Anda di halaman 1dari 3

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK

No. 26/07/32/Th. XII, 1 Juli 2010

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2010

; Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada
bulan Maret 2010 sebesar 4.773.720 orang (11,27 persen). Dibandingkan dengan bulan Maret 2009
yang berjumlah 4.983.570 orang (11,96 persen), jumlah penduduk miskin bulan Maret 2010
mengalami penurunan sebesar 209.850 orang (0,69 persen).
; Jumlah penduduk miskin bulan Maret 2010 untuk daerah perkotaan sebanyak 2.350.530 orang
(9,43 persen terhadap jumlah penduduk perkotaan) sedangkan di daerah pedesaan sebanyak
2.423.190 orang (13,88 persen).
; Garis kemiskinan Jawa Barat bulan Maret 2010 sebesar Rp. 201.138,- atau mengalami peningkatan
sebesar 4,77 persen dibandingkan dengan garis kemiskinan kondisi tahun 2009 di bulan yang sama
(Rp. 191.985,-). Dalam rentang 12 bulan terjadi inflasi “years on years“ bulan Maret 2010 terhadap
Maret 2009 sebesar 2,99 persen.
; Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan bulan Maret 2010 sebesar Rp. 212.210,- atau naik
4,15 persen dari kondisi tahun sebelumnya (Rp. 203.751,-). Garis kemiskinan di daerah pedesaan
juga mengalami peningkatan yaitu 5,79 persen menjadi sebesar Rp. 185.335,- dibandingkan dengan
tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 175.193,-.
; Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Tercatat pada bulan
Maret 2009 sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan sebesar
72,02 persen sedangkan pada Maret 2010 naik menjadi 72,06 persen.

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No.26/07/32/Th. XII, 1 Juli 2010 1
1. Penjelasan Teknis dan Sumber Data
a. Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan pendekatan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan cara ini
dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total
penduduk.
b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari
dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk
daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian,
ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan
lemak, dll).
d. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-
makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di
perdesaan.
e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan bulan Maret
2010 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel Modul Konsumsi
bulan Maret 2010.

2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Jawa Barat Maret 2009 – Maret 2010


Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat pada bulan Maret 2010 sebanyak 4.773.720
orang (11,27 persen). Mengalami penurunan sebesar 209.850 orang dibandingkan kondisi
pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 4.983.570 orang (11,96 persen).
Dalam kurun waktu setahun terakhir persentase penduduk miskin yang tinggal di
daerah perdesaan turun sebesar 0,40 persen sedangkan di daerah perkotaan turun 0,90
persen. Secara absolut selama periode Maret 2009 – Maret 2010, penduduk miskin di
perdesaan berkurang 29.010 orang sementara di perkotaan turun sebanyak 180.840 orang.
Persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan pada bulan Maret 2010
terhadap penduduk miskin Jawa Barat adalah sebesar 50,76 persen. Ini mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan Maret 2009 (49,21 persen).

3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2009 – Maret 2010


Dalam proses penghitungan, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat
dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Batasan penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
Selama kurun waktu Maret 2009 – Maret 2010 Garis Kemiskinan naik sebesar 4,77 persen,
yaitu dari Rp. 191.985,- per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp. 201.138,- pada
Maret 2010.

2 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No.26/07/32/Th. XII, 1 Juli 2010
Besarnya nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) pada Maret 2010 adalah sebesar
Rp. 144.942,- dan untuk Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) sebesar Rp. 56.196,-.
Apabila diperhatikan tampak bahwa peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan
sangat dominan dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan). Gambaran ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat
pada tingkat ekonomi rendah lebih dominan untuk pengeluaran kebutuhan makanan
dibandingkan non makanan.

Tabel 1.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2009 – Maret 2010

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk


miskin
Persentase
Daerah/Tahun
(000 orang) penduduk miskin
Makanan Bukan Makanan Total

Perkotaan
Maret 2009 142.079 61.672 203.751 2.531,37 10,33
Maret 2010 148.024 64.186 212.210 2.350,53 9,43

Perdesaan
Maret 2009 132.845 42.348 175.193 2.452,20 14,28
Maret 2010 140.542 44.793 185.335 2.423,19 13,88

Kota+Desa
Maret 2009 138.275 53.710 191.985 4.983,57 11,96
Maret 2010 144.942 56.196 201.138 4.773,72 11,27

Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Modul Konsumsi Maret 2009 dan Maret 2010

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No. 25/07/32/Th. XII, 1 Juli 2010 3

Anda mungkin juga menyukai