Anda di halaman 1dari 12

ASTHMA KERJA AKIBAT DEBU KAYU

di Perusahaan Mebel Ukir Jepara Dinar Anugerah, Sukoharjo.


A. LATAR BELAKANG
Penyakit Paru kerja adalah Penyakit atau kerusakan Paru yang disebabkan oleh
Debu,Uap atau Gas berbahaya yang terhirup pekerja ditempat pekerjaan mereka.
Berbagai penyakit paru dapat terjadi akibat pajanan Zat seperti serat,debu,dan gas yang
timbul pada proses Industrialisasi. Jenis penyakit paru yang timbul tergantung dari jenis
pajanan,tetapi manifestasi klinis penyakit paru kerja mirip dengan penyakit paru lain
yang tidak berhubungan dengan kerja. Penyakit paru kerja ternyata merupakan penyebab
utama ketidak mampuan, kecacatan, kehilangan hari kerja dan kematian pada pekerja.
Penyakit paru kerja dapat diklasifikasi dalam beberapa jenis, salah satunya adalah
klasifikasi berdasarkan gejala klinis, seperti:
- Asma Kerja, disebabkan : Diisosianat, anhidra, debu kayu, allergen asal binatang,
latex, gas iritan.
- Bisinosis, disebabkan : Debu Kapas.
- Bronchitis Chronic (PPOK), disebabkan : Debu mineral, Batu-bara.
- Pneumonitis hipersensitif, disebabkan : Tuberculosis, Virus, Bacteri.
- Penyakit Infeksi, disebabkan : Asbes, Silika, Batu-bara, Berilium, Cobalt.
-  Keganasan, disebabkan : Asbes, Radon.
Dewasa ini perindustrian dan perusahaan semakin berkembang maju. Meskipun
perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai
dampak negative juga bisa terjadi pada karyawan dan masyarakat luas. Salah satu
dampak negative tersebut adalah terhadap paru para pekerja dan masyarakat sekitar
daerah perindustrian tersebut.
Tergantung dari jenis paparan yang terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul
pada para pekerja. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu terhadap paru-paru
diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi dan melakukan usaha
pencegahan.
Hasil pemeriksaan kapasitas paru-paru yang dilakukan balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja di Sulawesi Selatan pada tahun 1999 terhadap 200 pekerja di 8
perusahaan, diperoleh 45% responden mengalami (restrictive) penyempitan paru-paru,
1% mengalami penyumbatan paru-paru (obstructive), serta 1% responden mengalami
gabungan antara restrictive dan obstructive.
Pada penelitian Ria Faridawati, dkk, 1995, di PT. Krakatau Steel, Cilegon,
prevalensi bronchitis kronis 14% (42 orang dari 150 orang).

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang coba dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses identifikasi sumber bahaya di Perusahaan Mebel Ukir Jepara
Dinar Anugerah?
2. Penyakit apa saja yang ditimbulkan dari debu?
3. Apa saja tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit akibat debu
di lingkungan Perusahaan Mebel Ukir Jepara Dinar Anugerah?

D. TNJAUAN TEORI
1.  DEBU KAYU
Debu
Kelompok study WHO mendefinisikan debu sebagai aerosol yang terdiri dari
pertikel yang tidak termasuk benda hidup. Berperannya debu sebagai penyebab penyakit
paru ditentukan oleh sifat debu itu sendiri,yaitu : Ukuran debu, kadar debu, fibrogenisiti
debu dan tingkat pajanan.
Ukuran debu
Debu inhalabel adalah debu dengan ukuran < 10 micro m. Debu ini sangat
berbahaya terhadap saluran nafas karena dapat terhirup oleh alat pernafasan. Debu
dengan ukuran > 10 micro m,akan dikeluarkan dari saluran nafas.
Debu respirabel adalah debu dengan ukuran 5 micro m yang dapat terhirup sampai
ke alveoli paru dan terjadi penimbunan yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran udara dan
bentuk anatomi saluran nafas.
Debu kayu
Industri pengolahan kayu merupakan Industri terbesar ke dua di Australia. Pekerja
dibagian pulp, penggilingan, penggergajian dan pembuatan triplek atau pembuatan atap
beresiko terpajan debu kayu yang sangat banyak. Pajanan sudah mulai dari proses
penurunan kayu, penggergajian, pengamplasan, penggilingan, pengeboran dan pernish.
Kayu terbagi menjadi jenis 2, yaitu : Hardwood dan Softwood, pada proses
pembuatan furniture kadang-kadang kedua jenis kayu ini dipakai secara bersamaan.
Penyakit saluran nafas akibat debu kayu yang terbanyak ditemui adalah : Asthma.
2.  ASTHMA
Menurut Diagnosis kerja, Asthma dibagi menjadi :
-  Asthma Bronchiale :
   Adanya obstruksi umum jalan nafas yang bisa reversible dengan gejala batuk, sesak
didada dan mengi (wheezing).
-  Asthma akibat kerja :
   Asthma yang disebabkan oleh factor pajanan yang spesifik ditempat kerja dan harus
dibedakan dengan    asthma yang diperberat oleh pekerjaan.
Yang harus dilakukan dalam mendiagnosa Asthma kerja :
-  Anamnesa
   Mengenai riwayat pekerjaan,gejala yang timbul,factor resiko yang ada,riwayat
kecelakaan bahan kimia.
-  Pemeriksaan fisik
   Cari tanda-tanda mekanisme allergi,pada pemeriksaan fisik ini tidak dapat
-  menunjukan penyebab Non occupasi dari keluhan/penyakit paru yang ada seperti
masalah penyakit jantung    atau penyakit jaringan ikat.

E. PEMBAHASAN
Salah satu tipe pencemar udara adalah partikel debu. Debu adalah salah satu
partikel yang melayang di udara, berukuran 1 mikron sampai 500 mikron. Debu
umumnya timbal karena aktivitas mesin industri, transportasi bahkan aktivitas manusia
lainnya.
Penyakit paru-paru akibat kerja adalah semua penyakit paru-paru yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit paru-paru dapat berupa peradangan,
penimbunan debu, pneumokoniosis, silikosis, asma kerja, asbestosis, kanker paru,
fibrosis, bronkitis industri dan lain sebagainya.
EFEK DEBU KAYU TERHADAP KESEHATAN
- Iritasi kulit (Eucalytus maculata dan Eucalyptus hemiphloria).
- Gejala dermatitis hampir sama dengan iritasi. Reaksi timbul setelah tersensitisasi
dan reaksi allergi muncul.
- Allergi terhadap saluran nafas, yang terbanyak adalah Asthma, bisa juga
bersamaan dengan     Rhinitis, Dermatitis bila terpajan Western Red Cedar. Kayu
ini penyebab Asthma terbanyak di British Columbia.     Pajanan debu kayu
chronic menimbulkan obstruksi chronic juga di paru sehingga terjadi gangguan
fungsi paru.
- Efek terhadap Nasal. Partikel berukuran 10 micro m akan tersangkut di mucosa
nasal, menyebabkan     kegagalan fungsi mucociliaris nasalis. Kayu Hardwood
dapat menimbulkan Kanker Nasalis.
- Dalam debu kayu terdapat Biohazard dan Microorganisme,Endotoxin dari bacteri
dan Allegi dari     jamur,akibatnya timbul gangguan kesehatan yang disebut :
Organic Dust Toxic Syndrome (ODTS), Asthma,     Bronchitis, Extrinsic Allergic
Alveolitis (EAA), jenis jamurnya adalah Aspergillus dan Penisillium.
Dari hasil penelitian di Perusahaan Mebel Ukir Jepara Dinar Anugerah, para
karyawan terbiasa tidak menggunakan masker. Sementara debu pengamplasan
bertebaran dan sangat mengganggu pernafasan. Rata-rata pekerja yang telah bekerja
selama 10 tahun, mereka terbiasa tidak menggunakan masker. Hanya terkadang mereka
gunakan saat pengamplasan dan penyemrotan. Mereka mengaku merasa mengalami
gangguan pada tenggorokan berupa gatal-gatal dan batuk-batuk. Pernah sesak nafas
hanya sehari sembuh. Dan kebanyakan karyawan tidak mempedulikan gangguan-
gangguan tersebut. Serta tidak ada upaya keinginan untuk memeriksakan ke dokter.
Standard debu kayu dilingkungan kerja menurut NIOSH adalah : 1 mg/M 3 untuk
Hardwood dan 5 mg/M 3 untuk Softwood untuk pekerja yang bekerja 8 jam sehari.
Penelitian menunjukan bahwa walaupun kadar debu dibawah ambang batas (misalnya
kurang dari 1 mg/M 3), masih ditemukan gejala di mata, hidung, tenggorokan, kulit dan
Paru. Gangguan respirasi kronis akan menyebabkan gangguan fungsi paru. Cara
mendiagnosa Asthma kerja:
Pemeriksaan faal paru dilakukan untuk mengukur volume paru statik dan dinamik.
Pemeriksaan ini cukup mudah dilakukan,sederhana,reproducible,sensitive dan cukup
spesifik. Dengan pemeriksaan tersebut dapat dinilai status faal paru sesorang,apakah
normal,restriksi,obtruksi atau campuran. Penilaian tersebut penting guna menegakkan
diagnosa,evaluasi terhadap hasil pengobatan,penentuan prognosis serta penentuan
toleransi terhadap tindakan anestesi dan pembedahan.
Nilai KVP dan rasio VEP 1 terhadap KVP (VEP 1/KVP) merupakan parameter
yang biasanya digunakan untuk menilai gangguan faal paru, yaitu kelainan Obstructif,
Retrictif atau campuran keduanya.
Pada kelainan/sindroma obstrucsi seperti asthma, emfisema dan bronchitis chronic
terjadi obstruksi derajat ringan sampai berat akibat penyempitan pada saluran nafas kecil
atau besar. VEP 1 berkurang pada semua penyakit paru yang menurunkan KVP, tetapi
rasio VEP 1/KVP hanya menurun pada saat obstrucsi dan sesudah kerja.
Kriteria obstrucsi menurut American Thoracic Society (ATS) yang diadaptasi oleh
Pneumobile Project Indonesia, didasarkan atas nilat persentase VEP 1/KVP < 75%.
Nilai derajat Obstruksi
Derajat Obstruksi Nilai VEP 1/KVP
Ringan 60-70%
Sedang 41-59%
Berat <40%
Kelainan/sindrom restriksi terjadi pada ketidak mampuan paru berkembang secara penuh
akibat berbagai sebab,seperti karena gangguan ventrikel kiri atau berkurangnya
pergerajkan dinding dada. Menurut American Thoracic Society (ATS) yang diadaptasi
oleh Pneumobile Project Indonesia, kriteria restriksi paru didasarkan atas nilai persentase
KVP < 80%
Nilai derajat Restriksi
Derajat Restriksi Nilai KVP
Ringan 60-79%
Sedang 51-59%
Berat <50%
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk melihat apakah ada obstruksi jalan
nafas setelah terpajan dengan zat penyebab,yaitu dengan : Serial Spirometri, Serial peak
expiratory flow, Inhalation challenge test, methacholine challenge test pada saat terpajan
dan tidak terpajan. Pengobatan Asthma antara lain:
-  Menghindari faktor pencetus/ pajanan
-  Mengurangi gejala dengan : Bronchodilator
-  Corticosteroid.
HUBUNGAN ASTHMA KERJA DENGAN DEBU KAYU
Definisi Asthma kerja adalah gangguan obstruksi dan atau hipersekresi dari saluran
nafas akibat pajanan bahan spesifik ditempat kerja. Dikenal 2 macam Asthma kerja,
yaitu :
-  Immunologic Asthma
Timbul setelah beberapa periode waktu karena adanya sensitisasi dari agent dilokasi
kerja. Immunologic asthma dapat dibedakan lagi menjadi :
•  High molecular weight compounds. Disebabkan karena adanya Ig-E-dependent
Immune response.
•  Low molecular weight compounds. Disebabkan karena sensitisasi suatu “Hapten
mediated effect”
-  Irritant Induced Asthma
Timbul segera setelah iritasi yang cukup tinggi dari debu,fume,mist,vapor. Patofisiologi
mengenai mekanisme yang mendasari timbulnya Asthma irritant belum banyak diketahui,
dan juga tidak diketahui mengapa gejala asthma timbul pada penderita tertentu.
Jenis kayu yang dilaporkan sebagai penyebab Asthma adalah western red cedar, obeche,
imbuia, ash, ramin, oak, ako dan iroko. Beberapa mekanisme penimbunan debu di Paru
yaitu :
a. Inersia
Debu ukuran 5-10 micro m akan terbentur pada dinding saluran nafas atas karena debu
tidak dapat     membelok mengikuti saluran nafas yang berkelok-kelok dalam kecepatan
aliran udara yang tinggi.     Sedangkan partikel    yang kecil akan terus ke distal paru.
b. Sedimentasi
Debu ukuran 3-5 micro m akan mengendap dan menempel pada mucosabronchioli,
sedang yang berukuran     1-3 micro m akan langsung ke permukaan alveoli. Mekanisme
ini terjadi karena kecepatan aliran udara yang     sangat berkurang pada saluran nafas
tengah yaitu kurang dari 1 cm/detik sehingga daya tarik bumi dapat     bekerja.
c.  Gerak Brown
Debu berukuran dibawah 1 micro tidak begitu mudah mengendap di alveoli,sedang debu
ukuran 0,1-0,5 micro     m berdiffusi dengan gerak Brown keluar masuk alveoli,bila
membentur debu akan tertimbun.
Kadar Debu
Debu ukuran 5 micro m dapat masuk ke alveoli dan bila kurang dari 10 partikel
akan dikeluarkan semua. Tetapi bila masuk 1000 partikel maka 10% nya akan tertimbun
di paru dan bila jumlahnya menjadi > 1.000.000, maka partikel yang tertimbun akan
bertambah banyak.
Fibrogenisiti Debu
Menurut kerusakan yang ditimbulkan, maka debu terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Debu Fibrogenik , contohnya : Silika, Asbes, Batu-bara.
Debu ini dapat menimbulkan jaringan parut (fibrosis). Penyakit paru yang ditimbulkan
digolongkan penyakit     Pneumokoniosis Collagen.
2. Debu Non Fibrogenik.
Debu ini tidak menimbulkan reaksi jaringan pada paru dan disebut :Pneumokoniosis Non
Collagen. Pada     awalnya debu golongan ini dianggap tidak berbahaya bagi kesehatan,
disebut debu Inert, tetapi kemudian     diketahui bahwa dalam jumlah/k adar yang tinggi,
akan menyebabkan reaksi saluran nafas seperti hypertrofi     dan hypersekresi saluran
nafas.
Tingkat pajanan
Ditentukan oleh banyaknya partikel yang tertimbun, lamanya waktu pajanan dan
kadar rata-rata di udara. Untuk pekerja diperhitungkan masa kerja, dan kadar debu rata-
rata dilingkungan kerja. Kadar itu haruslah yang benar-benar mewakili kadar debu yang
memajani lingkungan selama pekerja bekerja sepanjang hari. Pengambilan sample selama
8 jam kerja atau satu shift. Biasanya dalam bekerja, seorang pekerja berpindah-pindah
tempat yang kadar debunya berbeda-beda. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
gangguan kesehatan yang dialami pekerja di Mebel Ukir Jepara Dinar Anugerah,
biasanya mereka minum vitamin, minuman soda + susu atau yakult. Sedangkan upaya
yang dilakukan pihak perusahaan dalam mengatasi, mencegah dan mengendalikan
adanya gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja diprioritaskan pada kesadaran individu
para pekerja untuk memakai masker saat bekerja, lebih hati-hati dan teliti dalam bekerja,
karena di Perusahaan ini belum ada jaminan kesehatan kerja yang belum bisa menjamin
kesehatan kerja para pekerja. Kebanyakan kecelakaan kerja diatasi oleh para pekerja
sendiri, hanya apabila parah diurus oleh perusahaan. Seharusnya yang dilakukan oleh
pihak perusahaan dan karyawan adalah pencegahan sebagai berikut:
- Pencegahan Primer
Melakukan screening pra kerja dan dilakukan desensitisasi profilaksis, tetapi pada
umumnya cara ini kurang efektif. Cara lain adalah dengan melakukan substitusi
bahan dasar (kayu), sebaiknya gunakan kayu yang tidak menyebabkan Asthma, tetapi
bila substitusi tidak mungkin dilakukan, yang dapat dilakukan adalah menurunkan
kadar pajanan, cara kerja yang aman (seperti menggunakan alat pelindung diri,
melakukan pelatihan dan penyuluhan kerja secara berkala).
- Pencegahan Sekunder
Yaitu dengan cara melakukan Surveilans dengan menggunakan :kuestioner dan
pemeriksaan spirometri, adapun kegunaannya adalah guna didapatkan deteksi dini
yang dapat mencegah kondisi menjadi progresif, memindahkan penderita asthma
kebagian lain.
Dibandingkan dengan teori yang ada mengenai Asthma kerja yang diakibatkan oleh
Debu kayu, terdapat kesesuaian dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan
dimana ditemukan kondisi yang sama yaitu :
- Dari data yang ada (Chan-Yeung & Malo), “Biological Agents masuk dalam High
molecular weight compounds sedangkan “Zat kimia” masuk dalam Low molecular
weight compounds. Debu kayu merupakan Biological agent,tetapi proses sensitisasi
(seperti pada Low molecular weight compounds) dapat ditimbulkan oleh debu kayu jenis
Western red cedar.
- Dari penelitian di “West Midlans Region of United Kingdom”, rata-rata pertahun
ditemukan Incidens Asthma kerja sebesar 43 kasus per sejuta pekerja. Sedangkan
Prevalens Asthma kerja pada orang dewasa ditemukan 3% - 20% dari kasus Asthma.
Pada penelitian lain ditemukan kasus Asthma, rhinitis, dan dermatitis akibat pajanan kayu
iriko ini dengan reaksi hypersensitive type IV,mengenai pathogenesis terjadinya tidak
diketahui. Arus puncak ekspirasi menurun dari 25% menjadi 32% pada 10 menit
pertama,sesudah 8 jam turun dari 35% menjadi 43% dengan jumlah eritrosit yang tinggi,
Ig E : negatif dan test Metacholin : positif.
- Di British Columbia ditemukan allergi terhadap saluran nafas, yang terbanyak adalah
Asthma,bisa juga bersamaan dengan Rhinitis,Dermatitis bila terpajan Western Red
Cedar. Kayu ini penyebab Asthma terbanyak di British Columbia.
- Pada penelitian yang dilakukan oleh Zilfa (2004),Paska Sarjana Kedokteran Kerja
Universitas indonesia, didapatkan 11,11% menderita asthma kerja dan 6,67% menderita
asthma yang diperburuk oleh debu kayu lingkungan dari 135 pekerja mebel sektor
informal yang diteliti.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari seluruh kasus penyakit saluran nafas yang ditemui,yang terbanyak adalah
Asthma, dan prevalensi Asthma kerja pada pekerja Mebel yang diakibatkan debu kayu
cukup tinggi, yaitu berkisar 15% dari Asthma dewasa. Walaupun jumlah pasti mengenai
kasus Asthma pada orang dewasa yang diakibatkan karena pekerjaan masih belum
diketahui, hal ini disebabkan karena pada asthma kerja maupun asthma lingkungan
mempunyai gejala yang tidak khas sehingga sulit untuk dibedakan dengan penyakit Paru
lainnya.
Debu kayu merupakan Biological agent, dan banyaknya kasus Asthma yang
ditemukan karena debu kayu akibat pajanan kayu kayu jenis Western red cedar, iriko
sehingga menimbulkan proses sensitisasi maupun reaksi hypersensitive type IV,
walaupun pathogenesis terjadinya tidak diketahui. Biasanya keluhan Asthma disertai juga
dengan keluhan allergi lainnya seperti rhinitis,dan dermatitis. Dikenal 2 macam
klasifikasi Asthma kerja, yaitu : Immunologic Asthma yang timbul setelah beberapa
periode waktu karena adanya sensitisasi dari agent dilokasi kerja dan Irritant Induced
Asthma yang timbul segera setelah iritasi yang cukup tinggi dari debu, fume, mist, vapor.
Saran
Pihak perusahaan sebaiknya tidak hanya mementingkan keuntungan semata, tetapi
juga harus lebih memperhatikan kesehatan dan perlindungan diri terhadap tenaga kerja,
akrena terkait dengan PAHK dan K3 juga berbanding lurus dengan produktivitas.
Perlu dilakukan screnning pada saat masuk menjadi tenaga kerja di perusahaan
untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami setelah bekerja di perusahaan tersebut
atau memang sudah dialami sebelumnya.
Sedangkan pada umumnya proses pencegahan seperti pemakaian alat pelindung diri
masih belum banyak diketahui. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan dan penyuluhan kerja
secara berkala pada sektor ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. 2005
Margono, B. Penyakit Paru Kerja. Majalah Ilmu Penyakit Dalam vol.23 no.2. hal 7-19.
Jakarta. 1997.
Pujiastuti, Wiwiek. Debu Sebagai Bahan Pencemar yang Membahayakan Kesehatan
Kerja. http://depkes.co.id/download/debu.pdf.
Taragin Benyamin. Coal workers pneumoconiosis. www.medineplus.com. 21 Oktober
2009.
Notoatmodjo, S. Kesehatan Kerja dalam Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. 2003.

Anda mungkin juga menyukai