rencana jaringan pejalan kaki dan system angkutan
umum dan ruang parkir
Agung R (Kementerian Pertahanan)
1 Konsideran  Agar dimasukkan UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
(Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomer 3, dan seterusnya)
 Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara
nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan
2 Pasal 6  Ayat (1) perlu ditambahkan dengan
Ayat (1) d. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
(1) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b meliputi:  Ditambahkan ayat (5)
Strategi untuk penginkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan
keamanan negara meliputi:
a. Menetapkan kawasan strategis kota dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan
b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di sekitar
Kawasan Khusus Pertahanan dan Keamanan
c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya
tidak terbangun di sekitar kawasan strategis kota sebagai zona
penyangga yang memisahkan dengan kawasan terbangun
d. Turut serta menjaga dan memelihara asset-aset pertahanan/TNI
3 Pasal 21 Perlu ditambahkan ayat (3):
Tatana kepelabuhanan harus menjaga fungsi pertahanan dan keamanan
Negara dengan tidak menutup akses kepelabuhanan dan fasilitas TNI-AL
4 Pasal 22 Tatanan kebandarudaraan harus mendukung keberadaan dan
Rencana sistem prasarana transportasi udara sebagaimana operasional TNI-AU
dimaksud dalam Pasal 14 huruf d berupa pengembangan dan
peningkatan Bandar Udara Internasional Ahmad Yani di
Kecamatan Semarang Barat
5 Pasal 69 “Kawasan militer” diubah menjadi kawasan pertahanan, dan pasal
lainnya agar menyesuaikan
6 Pasal 79 (Rencana Kawasan Militer) Agar ditambahkan kawasan kawasan pertahanan lainnya baik matra
darat, matra laut maupun udara
7 Pasal 91 Rencana penetapan kawasan strategis:
Rencana penetapan kawasan strategis meliputi : Kawasan strategis pertahanan keamanan
a. kawasan strategis pertumbuhan ekonomi;
b. kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup; dan
c. kawasan strategis sosial budaya.
8 Pasal 95 Perlu ditambahkan pasal:
Kawasan strategis pertahanan dan keamanan dengan criteria:
 Diperuntukkan bagi kepentingan pertahanan dan keamanan secara
strategis nasional
 Diperuntukkan bagi basis militer, daerah militer dan sebagainya
9 Agar kawasan pertahanan dan keamanan digambarkan secara lebih
lengkap dalam peta
Isnaeni (Bina Program Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum)
1 Pasal 30 ayat (2) dan (3)  Ayat (2), agar disebutkan bahwa Kota Semarang terletak di wilayah
(2) Rencana perlindungan terhadap daerah aliran sungai (DAS) sungai strategis nasional Jratunseluna
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi DAS  Ayat (2) kata “perlindungan” diganti menjadi “penanganan”
Tugu, DAS Babon, DAS Banjir Kanal Barat, DAS Banjir Kanal  Ayat (3) bagaimana dengan Waduk Diponegoro? Koordinasi dengan
Timur, DAS Blorong, Bringin, DAS Plumbon, DAS Silandak, Balai Pemalijuana
DAS Barat, DAS Tengah, DAS Timur.  Ayat (3) mohon sedikit disinggung mengenai daerah irigasi
(3) Rencana pengembangan bendung dan atau embung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
2 Pasal 56 Mohon disebutkan lebar sempadannya di luar kawasan padat dan di
Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 kawasan padat penduduk. Misalnya sungai padat penduduk 10 m, sungai
huruf b meliputi sempadan sungai yang bertanggul dan di luar 50m
sempadan sungai tidak bertanggul.

Pasal 57
Kawasan perlindungan bendung meliputi:
3 Istilah pada Pasal 30 “Prasarana Air Bersih” diganti “Prasarana Air Minum”
Rencana pengembangan sistem prasarana air baku dan irigasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a dilakukan “Sawah beririgasi teknis” menjadi “sawah beririgasi”
melalui:
Istilah pada Pasal 81
Luas kawasan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 80 huruf a kurang lebih 344 Ha terdapat di
Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Tugu.
Dan seterusnya
Perlu ditambahkan peta jalur evakuasi bencana
Noor Fauziah Isnaeni (Dit. Bina Program dan Kemitraan, DJPR, Kementerian Pekerjaan Umum)
1 Pasal 3 (Kebijakan dan strategi penataan ruang) Kebijakan dan strategi tidak dibagi menjadi struktur, pola dan kawasan
strategis
2 Pasal 9 (Bagian Wilayah Kota) Nomenklatur BWK belum sesuai dengan Permen PU N0. 17 Taun 2009
Detty T (Dit. Pembinaan PRD Wil I, DJPR, Kementerian Pekerjaan Umum)
1 Kebijakan dan Strategi Kebijakan tidak di-breakdown berdasarkan struktur, pola dan kawasan
strategis, tetapi disusun berdasarkan tujuan, dan strategi dijabarkan
berdasarkan berdasarkan arahan kebijakan
2 Struktur dan Pola Ruang Lihat koreksian Lampiran I
3 Ketentuan Pengendalian Lihat koreksian Lampiran II
Suryo Pratono (Biro Perencanaan, Kementerian Perhubungan)
1 Konsideran Mengingat Mohon dimasukkan UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
2 Jaringan transportasi Mohon pada substansi jaringan transportasi: rencana yang dijadikan
subjudul dihapuskan saja karena sudah ada infrastruktur transportasi
yang eksisting, seperti:
Rencana pengembangan system jaringan transporasi, untuk recana
pengembangan dihapuskan saja
3 Pasal 15, Sistem Transportasi Jalan Mohon diubah:
 Jaringan jalan
 Jaringan prasarana, meliputi:
- Terminal penumpang
- Terminal barang
- Jembatan timbang
 Jaringan pelayanan angkutan meliputi:
- Koridor busway
- AKAP
- AKDP
Mohon untuk jaringan pelayanan/trayek dicantumkan dalam substansi
4 Pasal 17 Mohon untuk koreksi. Terminal penumpang di Kota Semarang:
Terminal Tipe A  Terminal Terboyo (dalam substansi disebutkan
Mangkang, sedangkan Terminal Mangkang merupakan Terminal Tipe C)
5 Jaringan kereta api Mohon dicantumkan dalam jaringan kereta api untuk aksesnya:
 Akses/jalan kereta api dari kawasan industry ke Pelabuhan Tanjung
Mas
 Akses/jalan kereta api ke Bandara Ahmad Yani
6 Pasal 22 Mohon dicantumkan hierarki Bandara Ahmad Yani sebagai bandara
pengumpul skala sekunder
Agustina Prasetyaningsih (Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Kementerian Perhubungan)
1 Rencana Sistem Transportasi Laut Dasar:
Pasal 21 1. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 70 ayat (3)
(1) Rencana sistem prasarana transportasi laut sebagaimana 2. PP No.61 tahun 2009 tetnang Kepelabuhanan Pasal 6 ayat (3)
dimaksud dalam Pasal 14 huruf c berupa peningkatan dan Hierarki pelabuhan:
pengembangan Pelabuhan Utama Tanjung Mas di - Pelabuhan utama
Kecamatan Semarang Utara sebagai Pelabuhan - Pelabuhan pengumpul
Internasional. - Pelabuhan pengumpan
3. KM No. 53 Tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional;
Hierarki pelabuhan Tanjung Mas adalah Pelabuhan Utama
 Hierarki Pelabuhan Tanjung Mas sudah sesuai dengan KM
No.53/2002, yaitu Pelabuhan Utama
 Peristilahannya agar disesuaikan
 Ayat (1) berbunyi “Pelabuhan Tanjung Mas di Kecamatan
Semarang Utara sebagai Pelabuhan Utama.

Perlu diperhatikan bahwa dalam UU No. 17 tahun 2008 tentang


Pelayaran, terdapat perubahan terkait kewenangan pelabuhan. Dahulu
yang berwenang adalah Pelindo, sekarang kewenangan diserahkan
kepada otorita pelabuhan.
Hari Mulyadi (Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan HAM)
1 Rencana Sistem Prasarana Transportasi Laut Agar diadakan perubahan nomenklatur, dengan tetap memperhatikan
Paragraf 4 UU Pertahanan No.23/2002:
Pasal 21 Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut
(1) Rencana sistem prasarana transportasi laut sebagaimana (3) Pelabuhan Tanjung Mas dibagi dalam rencana pola ruang dan diatur
dimaksud dalam Pasal 14 huruf c berupa peningkatan dan pasal tersendiri masalah pola ruang
pengembangan Pelabuhan Utama Tanjung Mas di
Kecamatan Semarang Utara sebagai Pelabuhan Rencana pola ruang perlabuhan terdiri dari:
Internasional. - Kawasan perairan
- Kawasan pelabuhan

Kawasan perairan dimaksud meliputi: batas luar pelabuhan Tanjung Mas,


batas lego jangkar dan area pandu

Kawasan pelabuhan dimaksud meliputi: batas luar pelabuhan Tanjung


Mas dari laut sampai dengan daratan ….km, kawasan peti kemas, dll
2 Bab IX Pengawasan dan Pembinaan Penataan Ruang Pencegahan, Pembinaan dan Pengawasan Penataan Ruang
- Pencegahan
- Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraaan penataan
ruang, dilakukan pencegahan terhadap pelaksanaan penataan ruang
- Pencegahan dimaksud pada ayat (1) terdiri dari dari sosialisasi,
pendidikan dan latihan kinerja aparat penataan ruang
3 Kawasan militer Diganti menjadi pertahanan, karena ada darat laut dan udara. Kalo
militer hanya darat (KODAM)
Abril (Direktorat Penataan Ruang Nasional, DJPR, Kementerian Pekerjaan Umum)
1 Mengingat Nomor 9 UU 5/1992 tentang Cagar Budaya sudah ada yang baru tahun
2010, yaitu UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Apakah tidak perlu mempertimbangkan PP 24/2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan.
2 Ruang Lingkup Pasal 2 poin f Sesuai Permen PU No.17/PRT/M/2009 seharusnya bukan arahan tetapi
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.
3 Rencana Struktur Ruang Sepertinya belum terlihat mempertimbangkan adanya pusat kegiatan
yang ada di atasnya/merupakan kewenangan provinsi atau nasional,
misalnya: PKN Kedung Sepur.
4 Penetapan kawasan yang perlu disusun rencana rincinya Sebaiknya dalam raperda perlu disebutkan kawasan/bagian wilayah kota
yang perlu segera disusun rencana rincinya (baik RDTR maupun RTR
kawasan strategis) terkait pengembangan wilayah kota
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah
1 Tujuan dalam raperda Gunakan kata ‘terwujudnya’
2 Rencana pengembangan jarignan transportasi  Tambahkan jaringan transportasi sungai terkati “angkutan wisata
Sungai Kaligarang” berdasarkan Perda RTRWP Pasal 22 ayat (1) buruf
b.
 Kemudian menegaskan pengembangan system transportasi monorail,
apakah bisa terwujud?
Jika memberatkan dalam jangka waktu rencana 20 tahun system
transportasi kereta api disesuaikan dengan Perda RTRWP saja
3 Sistem telekomunikasi Sesuaikan dengan Perda RTRWP pada pasal 25 ayat (3) huruf a dan b
dengan jatingan layanan internet pada fasilitas umum di kota dan serat
optic
4 Rencana pengembangan system jaringan prasarana sumber Sesuaikan dengan Permen PU No. 17, rencana system jaringan sumber
daya air daya air kota: 1) system jaringan air lintas wilayah, 2) system
pengendalian banjir
5 Rencana prasarana air limbah Tambahkan mengenai IPAL untuk limbah B3 lihat Permen PU No. 17
Tahun 2009
6 Rencana system prasarana drainase Tambahkan system drainase kota menurut Permen PU No. 17 meliputi
jaringan primer, sekunder dan tersier. Kemudian tambahkan sesuai
Perda RTRWP padal pasal 28 ayat (3) huruf e, tentang pengembangan
sumur resapan
7 Kawasan lindung Tambahkan sesuai dengan Perda RTRWP pada pasal 65 ayat (2) dan (3)
tentang kawasan lindung lainnya yaitu perlindungan plasma nutfah
Tambahkan kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat lihat Perda
RTRWP pasal 34
Tambahkan kawasan pantai berhutan mangrove lihat Perda RTRWP
padal pasal 47
8 Kawasan rawan bencana alam Tambahkan sesuai Perda RTRWP pasal 54 tentang Kawasan Rawan
gelombang pasang, pasal 57 tentang kaasanrawan abrasi, pasal 58
tentang kawasan rawan angin topan
9 Kawasan budidaya Tambahkan sesuai Perda RTRWP pada pasal 71 tentang kawasan hutan
rakyat, pasal 76 tentang kawasan peruntukan peternakan, pasal 82 ayat
(1) tetntang wilayah kerja migas dan pasal 95 tentang kawasan pesisir
Kemudian tambahkan utnku rencana kawasan budidaya, yaitu: 1)
kawasan ruang evakuasi bencana (raperda sesuaikan dengan tabel
indikasi program yaitu tentang evakuasi dituliskan ada) dan 2) kawasan
peruntukan ruang bagi kegiatan sector informal (lihat Permen PU No.
17/2009)
10 Kawasan hutan produksi Tambahkan sesuai Perda RTRWP pada pasal 70 tentang HUtan Produksi
terbatas
11 Kawasan industry Tambahkan sesuai Perda RTRWP pada pasal 86 tentang kawasan berikat
12 Kawasan strategis social budaya Tambahjab sesuai dengan Perda RTRWP pada pasal 101 huruf j, tentang
Masjid Agung Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Gedong
Batu Semarang
13 Indikasi program Tabel tidak cocok dengan isi (tulis satuan rupiah pada besaran biaya)
perbaiki sesuai dengan koreksi rencana penataan ruang di atas
14 Ketentuan umum peraturan zonasi Tambahkan kolom ketentuan umum intensitas bangunan, sesuai dengan
Permen PU No. 17 Lampiran V
15 Untuk Tampilan naskah:  Huruf cetak tebal tidak diperkenankan seperti BAB, paragraph dan
penjelasan lainnya
 Kelengkapan tanda baca dan konjungsi, seperti titik koma (;), titik
(.), kata penghubung “dan”, penyebutan substansi dengan kata
“meliputi = untuk lebih dari satu” sedangkan berupa = jika satu”, dll
 Pengaturan tampilan penulisan naskah seperti: “center”, konsistensi
font-kelurusan antar point pasal, ayat, huruf angka, dst, sesuaikan
dengan UU No. 10 tahun 2004
 Naskah pasal 2,3,4 dan 5 di print out dan disisipkan pada Raperda
 Jarak paragraph 3 pada hal 41 dan paragraph 12 halam 53
disesuaikan
 Kata berawalan me- diganti dengan pe-, seperti pada pasal 68 ayat 5
 Konsistensi penyebutan judul substansi penjelas seperti “kawasan
peruntukan pertanian” pada paragraph 12 hal 53 dengan “kawasan
pertanian” pada pasal 69 huruf k
 Spasaiyang terlalu panjang pada pasal 90 halaman 55-56
 Pada paragraph 14 pada pasal 84 ayat (1) diperinci menjadi huruf a,
b, c, dst
 Lebih jelasnya lihat koreksi dan UU no.10 tahun 2004
Wicak (Bappenas)
1  Perlu sinkronisasi visi misi penataan ruang dengan visi RPJP, RPJM
karena RTRW adalah matra ruang pembangunan daerah. RPJPD
diturunkan menjadi RPJMD, sinkronkan dengan indikasi program
5tahunan
 Indikasi program cukup baik, perlu dicermati SKPD yang terlibat dan
lokasinya. Perlu dicermati agar konsentrasi pengembangan tidak
berat di salah satu BWK
 Dasar hukum dimasukkan yang memerintahkan langsung, UU No.
10 (tentang pembentukkan peraturan perundang-undangan), Perda
RPJPD Kota (harus sinkron dengan tujaun dan jakstra penataan
ruang kota)
 Perlu diperhatikan PP68/2010 tentang Bentuk dan Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang
 Kawasan pertanian berkelanjutan (terkait UU 41/2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) sebaiknya
dijaga agar tidak ada potensi untuk beralih fungsi, misalnya ke
fungsi pertambangan, permukiman, dll
 Perlu dilengkapi dengan KLHS (KLHS cepat-quick KLHS)
PUM Kemdagri
 Batas kota semarang, sedang dikaji sudah ada kesepakatan,
dilampirkan dan dissampaikan pada kita
Fina Ulya (Biro Perencanaan, Kementerian Perhubungan)
 Perlu diperhatikan bahwa Terminal Mangkang bukan Terminal tipe
A.
 Kecil kemungkinan Bandar udara Achmad Yani pindah. Tidak tepat
jika dikatakan bahwa Bandar udara menghambat kemajuan wilayah
kota. Bangunan bertingkat tetap boleh dibangun, menyesuaikan
dengan KKOP yang ada.
Bappeda Kabupaten Demak
1 Jaringan trasportasi  Harap dipastikan tipe terminal Terboyo, apakah A atau B. Hal ini
terkait dengan rencana Kab. Demak membuat terminal tipe A. Jika
Terminal Terboyo tipe A, maka jaraknya kurang dari 30km, sehingga
kemungkinan terminal demak tidak bisa menjadi Tipe A. Kalo
Terminal Mangkang yang menjadi tipe A, maka Kabupaten Demak
dapat menjadi tipe A.
 RTRWP menetapkan Bandar udara di Kedungsepur. Oleh karena itu
Kabupaten Demak ingin membuat Bandar Udara juga di Sayung,
Demak.
 Jalur kereta api: semarang-demak-kudus perlu dicoba dibangkitkan
kembali. Saat ini rel tidak ada, dan stasiun udah ditempati orang.
Ikha (Ditjen Bina Pembangunan Daerah
1 Umum  Substansi RTRW Kota Semarang ini harus disesuaikan dan
disinkronkan dengan RTRWN, RTR Pulau Jawa Bali, RTRW Provinsi
Jawa Tengah (Perda Nomor 6 Tahun 2010), serta memperhatikan
RTRW Kota/Kota yang berbatasan sehingga dapat tercapai
harmonisasi penataan ruang.
 Berdasarkan Pasal 186 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah bahwa Raperda tentang RTRW Kota
sebelum disahkan oleh Walikota terlebih dahulu dievaluasi oleh
Gubernur. Selanjutnya, Gubernur melaporkan hasil evaluasi
Raperda tentang RTRW Kota kepada Menteri Dalam Negeri.
 Salah satu indikator yag perlu disiapkan, sesuai dengan Permendagri
Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang
Rencana Tata Ruang Daerah adalah konsultasi publik dengan
melibatkan stakeholders dan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota yang berbatasan dalam wilayah Provinsi Jawa
Tengah untuk mewujudkan transparansi/keterbukaan dalam
penataan ruang.
2 Konsideran Mengingat  Ditambahkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang
Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934).
 Ditambahkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5160);
3 Pasal 1 Ketentuan Umum, Setelah angka 41 Ditambahkan :
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang di Kota Semarang dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan
tugas Walikota dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
4 Pasal 123 ayat (1) butir b Diubah dan disempurnakan:
Disintensif yang diberikan kepada pemerintah dan pemerintah Disintensif yang diberikan pemerintah daerah kepada pemerintah
daerah dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan daerah lain dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan
rencana tata ruang rencana tata ruang.
Sesuai dengan ayat (3).
5 Pasal 125 Mengatur tentang perijinan, sebaiknya dipindah ke Bagian Ketiga yang
memuat Ketentuan Perijinan.
6 Pasal 125 Diberikan penjelasan
Perijinan pemanfaatan ruang pada kawasan pengendalian
ketat skala lokal diberikan oleh Walikota.
7 Bab IX Pengawasan dan Pembinaan Penataan Ruang Belum dijelaskan tentang Pembinaan Penataan Ruang (mungkin
digabung dengan Kelembagaan), jadi judul bab diubah:
Bab IX
Pengawasan dan Pembinaan
Penataan Ruang
8 Pasal 115 Cek urutan pasal, setelah Pasal 133
9 Pasal 134 Merupakan bagian dari arahan pengenaan sanksi karena pengenaan
Pasal 134 sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
(1) Penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang Pasal 134 dipindah setelah Pasal 128.
direncanakan dapat terwujud. Pasal ...
(2) Penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (1) Penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk mengambil
dilaksanakan oleh Walikota dengan menugaskan SKPD tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat
yang berwenang, sesuai dengan peraturan perundang- terwujud.
undangan.
(2) Penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Walikota dengan menugaskan SKPD yang berwenang, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
10 Bab X Kelembagaan Diubah dan diganti menjadi:
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Koordinasi Pemanfaatan Ruang Koordinasi Pemanfaatan Penataan Ruang

Koordinasi (sesuai dengan Permendagri Nomor 50 Tahun 2009) tidak


dilakukan hanya pada pemanfaatan ruang namun pada penataan ruang
(perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang). Untuk itu dalam pokja BKPRD terdapat 2 pokja
yaitu pokja perencanaan tata ruang dan pokja pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
11 Pasal 140 ayat (3) Diubah dan disempurnakan menjadi Bab tersendiri:
Peninjauan kembali dan penyempurnaan Rencana Tata Ruang
Bab ...
Wilayah Kota Semarang dapat dilakukan minimal 5 (lima)
tahun sekali Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang

Pasal ...
(1) Jangka waktu RTRW Kota Semarang adalah 20 (dua puluh) tahun
yaitu Tahun 2010 – 2030 dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial
wilayah provinsi yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan, RTRW Kota Semarang dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang Kota dan/atau dinamika
internal Kota.
12 Bab XIV Ketentuan Lain-Lain Diubah dan disempurnakan menjadi:
Pasal 140 ayat (1) dan (2) dipindah ke Bab V Ketentuan
Pasal 140
Peralihan
(1) Untuk operasionalisasi RTRW Kota disusun Rencana Detail Tata
Ruang Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kota.
(2) Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah
13 Bab V Ketentuan Peralihan Disempurnakan menjadi:
Pasal 141
(1) Rencana Tata Ruang menjadi dasar untuk penentuan perijinan lokasi
pembangunan.
(2) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan
pelaksanan yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum
diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(3) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini ini tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1) untuk yang belum dilaksanakan pemba-ngunannya, izin
tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini;
2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa
berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang
timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat
diberikan penggantian yang layak.
c. izin pemanfaatan ruang yang sudah habis masa berlakunya dan
tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian
berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin
ditentukan sebagai berikut:
1) yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
2) yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
(4) Permohonan izin yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang
masih dalam proses, harus mengacu pada Peraturan Daerah ini.
14 Setelah Pasal 142 Ditambahkan:
Pasal ..
Dokumen Rencana dan Album Peta dengan tingkat ketelitian minimal 1 :
50.000 Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang 2010 – 2030, tercantum dalam dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Anda mungkin juga menyukai