Anda di halaman 1dari 4

BAB II

POSISI DAN POTENSI BIO.FISIK TNGHS

2.1. Letak dan Luas

Secara administratif, kawasan konservasi TN Gunung Halimun - Salak (TNGHS) masuk ke dalam wilayah
tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat, dan Lebak di Provinsi Banten.
Berdasarkan Letak geografisnya berada pada 6o37' - 6 o51' LS, 106 o21' - 106 o38' BT. Kawasan konservasi
tersebut kini menjadi penting kedudukannya, selain melindungi hutan hujan dataran rendah terluas di
Jawa Barat, juga merupakan wilayah tangkapan air bagi kabupaten-kabupaten di sekelilingnya.

Wilayah Gunung Halimun telah ditetapkan menjadi hutan lindung oleh pemerintah Belanda sejak tahun
1924, dengan luas 39.941 ha. Kemudian pada 1935 kawasan hutan ini diubah statusnya menjadi Cagar
Alam Gunung Halimun. Status cagar alam ini bertahan hingga tahun 1992, dengan ditetapkannya
kawasan konservasi tersebut menjadi Taman Nasional Gunung Halimun dengan luas 40.000 ha, atas
dasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282Kpts-ll/1992 tanggal 28 Februari 1992. Sampai
dengan lima tahun kemudian, taman nasional yang baru ini pengelolaannya dititipkan kepada Taman
Nasional Gunung Gede-Pangrango yang wilayahnya berdekatan. Baru kemudian pada 23 Maret 1997,
taman nasional ini memiliki unit pengelolaan yang tersendiri sebagai BalaiTaman Nasional Gunung
Halimun. Pada tahun 2003 atas dasar SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003, kawasan hutan BTN
Gunung Halimun diperluas. Perluasan tersebut dengan menambahkan kawasan hutan-hutan Gunung
Salak, Gunung Endut dan beberapa area hutan lain di sekelilingnya yang semula merupakan kawasan
hutan di bawah pengelolaan Perum Perhutani.

Sebagian besar wilayah yang baru tersebut, termasuk kawasan hutan G. Salak di dalamnya, sebelumnya
berstatus hutan lindung. Namun kekhawatiran atas masa depan hutan-hutan ini, yang terus mengalami
tekanan kegiatan masyarakat dan pembangunan di sekitarnya, serta harapan berbagai pihak untuk
menyelamatkan fungsi dan kekayaan ekologi wilayah ini, telah mendorong diterbitkannya SK tersebut.
Definitifnya SK Menhut tersebut, maka kini namanya berganti menjadi Balai Taman Nasional Gunung
Halimun - Salak, dan luasnya bertambah menjadi 113.357 ha.

2.2. Potensi biodiversitas TNGHS

Taman Nasional Gunung Halimun merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan huian dataran rendah,
hutan sub-rnontana dan hutan montana di Jawa. Kaurasan ini nnenyimpan ribuanjenis flora yang hidup
dalam sejumlah ekosistem, mulai dari dataran rendah, sub-montana, montana hingga hutan lumut.
Membentang dari barat ke timur, halimun salak memiliki sejarah panjang yang melintasi berbagai
generasi dan penguasa.
Tutupan hutan di taman nasional ini dapat digolongkan atas 3 zona vegetasi: Zona perbukitan (colline)
hutan dataran rendah, yang didapati hingga ketinggian 900- 1.150 m dpl. (a) Zona hutan pegununqan
bawah (submontane forest), antara 1.050 - 1.400 m dpl; dan (b) Zona hutan pegunungan atas (monfane
forest), di atas elevasi 1.500 m dpl. Keanekaragaman hayatinya cenderung berkurang dengan
bertambahnya ketinggian. Dua petak coba permanen, masing-masing seluas 1 ha, di zona sub-montana
ditumbuhi 116 dan 105 spesies pohon. Sementara satu piot lainya dengan luas yang sama di zona
montana dilumpai hanya berisi 46 spesies pohon.

Catatan sementara jenis tumbuhan yarrg didatakan di TNGHS tercatat iebih dari 500 spesies, masuk ke
dalam 266 genera dan 93 suku. Hasil ini diduga masih jauh di bawah angka yang sesungguhnya. Hal
tersebut mengingat bahwa TN Gede Pangrango yang berdekatan dan mirip kondisinya dengan TNGHS
tercatat memiliki 844 spesies tumbuhan berbunga. Apalagi penelitian di atas belunn nnencakup wilayah-
wilayah yang ditannbahkan semenjak 2003.

Penelitian pada zona perbukitan di wilayah Citorek mencatat 91 spesies pohon, dari 70 marga dan 36
suku. Suku yang dominan adalah Fagaceae, diwakili oleh 10 spesies, diikuti oleh suku Lauraceae yang
diwakili oleh 1 spesies.

Jenis-jenis yang memiliki nilai penting tertinggi, berturut-turut adalah ki riung anak atau ki anak
(Castanopsis acuminatissima), pasang parengpeng (Quercus oidocarpa), puspa (Schima wallichii), saketi
(Eurya acuminate), dan rasamala (Aftingia excelsa). Jenis-jenis tersebut selanjutnya membentuk tiga tipe
komunitas hutan yang terbedakan di lapangan, yakni: (a) tipe Castanopsis acuminatissima-Quercus
oidocarpa, (b) Schima waltichii - Castanopsis acuminatissima, dan (c) Schima wallichii- Eurya acuminata.
Dua plot permanen yang dibuat pada hutan subnmontana di ketinggian 1.100 nn dpl., yakni dekat
Stasiun Riset Cikaniki dan di gigir utara G. Kendeng, berturut-turut didominasi oleh rasamala (A. excelsa)
dan ki anak (C. acuminatissima). Sedangkan plot permanen pada hutan montana di bawah puncak G.
Botol pada elevasi 1.700 m dpl, didominasi oleh pasang Quercus lineata. Hutan montana di atas 1.500 m
dpl. umumnya dikuasai oleh jenis-jenis Podocarpaceae, seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus), ki bima
(Podocarpus blumei) dan ki putri (P. neriifolius).

Di TNGHS didapati sekurang-kurangnya 156 spesies anggrek, atau (25%) dari kekayaan anggrek Jawa
Barat (642 spesies). Dari sejumlah anggrek yang telah ditemukan, dan beberapa jenis diantaranya
merupakan jenis langka seperti Bulbophylum binnendykii, B. angustifolium, Cymbidium ensifolium, dan
Dendrobium macrophyllum.

Taman Nasional Gunung Halimun merupakan habitat dari beberapa satwa mamalia seperti owa
(Hylobates moloch), kancil (Tragulus javanicus javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung
budeng (Trachypithecus auratus auratus), kijang (Muntracus muntjak muntjak), macan tutul (Panthera
pardus melas), dan aniinq hutan (Cuon alpines javanicus). Populasi kedua jenis tersebut, kini semakin
terancam, karena desakan habitat dan sumber pakan.
Kawasan konservasi TNGHS juga terdapat ± 204 jenis burung, dan 90 jenis diantaranya merupakan
burung yang menetap serta 35 jenis merupakan jenis endemik di Jawa termasuk burung elang Jawa
(Spizaetus bartelsi). Burung elanq Jawa yang identik dengan lambang Negara lndonesia (burung garuda)
yang kondisinya mulai terancam. Selain itu terdapat dua jenis burung yang terancam punah yaitu burung
cica matahari (Crocias albonotatus)dan burung poksai kuda (Garrulax rufifrons). Salah satu jenis katak
yang jarang dijumpai di tempat lain dan hanya ditemukan di Gunung Halimun adalah kongkang jeram
(Hunia masonii). Selain hidup pada ketinggian diatas 700 m dpl, juga pada perairan yang memiliki arus
tinggi. Kekayaan hayati kawasan taman nasional ini telah lama menarik perhatian para peneliti, dalam
dan luar negeri. Banyak catatan teiah dibuat, terutama setelah status kawasan ditingkatkan.

2.3. Potensi Hidrologis

Hampir seluruh hutan di taman nasional ini berada di dataran pegunungan dengan beberapa sungai dan
air terjun, yang merupakan perlindungan fungsi hidrologis di Kabupaten Bogor, Lebak, dan Sukabumi.
Selain merupakan daerah tangkapan air yang penting di sebelah barat Jawa Barat. Tercatat tebih dari
115 sungai dan anak sungai yang berhulu di kawasan Taman Nasional. Tiga sungai besar mengalir ke
utara, ke Laut Jawa, yakni Ci Kaniki dan Ci Durian (yang bergabung dalam DAS Ci Sadane), serta Ci
Berang, bagian dari DAS Ci Ujung. Sementara terdapat 9 daerah aliran sungaipenting yang mengalir ke
Samudera Hindia diselatan, termasuk diantaranya Ci mandiri (Ci tarik, Ci catih), Ci tepus, Ci maja, dan Ci
solok. Sungai-sungai ini mengalir melintasi wilayah Bogor, Tangerang, Rangkasbitung, Bayah dan
Palabuhanratu.

Kawasan TN Gunung Halimun - Salak, merupakan daerah basah. Curah hujan tahunannya berkisar
antara 4.000 dan 5.000 mm, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan di antara Mei hingga September.
lklim ini digolongkan ke dalam tipe A hingga B menurut klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson.
Suhu bulanannya berkisar antara 19.7 - 31,8 oC, dan kelembaban udara rata-rata 88%.

2.4. Potensi Wisata Alam dan Keadatan

Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan tempat rekreasi/pariwisata alam yang sangat
menarik, karena beragamnya obyek dan daya tarik wisata aiam yang dimilikinya, Keheningan hutan yang
terkadang terdengar suara kicauan burung dan satwa lainnya, merupakan obyek pengamatan hidupan
liar yang menarik.

Taman nasional ini memiliki fasilitas canopy trail untuk berjalan dari pohon ke pohon, mengamati
kehidupan burung dan satwa liar lainnya yang tinggal ditajuk pohon. Keindahan alam dengan kehidupan
liar, gemuruh air terjun dan gemericik aliran sungai kecil yang jernih. Kesemuanya merupakan potensi
alam yang dapat memberi pengaIaman yang mungkin tidak akan terlupakan terutama bagi wisatawan
dari kota-kota besar. Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi: Curug Cimantaja, Curug
Piit, Curug Cipamulaan, Curug Cihanyawar, Curug Citangkolo. Menjelajahi hutan, pengamatan tumbuhan
dan satwa. Sungai Citarik. Arung jeram, Cikaniki dan Citalahab. Perkemahan, atraksi canopy trail dan
pengamatan tumbuhan/satwa juga tersedia di kawasan taman nasional ini.
Obyek wisata lain TNGHS memiliki beberapa puncak gunung dengan ketinggian antara 1.700 - 2.211
mdpl. Secara resmi beberapa lalur pendakian ke puncak gunung belum dibuka dan ditata secara khusus.
Tetapi beberapa puncak gunung dan hutan yang relatif masih lebat telah menarik didaki dan dikunjungi
oleh berbagai kelompok pecinta alam. Adapun beberapa puncak gunung yang menarik antara lain: (a)
Gunung Halimun Utara (1.929 m dpl), (b) Gunung Botol (1 .720 m dpl), (c) Gunung Sanggabuana (1.919
m dpl), (d) Gunung Kendeng Selatan (1.680 m dpl), (e) Gunung Halimun Selatan (1758 m dpl), (f) Gunung
Puncak Salak-1 (2.211m dpl), dan (g) Gunung Puncak Saiak-2 {2190 m dpl). Di antara puncak-puncak
yang umum dan menarik didaki di TNGHS adalah Puncak Gunung Salak 1 karena paling tinggi. Adapun
jatur pendakian ke puncak Gunung Salak sudah diketahui dan dirintis oleh para pendaki gunung melalui
beberapa jalur masuk. Saat ini untuk mendaki Puncak Gunung Salak-1, harus dapat memenuhi
persyaratan pendakian gunung dan mengurus ijin pendakian di Kantor BTNGHS di Kabandungan,
Sukabumi.

Adapun jalur pendakian yang relatif aman dan umum digunakan adalah melalui jalur Javana
Spa/Cangkuang, Cidahu-Simpang Kawah Ratu-Puncak Salak-1. Atau Pasir Reungit, Gunung Bunder -
Kawah Rata - Simpang Kawah/Puncak Salak-l - Puncak Salak-1.

Wisata lain yang tidak kalah menariknya adalah potensi alam yang berada di pintu masuk utama
Cipeuteuy berupa Perkebunan Teh Nirmala. Atraksi budaya di sekitar taman nasional berupa upacara
Seren Tahun pada bulan Juli. Upacara tersebut diselenggarakan di Kasepuhan Banten Kidul dengan
pagelaran kesenian tradisional, mulai dari kesenian yang sudah langka seperti debus, musik angklung
besar sampai kesenian khas Sunda lainnya.

Wisata peninggalan sejarah juga ada yaitu Candi Cibedug. Candi tua berukuran kecil dari zaman
megalitik dapat dilihat 8 km dari Desa Citorek.

Anda mungkin juga menyukai