Anda di halaman 1dari 8

Tugas Kelompok Dosen : Haryono AS,S.

Pd

“ MENGENAL KERAJINAN TENUN SONGKET KHAS MELAYU”

Oleh:

Andi Akbar

Donny Kurniawan

Hadzalie Gharaufi

Indah Zuliarti

Israyandi

M. Asraf Hazzamy

Mhd Taufik Kurniawan

Yogi Herstiawan

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
Kerajinan Tenun Melayu

Lokasi : Tenun Songket Melayu Winda

Alamat: Jl. Kertama Gg. Ikhlas Pekanbaru

Produk yang dihasilkan: songket melayu, pakaian melayu, selendang melayu, ulos(dipesan
khusus), dll.

Tentang Songket Melayu

Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia,
yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya;
mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas.
Selain itu, menurut beberapa orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka,
peci khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang
emas dimulai. Isitilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’.
Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau
pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau
sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala
yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan
Kesultanan Melayu. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau
gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Beberapa kain
songket tradisional sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.
Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih
ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa
motif-motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan
kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit
raja.
Ditinjau dari bahan, cara pembuatan, dan harganya; songket semula adalah kain
mewah para bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya.
Akan tetapi kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya dan
berada semata, karena harganya yang bervariasi; dari yang biasa dan terbilang murah,
hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat mahal. Kini dengan digunakannya benang
emas sintetis maka songket pun tidak lagi luar biasa mahal seperti dahulu kala yang
menggunakan emas asli. Meskipun demikian, songket kualitas terbaik tetap dihargai sebagai
bentuk kesenian yang anggun dan harganya cukup mahal.
Sejak dahulu kala hingga kini, songket adalah pilihan populer untuk busana adat
perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kain ini sering diberikan
oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hantaran persembahan
perkawinan. Di masa kini, busana resmi laki-laki Melayu pun kerap mengenakan songket
sebagai kain yang dililitkan di atas celana panjang atau menjadi destar, tanjak, atau ikat
kepala. Sedangkan untuk kaum perempuannya songket dililitkan sebagai kain sarung yang
dipadu-padankan dengan kebaya atau baju kurung. Sebagai benda seni, songket pun sering
dibingkai dan dijadikan penghias ruangan. Penerapan kain songket secara modern amat
beraneka ragam, mulai dari tas wanita, songkok, bahkan kantung ponsel.
Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan di Sumatera,
Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di pulau Sumatera pusat kerajinan
songket yang termahsyur dan unggul adalah di daerah Riau, Pandai Sikek, Minangkabau,
Sumatera Barat, serta di Palembang, Sumatera Selatan. Di Bali, desa pengrajin tenun
songket dapat ditemukan di kabupaten Klungkung, khususnya di desa Sidemen dan Gelgel.
Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat, kabupaten Lombok Tengah,
juga terkenal akan kerajinan songketnya. Di luar Indonesia, kawasan pengrajin songket
didapati di Malaysia; antara lain di pesisir timur Semenanjung Malaya khususnya
Terengganu dan Kelantan; serta di Brunei.
(sumber: Wikipedia.org)

Songket Melayu Khas Riau


Pada kesempatan ini, kami mengunjungi salah satu pengrajin tenun songket melayu
di daerah Riau yang salah satunya berada di Jalan Kertama Gang Ikhlas, Pekanbaru. Pada
awalnya agak sulit menemukan tempat kerjanya. Dengan sedikit bertanya kepada warga
sekitar, akhirnya kami menemukan tempat tersebut. Nama tempat tersebut adalah Tenun
Songket Melayu Winda.
Winda Wati adalah nama pemilik industri rumah tangga tersebut. Ia memulai
usahanya sejak pertengahan tahun 2005. Untuk mengetahui lebih banyak tentang usaha
tenun tersebut, kami mewawancarai salah satu pekerja yang bernama Murni. Ia bekerja
sejak awal dibangunnya usaha tenun tersebut.
Menurut keterangan dari saudari Murni, pekerja disitu berjumlah lebih dari dua
puluh orang yang sebagian besar adalah perempuan. Mereka masih memiliki hubungan
darah dengan ibu Winda. Ada yang berasal dari Bagan Siapi-api dan Teluk Kuansing.
Pekerja tidak dituntut untuk mengikuti kursus terlebih dahulu, tetapi mereka belajar
sambil bekerja. hal ini dikarenakan, tenunan yang salah bisa diulang kembali. Untuk yang
sudah mahir mengerjakannya, kain songket berukuran 2 meter bisa diselesaikan dalam
waktu 2-3 hari. Untuk yang belum mahir atau pemula, kain songket dapat diselesaikan
hingga satu minggu lamanya.
Alat tenun yang digunakan oleh pekerja di sini masih tradisional, yaitu masih
menggunakan alat buatan sendiri yang terdiri atas beberapa bagian. Adapun nama-nama
bagian dari alat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gun, yaitu alat tenun yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan benang ke
dalam jarum yang berjumlah banyak.
2. Injakan, berfungsi sebagai tempat pijakan si pekerja. Dimana pijakan ini memiliki 2
bagian, kiri dan kanan. Bagian kiri untuk menaikkan gun bagian belakang dan bagian
kanannya untuk menaikkan gun bagian depan.
3. Teropong, merupakan alat tenun yang berfungsi untuk tempat lewatnya benang
secara horizontal.
Sebelum songket ditenun, terdapat beberapa proses yang harus dilakukan, yaitu:
1. Proses pencelupan/perendaman, benang dicelup/direndam ke dalam wadah yang
telah berisi zat pewarna sesuai yang diinginkan.
2. Disalin, benang ditata rapi berdasarkan warna
3. menghani, proses penggulungan benang ke kayu yang nantinya akan dipasang ke alat
tenun.
4. Menyucuk, gulungan benang di masukkan ke dalam gun secara vertical
5. Nyisir, proses pelurusan benang agar tidak lari dari jalurnya
6. Stel, alat tenun distel terlebih dahulu agar proses berjalan lancar

Dalam pembuatan kain songket, menurut Murni benang yang digunakan sebagai
bahan tenunan terbuat dari bahan katun, polister, sutera, dan benang mas. Benang polister
dipakai untuk membuat songket terlihat mengkilat. Benang dari sutera untuk membuat
songket lebih halus. Sedangkan benang mas dipakai untuk membentuk motif dari songket
sesuai keinginan pelanggan ataupun si pemilik toko. Benang mas ini diperoleh dari Singapur
dan yang lainnya dipesan dari Jawa atau Sumatera Barat.
Songket dijual dengan harga yang bervariasi dari Rp 150.000 sampai Rp 1.500.000
tergantung dari panjang dan motif songket tersebut, serta banyaknya benang mas yang
digunakan. Karena harga benang mas relatif mahal daripada benang yang lainnya. Panjang
songket yang tawarkan si penjual pun bervariasi. Dimulai dari 2 meter sampai 30 meter yang
berbentuk gulungan besar.
Songket sangat banyak diminati oleh warga pekanbaru khususnya, karena digunakan
sebagai bahan pembuat baju adat melayu dan sering juga digunakan pada saat acara
pernikahan. Songket memang banyak peminatnya, bahkan songket dari Riau juga diekspor
ke Negara tetangga kita, seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura, tutup Murni.
Kami juga sempat menanyakan mengenai asal-usul kain songket kepadanya, akan
tetapi ia juga kurang mengetahui seluk beluknya. Sayang sekali ibu Winda tidak ada di
tempat, jadi kami tidak bisa bertanya langsung kepada beliau.
Songket memang begitu mengagumkan, karena keindahan dan corak motifnya yang
bervariasi dan indah hingga zaman dahulu dianggap sebagai barang mewah yang hanya bisa
digunakan oleh keluarga raja dan pembesar kerajaan. Tapi kini, tiap orang bisa memilikinya
dengan harga yang beragam. Selama masih ada pengrajin yang melestarikan songket
Melayu, maka tidak akan hilang songket melayu di bumi. Maka dengan begitu, tidak hilang
Melayu di bumi, meski termakan waktu.
LAMPIRAN 1. FOTO-FOTO ANGGOTA

Donny Kurniawan Indah Zuliarti

Hadzalie Garaufi

Israyandi

Yogi Herstiawan
Dari kiri: Donny Kurniawan, Mhd. Taufik Kurniawan, Hadzalie Garaufi, kak
Murni, Indah Zuliarti, Yogi Herstiawan, Israyandi

Dari kiri: Andi Akbar, M. Asraf, Hadzalie, Taufik, Andri, Ferdianesa, Agus,
Israyandi, Donny, Indah Febrina, Kak Murni, Yogi
LAMPIRAN 2. FOTO ALAT, BAHAN DAN PRODUK

Kain Songket dengan benang Salah satu corak motif kain


emas yang sedang ditenun songket yang sedang dibuat

Benang yang Digunakan untuk


corak motif Benang yang Digunakan untuk
pembuatan kain

Alat tenun tradisional

Anda mungkin juga menyukai