Anda di halaman 1dari 9

KLOROFORM

Kloroform merupakan senyawa organik berwujud cair dengan titik didih 61,2 0 C, indeks bias
1,487 dan berbau menyengat, serta mudah menguap. Dalam Kamus Kimia (2002: Balai Pustaka)
kloroform adalah zat cair tanpa warna dengan bau manis, menyenangkan dan anestetik. Dalam
kehidupan sehari-hari kloroform berfungsi sebagai pembius, dan pelarut senyawa organik. Menurut
Riawan (1990) kloroform (CHCl3) dapat digunakan untuk pelarut lemak, “dry cleaning”, obat bius.
Untuk penggunaan obat bius dibubuhi etanol, disimpan dalam botol coklat, diisi sampai penuh.
Kloroform dapat dibuat melalui reaksi substitusi elektrofilik atom-atom H ά semua senyawa karbonil
yang bergugus asetil (CH3CO-) dalam suasana basa. Juga dapat digunakan bahan alkohol yang bila
dioksidasi menghasilkan gugus asetil.

Kloroform pada awalnya digunakan dalam obat-obatan sebagai suatu anastesik. Akan tetapi
kloroform mudah teroksidasi dengan adanya udara dan cahaya menjadi posgen atau karbonil klorida
COCl2 yang berbahaya.

Disamping itu, kloroform dan beberapa senyawa lain yang mengandung gugus metilkloro,
-CCl3 menunjukkan efek fisiologi yang kuat, seperti trikloroasetaldehida, atau kloral hidrat,
Cl3CCH(OH)2 , dan trikloro-tert-butanol atau kloretone, Cl 3C(CH3)2OH yang dapat memberi efek
hipnotis.

http://eckhochems.blogspot.com/2010/04/kloroform.html

LIPID

Percobaan I : Kelarutan Lemak dan Terjadinya Emulsi

Lipid mempunyai sifat nonpolar sehingga lipid larut dalam larutan-larutan yang bersifat non
polar seperti eter, kloroform, benzena, karbontetraklorida, xylena, alkhol, dan aseton.
A. Fungsi Reagen :
1. Kloroform dan eter
Merupakan bahan yang bersifat nonpolar, sehingga dapat melarutkan minyak kelapa yang
juga bersifat nonpolar.

2. Air
Berfungsi sebagai pelarut yang bersifat polar.Karena sifatnya yang polar, air tidak dapat
melarutkan lipid yang bersifat nonpolar.
3. Larutan Na2CO3 1 %
Na2CO3 merupakan larutan yang bersifat alkali. Alkali berfungsi untuk menghidrolisis minyak
kelapa (lipid) menjadi gliserol dan sabun (garam alkali dari asam lemak). Reaksii ini disebut
reaksi penyabunan.

4. Larutan empedu encer


Empedu terdiri atas tiga komponen : kolesterol, garam empedu dan lesitin. Ketiga senyawa
ini merupakan senyawa amfipatik (lipid amfipatik/polar), yaitu senyawa yang mempunyai
bagian hidrofobik yang berinteraksi dengan lemak dan bagian hidrofilik yang berinteraksi
dengan air. Karena itu, senyawa tersebut sering ditemukan di pertemuan antara lemak dan
air. Jika lipid polar yang berada dalam media aquous telah mencapai konsentrasi tertentu
maka akan terbentuk misel. (gambar harper hal. 158).

Emulsi adalah lipid nonpolar (dalam bentuk partikel besar) yang terdapat dalam medium
aquous. Bentuk emulsi ini akan distabilkan oleh lipid amfipatik seperti lesitin. Jadi di sini
lesitin berfungsi sebagai emulgator.

http://xa.yimg.com/kq/groups/26573843/719166005/name/LIPID.doc

Salah satu garam yang dapat dielektrolisis adalah garam kalium iodida (KI).
Garam ini dapat dielektrolisis baik larutannnya maupun leburannya. Jika larutannya
dielektrolisis, pada anoda dihasilka iod (I2) dan di katoda dihasilkan ion hidroksida
(OH─). Garam KI merupakan garam yang mudah diperoleh dan dalam
penggunaannya sangat sederhana dan menarik, sehingga banyak digunakan dalam
pelaksanaan praktikum khususnya elektrolisis di laboratorium.
Pada tahun 1833, Faraday menunjukkan bahwa jumlah zat-zat yang
teroksidasi dan tereduksi pada elektroda-elektroda berbanding lurus dengan waktu
dan jumlah kuat arus yang melalui sel elektrolisis tersebut. Berdasarkan Hukum
Faraday tersebut, sedikitnya tiga permasalahan akan timbul pada elektrolisis larutan
KI, yaitu : (1) berapa waktu optimum yang diperlukan; (2) berapa kuat arus optimum
yang harus digunakan, dan (3) berapa batas minimum konsetrasi larutan KI yang bisa
digunakan sehigga terbentuknya iod (I2) di katoda dan ion hidroksida (OH─) di
katoda.
Permasalahan tersebut di atas, akan dijawab melalui penelitian “ Studi
Elektrolisis Larutan Kalium Iodida” , sehingga diharapkan tidak terjadi lagi
pemborosan waktu, energi listrik, dan penggunaan garam KI di laboratorium.
http://jurnal.unhalu.ac.id/download/aceng/STUDI%20ELEKTROLISIS%20LARUTAN%20KALIUM
%20IODIDA.pdf
Physical Properties of Potassium Iodide

Potassium iodide (KI) is supplied as odorless, colorless to white cubical or hexahedral crystals, white
granules or a powder. It has a strong, bitter taste reminiscent of table salt (NaCl).

Properties

1. The molecular weight of potassium iodide is 166.02 g/mol. Its melting point is 680°C (1256°F,
954 Kelvin) and its boiling point is 1330°C (2426°F). The specific gravity of potassium iodide is
3.13 at 15°C, the heat of fusion is 24.7 calories/g, and the vapor pressure is 1 mm Hg at
745°C.

Stability

2. Potassium iodide is stable in dry air. Exposure to light and moisture can accelerate the
decomposition of potassium iodide. Potassium iodide will turn yellow when exposed to air
for a long time due to the liberation of iodine and the formation of small amounts of iodate.
Aqueous solutions of potassium iodide can also turn yellow over time when exposed to air.

Aqueous Solubilities

3. Aqueous solutions of potassium iodide are usually neutral of slightly alkaline. A pH of 7 to 9


is typical. So 1 g of potassium iodide is soluble in 0.7 mL of room temperature water or in 0.5
mL of boiling water. You can make a saturated solution by dissolving 30 g of of potassium
iodide in 20 mL of water at 25°C.

Other Solubilities

4. It is possible to dissolve 1 g of potassium iodide in 50 mL of absolute ethanol or in 8 mL of


methanol (wood alcohol). So 1 g of potassium iodide is soluble in 75 mL of acetone, 2 mL of
glycerol or 2.5 mL of glycol. Potassium iodide dissolves in elemental iodine.

Spectra

5. The index of refraction of potassium iodide is 1.677.

http://www.ehow.com/about_5367220_physical-properties-potassium-iodide.html

Sifat-sifat kimia dan fisika


Air
Informasi dan sifat-sifat
Nama sistematis air

aqua, dihidrogen monoksida,


Nama alternatif
Hidrogen hidroksida

Rumus molekul H2O

Massa molar 18.0153 g/mol

0.998 g/cm³ (cariran pada 20 °C)


Densitas dan fase
0.92 g/cm³ (padatan)

Titik lebur 0 °C (273.15 K) (32 °F)

Titik didih 100 °C (373.15 K) (212 °F)

Kalor jenis 4184 J/(kg·K) (cairan pada 20 °C)

Halaman data tambahan


Disclaimer and references
Artikel utama: Air (molekul)

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik.

Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal,
terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom
oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas,
sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur
yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen ini
apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan normal.
Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fasa berkeadaan cair, adalah
karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor).
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh
atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan
negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air
memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar molekul-molekul air akibat adanya
dipol ini membuat masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan
dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan
hidrogen.

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada
dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar.
Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi
(berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Elektrolisis air

Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik. Proses ini
disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron,
tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain
terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H +
dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan
yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.

      

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda dan
dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen
peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen. [8][9][10]

Kelarutan (solvasi)

Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut
dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan
zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat
"hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut
menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-
molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-
molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air.

Kohesi dan adhesi

Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah muatan
parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan
bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi
karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia
(atom oksigen) memiliki lebih "kekuatan tarik" pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam
molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif
elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif
ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom hidrogen.

Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami ke-polar-annya.

Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar
molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah
permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul
sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat
halus air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara gelas
dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air.

Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan permukaan protein
yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
Irvin Langmuir mengamati suatu gaya tolak yang kuat antar permukaan-permukaan hidrofilik. Untuk
melakukan dehidrasi suatu permukaan hidrofilik — dalam arti melepaskan lapisan yang terikat
dengan kuat dari hidrasi air — perlu dilakukan kerja sungguh-sungguh melawan gaya-gaya ini, yang
disebut gaya-gaya hidrasi. Gaya-gaya tersebut amat besar nilainya akan tetapi meluruh dengan
cepat dalam rentang nanometer atau lebih kecil. Pentingnya gaya-gaya ini dalam biologi telah
dipelajari secara ekstensif oleh V. Adrian Parsegian dari National Institute of Health.[11] Gaya-gaya ini
penting terutama saat sel-sel terdehidrasi saat bersentuhan langsung dengan ruang luar yang kering
atau pendinginan di luar sel (extracellular freezing).

http://id.wikipedia.org/wiki/Air

Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan
larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat
dan akurat). Larutan standar merupakan istilah kimia yang menunjukkan bahwa suatu larutan telah
diketahui konsentrasinya.

Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
menimbang.
Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:

 Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit NaASO2 yang
dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4, larutan iodine I2, dan cerium
(IV) sulfat Ce(SO4)2.
 Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat, isopropanol atau
DMF.
 Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat Na2S2O3.
 Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam perklorat dan
asam asetat.
 Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3.
 Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3
 Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan natrium
nitrit.

As2O3, asam bensoat, KBrO3, KHP, Na2CO3, NaCl, dan asam sulfanilik diatas adalah standar primer
jadi senyawa ini ditimbang dengan berat tertentu kemudian dilarutkan dalam aquades dengan
volume tertentu untuk didapatkan larutan standar primer.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar primer.
NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat higroskopis oleh sebab itu
maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dapat dipakai sebagai standar primer. Begitu
juga dengan H2SO4 dan HCl tidak bisa dipakai sebagai standar primer, supaya menjadi standar
sekunder maka larutan ini dapat dititrasi dengan larutan standar primer NaCO3.
Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer:

1. Memiliki kemurnian 100%


2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan (pengeringan) disebabkan
standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum ditimbang.
3. Mudah didapatkan (tersedia diaman-mana).
4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari kesalahan relative pada
saat menimbang. Menimbang dengan berat yang besar akan lebih mudah dan memiliki
kesalahan yang kecil dibandingkan dengan menimbang sejumlah kecil zat tertentu.
5. Harus memenuhi kriteria syarat-syarat titrasi.

Asidi Alkalimetri
 

Salah satu analisis titrimetri yang melibatkan asam basa adalah asidi alkalimetri. Titrasi
asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam
pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari

Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah


reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi
basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas)
dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam
yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri).
Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat
reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume
tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer
adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat
murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi
syarat seperti dibawah ini:

1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu
110-120oC).

2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat
diabaikan.

3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam  mana ia digunakan.

4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang
kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi
0,01-0,02 %).

5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi
harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.

6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini
mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau
dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak
berubah selama penyimpanan.
Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogeniodat KH(IO3)2,
asam klorida bertitik didih konstan  merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar
primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk
standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap
suatu standar primer (Basset, J, 1994).

http://blogkita.info/asidi-alkalimetri/
Tetapan kesetimbangan (K) adalah hasil kali produk dipangkatkan koefisien reaksinya dibagi
hasil kali reaktan dipangkatkan koefisien reaksinya. Tetapan kesetimbangan mempunyai nilai yang
tetap pada suhu tertentu. Jika reaktan dan produk dinyatakan dengan konsentrasi, maka tetapan
kesetimbangan ditulis dengan simbol Kc. Tetapan kesetimbangan yang dinyatakan dengan tekanan
parsial ditulis dengan simbol Kp. Pada reaksi heterogen, tetapan kesetimbangan tidak menyertakan
zat yang berwujud padat atau cair. Tetapan kesetimbangan memiliki beberapa manfaat antara lain
yaitu:
1.       Meramalkan reaksi kesetimbangan secara kualitatif, yaitu jika harga Kc besar, maka reaksi
kesetimbangan banyak mengandung produk, dan sebaliknya.
2.       Meramalkan arah reaksi kesetimbangan, yaitu jika QKc, maka reaksi berlangsung ke kiri. Q adalah
hasil bagi antara konsentrasi produk dan reaktan pada keadaan apapun.
3.   Menghitung konsentrasi pada reaksi kesetimbangan.

Menurut Le Chatelier, suatu sistem kesetimbangan akan tetap mempertahankan posisinya


jika terdapat perubahan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran reaksi kesetimbangan. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut.
1.      Perubahan Konsentrasi. Jika konsentrasi reaktan diperbesar, maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke produk, demikian sebaliknya.
2.      Perubahan volume. Jika volume diperbesar, reaksi kesetimbangan bergeser ke jumlah koefisien zat
yang besar, sebaliknya jika diperkecil volumenya, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah
jumlah koefisien zat yang kecil. Tetapi perubahan volume tidak berpengaruh jika jumlah koefisien
reaktan dan produk sama.
3.      Perubahan tekanan. Merupakan kebalikan dari perubahan volume. Jika tekanan diperbesar maka
reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien zat yang lebih kecil, demikian
sebaliknya.
4.      Perubahan suhu. Jika suhu dinaikkan, reaksi bergeser ke reaksi endoterm. Sedangkan jika suhu
diturunkan, reaksi bergeser ke eksoterm. Perubahan suhu mengakibatkan perubahan harga tetapan
kesetimbangan.
5.  Katalis. Penambahan katalis tidak akan menggeser reaksi kesetimbangan karena katalis hanya
berfungsi mempercepat laju reaksi.

  Dalam  pengukuran konstanta kesetimbangan, pada prakteknya akan ditemui beberapa


kesulitan. Dalam menentukan harga Kc suatu reaksi, pertama-tama reaksi harus ditunggu sampai
mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur dan baru nilai Kc
dapat ditentukan. Akan tetapi, dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk sering kali
sejumlah larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi
kesetibangan. Idealnya harus digunakan suatu metode yang tidak melibatkan pengambilan
larutan untuk dianalisis. Salahsatu metode yang tidak melibatkan pengambilan larutan dalam
menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah metode kalorimeter.
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oleh ion H +. Walaupun telah
dikatalisis, untuk mencapai keseimbangan masih dibutuhkan beberapa hari. Karena reaksi
berlangsung sangat lambat, konsentrasi reaktan maupun produk dapat ditentukan dengan titrasi
yang dilakukan dengan cepat. Titrasi yang dilakukan dengan cepat diharapkan tidak mengganggu
kesetimbangan secara nyata.

http://elangbiru3004.blogspot.com/2010/09/konstanta-kesetimbangan-kc.html

Anda mungkin juga menyukai