Anda di halaman 1dari 3

Pertemuan yang mengubah persepektif

Berjalan diaantara derasnya ombak,bergulat dengan bau anyir dan keringat menjadi kewajiban
sehari-hari. Hari ini isi perahu tidak terlalu berisi,cuaca kurang bersahabat,namun tetap saja
harus bersemangat. Hidup tidak bisa memilih,kenyataan tetap saja tidak berobah. Malam harus
mengayuh perahu lagi kebutuhan mendesak,walau terkadang ada selintas keinginan untuk
berhenti sejenak.

Dalam lubuk hati sebersit ungkapan Tuhan ubahkan nasip ini. Hidup memang terasa berat.
Impian memang selalu ada, begitu terpikir masih saja seperti kemaren yang terlihat adalah
pukat dan dayung serta perahu layar yang tertambat menanti . Hati kecil sebenarnya bergumul
dan berkecamuk menanti sebuah kesempatan untuk melangkah lebih baik. Memang inilah
hidup,harapan bagaikan sebuah mimpi yang indah,namun begitu terjaga teryata semuanya
lenyap.

Namun disela kesibukan yang begitu menyita perhatian siring waktu berlalu dari detik ke menit,
dari menit ke jam ,dari jam ke hari ,dari hari ke Minggu, dan dari Minggu ke Tahun begitu
seterusnya. Di bawah pohon yang tidak terlalu rindang tetapi cukup untuk berteduh dari terik
matahari secara tidak sengaja berbaring lalu teringat beberapa tulisan lama yang ditulis oleh
Nabi Tuhan bahwa akan datang seorang pembebas yaitu Mesias. Dalam hati bangsa ini cukup
tertindas di bawah kekuasaan tetara yang kejam dengan sepatu yang berderap menakutkan.
Ketika mereka datang kepinggir danau ini pasti harus membayar pajak yang tak sepatasnya
bahkan yang untuk kebutuhan pun harus diberi walau dengan berat hati. Berpikir tentang
Mesias terbersit suatu perasaan yang berkobar dan seakan hati ini memiliki harapan lagi.
Dalam harapan yang besar terbersit doa dalam hati Tuhan segeralah datang.

Pandang gurun yang panas, lereng gunung yang curam harus dilalui selangkah demi selangkah
harus dilewati. Lalu dengan kekuatan yang masih ada sampai di pinggir danau tepat dekat
dengan para nelayan yang sibuk membersihkan jala-jala mereka. Bisikan hati telah membawa
langkah sang Juruselamat sampai di tempat itu. Senyuman dan tatapan yang penuh arti
kelihatan jelas dari raut wajah sang Juruselamat itu. Sebagai tanggapan mereka mereka
bersikap kaget dan mulai menatap dengan beragam pikiran di hati setiap mereka. Seorang
berkata dengan kaku memberi sapaan,yang lain hanya membalas senyum,tetapi lain halnya
dengan seorng pribadi yang cepat akrap dan tidak banyak pikir itu langsung memberi
tanggapan yang begitu respek dan melayani.

Agin sepoi-sepoi matahari mulai perlahan menyengat percakapan mulai begitu hangat dan
semua yang ada di situ tercengang-cengang karena percakapan itu betul betul mengena dalam
hati. Pancaran tatapan mata yang begitu tulus,namun begitu tajam sampai kepada ke dalaman
hati. Pengajaran yang benar-benar menyentuh. Dari yang hadir itu terbersit kesan yang
mendalam sampai menimbulkan pertanyaan dalam benak mereka”. Siapa gerangan orang ini “?

Setelah pembicara itu merasa cukup,Ia menatap kepada seorang diantara mereka. Sunguh
tatapan itu seakan menunjukan hasrat menjawab apa yang diharapkan perjuangan para
nelayan yang semalam berjuang tampa membawa hasil.Dari Mulut itu keluar suatu perintah
yang penuh wibawa;”mari kita bertolak ke tempat yang dalam” Dengan perasaan heran dan
kagum seorang yang terkenal tampa pikir panjang dan mudah mengambil keputusan itu
melepaskan tali perahu itu. Namun sementara dia melepaskan tali itu juga dia menyampaikan
perasaannya yang cukup kesal bahwa semalam malaman mereka telah melemparkan jala
mereka tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Yang lain juga meneguhkan perkataan itu.
Pengajaran itu membawa kesan dan membangkitkan semangat,lalu Ia pun bicara,” Karena
Engkau yang menyuruh yah aku harus mengikuti saja” . Setelah mendayung begitu lama tiba-
tiba terdengar lagi suatu perintah” lemparkan jala itu” dan mereka pun menurutinya.
Wau..wau..! Ih … Ih… ! ada apa kata seorang yang sedang mengayuh di buritan. Ini …! Ini … !
segera bantu ini ikan besar-besar.Hore…! Hore…! Banyak sekali. Tarik …. ! terus tark …! Wah
kita mendapatkannya kita berhasil itu keluar dari setiap mulut mereka. Disisi lain jala mereka
hampir koyak tetapi perahu mereka mulai penuh ikan belum semua terkumpul “ hei mari
datang kemari perahu kami hampir tengelam bantu bawa perahu itu lagi” ! dengan sontak dan
kaget para pengayuh perahu lain itu datang mendekat lalu mengisi perahu itu lagi perahu
itupun penuh.

Seorang yang cepat luluh dan berjiwa rapuh itu tiba-tiba bersimpuh di kaki,lalu menangis
tersedu-sedu lalu dari tengah-tengah isakan tangis itu Tuhan aku ini tidak layak bagiMu. Aku
tidak layak Bagi-Mu. Pergilah dariku aku orang berdosa tidak layak bagi-Mu. Semua yang hadir
pun turut menangis dan menyadari perasaan yang sama,mereka tertunduk dan malu karena
memang merasa penuh dosa. Tetapi dari Mulut Juruselamat keluar suatu kalimat” Mulai dari
hari ini Aku menjadikan Engkau penjala manusia”.

Setelah drama itu berlangsung merekapun sampai di daratan dan Juruselamat pun beranjak
meninggalkan tempat itu entah dengan bagaimana Ia pamit dengan mereka. Pengajaran dan
tanda yang telah dinyatakan dalam tangkapan ikan itu telah memberi daya tarik tersendiri lalu
membentuk keputusan kecil “ Aku ingin mengikuti Dia” Langkah kaki pun beranjak terlebih
Tuhan Juga tampa bicara namun sekan bicara” Mari Ikut Aku” Persepektif telah berubah
dariseorang nelayan yang melayani diri sendiri dan putus asa menjadi melihat semua harapan
akan pembebasan umat manusia terwujud. Janji tentang Mesias tergenapi. Jalan untuk melihat
hal tidaklah mulus. Sempat terjadi penyangkalan dan hampir kembali menjadi nelayan lagi,jika
Tuhan tidak memulihkannya. Terpujilah Tuhan.
Cerita ini terjadi 2010 tahun yang lalu,namun cerita ini diangkat oleh penulis Injil tentu
mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. Kita memang tidak memiliki cerita di Tepi Danau
Galelia,Tuhan tidak turun dari sebuah Bukit dipinggirannya. Tuhan tidak membawa cerita
tentang keselamatan sambil duduk di perahu seraya memberi perintah bertolaklah ke laut yang
dalam lalu melempar jala. Kita mempunyai situasi yang berbeda dengan kondisi 2010 tahun
yang lalu.

Dunia ini lebih luas dari Danau Galelea,anginnya lebih kencang pengenalan akan Tuhan sekan
hanya sebuah Fiksi yang hampir semua bisa dibuat jadi drama rohani yang diperankan untuk
menenangkan hati bahkan sebagai alat untuk penonjolan diri serta pengakuan dari manusia
bahwa kita memang melayani Tuhan. Para pemain telah kehilangan tujuan,Tuhan telah menjadi
mimpi yang jauh dari jangkauan.

Tuhan tetap tidak berubah,tujuan telah jelas, pengorbanan-Nya telah memenangkan hati kita
untuk memperoleh perhatian dan sentuhan-sentuhan-Nya yang memberi kita harapan dan
perspektif yang berbeda. Dia ada di sini, hati kita adalah perahu itu,Dia mau duduk di situ,Ia
mau berbicara kepada kita memberi kita tatapan yang mendalam sampai kedalam reluk hati
kita. Dia tetap memiliki perintah yang sama” bertolak ketempat yang dalam” tempat yang tidak
biasa. Tempat ikan terkumpul karena perintah-Nya. Keberhasilan dan serta pencapaian yang
tidak karena kita bisa dan kita tahu tetapi karena Ketaatan kita mendengar perkataan-Nya.
Tempat ini kita sebut adalah gunung pertemuan kita dengan Dia,Tempat-Nya mengajar kita
untuk berhasil mengalahkan musuh-musuh kita. Rangkulan dan kehangatan yang sangat
memberi pesan dan kesan yang mendalam bahwa kita tetap memiliki Dia di tengah gelora angin
ribut dan deru badai yang silih berganti. Selalu ada harapan,selalu ada kemenangan,selalu ada
pencapaian yang terlampaui,masih ada perlindungan-Nya,masih ada hasrat-Nya untuk
memenangkan kita terhadap musuh yang keji.” Persepektif yang berubah” ! Haleluya Tuhan
Yesus Dasyat. Amin.

Anda mungkin juga menyukai