INTERAKSI MINERAL LIAT-

SENYAWA ORGANIK
• Kadar BOT bervariasi  <0.1% dalam pasir dan tanah
gurun sampai ∞ 100% pada tanah organik; pada tanah
mineral umumnya 1-5%
• FUNGSI:
– Sumber hara N, P, S untuk pertumbuhan tanaman
– Sumber energi biota tanah
– Meningkatkan CEC dan WHC tanah
– Merangsang pembentukan dan stabilisasi agregat
tanah
INTERAKSI MUTUAL BOT DENGAN MINERAL TANAH:

• BOT mempengaruhi pelapukan, kristalisasi dan

transformasi mineral tanah
– Asam-asam organik mendegradasi mineral melalui
pelarutan dan pembentukan komplek logam dan
mentransportasikan dalam profil tanah
INTERAKSI MUTUAL BOT DENGAN MINERAL TANAH:

– BO menghalangi pembentukan Al dan Fe-oksida  Al

dan Fe membentuk ikatan ligan dengan BO
menghasilkan senyawa komplek organik

• Senyawa organik dijerap oleh mineral tanah sehingga:

– Menginisiasi pembentukan mikroagregat
– Mengubah sifat permukaan mineral sehingga
mempengaruhi transport hara dan polutan dalam profil
 MEKANISME REAKSI (1)

• Reaksi senyawa organik dengan mineral liat sangat

komplek karena kompleksitas senyawa organik itu
sendiri (senyawa alifatik, siklik, panjang rantai, gugus
fungsional, muatan, dll) dan perbedaan karakteristik
diantara mineral liat
• Mineral liat mengikat senyawa organik dengan berbagai
cara, seperti pada permukaan luar atau di antara ruang
antarlapisan (RAL)
 MEKANISME REAKSI (2)

PADA MINERAL LIAT TIPE 1:1

• Mineral liat tipe 1:1, seperti kaolinit, melakukan interaksi

dengan cara:
– Molekul organik netral masuk diantara lapisan silikat
yang juga netral

LAPISAN SILIKAT TAK BERMUATAN

INTERKALASI
 MEKANISME REAKSI (3)

– Lapisan-lapisan silikat pada mineral liat tipe 1:1 saling

berhubungan dengan melalui ikatan/jembatan H dan
interaksi dipol
• Senyawa organik yang cocok untuk kaolinit adalah
senyawa-senyawa pembentuk jembatan H, seperti
asam-asam amida dan turunan urea atau senyawa
dengan momen dipol tinggi, seperti senyawa
dimetilsulfoksida (DMSO) dan piridin-N-oksida
 MEKANISME REAKSI (4)

SENYAWA PEMBENTUK JEMBATAN H

O
O
H3C C CH3
C H N N
H3C N
H H
ASAM AMIDA TURUNAN UREA
H

SENYAWA DENGAN MOMEN DIPOL TINGGI

H3 C - -
+ +
S O N O
H3C

DIMETILSULFOKSIDA (DMSO) PIRIDIN-N-OKSIDA

 MEKANISME REAKSI (5)

PADA MINERAL LIAT TIPE 2:1

• MINERAL LIAT TIPE 2:1 DENGAN SENYAWA ORGANIK NETRAL

– SOLVASI  MOLEKUL-MOLEKUL AIR DALAM RAL MINERAL
DIGANTIKAN OLEH MOLEKUL-MOLEKUL ORGANIK NETRAL
(ALKOHOL, SENYAWA KOMPLEK AROMATIK)
• IKATAN DARI BASA  AMINA ALIFATIK DAN AROMATIK
(ETILENDIAMIN, SIKLOHEKSILAMIN, ANILIN, PIRIDIN, DLL)
DIIKAT MELALUI JEMBATAN AIR DENGAN KATION DALAM RAL

Men+
H
O H N R
H H
 MEKANISME REAKSI (6)

LAPISAN SILIKAT BERMUATAN

M++LX M++LX

SOLVASI PEMBENTUKAN
SENYAWA KOMPLEKS

PERTUKARAN KATION
M++

PENGEMBANGAN

Reaksi dengan alkilammonium

Reaksi dengan alkilammonium dan alkohol

 MEKANISME REAKSI (7)
• MINERAL LIAT TIPE 2:1 DENGAN KATION-KATION ORGANIK
(REAKSI PERTUKARAN KATION)
– DENGAN BIRU METILEN  JUMLAH BIRU METILEN YANG
DIJERAP DARI SUATU LARUTAN DAPAT DITENTUKAN
SECARA KOLORIMETRI, DIGUNAKAN UNTUK
MENENTUKAN KADAR SMEKTIT DALAM BENTONIT (1 g
SMEKTIT MENGIKAT SEKITAR 1 MMOL BIRU METILEN)

+
(H3C)2N N(CH3)2
S

BIRU METILENA
 MEKANISME REAKSI (8)

• DENGAN ION-ION
ALKILAMONIUM  MENGUBAH
SIFAT HIDROFIL PERMUKAAN
MINERAL MENJADI HIDROFOB,
DIGUNAKAN DIANTARANYA
UNTUK ANALISIS MUATAN
LAPISAN,
Reaksi dengan
trimetilfenilamonium
(atas muatan tinggi, bawah Reaksi dengan
rendah) heksadesiltrimetila
monium:
a. monolayer 1.37
nm,
b. bilayer 1.77 nm,
c. Pseudotrilayer
2.17 nm,
d. parafin >2.2 nm
MEKANISME REAKSI (9)

Reaksi dengan anionic herbisida 2.4-D

oleh ikatan H dan ionik