Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Aspal Lama dan Cairan Limbah Plastik


4.1.1 Pemeriksaan Aspal Lama
Aspal lama yang digunakan pada penelitian ini didapat dari proyek perbaikan
jalan Baypas Gerung. Pemeriksaan dan pengujian sampel mengacu kepada Standar
Nasional Indonesia (SNI), Aspal lama yang diperoleh dari proses ekstraksi campuran
aspal perkerasan lama mempunyai sifat fisik seperti terlihat pada tabel 4.1.1 berikut
ini:
Tabel 4.1.1 : Tabel Hasil Pemeriksaan Aspal Lama
Jenis Syarat aspal
Aspal lama *)
pemeriksaan Pen 60/70 **)
Penetrasi (0,1 mm), 25OC 56,3 60 – 79

Daktilitas (cm) 95 > 100

Titik Nyala (OC) 197 Min. 20

Berat jenis (gr/cc) 1 >1


Keterangan : *) Hasil penelitian
**) Puslitbang, 2003.

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Ekstraksi Aspal Lama


Pemeriksaan aspal dilakukan setelah proses ekstraksi dengan cara perendaman
aspal lama dengan bensin terlebih dahulu untuk memudahkan proses ekstraksi
campuran aspal pada alat ekstraktor. Hasil ekstraksi dapat dilihat pada tabel 4.1.2
dibawah ini.

Tabel 4.1.2 Hasil Pemeriksaan Ekstraksi Aspal Lama

37
38

Banyaknya Berat Campuran Berat


Berat Aspal Kadar Aspal
Ekstraksi Aspal Agregat
Gram Gram Gram %
I 1200 1124,1 75,9 6,325
II 1250 1170,5 79,5 6,360
III 1300 1218,5 81,5 6,269
IV 1210 1131,8 78,20 6,463
V 1201 1125,2 75,80 6,311
Berat Total 6161 5770 391 31,728
Rata-rata kadar aspal 6,3

Tabel 4.1.2 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan ekstraksi aspal lama


diperoleh rata-rata kadar aspal sebesar 6,3 % terhadap berat total campuran aspal
lama dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan aspal lama tanpa dan dengan bahan
peremaja cairan ban karet.

4.1.3 Pemeriksaan Aspal Lama dengan Bahan Peremaja Limbah Plastik


Hasil pemeriksaan selanjutnya adalah menentukan terlebih dahulu berat bahan
peremaja limbah plastik terhadap berat aspal lama. Kadar cairan yang digunakan
terhadap berat aspal lama, yaitu 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Berat total campuran
aspal yang digunakan 1200 gram berdasarkan kapasitas cetakan benda uji (briket)
sehingga didapatkan hasil berat cairan limbah plastik terhadap aspal lama. Hasil
pemeriksaan tersebut dipakai untuk pemeriksaan penetrasi, daktilitas, titik nyala, dan
berat jenis. Hasil pemeriksaan dapat disajikan pada tabel 4.1.3 berikut:

Tabel 4.1.3 Hasil Pemeriksaan Berat Cairan limbah plastik terhadap Berat Aspal Lama
Berat Total Campuran = 6161 gram
Berat Aspal = 391,2 gram
Berat Aspal untuk Pemeriksaan = (1200/6161) x 391,2 = 76 gram
Berat Berat Kadar Cairan Plastik terhadap Aspal Lama
39

Aspal 1% 2% 3% 4% 5% 6%
Gram Gram Gram Gram Gram Gram Gram
76 0,76 1,52 2,28 3,03 3,8 4,56
Tabel 4.1.3 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan berat cairan limbah plastik
terhadap berat aspal lama bervariasi masing-masing persentase cairan plastik sebagai
bahan peremaja.

4.1.4 Pemeriksaan Daktilitas dan Penetrasi Aspal dengan Bahan Peremaja


Limbah Plastik
Hasil pemeriksaan selanjutnya adalah menentukan terlebih dahulu persentase
kadar bahan peremaja limbah plastik yang di awali dengan pemeriksaan daktilitas.
Hasil pemeriksaan dapat disajikan pada tabel 4.1.4 berikut ini:
Tabel 4.1.4 Hasil Pemeriksaan Daktilitas
Kadar Cairan Limbah Plastik Terhadap Aspal Lama
Jenis Pemeriksaan 1% 2% 3% 4% 5% 6% Syarat
**)

Daktilitas (Cm) *) 60 65 70 89 106 131 > 100


Keterangan : *) Hasil penelitian
**) Puslitbang, 2003.
Tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan awal variasi kadar cairan
plastik didapatkan nilai dakttilitas untuk 1% sebesar 60 cm, untuk 2% sebesar 65 cm,
untuk 3% sebesar 70 cm, untuk 4% sebesar 89 cm, untuk 5% sebesar 106 cm, dan
untuk 6% sebesar 131 cm (persyaratan daktilitas min. 100 cm). Berdasarkan hasil
pemeriksaan diatas, maka kadar plastik 5% dan 6% memenuhi persyaratan pengujian
daktilitas, tetapi pada kadar plastik 5% masih belum meyakinkan karena pada
pengujian ini hanya digunakan satu sempel benda uji, sehingga pada sempel kedua
masih bisa mengalami penurunan pada pengujian daktilitas, maka kadar plastik 6%
yang digunakan pada penelitian ini dimana nilai daktilitasnya lebih panjang dari
kadar plastik 5%.
Tabel 4.1.4.a Hasil Pemeriksaan Penetrasi Aspal dengan Bahan Peremaja Plastik
40

Penetrasi Aspal Dengan Campuran Plastik


Kadar Jumlah tusukan
cairan 1 *) 2 *) 3 *) 4 *) 5 *) Rat-rata
3% (I) 181 203 215 211 218 205,6
3% (II) 234 212 219 227 205 219,4
4% (I) 170 167 183 174 198 178,4
4% (II) 181 195 178 198 164 182,2
5% (I) 143 117 132 120 119 126,2
5% (II) 126 123 113 119 110 118,2
6% (I) 101 110 102 100 115 105,6
6% (II) 110 108 108 128 129 116,6
Keterangan : *) Hasil penelitian

4.1.5 Hasil Pemeriksaan Cairan Limbah Plastik


Hasil penelitian untuk mengetahui karakteristik dari cairan plastik (hasil
pirolisis) disajikan pada tabel 4.1.5 berikut :
Tabel 4.1.5 : Tabel Hasil Pemeriksaan Cairan plastik
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan *) Persyaratan **)
Viskositas (cts) 54,6 Maks. 150
Berat jenis (gr/cm) 1,3 Min 0.9
Titik nyala (°C) 235 Min 100
Catatan: *) Hasil pemeriksaan
**) Spesifikasi Bina Marga (1983)
Tabel 4.1.5 memperlihatkan bahwa karakteristik fisik cairan (hasil pirolisa)
limbah plastik memenuhi persyaratan Bina Marga sebagai alternatif bahan peremaja
aspal bitumen. Disamping itu, komponen dalam (polimer) cairan limbah plastik juga
selaras dengan komponen dalam (polimer) aspal bitumen, sehingga secara teori
pencampuran bahan-bahan polimer tersebut dapat dilaksanakan.

4.2 Hasil Analisis Saringan Agregat


41

Gradasi agregat lama didapatkan dari hasil ekstraksi campuran aspal lama
yang memisahkan aspal dengan agregatnya. Kemudian agregat tersebut disaring
dengan menggunakan ayakan sehingga mendapatkan berat untuk masing-masing
ayakan. Hasil analisis saringan agregat disajikan pada Tabel 4.2 dan gambar 4.1
Tabel 4.2 Hasil analisis saringan agregat

Berat Jml. Berat Gradasi


No. %
tertahan di tertahan di % lolos Rapat IV
Saringan tertahan
atas atas BM*)
  (Gr) (Gr)     %
1/2" 891.400 891.400 15.486 84.514 80-100
3/8" 830.700 1722.100 29.917 70.083 70-90
4 1315.100 3037.200 52.763 47.237 50-70
8 731.500 3768.700 65.471 35.529 35-50
30 672.000 4440.700 77.145 22.855 18-29
60 644.700 5085.400 88.345 11.655 13-23
100 231.300 5316.700 92.363 8.637 8-16
200 185.000 5501.700 95.577 4.423 4-10
Total 5501.700
*) BM = Bina Marga, 1983
42

Gambar 4.1 Hasil ekstraksi dan spesifikasi agregat


Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa gradasi agregat termasuk dalam
jenis gradasi rapat (IV) spesifikasi Bina Marga untuk lapis aus perkerasan. Hanya saja
pada pengujian analisis saringan tersebut diatas memperlihatkan bahwa proses
analisis saringan masih terjadi kehilangan butiran pada saringan nomor tertentu yaitu
nomor 4 dan 60 dikarenakan terjadi kehilangan pada saat melakukan pemeriksaan
gradasi saringan. Spesifikasi untuk saringan nomor 4 yaitu berkisar diantara 50%-
70% sedangkan pada agregat lama mempunyai persentase sebesar 47.237 %. Dan
untuk saringan nomor 60 yaitu berkisar 13%-23% dan hasil ekstraksi yaitu 11.655 %.

4.3 Analisis Sifat Volumetrik Benda Uji


Analisis sifat volumetrik benda uji campuran aspal yang diperiksa dalam
penelitian ini meliputi : berat jenis, rongga udara dalam campuran aspal (VIM),
Rongga udara antar agregat (VMA) dan besarnya rongga pori yang terselimuti aspal
(VFB). Data analisa dan hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran,
dengan rekap hasil pengujian terdapat pada Tabel 4.3
43

Tabel 4.3 Hasil pengujian sifat volumetrik campuran aspal


Berat
Kadar Kadar Cairan VIM *) VMA *)
Jumlah Jenis *) VFB *)
Aspal Limbah Plastik
Tumbukan Rata-rata
(%) (%) (gr/cm3) (%) (%) (%)
35 X 6.3 0 2,189 5,730 24,711 76,813
35 X 6.3 0 2,232 3,863 23,220 83,362
35 X 6.3 0 2,229 3,998 23,328 82,860
Rata-rata 2,217 4,530 23,753 81,012
50 X 6.3 0 2,234 3,770 23,146 83,711
50 X 6.3 0 2,177 6,252 25,128 75,121
50 X 6.3 0 2,243 3,378 22,833 85,204
Rata-rata 2,218 4,467 23,702 81,345
75 X 6.3 0 2,107 4,052 24,090 79,644
75 X 6.3 0 2,274 2,036 21,761 90,644
75 X 6.3 0 2,218 4,478 23,711 81,113
Rata-rata 2,233 3,822 23,187 83,734
35 X 6.3 6 2,295 4,494 21,060 78,659
35 X 6.3 6 2,305 4,077 20,715 80,318
35 X 6.3 6 2,327 3,277 19,948 84,209
Rata-rata 2,309 3,907 20,578 81,062
50 X 6.3 6 2,303 4,143 20,769 80,054
50 X 6.3 6 2,318 3,512 20,248 82,655
50 X 6.3 6 2,324 3,277 20,054 83,657
Rata-rata 2,315 3,644 20,357 82,122
75 X 6.3 6 2,315 3,637 20,353 82,120
75 X 6.3 6 2,327 3,136 19,937 84,271
75 X 6.3 6 2,342 2,529 19,435 86,987
Rata-rata 2,328 3,101 19,908 84,459
Persyaratan (Puslitbang 2003)   3,0-6,0 Min. 15 Min. 65
Catatan : *) Hasil pemeriksaan
Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa campuran aspal dengan bahan peremaja
plastik nilai Berat Jenis, VIM dan VMA lebih baik dari pada campuran aspal yang
44

tanpa bahan peremaja. Pembahasan secara rinci mengenai sifat volumetrik ini dapat
disajikan sebagai berikut.

4.3.1 Berat Jenis Campuran Aspal (Bulk Specific Gravity)


Berat jenis dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menentukan derajat
kepadatan (density) suatu campuran aspal untuk selang kadar aspal yang digunakan.
Semakin tinggi berat jenis suatu campuran, maka semakin besar energi pemadatan
(jumlah tumbukan) yang diperlukan pada titik optimum energi pemadatan yang
diberikan, penurunan nilai derajat kepadatan terjadi selaras dengan jumlah tumbukan
yang diberikan (fenomena over compaction). Untuk data hasil analisa pemeriksaan
terdapat pada Tabel 4.3 serta Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Pengaruh jumlah tumbukan terhadap Berat jenis campuran aspal

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, dari Gambar 4.2 terlihat bahwa berat
jenis campuran dengan menggunakan bahan peremaja plastik lebih baik dari pada
campuran tanpa menggunakan bahan peremaja. Campuran aspal tanpa bahan
peremaja didapatkan nilai rata-rata berat jenis sebesar 2.217 g/cm³ dengan jumlah
pemadatan 35x, untuk pemadatan 50x diperoleh nilai berat jenis sebesar 2.218 g/cm³
dan 2.233 g/cm³ dengan pemadatan 75x. Sedangkan campuran dengan menggunakan
45

bahan peremaja plastik 6% didapatkan nilai berat jenis 2. 309 g/cm³ dengan jumlah
pemadatan 35x, untuk pemadatan 50x diperoleh nilai berat jenis sebesar 2.315 g/cm³
dan 2.328 g/cm³ dengan pemadatan 75x.
Dari Gambar 4.2 diatas memperlihatkan bahwa nilai slope (m) dengan bahan
peremaja, m1 = 0,005 dan intercept, a1 = 2,291. Sedangkan nilai slope (m) tanpa bahan
peremaja, m2 = 0,002 dan nilai intercept, a2 = 2,197 (m1 > m2 dan a1 > a2 ). Jadi,
campuran aspal tanpa bahan peremaja dan dengan bahan peremaja plastik cenderung
meningkat. Persentase selisih nilai berat jenis terhadap jumlah tumbukan dapat dilihat
pada table 4.3.1 berikut :
Tabel 4.3.1 Persentase selisih nilai berat jenis terhadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (gr/cm )
3
(gr/cm 3 ) (%)
(%)  Rata-rata Rata-rata Rata-rata 
(A) (B) (C) (Δ) = ((C - B) / C) x 100
35X 2,217 2,309 3,984
50X 2,218 2.315 3,845
75X 2,233 2,328 3,823
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari table 4.3.1 menunjukan selisih dari campuran yang menggunakan cairan
plastik 6% dan tanpa cairan plastik mengalami penurunan seiring dengan
bertambahnya jumlah tumbukan. Persentase kenaikan berat jenis antara 0% dan 6%
plastik untuk 35X tumbukan 3,984%, 3,845% untuk 50X dan 3,823% untuk 75X
tumbukan, dimana dengan menambahkan bahan peremaja plastik dapat
meningkatkan kinerja campuran aspal.

4.3.2 Rongga pori dalam campuran aspal (VIM)


VIM ini didefinisikan sebagai volume total udara yang berada diantara
partikel agregat yang diselimuti aspal dalam suatu campuran aspal yang dipadatkan.
46

Karakteristik VIM berhubungan dengan ketersediaan ruang antar partikel-partikel


agregat yang dilapisi oleh aspal untuk mengakomodir ekspansi aspal ketika dibebani
dan pada saat kenaikan temperatur terjadi. Karena itu rongga udara yang terjadi
dalam campuran berada dalam rentang yang disyaratkan yaitu 3%-6%. Hasil
penelitian tersaji dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Pengaruh jumlah tumbukan terhadap nilai VIM campuran aspal

Gambar 4.3. menunjukan bahwa nilai VIM dari campuran dengan


menggunakan bahan peremaja plastik lebih kecil dibandingkan dengan campuran
tanpa bahan peremaja. Campuran yang tanpa menggunakan bahan peremaja di
dapatkan nilai rata-rata VIM sebesar 4.530% untuk pemadatan 35x, untuk pemadatan
50x sebesar 4.467% dan 3.822% untuk pemadatan 75x. Sedangkan untuk nilai rata-
rata VIM dengan menggunakan bahan peremaja plastik 6% didapatkan 3.907% untuk
pemadatan 35x, 3.644% untuk pemadatan 50x, serta 3.101% untuk pemadatan 75x.
Fenomena diatas memperlihatkan bahwa penambahan bahan peremaja ternyata
mengisi rongga-rongga diantara partikel-partikel agregat, walaupun masih tersisa
nilai rongga-rongga pori sebagaimana disyaratkan pada disain kriteria campuran
aspal.
47

Dari Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai slope (m) dengan bahan peremaja,
m1 = -0,020 dan intercept, a1 = 4,633. Sedangkan nilai slope (m) tanpa bahan
peremaja, m2 = -0,018 dan nilai intercept, a2 = 5,261 (m1 > m2 dan a1 < a2 ). Jadi,
campuran aspal tanpa bahan peremaja dan dengan bahan peremaja plastik cenderung
menurun. Persentase selisih nilai VIM terhadap jumlah tumbukan dapat dilihat pada
table 4.3.2 berikut :
Tabel 4.3.2 Persentase selisih nilai VIM terhadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%)  Rata-rata Rata-rata  Rata-rata
(A) (B) (C) (Δ) = ((B - C) / B) x 100
35X 4,530 3,907 13,752
50X 4,467 3,644 18,423
75X 3,822 3,101 20,434
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari tabel 4.3.2 menunjukan selisih dari campuran yang menggunakan cairan
plastik 6% dan tanpa cairan plastik mengalami kenaikan seiring dengan
bertambahnya jumlah tumbukan dimana persentase kenaikan untuk 0% dan 6%
plastik pada 35X tumbukan 13,752%, 18,423% untuk 50X dan 20,434% untuk 75X
tumbukan, dimana dengan menambahkan bahan peremaja plastik dapat
meningkatkan kinerja campuran aspal.

4.3.3. Rongga pori antar agregat (VMA)


Rongga pori antar agregat (VMA) merupakan banyaknya rongga pori di
dalam campuran aspal padat jika seluruh selimut aspal ditiadakan. Sama halnya
dengan VIM, nilai VMA juga dapat menentukan keawetan/durabilitas dari campuran
dalam memberikan pelayanan pada saat umur rencana perkerasan.
48

Gambar 4.4 Pengaruh jumlah tumbukan terhadap nilai VMA


Dari Tabel 4.3 yang diwujudkan dalam Gambar 4.4 menunjukan nilai VMA
dari campuran aspal dengan bahan peremaja plastik lebih kecil dari pada campuran
aspal tanpa menggunakan bahan peremaja. Dimana campuran tanpa bahan peremaja
dengan bahan peremaja plastik menunjukan mengalami penurunan dengan
bertambahnya jumlah tumbukan marshall. Campuran aspal tanpa bahan peremaja
didapatkan nilai rata-rata VMA sebesar 23,753% untuk pemadatan 35x, 23,702%
untuk pemadatan 50x, dan 23,187% untuk pemadatan 75x. Sedangkan campuran
dengan bahan peremaja 6% didapatkan nilai rata-rata VMA sebesar 20,574% untuk
pemadatan 35x, 20,357% untuk pemadatan 50x, dan 19,908% untuk pemadatan 75x.
Dari Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa nilai slope (m) dengan bahan
peremaja, m1 = -0,016 dan intercept, a1 = 21,17. Sedangkan nilai slope (m) tanpa
bahan peremaja, m2 = -0,014 dan nilai intercept, a2 = 24,33 (m1 > m2 dan a1 < a2 ).
Jadi, campuran aspal tanpa bahan peremaja dan dengan bahan peremaja cenderung
menurun. Persentase selisih nilai VMA terhadap jumlah tumbukan dapat dilihat pada
table 4.3.3 berikut :
49

Tabel 4.3.3 Persentase selisih nilai VMA terhadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%) Rata-rata  Rata-rata Rata-rata 
(A) (B) (C) (Δ) = ((B - C) / B) x 100
35X 23,753 20,574 13,383
50X 23,702 20,357 14,112
75X 23,187 19,908 14,141
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari tabel 4.3.3 menunjukan selisih dari campuran yang menggunakan cairan
plastik 6% dan tanpa cairan plastik cendrung meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah timbukan persentase selisih nilai VMA 0% an 6% pada tumbukan 35X
13,383%, 14,112% untuk 50X dan 14,141% untuk 75X tumbukan, dimana dengan
penambahan bahan peremaja plastik sebesar 6% dapat meningkatkan kinerja
campuran aspal.

4.3.4. Rongga pori yang terisi aspal (VFB)


Besarnya rongga pori yang terselimuti aspal juga dapat dijadikan sebagai
parameter untuk mendeteksi durabilitas suatu campuran aspal karena dapat
mempengaruhi karakteristik campuran aspal tersebut. Pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.5
disajikan data serta hubungan antara kadar minyak jarak dengan ketebalan dari
lapisan aspal dalam suatu campuran aspal.
50

Gambar 4.5 Pengaruh jumlah tumbukan terhadap nilai VFB campuran aspal
Besarnya rongga pori yang terselimuti aspal akibat pemadatan baik dengan
pemadat menggunakan bahan peremaja plastik dan tanpa bahan peremaja sama-sama
mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah pemadatan dalam
campuran. Hal ini terjadi karena rongga pori berkurang seiring penambahan jumlah
pemadatan dalam campuran. Rongga pori yang terlalu kecil menyebabkan sulit untuk
agregat mengisi rongga pori tersebut, sehingga rongga pori yang kecil tersebut terisi
atau terselimuti oleh aspal.
Berdasarkan gambar 4.5 menunjukan bahwa untuk campuran tanpa bahan
peremaja diperoleh nilai rata-rata VFB untuk pemadatan 35x sebesar 81.012%,
81,345% untuk pemadatan 50x, dan 83,734% untuk pemadatan 75x. Sedangkan
campuran dengan bahan peremaja plastik 6% diperoleh nilai rata-rata VFB untuk
pemadatan 35x sebesar 81,062%, 82,122% untuk pemadatan 50x, dan 84,459 untuk
pemadatan 75x. Semakin besar nilai VFBnya maka aspal yang menyelimuti agregat
menjadi semakin tebal sehingga rongga antar agregat yang terisi aspal menjadi
semakin besar.
Nilai slope (m) dengan bahan peremaja, m1 = 0,085 dan intercept, a1 = 77,97.
Sedangkan nilai slope (m) tanpa bahan peremaja, m2 = 0,070 dan nilai intercept, a2 =
51

78,25 (m1 > m2 dan a1 < a2 ). Jadi, campuran aspal tanpa bahan peremaja dan dengan
bahan peremaja cenderung meningkat seiring bertambahnya jumlah tumbukan.
Nilai standar untuk besarnya rongga pori dalam campuran yang terisi aspal
tidak boleh kurang dari 65% untuk menghindari kurangnya rongga pori untuk
pergerakan aspal dalam campuran. Dari hasil pemeriksaan diperoleh nilai VFB
berkisar antara 81,012% - 84,459%. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai VFB
yang diperoleh sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. Persentase selisih nilai
VFB terhadap jumlah tumbukan dapat dilihat pada tabel 4.3.4 berikut :
Tabel 4.3.4 Persentase selisih nilai VFB terhadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%)  Rata-rata Rata-rata Rata-rata 
(A) (B) (C) (Δ) = ((C - B) / C) x 100
35X 81,012 81,062 0,06
50X 81,345 82,122 0,94
75X 83,734 84,459 0,85
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari tabel 4.3.4 menunjukan selisih dari campuran yang menggunakan cairan
plastik 6% dan tanpa cairan plastik pada tumbukan 35X 0,06%, 0,94% untuk 50X dan
0,85% untuk 75X tumbukan, dimana dengan penambahan bahan peremaja plastik
sebesar 6% dapat meningkatkan kinerja campuran aspal daur ulang.

4.4. Analisis Kekakuan Elastis (Stiffness) Campuran Aspal


Pengujian kekakuan elastis campuran aspal pada penelitian ini memanfaatkan
alat uji marshall yang dimodifikasi dengan ditambahkan aksesoris kuat tarik tidak
langsung. Prosedur pengukuran untuk satu benda uji dilakukan 5 kali pengulangan
bacaan dengan besar beban yang bekerja sebesar 0.01-0.6 kali tegangan hancur
(Wahyudi, 1998).Untuk hasil analisis data pengujian selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
52

Tabel 4.4 Hasil pengujian kekakuan (stiffness) campuran aspal


kadar bahan tambah Benda Uji Kekakuan H Kekakuan V
    Mpa Mpa
35 X 107.174 160.510
50 X 166.180 174.268
0.00%
75 X 218.380 183.439
rata-rata 163.912 172.739
35 X 119.514 100.892
50 X 172.719 155.924
6%
75 X 300.955 174.268
rata-rata 197.729 143.695
( Sumber : Hasil pengujian )

Pengaruh jenis tumbukan dengan jumlah kadar cairan peremaja plastik


dilihat dalam gambar 4.6 dan 4.7 sebagai berikut :

Gambar 4.6 Pengaruh Jenis Tumbukan terhadap Kekakuan (stiffnes) arah tarik
53

Gambar 4.7 Pengaruh Jenis Tumbukan terhadap Kekakuan (stiffnes) arah tekan

Gambar 4.6 menunjukan bahwa nilai slope m1 (4,596) kekakuan horizontal


campuran dengan bahan peremaja plastik lebih besar dari nilai slope m2 (2,709)
kekakuan horizontal campuran tanpa bahan peremaja. Nilai kekakuan horizontal
campuran tanpa bahan peremaja dan dengan bahan peremaja plastik cenderung
mengalami kenaikan dengan bertambahnya jumlah tumbukan. Nilai rata-rata
kekakuan horizontal campuran tanpa bahan peremaja sebesar 166.912 Mpa, dan
197.729 untuk campuran dengan menggunakan bahan peremaja plastik. Persentase
selisih nilai stiffness terhadap jumlah tumbukan dapat dilihat pada tabel 4.4.1 berikut:
Tabel 4.4.1 Persentase nilai stiffnes arah tarik tehadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%)
(A) (B) (C) (Δ) = ((C - B) / C) x 100
35X 107,174 119,514 10,32
50X 166,180 172,719 3,78
75X 218,380 300.955 27,12
Rata-rata 13,74
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
54

Dari tabel 4.4.1 menunjukan persentase selisih dari campuran yang


mengunakan cairan plastik 6% dan tanpa cairan plastik pada tumbukan 35X 10,32%,
3,78% untuk 50X dan 27,12% untuk 75X tumbukan.
Gambar 4.7 juga menunjukan nilai kekakuan arah tekan yang berlawanan
dengan stiffnes arah tarik dari campuran aspal dengan bahan peremaja menunjukan
kecenderungan nilai elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan campuran aspal tanpa
bahan peremaja. Dimana nilai kekakuan dalam arah tekan rata-rata campuran tanpa
bahan peremaja sebesar 172.739 Mpa sedangkan untuk campuran dengan bahan
peremaja, meskipun lebih kecil (143.695 Mpa) namun menunjukan sifat elastisitas
yang lebih baik. Tabel 4.4 dan gambar 4.7 menggambarkan nilai-nilai berikut :
 m1 = 0.552 dan variasi nilai stiffnes (160,5 Mpa s/d 183,4 Mpa)
 m2 = 1.722 dan variasi nilai stiffnes (100,89 Mpa s/d 174,268 Mpa)
Tabel 4.4.2 Persentase nilai stiffnes arah tekan tehadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%)
(A) (B) (C) (Δ) = ((B - C) / B) x 100
35X 160,510 100,892 37,14
50X 176,211 155,924 10,52
75X 183,439 174,268 5
Rata-rata 17,55
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari tabel 4.4.2 menunjukan persentase selisih dari campuran yang
mengunakan cairan plastik 6% dan tanpa cairan plastik mengalami penurunan tseiring
bertambahnya jumlah tumbukan, nilai persentase selisih pada tumbukan 35X 37,14%,
10,52% untuk 50X dan 5% untuk 75X tumbukan.

4.5 Analisis dan hasil pengujian Kuat Tarik Tidak Langsung


Pengujian kuat tarik tidak langsung menggunakan alat uji kuat tarik tidak
langsung. Kekuatan tarik suatu campuran aspal dapat juga digunakan sebagai
55

parameter untuk menyatakan kekuatan campuran aspal untuk menahan beban, sama
halnya dengan nilai stabilitas Marshall. Suatu campuran aspal diharapkan memiliki
kuat tarik yang tinggi sehingga mampu memberikan pelayanan yang maksimum
terhadap beban yang bekerja pada perkerasan jalan tersebut. Hasil pengujian dan
analisa tegangan tarik tidak langsung secara keseluruhan kami sajikan pada Tabel 4.5
yang menunjukkan hasil akhir atau rekapitulasi dari pengujian kuat tarik tidak
langsung.

Tabel 4.5 Hasil pengujian kuat tarik tidak langsung

Jumlah tumbukan Kadar Cairan Plastik Kuat Tarik Tidak Langsung


  (%) (Mpa)
35x 0 0.4868
50x 0 0.7100
75x 0 0.7861
 Rata-rata 0.6609
35x 6 1.0422
50 6 1.1256
75x 6 1.2486
 Rata-rata 1.1382
( Sumber : Hasil pengujian)

4.5.1 Pengaruh jumlah tumbukan terhadap kuat tarik tidak langsung


Jumlah tumbukan sebagai variabel dalam penelitian ini, memberikan
pengaruh terhadap besarnya nilai kuat tarik tidak langsung dalam suatu campuran
aspal. Pengaruh yang dimaksud terdapat pada Tabel 4.5.1 dan diwujudkan dalam
Gambar 4.8
56

Gambar 4.8 Pengaruh jumlah tumbukan terhadap nilai kuat tarik tidak langsung

Dari gambar 4.8 di atas, kondisi kuat tarik tidak langsung untuk campuran
daur ulang tanpa bahan peremaja, titik maksimumnya berada pada jumlah tumbukan
75x sebesar 0.7861 MPa, pada tumbukan 50x nilai kuat tarik tidak langsung sebesar
0,7100 MPa dan pada tumbukan sebesar 0,4868 MPa. Sementara itu untuk campuran
daur ulang dengan penambahan bahan peremaja plastik, titik maksimumnya juga
berada pada tumbukan 75x yaitu sebesar 1,2468 Mpa, pada tumbukan 50x dan 35x,
nilai kuat tarik tidak langsung berturut-turut sebesar 1.1256 MPa dan 1.0422 MPa.
Dari hasil pengujian kuat tarik tidak langsung kedua jenis campuran daur
ulang diatas, dapat dilihat bahwa campuran daur ulang dengan penambahan bahan
peremaja plastik 6% menghasilkan nilai kuat tarik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan campuran daur ulang tanpa bahan peremaja. Hal Ini menunjukkan bahwa
campuran daur ulang dengan penambahan bahan peremaja plastik memiliki kualitas
dan kinerja yang lebih baik dalam menahan beban.
Persamaan hubungan nilai stabilitas dengan durasi pemadatan pada grafik
diatas, yaitu untuk bahan peremaja plastik, y1 = 0,005x + 0,866 dan untuk tanpa
bahan peremaja, y2 = 0,007x + 0,286 dengan kemiringan garis kecenderungan, m1 =
0,005 dan m2 = 0,007 (m1 < m2). Untuk nilai intercept, a1 = 0,866 dan a2 = 0,286 (a1
57

> a2), jadi campuran tanpa bahan peremaja dan dengan bahan peremaja plastik
cenderung meningkat (naik). Persentase selisih nilai kuat tarik tidak langsung
terhadap jumlah tumbukan dapat dilihat pada tabel 4.5.2 berikut :
Tabel 4.5.2 persentase selisih nilai kuat tarik tidak langsung

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%)
(A) (B) (C) (Δ) = ((C - B) / C) x 100
35X 0,4868 1,0422 53,29
50X 0,7100 1,1256 33.1
75X 0,7861 1,2486 37,04
Rata-rata 41,14
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari tabel 4.5.2 menunjukan persentase selisih dari campuran yang
mengunakan cairan plastik 6% dan tanpa cairan plastik cukup besar pada setiap
tumbukan 35X 53,29%, 33,1% untuk 50X dan 37,04% untuk 75X tumbukan.

4.6 Pengujian Marshall


A. Stabilitas
Inti dari stabilitas adalah tahanan geser atau kekuatan saling mengunci yang
dimiliki bahan agregat dan lekatan yang disumbangkan oleh aspal. Stabilitas akan
terjaga tetap tinggi bilamana agregat terkunci satu sama lain dengan baik (Saodang,
2005). Hasil dari nilai stabilitas dari pengujian Marshall dapat dilihat pada tabel 4.6
dan grafik 4.9 berikut ini :
58

Tabel 4.6 Pengujian Marshall


Jumlah Kadar Cairan
Stabilitas *) FLOW *) MQ *)
tumbukan Plastik
  (%) (Kg) (mm) (Kg/mm)
35x 0 1244,811 3,3 377,215
50x 0 1452,279 3,5 414,937
75x 0 1647,427 3,9 422,417
35x 6 1377,146 3,6 382,541
50 6 1610,202 3,75 429,387
75x 6 1837,515 4,1 448,174
*) = Hasil pemeriksaan

Gambar 4.9 Hubungan Nilai Stabilitas dengan Jumlah tumbukan


Gambar 4.9 di atas nilai stabilitas dari campuran yang menggunakan bahan
peremaja plastik lebih tinggi dari pada nilai stabilitas campuran tanpa menggunakan
bahan peremaja yaitu, untuk tumbukan 35x sebesar 1244,811 kg, 50x sebesar
1452,279 kg dan 75x sebesar 1647,427 kg. Sedangkan dengan bahan peremaja plastik
stabilas untuk masing-masing jumlah tumbukan yaitu sebesar : 1377,146 kg untuk
tumbukan 35x , 1610,202 kg untuk tumbukan 50x dan untuk tumbukan 75x sebesar
1837,427 kg.
59

Persamaan hubungan nilai stabilitas dengan durasi pemadatan pada grafik


diatas, yaitu y1 = 11,26x + 1007 dan y2 = 9,834x + 923,6 dengan kemiringan garis
kecenderungan, m1 = 11,26 dan m2 = 9,834 (m1 > m2). Untuk nilai intercept,a1 = 1007
dan a2 = 923,6 (a1 > a2), jadi campuran tanpa bahan peremaja dan dengan bahan
peremaja cenderung meningkat (naik).
Gambar 4.9 menunjukan nilai stabilitas dari masing-masing campuran baik
yang tanpa bahan peremaja dan dengan bahan peremaja telah memenuhi nilai
stabilitas yang disyaratkan (min.800 kg). Sehingga nilai stabilitas campuran tanpa
bahan peremaja lebih rendah dibandingkan dengan nilai stabilitas dari campuran yang
menggunakan bahan peremaja plastik 6%. Persentase selisih nilai stabilitas terhaap
jumlah tumbukan dapat dilihat pada tabel 4.6.1
Tabel 4.6.1 persentase selisih nilai stabilitas terhadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%)
(A) (B) (C) (Δ) = ((C - B) / C) x 100
35X 1244,811 1377,146 9,6
50X 1452,279 1610,202 9,8
75X 1647,427 1837,515 11,8
Rata-rata 10,4
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari tabel 4.6.1 menunjukan persentase selisih dari campuran yang
mengunakan cairan plastik 6% dan tanpa cairan plastik cendrung meningkat seiring
bertambahnya jumlah tumbukan, nilai persentase selisih pada tumbukan 35X 9,6%,
9,8% untuk 50X dan 11,8% untuk 75X tumbukan.

B. Flow (kelelehan)
Nilai flow (kelelehan) dari campuran perkerasan yang tanpa bahan peremaja
dan dengan bahan peremaja dapat dilihat pad tabel 4.6 dan gambar 4.10 berikut :
60

Gambar 4.10 Hubungan nilai Flow (kelelehan) dengan jumlah tumbukan


Gambar 4.10 menunjukan nilai flow (kelelehan) dari campuran tanpa bahan
peremaja dan dengan bahan peremaja adalah, untuk 0% nilai flow (kelelehan) dari
tumbukan 35x sebesar 3,3 mm, 3,5 mm untuk tumbukan 50x dan untuk tumbukan
75x sebesar 3.9 mm. Sedangkan untuk campuran yang menggunakan bahan peremaja
nilai flow (kelelehan) untuk tumbukan 35x sebesar 3,6 mm, untuk tumbukan 50x
sebesar 3,75 mm dan untuk tumbukan 75x sebesar 4,1 mm.
Persamaan hubungan nilai flow dengan jumlah tumbukan pada grafik diatas,
yaitu y1 = 0,012x + 3,141 dan y2 = 0,015x + 2,761 dengan kemiringan garis
kecenderungan, m1 = 0,012 dan m2 = 0,015 (m1 < m2). Untuk nilai intercept,a1 = 3,141
dan a2 = 2,761 (a1 > a2), jadi campuran tanpa bahan peremaja dan dengan bahan
peremaja cenderung meningkat (naik) seiring bertambahnya jumlah tumbukan.
Gambar 4.10 menunjukan nilai flow (kelelehan) dari campuran tanpa bahan
peremaja dan dengan bahan peremaja telah memenuhi nilai yang disyaratkan (min.2
mm). Dimana nilai flow dari campuran tanpa bahan peremaja lebih rendah
dibandingkan nilai flow dari campuran yang menggunakan bahan peremaja plastik.
Persentase selisih nilai flow terhadap jumlah tumbukan dapat dilihat pada tabel 4.6.2
berikut :
61

Tabel 4.6.2 persentase selisih nilai flow terhadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%)
(A) (B) (C) (Δ) = ((C - B) / C) x 100
35X 3,3 3,6 8,3
50X 3,5 3,75 6,6
75X 3,9 4,1 4,8
Rata-rata 6,56
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari tabel 4.6.2 menunjukan persentase selisih dari campuran yang
mengunakan cairan plastik 6% dan tanpa cairan plastik cendrumg menurun seiring
jumlah tumbukan, nilai persentase selisih pada tumbukan 35X 8,3%, 6,6% untuk 50X
dan 4,8% untuk 75X tumbukan.

C. Marshall Qoutient
Nilai Marshall Qoutient dari masing-masing campuran perkerasan dengan
menggunakan bahan peremaja plastik dan tanpa bahan peremaja dapat dilihat pada
tabel 4.6 dan grafik 4.11 berikut :

Gambar 4.11 Hubungan nilai Marshall Qoutient dengan jumlah tumbukan


62

Gambar 4.11 menunjukan nilai Marshall Qoutient dari campuran perkerasan


tanpa bahan peremaja dengan 35x tumbukan sebesar 377,215 kg/mm, 50x sebesar
414,937 kg/mm, 75x sebesar 422,417 kg/mm. Untuk campuran dengan bahan
peremaja plastik 6% dengan tumbukan 35x sebesar 382,541 kg/mm, untuk tumbukan
50x sebesar 429,387 kg/mm, untuk tumbukan 75x sebesar 448,174 kg/mm.
Gambar 4.11 menunjukan nilai Marshall Qoutient dari campuran tanpa bahan
peremaja dan dengan bahan peremaja telah memenuhi nilai yang disyaratkan
(min.200 kg/mm). Dimana nilai Marshall Qoutient dari campuran tanpa bahan
peremaja dan dengan bahan peremaja plastik cendrung mengalami kenaikan dengan
bertambahnya jumlah tumbukan. Persentase selisih nilai MQ terhadap jumlah
tumbukan dapat dilihat pada tabel 4.6.3 berikut :
Tabel 4.6.3 persentase selisih nilai MQ terhadap jumlah tumbukan

Jumlah 0% Plastik 6% Plastik persentase selisih


tumbukan (%) (%) (%)
(%)
(A) (B) (C) (Δ) = ((C - B) / C) x 100
35X 377,215 382,541 1,39
50X 414,937 429,387 3,36
75X 422,417 448,174 5,74
Rata-rata 3,5
Catatan (Δ) : Persentase Selisih dari 0% dan 6% plastik
Dari tabel 4.6.3 menunjukan persentase selisih dari campuran yang
mengunakan cairan plastik 6% dan tanpa cairan plastik cendrumg meningkat seiring
bertambahnya jumlah tumbukan, nilai persentase selisih pada tumbukan 35X 1,39%,
3,36% untuk 50X dan 5,74% untuk 75X tumbukan.

Anda mungkin juga menyukai