Anda di halaman 1dari 157

PEMBELAJARAN BERBASIS

PAIKEM
(CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik)

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan


Pengawas Sekolah

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN


DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
2010
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Di dalam pelaksanaan program penguatan kemampuan kepala sekolah dan


pengawas sekolah yang merupakan agenda dari program 100 hari Mendiknas,
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) telah menyusun materi untuk
penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Di dalam pengembangan materi tersebut telah mengacu kepada standar


pengawas sekolah sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 12 tahun 2007.
Saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada Direktorat Tenaga
Kependidikan atas dihasilkannya materi penguatan kemampuan pengawas
sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas sekolah.

Materi ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi individu pengawas sekolah
dan lembaga yang terkait dalam penguatan kemampuan pengawas sekolah di
Propinsi dan Kab/Kota. Berbagai pihak yang ingin berkontribusi terhadap
program penguatan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan berbagai
referensi dan khasanah bacaan lainnya untuk mewujudkan pengawas sekolah
yang profesional dan akuntabel.

Semoga semua usaha kita untuk penguatan kemampuan pengawas sekolah


sesuai dengan standar pengawas sekolah sebagaimana diamanahkan dalam
Permendiknas No. 12 tahun 2007 dapat diwujudkan, sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya dan menghasilkan lulusan yang
cerdas, kreatif, inovatif dan berpikir kritis.

Jakarta, Januari 2010


Direktur Jenderal PMPTK

Prof. Dr. Baedhowi, M.Si


NIP 19490828 197903 1 001

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah i


Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah ii
KATA PENGANTAR

Pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK bekerjasama


dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berhasil merumuskan
standar pengawas sekolah/madrasah yang ditetapkan melalui Permendiknas No
12 tahun 2007. Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan
Permendiknas tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya
menyusun materi pelatihan sesuai dengan masing-masing komponen
kompetensi pengawas sekolah yang diatur dalam Permendiknas No 12 tahun
2007.
Materi yang telah disusun ini merupakan bagian dari rencana pelaksanaan
program penguatan pengawas sekolah, program kedua dari delapan program
100 hari Mendiknas. Program penguatan kemampuan pengawas sekolah sangat
penting mengingat peran strategis pengawas sekolah di dalam proses
peningkatan mutu pendidikan.
Pengawas sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong
guru untuk malakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan
kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir
kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu
sistem pendidikan. Materi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
peningkatan kompetensi pengawas sekolah sesuai yang diamanahkan
Permendiknas No 12 tahun 2007.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, namun kami perlu
menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun buku ini yang telah berusaha
dan berhasil mempersiapakan materi yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi
usaha peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Berbagai pihak yang terkait
dengan penguatan kemampuan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan
materi yang lain sepanjang mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan
kompetensi pengawas sekolah sesuai dengan Permendiknas No 12 tahun 2007.
Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha penguatan kemampuan pengawas
sekolah di seluruh Kab/Kota di Indonesia.

Jakarta, Januari 2010


Direktur Tenaga Kependidikan

Surya Dharma, MPA, Ph.D


19530927 197903 1 001

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah iii


Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah iv
DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIRJEN PMPTK ........................................................................ i


KATA PENGANTAR ................………………………….…………..……… iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
PENDAHULUAN ...…………………………….…………..……………….. 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Dimensi Kompetensi .............................................................................. 1
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai ....................................................... 1
D. Indikator Pencapaian Kompetensi ....................................................... 2
E. Alokasi Waktu ...................................................................................... 2
F. Skenario .................................................................................................. 2
PEMBELAJARAN PAIKEM ……………………….……..………..
4
………………………….
A. Latar Belakang ………………………................…………………….... 4
B. Konsep Dasar Pembelajaran ………………………………………..
6
…….…………………………..…
C. Tujuan PAIKEM …………..…………………………………………… 13
D. Karakteristik PAIKEM ……………………………………….......….... 14
E. Jenis-jenis PAIKEM
16
……………………………………………………………………………
F. Penerapan PAIKEM…………………………………………………… 16
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) ……………………..........… 21
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis ......………………………… 21
B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ................................................ 24
C. Langkah-langkah CTL ………………………………………………... 25
D. Karakteristik Pembelajaran CTL……………….......………………… 26
E. Strategi Pembelajaran Kontekstual ..................................................... 29
F. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran 31
Tradisional ...............................................................................................

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah v


………….
G. Evaluasi Otentik dalam CTL .................................................................
33

H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas .................................


34

PEMBELAJARAN TERPADU ..........................................................………. 55


A. Latar Belakang ........................................................................................
55
………….
B. Tujuan Pembelajaran Terpadu ............................................................. 57
C. Jenis-jenis Pembelajaran ...................................................................... 59
D. Pembelajaran IPA Terpadu .................................................................. 59
E. Pembelajaran IPS Terpadu ...................................................................
89

PEMBELAJARAN TEMATIK ....................................................................... 109


A. Latar Belakang ........................................................................................
108

B. Kerangka Berpikir .................................................................................. 110


C. Pengertian Pembelajaran Tematik .......................................................
114

D. Landasan Pembelajaran Tematik ......................................................... 116


E. Karakteristik Pembelajaran Tematik ...................................................
118

F. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik .................................................


119
…………….
G. Implikasi Pembelajaran Tematik ..........................................................
120

H. Tahap Persiapan Pembelajaran ............................................................


122

I. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................


126

J. Penilaian Pembelajaran Tematik ..........................................................


129
………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah vi


PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi


manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi aka-
demik. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru,
terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Se-
jalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka
guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif,
dan belajar dalam suasana senang serta efektif.

Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai strategi/


metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan
pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman
tan-pa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan
respek dari para guru yang dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang
pendidikan dasar pe-ngawas harus memahami garis besar strategi
pembelajaran mata pelajaran utama antara lain: matematika, IPA, IPS,
bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan dan pengalaman
langsung melalui praktek-praktek simulasi bagi pengawas dalam
melaksanakan tugas supervisi akademik di tingkat TK, SD, SMP, SMA,
SMK, SLB.

B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir Diklat ini adalah
dimensi Kompetensi Supervisi Akademik.

C. Kompetensi yang Hendak Dicapai

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 1


Setelah mengikuti pelatihan ini pengawas diharapkan dapat membim-bing
guru dalam memahami, memilih dan menggunakan strategi/metode/tek-
nik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa
agar kritis, kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah melalui mata-
mata pelajaran yang relevan.

D. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian hasil diklat ini adalah apabila pengawas dapat:
1. Memahami Hakikat Pendekatan Pembelajaran
2. Mengidentifikasi Berbagai Jenis Pembelajaran PAIKEM
3. Membimbing guru dalam menggunakan Berbagai Metode Pembelajaran
Berbasis PAIKEM pada setiap mata pelajaran sesuai dengan tingkat
berpikir peserta didik.

E. Alokasi Waktu

No. Materi Diklat Alokasi


1. Pembelajaran Berbasis CTL 4 jam
2. Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, IPS Terpadu) 4 jam
3. Pembelajaran Tematik 4 jam

F. Skenario
1. Perkenalan
2. Pejelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan
skenario pendidikan dan pelatihan strategi pembelajaran.
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan strategi pembelajaran,
melalui pendekatan andragogi.
5. Penyampaian Materi Diklat:
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pe-
ngungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, me-
nyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, ino-

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 2


vatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih
lebih sebagai fasilitator.
b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan strategi pembelajaran.
c. Praktik pengembangan strategi pembelajaran.
6. Post test.
7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya
pelatihan.
8. Penutup

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 3


PEMBELAJARAN
PAIKEM

A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah
sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah
menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk
menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi
target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat
dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari
bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan
segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa di
sekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru
tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat
memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri
siswa yang memanjat tangga itu.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 4


Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat
dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2)
stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan,
(6) pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan
masalah (problem solving).

Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar
paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar pemecahan masalah,
siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah
dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih
jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan
(discovery) dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii
pemecahan masalah.

Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning


/CTL), Pembelajaran Terpadu , Pembelajaran Inkuiri dengan menggunakan
metode pembelajaran berbuat seperti: kerja kelompok, eksperimen,
pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan pembelajaran
praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori seperti ceramah,
tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan pembelajaran yang
karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pendekatan atau model-model
pembelajaran tersebut menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan
pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara optimal. Kelas yang
hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar
sekolah yang demikian cepat.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 5


Setiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau karakteristik sendiri.
Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan
mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada siswa yang meliputi perkembangan, kemampuan berpikir,
aktivitas, pengalaman siswa. Pendekatan pembelajaran berfokus pada guru
yang meliputi fungsi, peran, dan aktivitas guru. Pendekatan pembelajaran
berfokus pada masalah meliputi masalah personal, sosial, lingkungan, atau
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada teknologi, sistem
instruksional, sistem informasi, media, sumber belajar, dll.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh
karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran tergantung pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan
inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar
(KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian
sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta
didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
B. Konsep Dasar Pembelajaran

1. Belajar dan Pembelajaran

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 6


Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi
dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya
yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi
dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau
diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.

Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran


mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman,
sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1)
perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat
sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif
dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek
perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.

Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan


eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal
dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada
beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat
(aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan
mental.

Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang


mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal
adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-
ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 7


Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak
maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi
manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih
dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses
belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi
secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan
difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan
pembelajaran yang disiapkan oleh guru.

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk


mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-
kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991).
Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan
maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985).
Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya
sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993)

Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan


pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik,
materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan
efektif.
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa
pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara
yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat,
lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar
kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 8


hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di
dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey).

Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor


internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan
dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat
melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki
persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab,
penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja.

Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi
guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat.
Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi


pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre
oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre
oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru
menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri
(discovery inquiry).

Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas


pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri
dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta
didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi
yang tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 9


diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang
digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.

Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:


a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau
bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah
sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci
kompetensi atau materi pembelajaran.

Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:


a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.

Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah


sebagai berikut.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 10


a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi

Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan


aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional
langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang
digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya
jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara
interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.

Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh,


oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan
kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk
Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan
aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah
observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan
sebagainya.

2. PAIKEM Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi


PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 11


yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik.
Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya
kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya.
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang
diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga
keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru
adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan
waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD
dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari
sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu
kesatuan.
c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan
individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik,
potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam
kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan
individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta
didiknya.
d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus
menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga
mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum
tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas
diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi
berikutnya.
e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 12


peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu
mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan
kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insigt) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa
dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya
dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia
sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta
didik.

C. Tujuan PAIKEM
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical
dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik
keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 13


mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau


kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika
memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan
diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan
serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah
kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah
penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap
mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi,
Dsb.

D. Karakteristik PAIKEM
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang berfokus pada
siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks
kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami,
komunikasi, interaksi dan refleksi.
1. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
 Melakukan pengamatan
 Melakukan percobaan
 Melakukan penyelidikan
 Melakukan wawancara
 Siswa belajar banyak melalui berbuat
 Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 14


2. Komunikasi, bentuknya antara lain:
 Mengemukakan pendapat
 Presentasi laporan
 Memajangkan hasil kerja
 Ungkap gagasan
3. Interaksi, bentuknya antara lain:
 Diskusi
 Tanya jawab
 Lempar lagi pertanyaan
o Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
o Makna yang terbangun semakin mantap
o Kualitas hasil belajar meningkat

4. Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang


diperbuat/dipikirkan.
 mengapa demikian?
 apakah hal itu berlaku untuk …?
 Untuk perbaikan gagasan/makna
 Untuk tidak mengulangi kesalahan
 Peluang lahirkan gagasan baru

Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan


dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam
membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri
siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang
mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 15


dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang
hayat.

E. Jenis-Jenis PAIKEM
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM antara
lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL), Pembelajaran Terpadu (Tematik,
IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran berbasis TIK (ICT), Pembelajaran
Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi antara lain dengan
Lesson Study.

F. Penerapan PAIKEM

Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu


didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh
hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya
dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran
tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan
untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan
Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain
kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.

1. Kegiatan Tatap Muka

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 16


Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik
ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya
jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan
sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi
ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau
demonstrasi.

2.Kegiatan Tugas terstruktur


Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur
tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam
silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh
karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau
proyek.
Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai
fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri
inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang
digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan
kajian pustaka atau internet, atau simulasi.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 17


3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah
diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi
lingkungan, atau proyek.

PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual


dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu
strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini
diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau
bahan banyak.

Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah


sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci
kompetensi atau materi pembelajaran.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 18


Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.

Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah


sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi

Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan


aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional
langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang
digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya
jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara
interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.

Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh,


oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan
kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk
Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan
aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 19


observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan
sebagainya.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 20


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis


Penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di
Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli pendidikan klasik John
Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi
pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa.
Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John
Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses
belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah.
Pokok-pokok pandangan progressivisme antara lain:
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat
mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan
oleh guru.
2. Siswa harus bebas agar dapat berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang
belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan
eksperimen.

Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi pula


filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila
mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan
berkesempatan untuk menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar
dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 21


lakukan. Belajar dipendang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk
membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.

Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahawa


pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi
belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang
tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi
yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka
sendiri.

Berpijak pada dua pandangan itu, filosofi konstruksivisme berkembang.


Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang
terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkontruksikan
sendiri pengetahuannya.
Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi
alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi, siswa diharapkan
belajar melalui mengalami bukan menghafal.

Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-objektif,


temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah dan
tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan
pengetahuan dan mengajar diartikan sebagain kegiatan atau menggali
makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak
atau akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi
sehingga muncul makna yang unik.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 22


Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu. Pemahaman
yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalam belajar
bermakna. Siswa diharapkan memapu mempraktikkan
pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan.
Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman
yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini
diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas
yang merupakan unsur yang sangat esensial.

Hakikat teori kontruksivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan


informasi itu menjadi miliknya sendiri. teori kontruksivisme memandang
siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang
berlawanan dengan aturan-aturan lama dn memperbaiki aturan-aturan yang
tidak sesuai lagi. Teori konstruksivis menuntut siswa berperan aktif dalam
pembelajaran mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa aktif, maka
strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa
(student-centered instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat
kepada siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta,
konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah
atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Beberapa proposisi yang dapat dikemukakan sebagai implikasi dari teori
kontruktivistik dalam praktek pembeljaran di sekolah-sekolah kita sekarang
adalah sebagai berikut:
1. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru
2. Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan belajar.
3. Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil belajar.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 23


4. Belajar pada hakikatnya memiliki aspeksosial dan budaya.
5. Kerja kelompok dianggap sangat berharga.
Dalam pandangan kontruksivistik, kebebasan dipandangan sebagai penentu
keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa sendiri. Tujuan
pembelajaran konstruktivistik menekankan pada penciptaan pemahaman
yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata.
Dengan demikian, paham konstruktivistik menolak pandangan
behavioristik.
B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel
da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.

CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi


dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa.

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang


sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 24


berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying,
cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai
kompetensi secara maksimal.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai


tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-
sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-
atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep


belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-
pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

C. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
CTL adalah sebagai berikut:

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 25


1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan
berbagai cara.
D. Karakteristik Pembelajaran CTL
1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10.Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dan lain-lain.
11.Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan


rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap
demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan
dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 26


pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,
lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana


pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara
umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (je-las dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada skenario
pembelajarannya.
Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut
Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari
pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat
mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam.
Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar.
Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat
proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.

2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)


Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga
mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sisw
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 27


Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif,
mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan
kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada
siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga
aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung
jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran
kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 28


Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara
optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai
keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan
potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi
dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan
tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar,
penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan
apa yang sudah mereka pelajari.

E. Strategi Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna
yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004: 56). Strategi yang berasosiasi
dengan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Belajar berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pegetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam
pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini
siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang
mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi
pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan pertanyaan, mensintesis, dan mempresentasikan
penemuannya kepada orang lain.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 29


2. Pembelajaran Autentik (Authentic Instruction)
Suatu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk
mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan
berpikir dan memecahkan masalah yang penting di dalam konteks
kehidupan nyata.
3. Belajar Berbasis Inquiry (Inquiry-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan
menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan
belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan
terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu
topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri
dalam mengkonstruk pembelajarannya, dan mengkulminasikan dengan
produk nyata.
5. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran
berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali
di tempat kerja. Jadi dalam hal ini, tempat kerja atau sejenisnya dan
berbagai aktifitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk
kepentingan siswa.
6. Belajar Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan
masyarakat dengan suatu struktu berbasis sekolah untuk merefleksikan
jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman
jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 30


ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang
diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan
dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
lainnya.
7. Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa
untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam
mencapai tujuan.

F. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional


Terlihat jelas perbedaan proses pembelajaran kontekstual yang berpijak
pada pandangan kontrukstivisme dengan pembelajaran tradisional yang
berpijak padangan behaviorisme-objektivis. Menurut Sanjaya (2006 : 256)
ada beberapa perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa
adalah penerima informasi yang pasif.
2. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman melalui kerja
kelompok, diskusi, saling mengoreksi, sedangkan dalam pembelajaran
tradisional siswa belajar secara individual.
3. Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, sedangkan
dalam pemebelajaran tradisional pembelajaran sangat abstrak.
4. Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas kesadaran
sendiri sedangkan dalam pembelajaran tradisional perilaku dibangun
atas kebiasaan.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 31


5. Dalam pembelajaran kontekstual, keterampilan dibangun atas
kesadaran diri,, sedangkan dalam pembelajaran tradisional ketrampilan
dikembangkan atas dasar latihan.
6. Dalam pembelajaran kontekstual, hadiah untuk perilaku baik adalah
kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran tradisional hadiah untuk
perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.
7. Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan yang jelek
karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan., sedangkan dalam
pembelajaran tradisional seseorang tidak melakukan yang jelek karena
dia takut hukuman.
8. Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan pendekatan
komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks
nyata, sedangkan dalam pembelajaran tradisional, bahasa diajarkan
dengan pendekatan struktural: rumus diterapkan sampai paham,
kemudian dilatihkan (drill).
9. Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus dikembangkan
atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa, sedangkan dalam
pembelajaran tradisional rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus
dikembangkan, diterima dan dilafalkan, dan dilatihkan.
10. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menggunakan kemampuan
berpikir kritis, terlibat penuh dalam pengupayakan terjadinya proses
pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses
pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke
dalam proses pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran tradisional
siswa secara pasif menrima rumus atau kaidah (membaca,
mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa memberikan kontribusi
ide dalam proses pembelajaran.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 32


11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan
atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan
memahami pengalamannya sedangkan dalam pembelajaran tradisional
pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep,
atau hukum yang brada di luar diri manusia.

G. Evaluasi Otentik Sebagai Ciri Penilaian Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual menuntur evaluasi yang bersifat komprehensif,
menyeluruh dan terus menerus, karena dilakukan oleh guru kontekstual
sepanjang proses pembelajaran. Setiap saat terjadi perubahan dan
perkembangan pada para siswa. Perubahan dan perkembangan bidang atau
aspek tertentu mungkin sangat banyak/tinggi, tetapi pada bidang atau
aspek lainnya sedikit, sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada.
Perubahan atau perkembangan tersebut mungkin berkenaan dengan aspek
yang menjadi tujuan atau terumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Evaluasi dilakukan pada waktu para siswa merencanakan sesuatu kegiatan,
melaksanakan maupun melaporkan hasil kegiatannya. Evaluasi juga
dilakukan pada waktu siswa berdiskusi, mengerjakan tugas, mengerjakan
tugas, melakukan latihan, percobaan, pengamatan, penelitian, pemecahan
masalah, dan penyelesaian soal. Bagaimana siswa melakukan berbagai
kegiatan tersebut serta hasil-hasil yang mereka tunjukkan, baik berupa
rancangan, makalah, laporan, rangkuman, gambar, model, ataupun hasil
pemecahan dan jawaban soal, merupakan wujud dari perkembangan dan
kemampuan hasil belajar mereka.

Evaluasi terhadap proses pembelajaran dan hasil karya merupakan evaluasi


otentik, evaluasi kenyataan, karena mengevaluasi apa yang secara nyata

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 33


dilakukan dan dihasilkan oleh para siswa. Hal ini tidak berarti, bahwa
evaluasi dengan menggunakan tes tidak bisa digunakan, karena evaluasi
dengan menggunakan tes, mengukur hasil pembelajaran pada akhir periode,
akhir semester, tengah semester atau akhir unit. Makin pendek periode
waktu pembelajaran yang dievaluasi, maka makin mendekati evaluasi
otentik.

Dalam evaluasi hasil pembelajaran, biasanya hanya digunakan tes,


berbentuk tes obyektif atau essay, maka dalam evaluasi proses juga
digunakan evaluasi perbuatan (pengamatan), lisan, hasil karya dan
portfolio. Portfolio merupakan kumpulan dokumen yang disusun secara
sistematik dan terarah yang menggambarkan perkembangan atau kemajuan
siswa dalam bidang tertentu.

H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas


Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen itu adalah
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling)
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual,
yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-
tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi siswa harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalaui pengalaman nyata. Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 34


berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus
mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Esensi dari teori kontruksivisme adalah ide bahwa siswa haarus
menemukan dan mentransfomasikan suatu informasi kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkontruksi bukan mnerima pengetahuan. Landasan berpikir
konstruktivisme agak berbeda dengan kaum objektif, yang lebih
menekaankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakana dan relevan bagi siswa;
(2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar.

2. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya
karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang
produkstif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggaliinformasi baik
administrasi maupun akademia; (2) mengecek pemahaman siswa; (3)
membangkitkan respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingin
tahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6)
memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki gur; (7)
untuk membangkitkan lebihbanyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) untuk

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 35


menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pada semua aktivitas belajar,
questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dan
siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas dan sebagainya.
3. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus
inquiry adalah (1) observasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4)
pengumpulan data, (5) penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiry
adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan
menemukan sendiri adalah: (1) merumuskan masalah dalam mata
pelajaran apapun; (2) mengamati atau melakukan observasi; (3)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,laporan, bagan
tabel, dan karya lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan
hasil karya pada pembaca, teman kelas, guru, atau audience lainnya.

4. Masyarakat Belajar (learning community)


Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar didapat dari
berbagi anatara kawan, kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum
tahu. Di ruang kelas ini, di sekitar sini, juga dengan orang-orang yang
diluar sana semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas yang
menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan dalam
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang
pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberiyahu yang belum tahu,

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 36


yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang
mempunyai gagasan segera memberikan usul dan seterusnya. Kelompok
siswa bisa sanagt bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah,
bahkan bisa melibatkan siswa di dalam kelas atasnya, atau guru
mengadakan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.
5. Permodelan (modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru
untuk memberi contoh cara mngerjakan sesuatu, dengan begitu guru
memberi model tentang bagaimana belajar. Dalam pendekatan
kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk
memberikan contoh temannya, misalnya cara melafalkan suatu kata.
Siswa contoh tersebur dikatakan sebagai model, siswa lain dapat
menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus
dicapai.

6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakng tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal
belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi
dari pengetahuan sebelummnya. Refleksi merupakan respons terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
7. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
siswa perlu diketahui olehb guru agar bisa memastikan bahwa siswa

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 37


mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami
kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan
yang tepat agar siswa agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena
gambaran tentang kemajuanbelajar itu diperlukan disepanjang proses
pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan diakhir periode seperti
akhir semester. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil,
dan dengan berbagai cara. Tes hanyalah salah satunya, itulah hakekat
penilaian yang sebarnya. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman
lain atau orang lain. Karakteristik penilain sebenarnya adalah (1)
dilaksanakan selama dan sesuadah proses pembelajaran berlangsung; (2)
bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur
keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta; (4)
berkesinambungan; (5) terintegrasi; (6) dapat dipergunakan sebagaifeed
back. Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya
ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari
(learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya
sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.

Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis CTL pada


mata pelajaran IPA di SMP.

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


BERBASIS CTL

Sekolah : SMP ..........................................


Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas/Semester : IX (Sembilan)/ 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 10 x 40 menit (5 pertemuan)

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 38


A. Standar Kompetensi : 4. Memahami konsep kemagnetan dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Kompetensi Dasar : 4.1. Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara
membuat magnet.

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi bahan magnetik dan bahan bukan magnetik.
2. menunjukkan kutub-kutub magnet.
3. menentukan daerah gaya di sekitar magnet (medan magnet).
4. mendeskripsikan sifat kutub-kutub magnet.
5. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kutub-kutub magnet
(kutub utara dan kutub selatan).
6. memberikan pemaknaan terhadap sifat-sifat interaksi antara kutub-kutub
magnet.

Pertemuan 2:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara menggosok.
2. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara induksi.
3. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
4. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
menggosok.
5. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
induksi.
6. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
elektromagnetik.

Pertemuan 3:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. menyebutkan cara-cara menghilangkan sifat kemagnetan.
2. mendeskripsikan kemagnetan bumi.
3. memberikan pemaknaan terhadap cara-cara menghilangkan sifat
kemagnetan.
4. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kemagnetan bumi.

Pertemuan 4:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 39


1. menjelaskan secara kualitatif sifat medan magnet di sekitar kawat berarus
listrik.
2. memberikan pemaknaan terhadap sifat medan magnet di sekitar kawat
berarus listrik.

Pertemuan 5:
Penilaian pencapaian KD 4.1 (Ulangan Harian, materi Pertemuan 1 s.d. 4).

D. Materi Pelajaran: Kemagnetan

KEMAGNETAN
Lebih dari 2000 tahun yang lalu, orang Yunani yang hidup di suatu daerah di
Turki yang dikenal sebagai Magnesia menemukan batu aneh. Batu tersebut
menarik benda-benda yang mengandung besi. Karena batu tersebut
ditemukan di Magnesia, orang Yunani memberi nama batu tersebut magnet.
Sifat benda yang teramati sebagai suatu gaya tarik atau gaya tolak antara
kutub-kutub magnet disebut kemagnetan.

Secara sederhana kita dapat mengelompokkan bahan-bahan menjadi dua


kelompok, yaitu: bahan magnetik dan bahan bukan magnetik. Bahan-bahan
yang dapat ditarik oleh magnet disebut bahan magnetik. Sedangkan bahan-
bahan yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut bahan bukan magnetik.
Besi, baja, nikel, dan kobalt termasuk bahan magnetik. Sedangkan kayu, kaca,
aluminium, dan plastik adalah contoh-contoh bahan bukan magnetik.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 40


Semua magnet mempunyai sifat-sifat tertentu. Setiap magnet, bagaimanapun
bentuknya, mempunyai dua ujung di mana pengaruh magnetiknya paling
kuat. Dua ujung tersebut dikenal sebagai kutub magnet, yang diberi nama
kutub utara (U) dan kutub selatan (S). Jika kutub-kutub magnet senama (U
dan U atau S dan S) saling didekatkan, kedua kutub tersebut akan tolak-
menolak. Namun, jika kutub utara (U) salah satu magnet didekatkan ke
kutub selatan (S) magnet lain, kutub-kutub tersebut akan tarik-menarik.

Sifat-sifat magnetik suatu bahan bergantung pada struktur atomnya. Para


ilmuwan mengetahui bahwa atom itu sendiri memiliki sifat-sifat magnetik.
Sifat-sifat magnetik tersebut disebabkan gerak elektron atom-atom tersebut.
Oleh karena itu, tiap atom di dalam suatu bahan magnetik adalah seperti
sebuah magnet kecil yang disebut magnet atom (magnet elementer).

PEMAKNAAN

 Semua magnet memiliki dua kutub yang berlawanan, yaitu utara (U) dan
selatan (S).
”Allah, Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia secara berpasang-
pasangan.” Hanya Allah-lah dzat yang tunggal, Allah itu satu, tidak
beranak dan tidak diperanakkan. Bagi ajaran agama Islam, hal ini sesuai
dengan kandungan dalam Surat Al-Ikhlas.
Secara kodrati, manusia mempunyai dua jenis kelamin, yaitu: laki-laki (L)
dan perempuan (P).

 Kutub-kutub magnet yang senama (U-U atau S-S), jika didekatkan akan
tolak-menolak. Sedangkan kutub-kutub magnet yang tidak senama (U-S),
jika didekatkan akan tarik-menarik.
Agama melarang manusia sesama jenis untuk saling jatuh cinta. Manusia
hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya. Perilaku ”menyimpang”
seperti homoseksual (L-L) atau lesbian (P-P) dilarang oleh agama.

 Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menggosokkan


magnet pada logam tersebut. Penggosokan magnet harus dilakukan secara
terarah, dan semakin lama penggosokan semakin kuat serta bertahan
lama sifat kemagnetannya.
”Rajin pangkal pandai.” Apabila kita ingin pandai, kita harus rajin
belajar, dan tidak mudah menyerah.

 Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menginduksi


logam tersebut dengan magnet pada logam tersebut.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 41


Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku dan perkembangan kognitif
seseorang. Apabila kita ingin menjadi orang ”baik-baik” maka kita harus
bergaul dan berteman dengan orang yang berperilaku baik pula. Apabila
kita ingin menjadi orang yang pandai, maka kita juga harus banyak
bergaul dan berteman dengan orang yang pandai.

 Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara melilitkan


kawat pada logam dan mengalirkan arus listrik pada kawat yang dililitkan
pada logam tersebut.
Agar kemampuan (pengetahuan) kita semakin bertambah, kita harus
sering berdiskusi dan mendapat masukan-masukan dari banyak orang
yang memiliki kemampuan melebihi kemampuan kita.

 Sebuah magnet dapat hilang sifat kemagnetannya diantaranya apabila


kita bakar dan kita pukul-pukul. Sifat kemagnetan dimiliki oleh suatu
bahan apabila magnet-magnet elementer bahan itu tersusun secara
teratur.
”Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Dalam suatu komunitas,
apabila kita rukun tidak terjadi saling permusuhan, maka apapun yang
kita cita-citakan akan dengan lebih mudah untuk kita capai. Namun,
dengan adanya suatu pengaruh ”negatif” dari luar, misalnya munculnya
para provokator-provokator, maka adanya provokasi tersebut dapat
memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa.

E. Alat/Bahan/Sumber belajar
1. Buku Siswa CTL untuk SMP Direktorat PSMP
2. Buku Sumber (Referensi) lain
3. LKS Kemagnetan
4. Alat peraga magnet, bel listrik, dan motor listrik
5. Serbuk besi
6. Animasi pemaknaan untuk penanaman sikap
7. Kabel/kawat listrik (kawat untuk kumparan)
8. Catu daya (baterai)

F. Model Pembelajaran:
Pembelajaran Kooperatif (CL) dengan ”Pemaknaan”

G. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 42


Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Awal
 Demonstrasi menarik benda-benda dari logam (besi) dengan
sebuah ”magnet”. Menanyakan kepada siswa, mengapa benda
tersebut dapat menempel?
 Menginformasikan bahwa magnet banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita sambil
memberikan contoh misalnya bel listrik, motor listrik,
tape recorder, dll.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran ( Pertemuan 1).

Kegiatan Inti
 Memperlihatkan magnet batang, mendemonstrasikan
bahwa ada beberapa benda yang dapat ditarik oleh
magnet dan ada yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
 Menginformasikan magnet batang mempunyai dua
kutub yang dinamai kutub utara dan selatan sambil
mendemonstrasikan menggantungkan magnet batang
dengan benang. Menjelaskan konsep kemagnetan.
 Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran
kooperatif sambil mengingatkan keterampilan
kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara
mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut
dan membagikan LKS 2 “Panduan Belajar Pengaruh
magnet”.
 Meminta siswa membaca Pengaruh Magnet dan
membimbing mengerjakan LKS tersebut dan
menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan
di kelompoknya masing-masing.
 Membagikan LKS 1 serta alat dan bahan yang
dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok
mengerjakan LKS tersebut.
 Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan
tulis Tabel 1 yang telah diisi dan ditanggapi kelompok
lain.
 Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- magnet dapat menarik benda;
- magnet memiliki dua kutub, yaitu: U dan S;
- sifat gaya magnet antar kutub-kutub magnet.
 (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 43


Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Penutup
 Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang ”Pengaruh
Magnet” guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan
dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 1 ini.
 Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari
LKS 1 dan LKS 2.

Pertemuan 2

Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Awal
 Mendemonstrasikan dengan menempelkan sebuah paku besar ke
paku-paku kecil dan meminta siswa memperhatikan paku-paku
kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar
tersebut.
 Demonstrasi dilanjutkan dengan menempelkan paku besar
tersebut dengan sebuah magnet batang dan kemudian
menempelkannya pada paku-paku kecil. Siswa diminta
memperhatikan paku-paku kecil itu apakah dapat menempel
pada sebuah paku besar tersebut.
 Menginformasikan bahwa hari ini akan dilakukan
percobaan membuat magnet dengan cara menggosok,
induksi, dan mengalirkan arus listrik.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran ( Pertemuan 2).

Kegiatan Inti
 Menyajikan informasi bahwa dalam besi yang bukan
magnet susunan atom-atomnya masih acak. Agar besi
menjadi magnet, susunan atom-atomnya harus dibuat
searah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan cara mendekatkan sebuah magnet ke besi
tersebut.
 Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran
kooperatif.
 Membagikan LKS 3 dan membimbing siswa untuk
mengerjakan LKS tersebut.
 Meminta salah satu kelompok untuk menuliskan hasil
kegiatannya di papan tulis dan kelompok lain diminta
menanggapinya.
 Memberi penghargaan pada siswa/kelompok yang
kinerjanya bagus.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 44


Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
 Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- pembuatan magnet dengan cara menggosok;
- pembuatan magnet dengan cara induksi;
- pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
 (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).

Kegiatan Penutup
 Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang ”Cara
Pembuatan Magnet” guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 2 ini.
 Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari
LKS 3.
Pertemuan 3

Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Awal
 Sambil menggantung bebas sebuah magnet batang, menanyakan
kepada siswa: ”ke arah mana magnet batang itu selalu
menghadap?” Mengapa?
 Menanyakan kepada siswa, apakah suatu magnet, sifat
kemagnetannya tidak dapat dihilangkan?
 Menyampaikan tujuan pembelajaran ( Pertemuan 3).

Kegiatan Inti
 Menginformasikan bahwa garis gaya magnet dapat
digambar untuk memperlihatkan lintasan medan
magnet, menjelaskan pola-pola garis gaya untuk
berbagai macam susunan magnet batang.
 Menginformasikan bahwa terdapat perbedaan antara
kutub magnetik dan kutub geografik bumi, serta
menjelaskan bagaimana kompas dapat membantu untuk
menentukan arah.
 Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran
kooperatif sambil mengingatkan keterampilan
kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara
mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut
dan membagikan LKS 5.
 Meminta siswa membaca Buku Siswa, tentang Pengaruh

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 45


Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Magnet; Kemagnetan Bumi, dan membimbing
mengerjakan LKS 5 tersebut dan menggarisbawahi
kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya
masing-masing.
 Membagikan LKS 4 serta alat dan bahan yang
dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok
mengerjakan LKS tersebut.
 Meminta satu dua kelompok untuk menggambar pola
serbuk besi untuk tiap susunan magnet batang dan
ditanggapi kelompok lain.
 Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- cara menghilangkan sifat kemagnetan;
- keberadaan kemagnetan bumi.
 (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).

Kegiatan Penutup
 Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang cara
menghilangkan sifat kemagnetan dan keberadaan kemagnetan
bumi, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan
tujuan pembelajaran pada Pertemuan 3 ini.
 Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari
LKS 4 dan LKS 5.

Pertemuan 4

Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Awal
 Mendemonstrasikan terjadinya penyimpangan suatu jarum
kompas ketika diletakkan dekat suatu magnet. Menanyakan
pada siswa, mengapa jarum kompas itu dapat mengalami
penyimpangan arah?
 Mengingatkan kembali tentang cara membuat magnet dengan
mengalirkan arus listrik.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran ( Pertemuan 4).

Kegiatan Inti
 Menginformasikan bahwa arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar akan menimbulkan medan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 46


Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
magnet yang arahnya bergantung pada arah arus listrik.
 Menginformasikan bahwa medan magnet solenoida
dapat diperbesar dengan memperbesar jumlah lilitan
maupun besar arus yang mengalir melaluinya.
 Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran
kooperatif sambil mengingatkan keterampilan
kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara
mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut
dan membagikan LKS 8.
 Meminta siswa membaca Buku Siswa, subbab Medan
Magnet di Sekitar Arus Listrik, dan membimbing
mengerjakan LKS 8 tersebut dan menggarisbawahi
kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya
masing-masing.

 Membagikan LKS 7 serta alat dan bahan yang


dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok
mengerjakan LKS tersebut.
 Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan
tulis untuk melengkapi Tabel 1 hasil penyelidikan dan
ditanggapi kelompok lain.
 Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
yaitu:
- sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik.
 (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).

Kegiatan Penutup
 Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang medan magnet
di sekitar kawat berarus listrik, guru mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada
Pertemuan 4 ini.
 Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari
LKS 7 dan LKS 8.

H. Penilaian (Instrumen Penilaian Terlampir pada Lembar Penilaian)


 Bentuk tes tertulis: pilihan ganda dan uraian singkat
 Kinerja saat melakukan kegiatan
 Laporan/presentasi

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 47


Tes tertulis dilaksanakan setelah proses pembelajaran (Pertemuan 5)
dengan menggunakan Lembar Penilaian (LP) 4.1.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 48


CONTOH 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS CTL

Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VII / 1

Standar Kompetensi

3. Memahami wujud zat dan perubahannya


4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia.
6. Memahami keanekara-gaman makhluk hidup.

Kompetensi Dasar
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan
sifat kimia
6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki

Indikator
 Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara fisika
 Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia
 Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
 Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran

PERTEMUAN 1
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara penyaringan
2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan
inferensi, berkomunikasi
B. Materi Pembelajaran
Pemisahan campuran dengan cara penyaringan

C. Metode Pembelajaran
1.Model :Cooperatif Learning
2.Metode : Demonstrasi
Eksperimen
Diskusi

D.Langkah-langkah
1. Kegiatan Pendahuluan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 49


Motivasi: Menunjukkan pada siswa air kotor dan air jernih, kemudian
menanyakan kepada siswa: “Terdiri dari apa sajakah campuran tersebut, apakah
terdapat organisme di dalamnya? Apakah air tersebut dapat dijernihkan?”
Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang pengertian campuran
Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti
- Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian.
- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa.
- Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam
kelompok sebelum melakukan percobaan.
- Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta
didik apakah sudah dilakukan dengan benar.
- Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan
dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
- Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan
percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan
diskusi tentang berbagai kemungkinan pemisahan campuran selain
penyaringan.

3. Kegiatan Penutup
- Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.
- Penugasan Terstruktur: Memberikan tugas lanjutan dari kegiatan yang telah
dilakukan yaitu menggunakan bahan-bahan lain yang dapat digunakan
untuk menyaring air dan membandingkan hasilnya dengan kelompok lain.
Tugas dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.ahan- apakah yang kamu
pikir dapat digunakan sebagai penyaring air? Lakukan kegiatan ini dengan
menggunakbahan-bahan yang
E. Sumber Belajar
1. Buku siswa
2. LKS
3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi:
a. botol plastik 2l bekas air mineral
b. air kolam
c. kerikil
d. pasir
e. ijuk
f. pisau

PERTEMUAN 2

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 50


A.Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara destilasi
2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan
inferensi, berkomunikasi

B.Materi Pembelajaran
Pemisahan campuran dengan cara destilasi dan kristalisasi

C.Model Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Kooperatif
Metode : Pengamatan, Diskusi

D.Langkah-langkah
1. Kegiatan pendahuluan
Motivasi: Menanyakan kegiatan tugas lanjutan, selanjutnya menanyakan:
“Bagaimanakah memperoleh air tawar dari air asin? ” (Arahkan dalam konteks
penjernihan air untuk memperoleh air tawar)
Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang penguapan dan
pengembunan
Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan inti
- Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian
dan berdiskusi tentang penguapan dan pengembunan.
- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa.
- Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam
kelompok sebelum melakukan percobaan.
- Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta
didik apakah sudah dilakukan dengan benar.
- Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan
dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
- Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan
percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan
diskusi tentang penerapan lain destilasi. Mendiskusikan pemisahan
campuran selain penyaringan dan destilasi, yakni kristalisasi.

3. Kegiatan penutup
- Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar
- Guru memberikan kuis untuk mengetahui daya serap materi yang baru saja
dipelajari

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 51


E. Sumber Belajar
1. Buku siswa
2. LKS
3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi:
a. botol plastik 2l bekas air mineral
b. air kolam
c. kerikil
d. pasir
e. ijuk
f. pisau

PERTEMUAN KETIGA
A. Tujuan
Peserta didik dapat
1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia
(koagulasi)
2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
B. Materi Pembelajaran
Pemisahan campuran

C.Model Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Kooperatif
Metode : Diskusi dan Penerapan Strategi Belajar (membuat peta konsep)

D. Langkah-langkah
1. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi dan apersepsi
- Menanyakan:”Pernahkah kamu melihat tawas?” Guru menunjukkan tawas.
Menanyakan kegunaan tawas (diarahkan untuk penjernihan air)
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
- Guru meminta peserta didik membaca secara individual materi tentang cara
pemisahan campuran secara kimia dalam di Buku Siswa (Pengelolaan Air
Minum)
- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa.
- Meminta kelompok untuk membuat poster tentang proses pengolahan air
sungai atau danau menjadi air minum. Poster dapat berupa diagram alir,
peta konsep, atau sesuai kreasi anak.
- Membinbing siswa melakukan kegiatannya.
- Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan
dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 52


- Peserta didik menempelkan poster hasil kerja kelompoknya dan diamati
kelompok lain
- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan
percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan
diskusi tentang pemisahan campuran secara kimia yang lain.

3. Kegiatan penutup
- Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar
- Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur: Guru menginformasikan untuk
membaca dan mempelajari Buku Siswa dan sumber belajar yang lain.

E. Sumber belajar
1.Buku Siswa
2.Peralatan untuk membuat poster

F. Penilaian
1.Teknik penilaian dan bentuk instrumen

Teknik Bentuk Instrumen


Tes unjuk kerja Lembar Observasi (rating scale)

Tes tulis Isian

2. Contoh instrumen
Tes Tulis:
Misalkan terdapat campuran air asin dan pasir. Tuliskan langkah-langkah
pemisahannya, sehingga kamu mendapatkan air tawar, garam, dan pasir!
Kriteria penskoran:
4: semua langkah teridentifikasi, urutan langkah ditulis dengan benar
3: ada langkah yang tidak terlalu prinsip tidak teridentifikasi, urutan langkah
ditulis dengan benar
2: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah yang ditulis tidak urut
1: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah prinsip tidak tertulis
0: tidak mengerjakan

Lembar Observasi yang dikembangkan sebagai berikut.

Lembar Observasi terhadap Kinerja Ilmiah Siswa


No Aspek Yang Diamati Skor
0 (tidak ada) 1 (kurang) 2 (sedang) 3 (baik)
1 Melakukan pengamatan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 53


2 Menuliskan data
pengamatan
3 Melakukan tafsiran
terhadap data
4 Mengkomunikasikan
Kriteria Penilaian
skor yang didapat
nilai   100
skor total

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 54


PEMBELAJARAN TERPADU

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran terpadu merupakan proses pembelajaran yang bersifat
menyeluruh atau holistik. Pendekatan ini menempatkan siswa dalam posisi
sentral, siswa sebagai peserta didik yang aktif, terutama dalam keterampilan
berpikir. Beberapa keterampilan berpikir dikembangkan dalam
pembelajaran ini, seperti: mengamati, membedakan, mengurutkan,
menduga dan mengukur, mengelompokan, bertanya, merumuskan
hipotesis, membandingkan, menganalisis, memadukan,
menggenarilasisikan, menilai, memperkirakan, menginterpretasikan,
merencanakan, melakukan percobaan, berkomunikasi, berpikir konvergen,
berpikir divergen, berpikir induktif, berpikir deduktif, menyimpulkan,
mengambil keputusan.

Kemungkinan Bentuk Penerapan Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, IPS


Terpadu. Tematik) Menurut Joni (1996) didasarkan pada pengaitan
konseptual intra dan/atau antar bidang studi yang terjadi secara spontan,
dengan program kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan secara
sepenuhnya mengikuti kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak
berdasarkan bidang studi agar terorganisasi secara terstruktur, lebih
eksplisit dan bertolak dari tema-tema. Model Pengintegrasian Kurikulum
tersebut menurut Forgaty (1991) digambarkan seperti pada tabel berikut:

PENGINTEGRASIAN KURIKULUM

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 55


MODEL RENTANGAN DESKRIPSI
Mata Pelajaran Terpisah fragmented Tiap Mapel disampaikan terpisah.
connected Suatu konsep dipertautkan dengan
konsep lain.
nested Selain target di Mapel ada target
multiketerampilan
Integrasi beberapa Mata Sequenced beberapa topik diatur ulang serta
Pelajaran diurutkan agar dapat serupa satu sama
lain.
shared dua mata pelajaran yang sama-sama
diajarkan dengan menggunakan
konsep-konsep atau keterampilan-
keterampilan yang tumpang tindih
(overlap).
Webbed Berangkat dari tema yang dibangun
(terjala/tematik) bersama-sama antara guru dengan
siswa, atas dasar beberapa topik pada
beberapa mata pelajaran yang
berhubungan.
pendekatan metakurikuler digunakan
threaded untuk mencapai beberapa
keterampilan dan tingkatan logika
para siswa dengan berbagai mata
pelajaran.
guru masing-masing mata pelajaran
integrated bekerja sama melihat dan memberikan
topik-topik yang berkaitan dan
tumpang tindih.

Lintas Peserta didik immersed berpusat untuk mengakomodasikan


kebutuhan para siswa, di mana mereka
akan melihat apa yang dipelajarinya
dari minat dan pengalaman mereka
sendiri.
networked jaringan kerja dengan orang-orang
yang memiliki keahlian untuk
membantu bagian dari pekerjaannya
yang lebih bersifat implementatif.
Mereka akan bekerja secara terpadu
sesuai dengan topik pekerjaan yang
mengikat mereka.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 56


Model-model pembelajaran berpikir yang dapat digunakan dalam
pembelajaran terpadu adalah: pemecahan masalah, evaluasi kritis,
penyelidikan, pengambilan keputusan, berpikir kritis, berpikir kreatif.
Beberapa kegiatan utama dari model-model pembelajaran berpikir ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Pemecahan Masalah
 Menghimpun fakta-fakta,
 Merumuskan masalah,
 Mengembangkan ide, pemikiran, alternative pemecahan,
 Menentukan alternatif pemecahan,
 Menyusun rencana tindakan pelaksanaan.
2. Berpikir Kritis
 Menjelaskan ide dan pemikiran
 Menentukan tingkat ketepatan informasi dasar (hasil pengamatan dan
komunikasi).
 Menyusun argumentasi dan penyimpulan (berdasarkan data dan konsep)
3. Berpikir Kreatif
 Pengembangan ide-ide dalam beberapa kategori (kelenturan berpikir)
 Pengembangan ide baru (kemurnian berpikir)
 Penyempurnaan ide (elaborasi pemikiran)
4. Evaluasi Kritis
 Menentukan kriteria
 Menyusun alternative pemikiran, pemecahan,
 Membuat perkiraan dan menentukan keputusan,
 Memberikan alas an, argumentasi bagi keputusan.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN TERPADU

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 57


• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
• Meningkatkan minat dan motivasi
• Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
• Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
• Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang
dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan
pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih
terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami
hubungan materi dari satu konteks ke konteks lainnya.
• Akan terjadi peningkatan kerja sama antar guru sub bidang kajian
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,
peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih
menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
lebih bermakna.
• Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi
penghematan waktu, karena ketiga atau lebih disiplin ilmu dapat
dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi
bahkan dihilangkan.
• Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep
dalam disiplin ilmu tersebut.
• Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta
didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih
dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
• Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia
nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan
pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi dari mata pelajaran
yang dipadukan.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 58


C. JENIS-JENIS PEMBELAJARAN TERPADU
Pembelajaran yang dimungkinkan untuk dipadukan adalah mata pelajaran
Kimia, Biologi dan Fisika menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu.
Sedangkan kajian tentang sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologi, filsafat, psikologi sosial menjadi mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu. Dalam hal ini Guru bekerja sama melihat
dan memberikan topik-topik yang berkaitan dan tumpang tindih (dengan
mencermati indikator yang telah disusun) dan memadukannya.
Kemungkinan pada pemaduan IPA adalah Connected, Webbed (tematik) dan
Integrated.

D. PEMBELAJARAN IPA TERPADU


1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
(discovery). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 59


Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi mata
pelajaran fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya
sangat berperan dalam membantu anak untuk memahami fenomena
alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah,
dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam
dan segala isinya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa
hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
 sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open
ended;
 proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
 produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
 aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat


muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 60


secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan
masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam
menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa
kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk,
menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh
pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai
proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak


berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan
IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual.
Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang
terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi
berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik
yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir
yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain
afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru
adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah
peserta didik per kelas yang terlalu banyak.

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam


berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi
dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang
dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu
berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar.
Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai
mata pelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 61


peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau
ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar
pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan
efektif.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta
didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan
proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta
bumi dan alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah,


disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan
belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih
aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa
meninggalkan isi kurikulum. Melalui pembelajaran IPA terpadu,
diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui
cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan
berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.

2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN IPA


Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan,
dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala
yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1)
kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji
tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 62


Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan
dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana”
tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi.
Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah
diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang
meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi
konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji
prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang
diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil


prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada
metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu
memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”,
hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam.

Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan


dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang
meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 63


pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk
menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis
data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan
sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara,
yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya.

Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi


rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun,
ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan
keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.

Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan


pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan
pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik
pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah
(hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian
sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan
berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu
sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang
berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi
melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-
alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA
dalam menjawab berbagai masalah.

3. TUJUAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU


Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 64


Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai
peserta didik masih dalam lingkup disiplin ilmu fisika, kimia, dan
biologi. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang
disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia
7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat
berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak
melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu,
pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan
tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-
pisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-alam semesta
memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga
membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta
membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih
dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih
efisien dan efektif.

Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk


mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk
memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain.
Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan
kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau
kesamaan materi maupun metodologi.

b. Meningkatkan minat dan motivasi


Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk
mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis,
dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta
kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 65


terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi
peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami
keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau
tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model
pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk
menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan
guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur,
utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Peserta didik akan lebih
termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu
bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang
telah dipelajarinya.
c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan
sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar
dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena
adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki
kesamaan atau keterkaitan.

4. PEMADUAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA

Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa mata
pelajaran adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan
peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 66


menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai submata-pelajaran.
Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA
dengan berbagai mata pelajaran (Carin 1997;236). Lintas submata
pelajaran dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu
seperti biologi, fisika, kimia, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA
dapat juga dipadukan dengan mata pelajaran lain di luar bidang kajian
IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar.

Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin


luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan
SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada mata pelajaran
yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang
timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat
semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula
pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.
Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena
penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek
yaitu:
a. peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih
bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
b. peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar
bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
c. peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena
mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan
‘melakukan’ kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;
d. memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 67


e. belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui
tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan
dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu
dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan antara
IPA–lingkungan- teknologi-masyarakat.
Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema
yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.

Contoh 1: TEMA SERANGGA/INSEKTA

Insekta merupakan hewan invertebrata yang banyak ditemukan peserta


didik dalam kehidupan sehari-hari. Insekta merupakan salah satu kelas
dari Phylum Arthropoda dengan anggota yang terbanyak dan tingkat
keanekaragaman yang sangat tinggi. Pada umumnya insekta bersayap,
namun ada pula yang tak bersayap. Ada yang bermetamorfosis sempurna
dan ada pula yang tidak. Habitat insekta juga tersebar sangat luas, di
darat sebagai hewan yang hidup di tanah, di pohon,di dalam air, dan
sebagai hewan terbang. Peranannya dalam kehidupan juga sangat luas,
sebagai komponen penting dalam rantai makanan, sebagai hama
tanaman, sebagai penyerbuk tanaman, sebagai vektor berbagai penyakit
pada hewan dan manusia, dan masih banyak lagi peranan insekta.
Begitu luasnya pembahasan tentang insekta, sehingga bila disampaikan
dalam pembelajaran akan memerlukan waktu yang cukup banyak, dan
mungkin juga konsepnya sulit dipahami peserta didik. Topik/pokok
bahasan tentang Insekta juga tidak ditemukan dalam Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar. akan tetapi guru dapat memilih tema insekta
mengingat banyak masalah kesehatan dan lingkungan yang terkait

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 68


dengan insekta. Misalnya, merebaknya penyakit demam berdarah,
malaria, penyakit kaki gajah yang vektor penyebarannya adalah insekta.
Jadi pembahasan topik ini dapat menjadi bahan pengayaan untuk
meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang peranan insekta dalam
ekosistem, mengasah kepekaan peserta didik terhadap kebersihan
lingkungan, memahami rantai makanan, dan penyebab timbulnya
ledakan hama. Topik ini bersifat kontekstual di daerah pertanian dan
daerah pantai, tetapi untuk daerah perkotaan mungkin agak sulit
dilaksanakan, namun dapat dicoba. Dengan insekta sebagai tema sentral,
maka dapat dibuat jaringan tema berikut:

Mencari
informasi dari
buku yang Kunjungan ke tempat
Proyek:Koleksi relevan pemeliharaan lebah
insekta dan mewawancarai
peternak

Mempelajari
klasifikasi
insekta Menyelidiki siklus
INSEKTA hidup berbagai
seran insekta

Menyelidiki
tentang serangga
penyerbuk Penyelidikan tentang
siklus hidup nyamuk

Mempelajari
istilah tentang
bagian tubuh Menyelidiki pengaruh Menyelidiki
insekta perubahan lingkungan habitat serangga
thd populasi serangga dalam ekosistem
vektor
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas penularan
Sekolah 69
penyakit
Gambar 2.1. Jaringan tema insekta

Kompetensi dasar untuk jaringan tema ”insekta” pada gambar 2.1 di atas
mungkin tidak termuat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar seluruhnya, namun dapat menjadi inspirasi untuk memotivasi
peserta didik yang berminat melakukan penyelidikan tentang insekta.
Dalam pembelajaran ini sekaligus kita menerapkan metode ilmiah dan
mengembangkan keterampilan proses IPA dan kemampuan pemecahan
masalah. Inilah contoh fleksibilitas kurikulum untuk mengembangkan
potensi peserta didik.

5. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

a. PERENCANAAN
Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika
perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik
(minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan
kompetensimata
Menetapkan dasar yang harus dimiliki pesertaMembuat
didik sudah tercantum
matriks atau
Menetapkan mata Membuat matriks atau
pelajaran yang
dalamyang akan
Standar bagan hubungan
pelajaran akan Kompetensi dan Kompetensibagan Dasar per submata
hubungan
dipadukan kompetensi dasar dan
dipadukan kompetensi dasar dan
pelajaran IPA. tema atau topik
tema atau topik
pemersatu
Ada berbagai model dalam mengembangkan pemersatu pembelajaran IPA
Mempelajari Standar
Mempelajari
TerpaduStandar
yang
kompetensi dan dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pembelajaran terpadu berikut ini:
kompetensi dasar mata
pelajaran yang
pelajaran yang
dipadukan
dipadukan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah


Memilih/menetapkan Menyusun silabus 70
Memilih/menetapkan Menyusun silabus
tema atau topik pembelajaran terpadu
tema atau topik pembelajaran terpadu
pemersatu
pemersatu

Menyusun desain
Menyusun desain
pembelajaran/rencana
pembelajaran/rencana
pelaksannan
pelaksannan
pembelajaran terpadu
pembelajaran terpadu
Merumuskan indikator
pembelajaran terpadu

Gambar 3.1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu


Langkah (1):
Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada saat
menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya
sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta
didik dan kebermaknaan belajar. Contoh lihat lampiran.

Langkah (2):
Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata
pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini dilakukan pengkajian
atas kompetensi dasar pada semester dan kelas yang sama, antarsemester
pada kelas yang sama, antarsemester dan kelas yang berbeda dari beberapa
submata pelajaran IPA yang memungkinkan untuk diajarkan secara
terpadu. Berikut ini contoh peta kompetensi dasarIPA terpadu untuk
SMP kelasVII

CONTOH PETA KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU


Mata Pelajaran : IPA
Kelas : VII

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 71


KD MP Fisika KD MP Kimia KD MP Biologi Tema Waktu
5.1 Melaksanakan 20 x 40’
2.2 Melakukan Kerja
pengamatan objek
1.1 Mendeskripsik percobaan Ilmiah
secara terencana dan
an besaran sederhana
sistematis untuk
pokok dan dengan bahan-
memperoleh
besaran bahan yang
informasi gejala alam
turunan beserta diperoleh
biotik dan a-biotik.
satuannya dalam
kehidupan
sehari-hari.
3.1 Menyelidiki 6.2
2.3 Melakukan Penjernih
sifat-sifat zat Mengklasifikasikan 20 x 40’
pemisahan an Air
berdasarkan makhluk hidup
campuran
wujudnya dan berdasarkan ciri-ciri
dengan
penerapannya yang dimiliki
berbagai cara
dalam kehidupan
berdasarkan
sehari-hari
sifat fisika dan
sifat kimia

Langkah (3):
Memilih dan menetapkan tema atau topik pemersatu. Dalam memilih
tema/topik dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini,
misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian
baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai
submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran.

Langkah (4):
Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik
pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara
tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan. Contoh lihat
lampiran.

Langkah (5):
Menyusun dan merumuskan indikator pencapaian hasil belajar untuk
setiap kompetensi dasar dari submata pelajaran yang dipadukan. Contoh
lihat lampiran.

Langkah (6):

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 72


Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari
berbagai indikator submata pelajaran IPA menjadi beberapa pengalaman
belajar yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara
beberapa submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran.

Langkah (7):
Menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran atau rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Contoh lihat lampiran.

b. MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU


(Desain Pembelajaran/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi
desain pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu,
dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup/tindak lanjut.

Kegiatan Awal/Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh
guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran
terpadu. Fungsinya untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu
diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10
menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru
dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga
peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama.
Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan ini terdiri atas beberapa
tahap yaitu:

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 73


1. menarik perhatian peserta didik untuk menumbuhkan kesiapan
belajar;
2. memotivasi peserta didik: membangkitkan semangat dan minat
peserta didik untuk siap menerima pelajaran;
3. memberikan acuan topik yang akan dibahas;
4. mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan topik yang telah
dipelajari yang dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
tentang topik yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan
komentar atas jawaban peserta didik
Dalam kegiatan pendahuluan ini guru dapat pula melakukan penilaian
awal peserta didik (tes awal) yang dapat diberikan secara lisan maupun
tertulis.

Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu
yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta
didik (learning experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui
kegiatan tatap muka dan kegiatan nontatap muka. Kegiatan tatap muka
dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat
berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik
lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di
luar kelas atau di luar sekolah.
Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 74


dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya
adalah sebagai berikut ini.
 Kegiatan yang paling awal: Guru memberitahukan tujuan atau
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis
besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah
menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan
mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh
peserta didik.
 Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru
menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus
ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema atau topik yang
telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan
aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas peserta didik.
Guru hanya sebagai fasilitator yng memberikan kemudahan kepada
peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk
menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar sesuai
dengan ’konstruktivisme’ hendaknya dilaksanakan dalam
pembelajaran terpadu
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus
diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik,
penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan
konsep di mata pelajaran yang satu dengan konsep di mata pelajaran
lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan
strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik
pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran
yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan.
Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 75


Waktu yang tersedia untuk kegiatan penutup atau kegiatan akhir
pembelajaran terpadu ini cukup singkat. Oleh karena itu guru perlu
mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum
kegiatan penutup ini terdiri atas hal-hal sebagai berikut ini.
a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah
diajarkan.
b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas
atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali
bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi
pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.

c. MODEL PENILAIAN IPA TERPADU


Model penilaian yang dikembangkan mencakup prosedur yang
digunakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang
digunakan. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian berbasis
kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian
mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
Hasil belajar pada hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat
diukur melalui sejumlah hasil belajar yang indikatornya dapat diukur
dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu
dengan yang lainnya karena hasil belajar merupakan akibat dari proses
belajar.
Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian
dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 76


Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik
secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka
yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk
melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka
dilengkapi dengan non-tes.

PENILAIAN

Pengetahuan,
Non keterampilan, Tes
tes sikap, dan nilai

Tes lisan Tes tertulis Tes perbuatan

Skala sikap
Daftar periksa Tes tertulis/ uraian Tes tertulis/ objektif
Kuesioner Pilihan ganda
Catatan anekdot Tes tertutup/ Benar salah
Portofolio terbatas/ Menjodohkan
Catatan sekolah terstruktur Isian singkat
Jurnal Bebas terbuka Isian panjang
Cuplikan kerja Isian khusus

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 77


Model penilaian pembelajaran terpadu

Berikut ini adalah contoh penilaian untuk tema/topik tentang


LINGKUNGAN SEKITAR KITA

TEMA: LINGKUNGAN SEKITAR KITA


KD Indikator Sistem penilaian
Prosedur Jenis dan Jenis tagihan Instrumen
bentuk
Menentukan Mengidentifikasi Tes awal Pilihan ganda Laporan Soal pilihan
ekosistem dan satuan dalam Dapat dan isian hasil ganda yang
saling ekosistem dan dilakukan pengamatan berkaitan
hubungan menyatakan dapat pula dengan
antara bahwa matahari tidak pemahaman
komponen merupakan tergantung awal peserta
ekosistem sumber energi kondisi didik
utama dalam mengenai
biosfer tema
Penugasan Nontes
Menggambarkan
dalam bentuk
diagram rantai
makanan dan Lembar
jaring-jaring penilaian
kehidupan dan laporan
menjelaskan
peranan masing-
masing tingkat

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 78


KD Indikator Sistem penilaian
Prosedur Jenis dan Jenis tagihan Instrumen
bentuk
trofik

Memprediksi Memperkirakan Penugasan Nontes Laporan Lembar


pengaruh hubungan antara hasil penilaian
kepadatan populasi pengamatan laporan
populasi penduduk
manusia dengan
terhadap kebutuhan air
lingkungan bersih dan udara
bersih
Praktikum 1. Nontes
Memperkirakan 2. Tes Laporan Lembar
hubungan ukuran perbuatan praktikum penilaian
penduduk laporan
dengan Lembar
kebutuhan penilaian
pangan kinerja

Memperkirakan
hubungan ukuran
penduduk
dengan
kebutuhan lahan

Menjelaskan
pengaruh
meningkatnya
populasi
penduduk
dengan
kerusakan
lingkungan

Menjelaskan
pengaruh
meningkatnya
populasi
penduduk
dengan kesehatan

Mengaplikasik Menjelaskan Penugasan Nontes Karya tulis Lembar


an peran pengaruh penilaian
manusia pencemaran air, karya tulis

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 79


KD Indikator Sistem penilaian
Prosedur Jenis dan Jenis tagihan Instrumen
bentuk
dalam udara, dan tanah
pengelolaan dalam kaitannya
lingkungan dengan kegiatan
untuk manusia
mengatasi
pencemaran Mengemukakan
dan kerusakan contoh langkah-
lingkungan langkah upaya
pengelolaan
lingkungan hidup
untuk
kesejahteraan
manusia

Mencari Mengelompokkan Praktikum Nontes Lembar


informasi bahan kimia dari penilaian
tentang kemasan yang Tes perbuatan laporan
kegunaan dan digunakan Lembar
efek samping sebagai pemutih, penilaian
bahan kimia pembersih, kinerja
dalam pengharum, dan
kehidupan pembasmi
sehari-hari serangga

Menyelidiki
pengaruh
penggunaan
bahan kimia yang
digunakan
sebagai pemutih,
pembersih,
pengharum, dan
pembasmi
serangga

Menjelaskan efek
samping
penggunaan
bahan kimia
dalam rumah
tangga

Menjelaskan Menunjukkan Penugasan Nontes Laporan Lembar

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 80


KD Indikator Sistem penilaian
Prosedur Jenis dan Jenis tagihan Instrumen
bentuk
hubungan bentuk energi dan hasil penilaian
bentuk energi perubahannya pengamatan laporan
dan dalam kehidupan
perubahan- sehari-hari
nya, prinsip
"usaha dan Mengaplikasikan
energi" serta konsep energi
penerapan-nya dan
dalam perubahannya
kehidupan dalam kehidupan
sehari-hari sehari-hari

Menjelaskan Menjelaskan Penugasan Nontes Laporan Lembar


hubungan proses pelapukan penilaian
antara proses di lapisan bumi
yang terjadi di berkaitan dengan
lapisan litosfer masalah
dan atmosfer lingkungan
dengan
kesehatan dan Menjelaskan Tes akhir Soal Pilihan Kunci
permasalah-an proses ganda jawaban dan
lingkungan pemanasan global cara
dan pengaruhnya penilaian
terhadap masalah
lingkungan Soal uraian
singkat
Menjelaskan
pengaruh proses-
proses di
lingkungan
terhadap
kesehatan
manusia

Berdasarkan contoh itu, maka guru dapat mempraktikkan beberapa


teknik penilaian, baik yang termasuk dalam ranah kognitif, afektik,
maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik secara individu maupun
kelompok sebaiknya berupa tugas aplikasi, misalnya merupakan hasil
pengamatan di luar kelas. Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi,

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 81


misalnya tugas pemecahan masalah lingkungan dan usulan cara
penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka kemampuan berpikir
dan kepekaan peserta didik akan terasah.

Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian guru dapat memberikan bobot


bagi setiap tugas yang diberikan tergantung pada pertimbangan guru
sesuai dengan karakteristik tugas, baik tes maupun nontes. Penilaian
untuk pelaporan mengacu pada pedoman penilaian dari Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas. Oleh karena keterpaduan pembelajaran
IPA meliputi mata pelajaran fisika, kimia, biologi, maka dalam pelaporan
hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan
menjadi nilai mata pelajaran IPA .

6. IMPLIKASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Sesuatu yang baru atau merupakan inovasi tentu tidak mudah untuk
dilaksanakan, karena memerlukan penyesuaian diri dan kemauan untuk
beradaptasi. Begitu pula dengan pembelajaran IPA Terpadu.
Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini,
namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang SMP/MTs dan SMA/MA.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat
dilaksanakan.
a. Guru
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dapat dilakukan oleh tim
pengajar atau guru tunggal. Hal ini tergantung pada kondisi sekolah.
Bila di suatu sekolah guru IPA terdiri atas guru fisika, kimia, biologi,
maka dalam penyusunan silabus, perencanaan pembelajaran,

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 82


penggunaan media, dan strategi mengajar sebaiknya dibuat bersama
hingga penyusunan alat penilaiannya. Namun dalam pembelajarannya
dapat dilakukan oleh guru tunggal. Bila di sekolah, seorang guru
mengajar semua mata pelajaran IPA, dan mengalami kesulitan untuk
memadukan kompetensi dasar, indikator, dan materi, maka sangat
dianjurkan agar guru tersebut bekerja sama dalam kelompok MGMP
agar dapat terjadi diskusi tentang perencanaan strategi dan
pelaksanaan KBM. Indikator yang sudah dipadukan tidak perlu
diajarkan dua kali karena tujuan pembelajaran terpadu adalah
efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, pembelajaran IPA Terpadu
terbentur pada masalah-masalah berikut ini.
1. Jadwal pelajaran yang sudah diatur sedemikian rupa dan tak dapat
diubah begitu saja.
2. Masalah guru mata pelajaran IPA yang terpisah.
3. Program semester yang telah memuat urutan materi yang akan
diajarkan.
4. Penguasaan bahan ajar.
5. Keterpaduan kompetensi yang terjadi lintas kelas.
Dalam mengajarkan bahan ajar dilakukan oleh guru mata pelajaran
yang dominan. Misalnya bahan ajar tersebut dominan biologi maka
yang mengajar sebaiknya guru biologi, atau bersama-sama. Oleh
karena itu, pembelajaran IPA terpadu dapat diajarkan oleh guru
tunggal atau tim pengajar tergantung pada kesepakatan dan waktu.
Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang terpenting adalah
kerja sama antarguru IPA yang ada di suatu sekolah dalam membuat
perencanaan pembelajaran, mulai dari silabus, desain
pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 83


dalam bentuk penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka
pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kerja sama antarguru IPA,
baik yang ada di sekolah maupun dalam lingkup MGMP. Kerja sama
ini meliputi saling mempelajari materi dari mata pelajaran yang lain.
Selain meningkatkan kerja sama, pembelajaran terpadu juga
meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas wawasan
pengetahuannya. Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal dapat
memperkecil masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal
pelajaran. Secara teknis, pengaturannya dapat dilakukan sejak awal
semester atau awal tahun pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan
adalah pembahasan materi yang tidak seimbang karena wawasan
pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal
utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model
pembelajaran terpadu secara konseptual maupun praktikal.
b. Peserta didik
Bagi peserta didik, pembelajaran terpadu dapat mempertajam
kemampuan analitis terhadap konsep-konsep yang dipadukan,
karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan
aplikasi konsep. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan
variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas
pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik
agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
c. Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan tidak hanya buku mata pelajaran
saja, tetapi dapat dari berbagai mata pelajaran yang direkatkan oleh
tema. Peserta didik dapat juga mencari berbagai sumber belajar
lainnya. Bahkan bila memungkinkan mereka dapat menggunakan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 84


teknologi informasi yang ada. Aktivitas peserta didik dalam
penugasan dapat menjadi nilai tambah yang menguntungkan.
Dalam pembelajaran terpadu, suatu bahan ajar dapat dibahas dari
berberapa mata pelajaran sehingga wawasan peserta didik diharapkan
akan lebih terbuka. Di samping itu karena konsep-konsep itu
dipadukan dalam suatu pembelajaran, maka akan mengurangi
kebosanan peserta didik terhadap pengulangan bahan ajar pada
berbagai mata pelajaran.
d. Sarana dan Prasarana
Dalam pembelajaran terpadu diperlukan berbagai alat dan media
pembelajaran. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang
direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat
lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan mata pelajaran.
Memang tidak semua konsep dapat dipadukan. Konsep-konsep yang
dipilih untuk direkat oleh tema dapat menghemat waktu dan ruang.
Berikut contoh Pemetaan Kompetensi Dasar untuk menjadi Tema
dalam pembelajaran IPA Terpadu.
e. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA
dikembangkan dalam submata pelajaran, pada tingkat
pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan
peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah
satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah
guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam
satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang
terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 85


bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama
dan masih dalam lingkup IPA .
Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran
terpadu antara laian sebagai berikut.
 Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi
penghematan waktu, karena ketiga disiplin ilmu (Fisika, Kimia, dan
Biologi) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga
dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
 Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep
Fisika, Kimia, dan Biologi.
 Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta
didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan
lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
 Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia
nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
 Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
 Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang
dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan
pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih
terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami
hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
 Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru submata pelajaran
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,
peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih
menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
lebih bermakna.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 86


Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model
pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari,
bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk
semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan
dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran
terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan, akan tetapi kelemahan
tersebut sebagai tantangan untuk terus berupaya diatasi oleh pihak-pihak
yang terlibat di sekolah. Beberapa kelemahan yang perlu diatasi
diuraikan sebagai berikut ini.
a. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi,
dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik,
guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca
buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada mata pelajaran
tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam
IPA akan sulit terwujud.
b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan
belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan
akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model
pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan),
kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran
terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu
memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak
dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 87


menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan
wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan
pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada
pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada
pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi
kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian
yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan
belajar peserta didik dari beberapa mata pelajaran terkait yang
dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan
teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain,
bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
f. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan
mengutamakan salah satu mata pelajaran dan ‘tenggelam’nya mata
pelajaran lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah
TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan
pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain


keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih
lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas
bersama antara guru mata pelajaran terkait dengan sikap terbuka.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 88


Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam pembelajaran IPA.

E. PEMBELAJARAN IPS TERPADU

1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi
sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan
dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang


memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan
kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan
sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari
berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang
berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-
aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual,
teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu
politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan
pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan.
Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku
seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 89


sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu
sosial dan studi-studi sosial.

Gambar 1: Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial

Sejarah
Ilmu Politik

Geografi
Ekonomi
Ilmu
Pengetahuan
Sosial Psikologi
Sosiologi
Sosial

Filsafat
Antropologi

2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN IPS


Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu-Ilmu Sosial di tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, psikologi sosial.
Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat
(Nursid Sumaatmaja, 1980;20)

Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah


pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 90


sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk
efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum, perlu dikembangkan
berbagai model pembelajaran kurikulum.
Karateristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs antara
lain sebagai berikut.
 Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama
(Numan Soemantri, 2001).
 Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
 Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab
akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur,
proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar
survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan
jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan
tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial
serta kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi
tersebut terlihat pada tabel berikut.

Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia

Dimensi dalam
Ruang Waktu Nilai/Norma
kehidupan manusia

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 91


Dimensi dalam
Ruang Waktu Nilai/Norma
kehidupan manusia
Contoh Kompetensi Adaptasi spasial Berpikir Konsisten dengan
Dasar yang dan eksploratif kronologis, aturan yang disepakati
dikembangkan prospektif, dan kaidah alamiah
antisipatif masing-masing disiplin
ilmu
Alternatif penyajian Geografi Sejarah Ekonomi,
dalam mata Sosiologi/Antropologi
pelajaran

Sumber: Sardiman, 2004

3. TUJUAN PEMBELAJARAN IPS

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan


potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-
program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari
rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin,
1998).
 Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
 Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 92


 Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
 Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
 Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.

4. KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU DALAM IPS


Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan
pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik
secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik
(Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan
Kompetensi Dasar melalui pembelajaran terpadu siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan
untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang
hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun


dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan
pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari
suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan
diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 93


dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang.
Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari
berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman
kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi
yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.

a. Model Integrasi Berdasarkan Topik


Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan
topik yang terkait, misalnya ‘pariwisata’. Pariwisata dalam contoh
yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup
dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengembangan pariwisata dalam hal
ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup
dalam disiplin Geografi.

Secara sosiologis, pariwisata itu juga dapat ditinjau dari partisipasi


masyarakat, pengaruhnya terhadap kondisi sosial budaya setempat,
dan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Secara
historis dapat dikembangkan melalui sejarah daerah pariwisata
tersebut. Keadaan politik juga dapat dikaji pula pada topik
pengembangan pariwisata berkaitan dengan pengaruhnya terhadap
perkembangan pariwisata. Selanjutnya, dampak pariwisata terhadap
perkembangan ekonomi lokal maupun nasional dapat dikembangkan
melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Skema berikut
memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai
disiplin ilmu.

Persebaran,
Sejarah kondisi fisik
perkembangan
Sejarah Geografi daerah objek
daerah wisata wisata

PENGEMBANGAN
PARIWISATA
Partisipasi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah Dampak 94
masyarakat terhadap
Sosiologi Ekonomi
kesejahteraan
Pengaruh terhadap
masyarakat
perkembangan Politik
masyarakat di sekitar
objek wisata
Gambar 2: Model Integrasi IPS Berdasarkan Topik/Tema

b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama


Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan
pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh,
“Potensi Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran
yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari
faktor alam, sosial/antropologis, historis kronologis dan kausalitas,
serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi
utama yang terdapat di daerahnya, maka siswa selain dapat
memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi
Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam
Ilmu Pengetahuan Sosial.

Keadaan Alam Sosiologis/


antropologis
1. Potensi objek wisata
BALI SEBAGAI
DAERAH 2. Memupuk aspirasi terhadap
TUJUAN kesenian
WISATA

Keadaan Politik
Ekonomi

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 95


3. Keamanan dan stabilitas daerah

4. Azas manfaat terhadap


kesejahteraan penduduk

Gambar 3: Model Integrasi IPS Berdasarkan Potensi Utama

c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan


Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah
berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah “Pemukiman
Kumuh”. Pada pembelajaran terpadu, Pemukiman Kumuh ditinjau
dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di antaranya
adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Juga dapat dari faktor
historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap
aturan/norma.

Faktor sosial,
Faktor Ekonomi
dan budaya

PEMUKIMAN
KUMUH
Perilaku
Faktor historis
terhadap aturan

Gambar 4. Model Integrasi IPS Berdasarkan Permasalahan

5. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERPADU


a. Perencanaan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada
kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi siswa
(minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyusun
perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah
berikut ini.
1. Pemetaan Kompetensi Dasar

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 96


2. Penentuan Topik/tema
3. Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator
sesuai topik/tema
4. Pengembangan Silabus
5. Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah tersebut secara rinci dijelaslan sebagai berikut ini.
1) Pemetaan Kompetensi Dasar
Langkah pertama dalam pengembangan model pembelajaran
terpadu adalah melakukan pemetaan pada semua Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS per kelas
yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara lain
dengan:
 mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan dalam satu
tingkat kelas yang sama; dan
 menentukan tema/topik pengikat antar-Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam
pengembangan model pembelajaran terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah sebagai berikut.
 Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai
Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.
 Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan
dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar
yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 97


 Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar
Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPS pada kelas yang sama,
melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar
saja.
 Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema
masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.

Berikut ini contoh pemetaan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS
yang dapat diintegrasikan/dipadukan.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 98


Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu
Kelas VII

No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema

1. Semester 2 Semester 1 Semester 2 Semester 2 Kegiatan


6.1 Mendeskripsikan 2.1 Mendeskripsikan 6.2 Mendeskripsikan 5.1 Mendeskripsikan Ekonomi
pola kegiatan interaksi sebagai kegiatan pokok perkembangan Penduduk
ekonomi proses sosial. ekonomi yang masyarakat,
penduduk, meliputi kegiatan kebudayaan, dan
penggunaan konsumsi, pemerintahan
lahan, dan pola produksi, dan pada masa Islam
pemukiman distribusi di Indonesia,
berdasarkan barang/jasa. serta
kondisi fisik peninggalan-
permukaan bumi. peninggalannya

2 Semester 2 Semester 2 Semester 1 Semester 2 Kelangkaan


4.3 Mendeskripsikan 2.1 Mendeskripsikan 3.1 Mendeskripsikan 5.3 Mendeskripsikan Sumber
kondisi geografis interkasi sebagai manusia sebagai perkembangan Daya
dan penduduk proses sosial. makhluk sosial masyarakat,
dan ekonomi yang kebudayaan, dan
6.1 Mendeskripsikan 2.3 Mengidentifikasi bermoral dalam pemerintahan
pola kegiatan bentuk-bentuk kaitannya dengan pada masa
ekonomi interaksi sosial usaha memenuhi Kolonial Eropa
penduduk, kebutuhan dan
penggunaan lahan 2.4 Menguraikan pemanfaatan
dan pola proses interaksi sumber daya yang
pemukiman sosial tersedia.
berdasarkan
kondisi fisik
permukaan bumi.
3. Semester 2 Semester 2 Semester 1 Pemanfaatan
4.1 Menggunakan 6.2 Mendeskripsikan 5.1 Mendeskripsikan Peta
peta, atlas dan kegiatan pokok perkembangan
globe untuk ekonomi yang masyarakat,
mendapatkan meliputi kegiatan kebudayaan, dan
informasi konsumsi, pemerintahan
keruangan. produksi dan pada masa
distribusi Hindu-Buddha,
barang/jasa. serta
peninggalan-
peningalannya

5.2 Mendeskripsikan
perkembangan
masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan
pada masa Islam
di Indonesia,
serta
peninggalan-
peningalannya

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 99


No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema

5.3 Mendeskripsikan
perkembangan
masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan
pada masa
Kolonial Eropa

Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu


Kelas VIII

No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema

1. Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 1 Globalisasi


1.1 Mendeskripsikan 6.1 Mendeskripsikan 4.3 Mengidentifikasi 2.1 Menjelaskan
kondisi fisik bentuk-bentuk bentuk pasar proses
wilayah dan hubungan sosial dalam kegiatan perkembangan
penduduk. ekonomi kolonialisme dan
6.2 Mendeskripsikan masyarakat. imperialisme
pranata sosial Barat, serta
dalam kehidupan pengaruh yang
masyarakat ditimbulkannya di
berbagai daerah di
6.3 Mendeskripsikan Indonesia.
upaya
pengendalian
penyimpangan
sosial
2. Semester 1 Semester 1 Semester 2 Peran
1.1 Mendeskripsikan 6.2 Mendeskripsikan 7.2 Mendeskripsikan Indonesia
kondisi fisik pranata sosial pelaku-pelaku dalam
wilayah dan dalam kehidupan ekonomi dalam Pergaulan
penduduk. masyarakat sistem Antarbangsa
perekonomian
Indonesia.
3. Semester 1 Semester 2 Semester 2 Semester 1 Otonomi
1.1 Mendeskripsikan 6.2 Mendeskripsikan 7.1 Mendeskripsikan 2.2 Menguraikan Daerah
kondisi fisik pranata sosial permasalahan proses
wilayah dan dalam kehidupan angkatan kerja terbentuknya
penduduk. masyarakat dan tenaga kerja kesadaran
sebagai sumber nasional, identitas
daya dalam Indonesia, dan
kegiatan ekonomi, perkembangan
serta peran pergerakan
pemerintah dalam kebangsaan
upaya Indonesia.
penanggulangan-
nya.

7.2 Mendeskripsikan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 100


No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema

palaku-pelaku
ekonomi dalam
sistem
perekonomian
Indonesia.

4. Semester 2 Semester 2 Semester 2 2.1 Menjelaskan Pelestarian


1.3 Mendeskripsikan 6.1 Mendeskripsikan 4.1 Mendeskripsikan proses Lingkungan
permasalahan bentuk-bentuk hubungan antara perkembangan
lingkungan hidup hubungan sosial kelangkaan kolonialisme dan
dan upaya sumber daya imperialisme
penang- 6.2 Mendeskripsikan dengan Barat, serta
gulangannya pranata sosial kebutuhan pengaruh yang
dalam dalam kehidupan manusia yang ditimbulkannya di
pembangunan masyarakat tidak terbatas berbagai daerah di
berkelanjutan. Indonesia.
6.3 Mendeskripsikan
upaya
pengendalian
penyimpangan
sosial

Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu


Kelas IX

No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema


1. Semester 2 Semester 1 Semester 1 Semester 2 Pengemba-
5.1 Menginterpretasi- 3.1Mendeskripsi- 7.1Mendeskripsikan 7.2 Menguraikan ngan
kan peta tentang kan perubahan uang dan perkembangan Pariwisata
bentuk dan pola
sosial-budaya lembaga lembaga-
muka bumi.
pada keuangan. lembaga
masyarakat internasional
dan peran
3.2 Menguraikan Indonesia dalam
tipe-tipe kerjasama
perilaku internasional
masyarakat
dalam
menyikapi
perubahan

2 Semester 2 Semester 2 Semester 2 Semester 2 Modernisasi


5.2 Mendeskripsikan 7.3 Menguraikan 7.4 Mendeskripsikan 7.2Menguraikan
keterkaitan unsur- perilaku kerjasama antar perkembangan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 101


No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema
unsur geografis masyarakat negara di bidang lembaga-
dan penduduk di dalam ekonomi lembaga
kawasan Asia perubahan internasional
Tenggara
sosial-budaya di dan peran
era global Indonesia dalam
kerjasama
internasional

3. Semester 2 Semester 2 Semester 2 Semester 2 Kerjasama


5.2 Mendeskripsikan 7.3 Menguraikan 7.4 Mendeskripsikan 7.2 Menguraikan Inter-
keterkaitan unsur- perilaku kerjasama antar perkembangan nasional
unsur geografis negara di bidang
masyarakat lembaga-
dan penduduk di ekonomi
kawasan Asia dalam lembaga
Tenggara perubahan internasional
sosial-budaya di 7.5 Mengidentifikasi dan peran
Semester 1 era global dampak Indonesia dalam
1.1 Mengidentifikasi kerjasama antar kerjasama
ciri-ciri negara negara terhadap internasional
berkembang dan perekonomian
negara maju. Indonesia

2) Penentuan Topik/Tema

Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya


dilakukan penentuan topik/tema. Topik/tema yang ditentukan
harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan.
Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu
tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema
pada pembelajaran IPS Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
 Topik, dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan perekat
antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata
pelajaran IPS.
 Topik yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-
kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga
sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi siswa, dalam arti

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 102


sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar
pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi siswa;
contohnya, untuk kelas VII ada 3 (tiga) topik/tema yaitu:
aktivitas ekonomi penduduk, kelangkaan sumber daya alam,
dan pemanfaatan peta.
 Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang
saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak
mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada satu
rumpun yang telah dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan
Otonomi Daerah, Pertumbuhan Industri, Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami,
Penyakit Folio, Penyakit Busung Lapar.
Berikut ini beberapa contoh Topik yang relatif relevan dengan
pemetaan Kompetensi Dasar.

Kelas VII SMP


i) Topik: Kegiatan Ekonomi Penduduk
No Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah
1. Semester 2 Semester 1 Semester 2 Semester 2
6.1 Mendeskripsikan pola 2.1 Mendeskripsikan 6.2 Mendeskripsikan 5.2 Mendeskripsikan
kegiatan ekonomi interaksi sebagai kegiatan pokok perkembangan
penduduk, proses sosial. ekonomi yang masyarakat,
penggunaan lahan, meliputi kegiatan kebudayaan, dan
dan pola pemukiman konsumsi, produksi, pemerintahan pada
berdasarkan kondisi dan distribusi masa Islam di
fisik permukaan bumi. barang/jasa. Indonesia, serta
peninggalan-
peninggalannya

Kelas VIII SMP


ii) Topik : Pelestarian Lingkungan
No Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah
1. Semester 2 Semester 2 Semester 2 2.1 Menjelaskan proses
1.3 Mendeskripsikan 6.1 Mendeskripsikan 4.1 Mendeskripsikan perkembangan
permasalahan bentuk-bentuk hubungan antara kolonialisme dan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 103


No Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah
lingkungan hidup dan hubungan sosial kelangkaan sumber imperialisme Barat,
upaya penang- 6.2 Mendeskripsikan daya dengan serta pengaruh yang
gulangannya dalam pranata sosial dalam kebutuhan manusia ditimbulkannya di
pembangunan kehidupan yang tidak terbatas berbagai daerah di
berkelanjutan. masyarakat Indonesia.
6.3 Mendeskripsikan
upaya pengendalian
penyimpangan sosial

Kelas IX SMP.
iii) Topik: Pengembangan Pariwisata
No Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah
1. Semester 2 Semester 1 Semester 1 Semester 2
5.1 Menginterpretasi-kan 3.1 Mendeskripsi-kan 7.1 Mendeskripsikan 7.2 Menguraikan
peta tentang bentuk perubahan sosial- uang dan lembaga perkembangan
dan pola muka bumi. budaya pada keuangan. lembaga-lembaga
masyarakat internasional dan
peran Indonesia dalam
3.2 Menguraikan tipe-tipe kerjasama
perilaku masyarakat internasional
dalam menyikapi
perubahan

3) Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator


Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar dan
Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan, maka
Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam
indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk
penyusunan silabus.
Contoh perumusan Kompetensi Dasar ke dalam berbagai indikator
pencapaian

Kompetensi Dasar Geografi:

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 104


Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, pengunaan
lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan
bumi.
Perumusan indikatornya:
 Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian,
nonpertanian).
 Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan
perkotaan.
 Mendiskripsikan persebaran permukiman penduduk di berbagai
bentang lahan dan mengungkapkan alasan penduduk memilih
bermukim di lokasi tersebut.
Kompetensi Dasar Sosiologi:
Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial.
Perumusan indikatornya:
 Mengidentifikasi pola-pola keselarasan sosial dalam keluarga
dan masyarakat.
 Menentukan sikap dalam keragaman sosial untuk mewujudkan
keselarasan sosial.
Kompetensi Dasar Ekonomi:
Mendeksripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan
konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
Perumusan indikatornya:
 Menguraikan kegiatan konsumsi barang dan jasa.
 Menguraikan kegiatan produksi barang dan jasa.
 Menguraikan kegiatan distribusi barang dan jasa.

Kompetensi Dasar Sejarah:

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 105


Mendeksripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan
pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-
peninggalannya.
Perumusan indikatornya:
 Menyusun kronologis proses masuk berkembangnya Islam di
Indonesia dengan menggunakan ensiklopedi dan referensi
relevan lainnya.
 Menjelaskan peranan pedagang dan ulama dalam proses awal
perkembangan Islam di Indonesia.
4) Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah
sebelumnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan silabus
pembelajaran terpadu. Komponen penyusunan silabus terdiri dari
Standar Kompetensi IPS (Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi), Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar,
alokasi waktu, dan penilaian.

5) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan


Pelaksanaan Proses Pembelajaran serta Penilaian Hasil
Pembelajaran.

Penyusunan RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan


kegiatan peserta didik dalam upaya mencapai KD. Demikian pula
untuk pelaksanaan proses pembelajaran, maupun penilaian hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
siswa, menggunakan prinsi-prinsip minimal sesuai dengan standar
isi, standar proses, standar penilaian, dan dikembangkan dengan
prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran dan penilaian pada
pembelajaran kontekstual (CTL).

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 106


b. Implikasi Pembelajaran IPS Terpadu
Implikasi pembelajaran IPS terpadu terhadap guru, peserta didik,
bahan ajar, sarana dan prasarana dalam pelaksanaannya bergantung
pada sekolah masing-masing sama seperti pada pembelajaran IPA
terpadu. Diharapkan guru yang profesional sesuai dengan PP 74 dan
minimal standar proses dapat melaksanakan pembelajaran IPS
terpadu tanpa mengalami kendala.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 107


PEMBELAJARAN TEMATIK

A. LATAR BELAKANG
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga
berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek
perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang
sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami
hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih
bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami
secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III kelas awal)


untuk setiap mata pelajaran masih banyak dilakukan secara terpisah. Dalam
pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu
hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan
perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu
keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara
terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Seperti pada Mata pelajaran Matematika, perlu diberikan kepada semua


peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 108


memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Demikian pula untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan tujuan agar
peserta didik dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan
etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan
sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Demikian pula
pada Kompetensi dasar Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga
dan Kesehatan perlu dikaji

Jika mata pelajaran- mata pelajaran tersebut dipadukan menjadi sebuah


tema akan diperoleh suatu kemampuan berkomunikasi secara baik sebagai
indikator dalam kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, yang pada
akhirnya pembelajaran menjadi menyenangkan.

Permasalahan menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta


didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu,
hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 109


Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan
peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain
itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara
kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga
menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah
pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi,
standar proses yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka
pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga
lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan
pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran
tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model
pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.

B. KERANGKA BERPIKIR
1. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada
rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek
tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang.
Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu
didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD
biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka
telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah
dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai
sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang
koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 110


memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada
pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan
keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan
teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat
mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol
emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar
tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia
kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan
seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan,
meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab
akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

2. Cara Anak Belajar


Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri
dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori
perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur
kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam
pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam
lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui
proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada
dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep
dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika
berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan
pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara
bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 111


sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena
memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan
lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada
rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai
berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu
aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur
secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3)
Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan
benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan
aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan
sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair,
panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut,


kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
a. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak
atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses
dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan
yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
b. Integratif

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 112


Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-
milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara
berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi
bagian.
c. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan
serta kedalaman materi .
3. Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam
kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.
Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak
dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik.
Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika
dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman
bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya
proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan
perkembangannya dan lingkungannya.

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses


dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang.  Kebermaknaan belajar sebagai hasil
dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 113


aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-
komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar
tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi
merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari
akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan
demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha
mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan
membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut
dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak
indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.

C. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK


Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,
konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran
bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik.
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau
gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di
antaranya:
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 114


3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman
langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori
pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget
yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi
pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar


sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 115


skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah
dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik).
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan
kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan
keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat
pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam
lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan


diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa
kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan
dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna
sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat,
bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan
mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-
pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan
konsep akan semakin baik dan meningkat,

D. LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 116


Landasan Pembelajaran tematik mencakup:
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan,
suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan
sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus
menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat
berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme
melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi
yang dimilikinya.
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan
dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan
dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana
pula siswa harus mempelajarinya.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 117


Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran
tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

E. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK


Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
3. Memberikan pengalaman langsung
4. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
5. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 118


6. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
7. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
8. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
9. Bersifat fleksibel
10.Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
11.Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
12.Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
13.Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

F. RAMBU-RAMBU
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk
dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan
secara tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap
diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 119


5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat,
lingkungan, dan daerah setempat.

G. IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK

Implikasi implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mencakup


implikasi terhadap guru, terhadap siswa, terhadap sarana-prasarana,
sumber belajar media, pengaturan ruangan, dan pemilihan metode
pembelajaran.
Implikasi bagi guru
Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam
menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih
kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
Implikasi bagi siswa
 Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual,
pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.
 Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara
aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian
sederhana, dan pemecahan masalah
Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

 Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik


secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 120


karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan
prasarana belajar.
 Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang
sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan
pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di
lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).
 Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.
 Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing
mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku
suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi
Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan
pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang
tersebut meliputi:
 Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
 Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan
keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
 Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di
tikar/karpet
 Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam
kelas maupun di luar kelas
 Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 121


 Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya
kembali.
Implikasi terhadap Pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam
pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan
dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran,
tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.

H. TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal


yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus
dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam


indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam
mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 122


 Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau
dapat diamati.
1) Menentukan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran,
dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat
bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak.
2) Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip
yaitu:
 Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
 Dari yang termudah menuju yang sulit
 Dari yang sederhana menuju yang kompleks
 Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
 Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses
berpikir pada diri siswa
 Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan
kemampuannya
b. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan
Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 123


sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
terbagi habis.
2. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan
indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan
terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap
mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan
alokasi waktu setiap tema.
3. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar,
alat/sumber, dan penilaian.
4. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan
realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam
silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
1) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan,
kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang
dialokasikan).
2) Standar kompetensi
3) Kompetensi dasar
4) Indikator pencapaian kompetensi
5) Tujuan pembelajaran
6) Materi ajar beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
7) Alokasi waktu

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 124


8) Metode pembelajaran dan strategi pembelajaran (kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam
berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk
menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang
dalam kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti dan
penutup).
9) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan
digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta
tindak lanjut hasil penilaian).
10) Sumber belajar, alat dan media yang digunakan untuk
memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 125


I. TAHAP PELAKSANAAN

1. Tahapan kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan
menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang
lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35
menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit)
a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar
mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan.
Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak
tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang
dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan
menyanyi
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung.
Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara
klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa
contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 126


dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim,
pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.

Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari dapat dijabarkan menjadi:

Contoh 1:

Kegiatan Jenis kegiatan


Kegiatan Anak berkumpul bernyanyi sambil menari
pembukaan mengikluti irama musik

Kegiatan inti  Kegiatan untuk pengembangan membaca


 Kegiatan untuk pengembangan menulis
 Kegitan untuk pengembangan berhitung

Kegiatan penutup Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita

Contoh 2:

Kegiatan Jenis kegiatan


Kegiatan Waktu berkumpul (anak m,enceritakan
pembukaan pengalkaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik
sesuai dengan tema)

Kegiatan inti  Pengembnagan kemmapuan menulis (kegiatan


kelompok besar)
 Pengembnagan kemampuan berhitung
kegiatan kelompok kecil atau berpasangan)
 Melakukan pengamatan sesuai dengan tema,
misalnya mengamati jenis kendaraan yang
lewat pada tema transporasi, menggambar
hewan hasil pengamatan

Kegiatan penutup  Mendongeng


 Pesan-pesan moral
 Musik/menyanyi

2. Pengaturan Jadwal pelajaran

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 127


Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan.
Guru bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama, guru
pendidikan Jasmani dan guru muatan lokal perlu bersama-sama
menyusun Jadwal pelajaran.
Contoh jadwal yang dapat dikembangkan seperti pada tabel berikut:

JADWAL PELAJARAN SD KELAS I, II

Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu


7.00- Matematika B. Ind. Matematika B. Ind. Penjaskes IPA
7.35
7.35- Matematika B.Ind. Matematika B.Ind. Penjaskes IPA
8.10
8.10- Matematika B.Ind. Matematika KTK P.Agama MULOK
8.45
8.45- Istirahat
9.00
9.00- B.ind Matematika IPS KTK P. Mulok
9.35 Agama
9.35- B.Ind Matematika IPS KTK
10.10

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 128


J. PENILAIAN PEMBELAJARAN TEMATIK

1. Prinsip

a. Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata


pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD
belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di
kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.
b. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II.
Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga kemampuan tersebut
adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
c. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-
masing Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar dari mata-mata pelajaran.
d. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar
mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada
kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada
kegiatan akhir.
e. Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan
guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya: Penggunaan tanda
baca, ejaan kata, maupun angka.

2. Alat Penilaian

Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis,
lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan porto
folio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih
banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru
menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuiah buku
bantu. Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 129


menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda
baca, Jean, kata atau angka.
Berikut adalah contoh penilaian yang dapat dilakukan guru:

A. Kewarganegaraan dan Tes Lisan


Pengetahuan Sosial
 Menyebutkan peristiwa/kegiatan yang
dialami
 Mengemukakan peristiwa/kegiatan yang
berkesan
 Mengekspresikan perasaan waktu
memberi kesan.

B. Bahasa Indonesia : Perbuatan


 Kelancaran membaca
 Melafalkan kata
 Melagukan/intonasi
 Cara bertanya jawab
Tugas
 Melengkapi kalimat

C. Ilmu Pengetahuan Alam : Perbuatan


 Mendemonstrasikan cara menggosok gigi

: Lisan
 Menyebutkan cara memelihara gigi
 Menjelaskan manfaat menggosok gigi

3. Aspek Penilaian
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji
ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata
pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian
dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah-
pisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata
pelajaran.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 130


Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi mata
pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua Sekolah Dasar, yaitu:
Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 131


DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMP. 2008. Bahan Sosialisasi KTSP.


Jakarta.
Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan
Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta.
Depdiknas. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Bahan TOT untuk
Calon Master Trainer Pengawas Sekolah. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London
Lestari, Tita. 1997. Dampak Penerapan Metode Pemecahan Masalah
Terhadap Tingkat Kemampuan Berpikir SMA Pada Pembelajaran
Matematika. Tesis-S-2 Program Studi Pengembangan Kurikulum.
Pasca Sarjana IKIP Bandung.
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Menga-jar.
Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Syaodih, Nana. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. andung.
Kesuma Karya.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 132


Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Gaung Persada Press.

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 133


LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU

A. PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR YANG BERPOTENSI


IPA TERPADU

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 134


Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 135
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 136
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 137
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 138
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 139
Lampiran3: CONTOH SILABUS

KOMPETENSI
Mata Pelajaran INDIKATOR KEGIATAN BELAJAR SARANA/SUMBER PENILAIAN
DASAR
BAHASA INDONESIA MENDENGARKAN  Menirukan  Menirukan bunyi Kaset dan tape Pengamatan
Membedakan bunyi bunyi/suara tertentu suara burung
bahasa seperti: suara burung,  Bermain peran
ombak, kendaraan, menjadi
dan lain-lain. berbagai
kendaraan
 Menirukan suara
ombak

BERBICARA  Menyebutkan nama  tanya jawab


Memperkenalkan diri orangtua dan tentang nama
sendiri dengan saudara kandung orang tuanya
kalimat sederhana dan saudara
dan bahasa yang kandungnya
santun (berpasangan)

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 140


 Menanyakan data  tanya jawab
diri dan nama tentang nama
orangtua serta orang tuanya
saudara teman dan saudara
sekelas kandungnya
(berpasangan)
 melakukan
permainan
menanyakan
data diri
temannya

 Menyebutkan data  melakukan


diri (nama, kelas, permainan
sekolah, dan menanyakan
tempat tinggal) data diri
dengan kalimat  bercerita
sederhana tentang data
dirinya
MENULIS  Menjiplak berbagai  Menjiplak kartu  Kartu kata
Menjiplak berbagai bentuk gambat, kata  Kartu bentuk
bentuk gambar, lingkaran, dan  Menjiplah gambar
lingkaran dan bentuk huruf bentuk-bentuk  Kartu bentuk
bentuk huruf gambar geometri
 Menjiplak
bentuk-bentuk
geometri

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 141


MATEMATIKA Membilang banyak  Membilang atau  Membilang  Bola
benda menghitung secara benda-benda di
urut kelas
 Membilang
sambil
Memantulkan
bola

 Menyebutkan  Mengamati lalu


banyak benda menyebutkan
nama benda
yang dilihatnya
 Membandingkan  Praktek langsung  Batu-batuan
dua kumpulan mengambil dua
benda melalui kumpulan benda
istilah lebih lalu dihitung
banyak, lebih
sedikit, atau sama
banyak

 Menceritakan  Bercerita
Menentukan waktu pengalamannya tentnag
(pagi, siang, saat pagi, siang pengalamannya
malam, hari dan atau malam hari
jam (bulat)

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 142


IPS Menguindentifikasi  Menyebutkan nama  Menyebutkan
identitas lengkap dan nama nama
diri,keluarga, dan panggilan lengkapnya
kerabat
 Menyebutkan  Menyebutkan
alamat tempat alamat
tinggal rumahnya
IPA Makhluk Hidup  Menyebutkan  Menggambarkan
dan Proses nama bagian- tubuhnya lalu
kehidupannya  Menyebutkan  menyebutkan
Mengenal bagian- kegunaan bagian- nama bagian-
bagian tubuh dan bagian tubuh bagian tubuhnya
kegunaannya dan
kegunaannya
Mengindetifikasi  Mengelompokkan  Praktek Batu, daun, biji
benda yang ada di benda dengan pengelompokkan salak
lingkungan sekitar berbagai cara yang
berdasarkan diketahui anak.
cirinya melalui
 Menunjukkan  Praktek langsung
pengamatannya
sebanyak- mengamati
banyaknya benda lingkungan dan
yang mempunyai menyebutkan
warna, bentuk dan sebanyak-
ciri tertentu banyaknya
 benda yang
mempunyai
warna, bentuk
dan ciri
tertentu

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 143


PENDIDIKAN Mempraktikkan  Menerapkan konsep  Praktek langsung
JASMANI, OLAHRAGA gerak dasar jalan, arah dalam Menerapkan
DAN KESEHATAN lari dan loncat berjalan, berlari konsep arah
dalam permainan dan melompat. dalam berjalan,
sederhana, serta berlari dan
nilai sportivitas,  melompat.
kejujuran,
kerjasama,  Berjalan dengan  Praktek langsung
toleransi dan berbagai pola berjalan dengan
percaya diri langkah dan pola
kecepatan

SENI BUDAYA DAN SENI RUPA  Menyebutkan unsur  Mengamati


KETERAMPILAN Mengidentifikasi rupa di lingkungan lingkungan lalu
unsur rupa pada sekolah menyebutkan
benda di alam benda-benda
sekitar yang dilihatnya

 Mengelompokkan  Mengamati
berbagai jenis: lingkungan lalu
bintik gari, bidang, mengelompokka
warna dan bentuk n benda
pada benda dua berdasarkan
dan tiga dimensi di garis, bintik dsb
alam sekitar

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 144


SENI MUSIK  Bertepuk tangan  Bermain tepuk
Mengidentifikasi dengan pola tangan dengan
unsur/elemen berbagai pola
musik dari yang
berbagai sumber dicontohkan
bunyi yang
dihasilkan tubuh
manusia

SENI TARI  Bergerak bebas  Mendengarkan


Mengidentifikasi sesuai irama musik musik dan
fungsi tubuh dalam bergerak bebas
melaksanaan gerak mengikuti irama
di tempat

PENDIDIKAN  Menyebutkan jenis  Menyebutkan


KEWARGANEGARAAN kelamin anggota jenis kelamin
keluarga. teman
sebangkunya
 Meyebutkan agama-  Menyebutkan
agama yang ada di agama yang
Indonesia dikenalnya

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 145


Lampiran 4: Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS : I
TEMA : LINGKUNGAN
MINGGU/HARI : I/Senin
ALOKASI WAKTU : 5 x 35 menit

INDIKATOR:
Bahasa Indonesia:
 Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas
 Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
Matematika:
 Membilang atau menghitung secara urut
 Menyebutkan banyak benda
 Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari
IPA
 Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna,
bentuk dan ciri tertentu
IPS
 Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
 Bertepuk tangan dengan pola
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
 Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.

SARANA DAN SUMBER BELAJAR:


 Kartu-kartu kata
 Lembar kerja (jam)
 Bola

STRATEGI KEGIATAN

A. Pembukaan (1 X 35 menit)
 Berdoa bersama
 Menyanyi lagu kasih ibu sambil bertepuk dengan variasi 1-2-1-2

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 146


 Guru meminta beberapa anak untuk menyebutkan identitas dirinya
seperti nama dan alamatnya, dan menceritakan suatu pengalaman
yang menyenangkan dirinya
 Guru meminta anak untuk berkeliling di kelas sambil melompat satu
kaki dengan membilang (menghitung secara urut) lompatannya
 Guru meminta beberapa anak mengemukakan tentang kegiatan
yang dapat dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam
hari

B. Inti (3 x 35 menit)
 Di kelas anak secara individual diminta untuk mengamati berbagai
benda yang ada dalam kelasnya. memilih benda yang ada di kelas,
menghitungnya dan menuliskan lambang bilangan dari jumlah
benda yang dihitungnya (kegiatan ini dilakukan beberapa kali)
 Kegiatan berikutnya (atau bagi yang sudah menyelesaikan kegiatan
pertama) dapat membaca kalimat sederhana dari kartu-kartu kata
yang sudah disiapkan guru
 Guru meminta anak untuk melihat jam dinding dikelasnya, lalu anak
diminta untuk menggambarkan jam didinding tersebut dilengkapi
dengan penunjukkan jarum jam pada saat anak melihat dan
menggambarkannya.

C. Penutup (1 x 35 menit)
 Guru bercerita tentang perlunya air bagi makhluk hidup, yang
dilanjutkan dengan tanya jawab
 Pesan-pesan moral bagi anak misalnya tentang perlunya hemat air,
perlunya mandi/menjaga kebersihan
 Berdoa pulang

Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 147

Anda mungkin juga menyukai