Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hakekat tujuan Allah SWT menciptakan umat manusia adalah untuk beridah. Ibadah tidak
hanya terbatas pada mahdlah (murni) tetapi juga qhair al- mahdlah. Ibadah kepada Allah
SWT membutuhkan syarat rukun yang harus dipenuhi. Hikmah ibadah yang berkaitan
dengan thaharah dalam kehidupan pribadi dan sosial budaya. Semua ibadah hakekatnya
untuk mewujudkan rasa syukur dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Ibadah
yang bersifat wajib merupakan tuntutan yang harus ditunaikan, sedang ibadah sunnah
merupakan sarana meningkatkan taqarrub (pendekatan) pada Allah SWT. Kedudukan
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi dan sebagai makhluk sosial diharapkan
mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi sebagai aktualisasi pribadi muslim
di tengah-tengah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Manusia mengemban
tugas sebagai kahalifah Allah di bumi. Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial
kemudian didudukkan sebagai fardhu kifayah dan sunah fikayah dalam membina
kerukunan masyarakat.

Pembangunan agama merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu
hak memeluk agama dan beribadat menurut keyakinan masing-masing sebagaimana diatur
di dalam UUD 1945. Pembangunan agama merupakan upaya mewujudkan agenda
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas pelayanan dan
pemahaman agama serta kehidupan beragama.

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan
dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan kehidupan
beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan
bentuk dari semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan
berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan ghaib yang
mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk
memohon bantuan dan pertolongan kepada kekuatan ghaib tersebut, agar mendapatkan
kehidupan yang aman, selamat dan sejahtera. Tetapi apa dan siapa kekuatan ghaib yang
mereka rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi
dan memohon perlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka merasakan
adanya dan kebutuhan akan bantuan dan perlindungannya. Itulah awal rasa Agama, yang
merupakan desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku
keagamaan. Dengan demikian, rasa Agama dan perilaku keagamaan merupakan
pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan fitrah manusia.

Fitrah adalah kondisi sekaligus potensi bawaan yang berasal dari dan ditetapkan dalam
proses penciptaan manusia. Di samping fitrah beragama, manusia memiliki fitrah untuk
hidup bersama dengan manusia lainnya atau bermasyarakat. Dan fitrah pokok dari manusia
adalah fitrah berakal budi, yang memungkinkan manusia berbudi daya untuk
mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup, mengatur dan mengembangkan
kehidupan bersama. Serta menyusun sistem kehidupan dan budaya serta lingkungan hidup
yang aman dan sejahtera. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dengan akal
budinya berkemampuan untuk menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya baik yang bersumber dari rasa keagamaan maupun rasa
kebersamaan (bermasyarakat), serta rasa untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
hidup. Dan dengan akalnyalah manusia membentuk kehidupan budaya, termasuk di
dalamnya kehidupan keagamaannya.

Selanjutnya, Agama dan kehidupan keagamaan yang terbentuk bersama dengan


pertumbuhan dan perkembangan akal serta budi daya manusia disebut dengan Agama Akal
atau Agama Budaya. Sementara itu sepanjang kehidupan manusia, Allah telah
memberikan petunjuk melalui para Rasul tentang Agama dan kehidupan keagamaan yang
benar. Para Rasul itu juga berfungsi untuk memberikan petunjuk guna meningkatkan daya
akal budi manusia alam menghadapi dan menjawab tantangan serta memecahkan
permasalahan kehidupan umat manusia yang terus berkembang sepanjang sejarahnya.
Agama yang dibawa Rasul Allah itu bukan hanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan
semata, tetapi juga menyangkut kehidupan-kehidupan sosial budaya yang lainnya. Agama
ini mendorong agar kehidupan keagamaan, kehidupan sosial dan kehidupan budaya
lainnya dapat tumbuh berkembang bersama secara terpadu untuk mewujudkan suatu
sistem budaya dan peradaban yang Islami.
B. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN BERAGAMA :
1. Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di masyarakat kurang
memadai
2. Kehidupan beragama pada sebagian masyarakat baru mencapai tataran simbol-
simbol keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat substansial
3. Berbagai perilaku masyarakat yang bertentangan dengan moralitas dan etika
keagamaan
4. Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di kalangan peserta didik
juga belum memuaskan ;
5. Rendahnya kualitas dan kuantitas serta sarana dan prasaranapendidikan agama
6. Pelayanan kehidupan beragama belummemadai
7. Sarana dan prasarana ibadah belum optimal pemanfaatannya dan belum efektif
pengelolaan dana sosial keagamaan.

C. TUJUAN PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA :


1. Meningkatnya kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan
beragama
2. Meningkatnya kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kualitas
masyarakat dari sisi rohani semakin baik. Upaya ini juga ditujukan pada anak
peserta didik di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, sehingga pemahaman
dan pengamalan ajaran agama dapat ditanamkan sejak dini pada anakanak;
3. Meningkatnya kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban
membayar zakat, wakaf, infak, shodaqoh, dalam rangka mengurangi kesenjangan
sosial di masyarakat
4. Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan
masyarakat sehingga mereka dapat memperoleh hak-hak dasar dalam memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat sesuai agama dan kepercayaannya
5. Peningkatan kerukunan antar umat beragama.
BAB II
PEMBAHASAN

Pembangunan agama merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu
hak memeluk agama dan beribadat menurut keyakinan masing-masing sebagaimana diatur
di dalam UUD 1945, Bab XI Pasal 29 (1) dan (2), yang menegaskan bahwa ”Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu.”

Pembangunan agama merupakan upaya mewujudkan agenda meningkatkan kesejahteraan


rakyat melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan
beragama. Selain itu, pembangunan agama juga mencakup dimensi peningkatan kerukunan
hidup umat beragama, yang mendukung peningkatan saling percaya dan harmonisasi
antarkelompok masyarakat. Dimensi kerukunan ini sangat penting dalam rangka
membangun masyarakat yang memiliki kesadaran mengenai realitas multikulturalisme dan
memahami makna kemajemukan sosial, sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat
yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Melalui pembinaan kerukunan hidup
umat beragama, agenda menciptakan Indonesia yang aman dan damai dapat diwujudkan.

Pemahaman dan penghayatan agama masih belum banyak menyentuh atau teraktualisasi
dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu maka pendidikan agama harus digunakan juga
sebagai proses penyadaran masyarakat bagi terbentuknya kehidupan sosial dan kerukunan
masyarakat yang lebih baik lagi.

Kondisi sosial dan budaya yang sangat beragam dalam kehidupan bermasyarakat
memerlukan sentuhan kebijakan dan tindak lanjut untuk mendukung perbaikan
infrastruktur sosial budaya. Infrastruktur sosial ini sangat luas karena mengangkat aspek
kesejahteraan di satu pihak dan partisipasi mereka dalam pembangunan di lain pihak.
Gambaran kondisi ini ditentukan oleh sikap dan tingkah laku masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Sikap dan tingkah laku masyarakat mencerminkan budaya masyarakat
tersebut. Dan didalam visi disebutkan salah satu kalimatnya adalah dihuni oleh masyarakat
yang sejahtera dan berbudaya. Arti budaya disini bukan hanya seni budaya, akan tetapi
budaya dalam arti moral, dan profesionalisme dan etos kerja. Budaya dalam arti moral
berarti disiplin, hormat-menghormati, menjunjung tinggi rasa kebersamaan, dan
sebagainya, sedangkan budaya dalam arti etos kerja, maksudnya adalah semangat budaya
kerja yang dilandasi profesionalisme sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi
pembangunan di Indonesia. Pembangunan sosial dan budaya ini juga diarahkan pada
pembentukan masyarakat yang partisipatif, rukun, peduli, mandiri dan demokratis.

Beragamnya masyarakat yang tinggal di Indonesia dapat dipandang sebagai suatu potensi
pembangunan, tetapi dapat juga menjadi peluang bagi terjadinya konflik sosial. Luasnya
cakupan pembangunan bidang sosial dan budaya di Indonesia tidak mungkin hanya
ditangani oleh pemerintah daerah, namun memerlukan peranserta aktif dari seluruh lapisan
masyarakat.

Kondisi dan masalah di bidang sosial dan budaya adalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya pembinaan kerukunan antar umat beragama
2. Belum optimalnya sarana dan prasarana keagamaan
3. Program-program yang diarahkan untuk mengentaskan kemiskinan dirasakan
belum optimal.
4. Program penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) belum
optimal.
5. Masih belum optimalnya pelayanan pemakaman
6. Belum optimalnya program pemberdayaan masyarakat
7. Masih adanya potensi konflik sosial
8. Belum optimalnya penanganan pemberdayaan perempuan
9. Degradasi moral di masyarakat, terutama dilingkungan generasi pemuda sebagai
dampak negatif dari kemajuan informasi, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dan
lain-lain.
10. Belum optimalnya pengembangan bidang kesenian dan kebudayaan
11. Belum optimalnya pembinaan organisasi kepemudaan
12. Masih kurangnya pemahaman dan penghargaan masyarakat terhadap nilai-nilai dan
tinggalan sejarah dan budaya maupun bagi para pelaku budaya yang mempunyai
andil dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan dan permuseuman.
13. Belum terpenuhinya kebutuhan ruang interaksi publik dan fasilitas olahraga.
A. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN BUDAYA

1. Keagamaan
Membina dan meningkatkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga tercipta
suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati dengan meningkatkan kualitas
pemahaman dan pelaksanaan ibadah menurut syariat agama masing-masing, serta
mempermudah umat beragama dalam menjalankan ibadahnya.

2. Kesejahteraan Sosial
Menciptakan iklim kehidupan yang layak berdasarkan atas azas kemanusiaan yang adil,
untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik terutama bagi kelompok masyarakat miskin
dan anak terlantar, memantapkan penanganan PMKS, mengoptimalkan peran serta
masyarakat dalam dalam usaha kesejahteraan sosial, serta memberikan pelayanan yang
memadai bagi masyarakat dalam permasalahan pemakaman.

3. Pemberdayaan Masyarakat
Menciptakan iklim kehidupan masyarakat yang layak dan kondusif melalui pembangunan
ketahanan masyarakat dan penanggulangan degradasi moral masyarakat dalam upaya
meningkatkan partisipasinya di bidang ekonomi dan sosial dari tingkat propinsi sampai
tingkat kelurahan, termasuk memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan jender
di berbagai bidang kehidupan.

4. Pelestarian Budaya dan Permuseuman


Mengembangkan kebebasan berkreasi dalam berkesenian dengan tetap mengacu pada
etika, moral, estika, dan agama, serta tetap melestarikan apresiasi nilai kesenian dan
kebudayaan Betawi serta kebudayaan daerah lainnya. Melakukan pembinaan dan
pengembangan museum serta peninggalan sejarah dan cagar budaya yang berpotensi untuk
pengembangan pariwisata
daerah.

5. Olahraga dan Kepemudaan


Menciptakan dan mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam
mengaktualisasikan diri dan lembaganya sebagai wahana pendewasaan untuk berkembang
dalam upaya melestarikan kader bangsa, melindungi generasi muda dari bahaya
penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya serta bahaya HIV/AIDS. Disamping itu
juga meningkatkan pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi dan permassalan olahraga
secara sistematis dan komprehensif melalui lembaga pendidikan dan keolahragaan
serta pembinaan pramuka.

Arah kebijakan peningkatan kualitas kehidupan beragama sebagai berikut :


1. Peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama
a. Peningkatan kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama;
b. Peningkatan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada semua
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan;
c. Peningkatan kualitas tenaga kependidikan agama dan keagamaan;
d. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat, wakaf, infak,
shodaqoh,
e. Peningkatan kualitas tenaga penyuluh agama dan pelayanan keagamaan lainnya;
f. Peningkatan kualitas penataan dan pengelolaan serta pengembangan fasilitas pada
pelaksanaan ibadah, dengan memperhatikan kepentingan seluruh lapisan umat
beragama dengan akses yang sama bagi setiap pemeluk agama;
g. Pembinaan keluarga harmonis untuk menempatkan keluarga sebagai pilar utama
pembentukan moral dan etika;
h. Peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga sosial keagamaan dan lembaga
pendidikan keagamaan;

2. Peningkatan Kerukunan Intern dan Antar umat Beragama


a. Peningkatan upaya menjaga keserasian sosial di dalam kelompok-kelompok
keagamaan dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam rangka memperkuat
hubungan social masyarakat
b. Pencegahan kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat
yang mengandung sentimen keagamaan;
c. Peningkatan kerjasama intern dan antarumat beragama di bidang sosial ekonomi.
B. STRATEGI BIDANG SOSIAL BUDAYA
Strategi yang mendukung pembangunan sosial budaya sebagai berikut :

1. Keagamaan
Mengoptimalkan fungsi lembaga-lembaga keagamaan untuk meningkatkan kualitas
kerukunan antar umat beragama, meminimalkan dampak negatif kehidupan kota
metropolitan serta meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama
untuk membentengi dampak negative pembangunan dan era globalisasi.

2. Kesejahteraan Sosial
Mengoptimalkan koordinasi pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan
secara terpadu, baik di intern unit-unit pemerintahan maupun antar unit, meningkatkan dan
memantapkan kebijakan pemerintah di bidang kesejahteraan sosial untuk menjamin upaya-
upaya perbaikan pelayanan dan perlindungan sosial kepada PMKS secara terpadu antara
instansi terkait dengan masyarakat, serta meningkatkan kualitas pelayanan pemakaman.

3. Pemberdayaan Masyarakat
Mengoptimalkan upaya pemerintah dalam mendorong proses pembangunan di segala
bidang melalui pemberdayaan lembaga-lembaga masyarakat seperti Dewan Kota, Dewan
Kelurahan, RW, RT dan lain-lain, mengupayakan arah pembangunan yang partisipatif agar
masyarakat dapat mandiri dalam proses pembangunan sosial ekonomi untuk
mengentaskanke miskinan demi terciptanya ketahanan masyarakat untuk meminimalkan
potensi konflik dan degradasi moral, serta mendorong terwujudnya kesetaraan
dan keadilan jender.

4. Pelestarian Budaya dan Permuseuman


Memantapkan komitmen pemerintah Propinsi DKI Jakarta untuk mengembangkan
kebudayaan dan kesenian dalam era keterbukaan dengan dukungan dan kerjasama antar
instansi terkait, mempromosikan keanekaragaman budaya Betawi dan budaya daerah
lainnya, khususnya dalam pengembangan industri pariwisata, pengembangan museum
serta peninggalan sejarah dan cagar budaya.
5. Olahraga dan Kepemudaan
Mendorong masyarakat untuk hidup sehat melalui kegiatan olahraga, meningkatkan
prestasi olahraga melalui penyediaan sarana dan prasarana olahraga yang memadai serta
kegiatan-kegiatan pekan olahraga daerah, penerapan teknologi, peningkatan pembinaan
dan penghargaan kepada para atlit, pelatih dan pengurus, serta
menempatkan/memberdayakan pemuda sebagai bagian dalam proses pembangunan di
daerah dengan memperhatikan potensi, minat dan bakat, disamping meningkatkan
kewaspadaan pemuda terhadap bahaya narkoba atau dampak negatif lainnya.

C. PROGRAM PENINGKATAN KEHIDUPAN BERAGAMA


Peningkatan kualitas kehidupan beragama dijabarkan ke dalam program pembangunan
sebagai berikut.

1. Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan, dan


Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan
a. Penyuluhan dan bimbingan keagamaan bagi masyarakat dan aparatur negara;
b. Menyediakan sarana dan prasarana penerangan dan bimbingan keagamaan;
c. Pelatihan bagi penyuluh, pembimbing, mubaligh/dai/juru penerang dan orientasi
bagi pemuka agama
d. Mengembangkan materi dan manajemen penyuluhan dan bimbingan keagamaan;
serta pemberian bantuan paket dakwah untuk daerah tertinggal dan terpencil
e. Pemberian bantuan penyelenggaraan aktifitas keagamaan
f. Pembentukan jaringan dan kerjasama lintas sektor serta masyarakat untuk
memberantas pornografi, pornoaksi, praktek KKN, penyalahgunaan narkoba,
perjudian, prostitusi, dan
g. berbagai jenis praktek asusila
h. Pelaksanaan siar agama, hari-hari besar agama, MTQ, dan lain-lain.

2. Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan


a. Membina pendidik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia;
b. Mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami ilmu
agama dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.
c. Penyusunan Perda tentang muatan lokal mengenai Aqidah, Akhlak dan Ibadah
disetiap Sekolah.

3. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama


a. Pemberian bantuan untuk: rehabilitasi tempat ibadah dan pengembangan
perpustakaan tempat peribadatan;
b. Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sakinah dan bahagia, peningkatan
pelayanan nikah melalui peningkatan kemampuan dan jangkauan petugas pencatat
nikah serta
c. pembangunan dan rehabilitasi balai nikah dan penasehatan perkawinan (KUA);
d. Peningkatan fungsi dan peran tempat ibadah sebagai pusat pembelajaran dan
pemberdayaan masyarakat;
e. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan zakat, wakaf, infak, shodaqoh, serta
dipusatkan di desa dan kecamatan.

4. Program Pengembangan Lembaga-Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga


Pendidikan Keagamaan
a. Pemberdayaan lembaga-lembaga sosial keagamaan, seperti kelompok jemaah,
organisasi keagamaan, pengelola dana sosial keagamaan;
b. Pemberian bantuan untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan sosial keagamaan
dan pendidikan keagamaan; bantuan pembangunan dan rehabilitasi sarana
prasarana kepada
c. lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; dan block-grant
pengembangan lembaga social keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;
d. Pembangunan jaringan kerja sama dan sistem informasi lembaga sosial keagamaan
dan lembaga pendidikan keagamaan;
e. Pengkajian, penelitian, dan pengembangan mutu pembinaan lembaga-lembaga
sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan.

5. Program Penelitian dan Pengembangan Agama


a. Pengkajian dan pengembangan mutu pembinaan dan partisipasi masyarakat untuk
mendukung kualitas kehidupan beragama dan melakukan tinjauan bagi antisipasi
dampak
b. negatif modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial yang semakin cepat dan
kompleks;
c. Identifikasi dan merumuskan indikator kinerja pembangunan bidang agama
d. Peningkatan kreativitas masyarakat untuk menghasilkan karya ilmiah dan karya
tulis di bidang keagamaan;
e. Kajian terhadap peraturan-perauran tentang kehidupan umat beragama;
f. Penelitian, kajian dan pemetaan konflik sosial keagamaan;
g. Pengembangan hasil-hasil penelitian dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
kehidupan beragama.
DAFTAR PUSTAKA

Suparlan, Parsudi. 2009. “Pendekatan Budaya Terhadap Agama”.


http://www.prasetijo.wordpress.com. Diakses padaa tanggal 18 januari 2010.

Prajnaparamita. 2009. “Kehidupan Sosial Dan Agama Masyarakat”.


http://www.mas.tsabit.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 September 2010.

Al-islam. 2009. “Urgensi Agama Dalam Kehidupan Sosial”. http://www.blog.re.or.id.


Diakses pada tanggal 18 Januari 2010.

Ahmadazeiz. 2007. “Fungsi Dan Peranan Agama Dalam Kehidupan Masyarakat”.


http://www.alfauzi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2010.

Riyanti. 2009. “Fenomena Agama Dalam Kehidupan Manusia”.


http://www.Riy4nti.wordpress.com. Diakses pada tanggal 30 September 2010.

Anda mungkin juga menyukai