Tulisan ini lahir dari pernyataan salah satu teman lama yang mengatakan bahwa e-
mail yang dikirimnya sebanyak 3 kali kepada situs daerah dimana saya lahir tidak
pernah mendapatkan respon dari pengelola situs tesebut. Terkirimkah atau tidak?
Bukan bermaksud menjadi “pahlawan kesiangan” (the daylight superhero) untuk sang
teman lama yang baru bersua, tapi hanya sekedar mencari tahu penyebab dari hal
itu. Langsung saja ke Teh Kah Peh….
Ternyata usut punya usut, tidak dibalasnya e-mail tersebut dikarenakan factor
budaya dan kurangnya sumberdaya manusia yang khusus ditugaskan untuk meng-
handle e-mail keluhan dan saran dari pengguna yang ditujukan kepada birokrat
pemerintahan. Adanya asumsi bahwa membuka e-mail tidak penting karena tidak
dibutuhkan dan tidak ada dalam Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Pegawai Negeri
juga menjadi salah satu penyebab fenomena diatas (tidak diresponnya e-mail
pengguna). Dalam kontek ini, terlihat jelas kurangnya komitmen pegawai pemerintah
dalam menyediakan pelayanan yang minim kertas (paperless) sesuai dengan visi e-
government yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menganut
paradigm pemerintahan klasik konvensional yang dicirikan dengan semua urusan
yang didasarkan pada pendekatan legal-formal (procedural, yaitu birokrasi yang
identik dengan budaya kertas, stempel, dan tanda tangan. Sedangkan e-mail atau
media interaksi digital lainnya tidak dianggap sebagai perhatian utama (prime
attention) karena tidak adanya aktivitas penyetempelan dan penandatangan. (hasil
studi bisa dilihat di……………..).
Dari gambaran data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif tersebut, bisa dijadikan
acuan untuk menjawab sebuah pernyataan yang terlontar di atas. Ada dua
kemungkinan tidak diresponnya e-mail pengguna dikarenakan oleh: 1) kemungkinan
tidak terkirimnya electronic mail pengguna, dan 2) birokrat malas merespon karena
tidak bisa mempromosikan secara langsung kepada si pengguna kalau harga stempel
dan tanda tangannya sedang diskon besar-besaran. Jadi, bagaimana dengan
pengalaman anda tentang cara berhubungan fisik atau non-fisik dengan para birokrat
dari tingkat desa sampai negara? Menggairahkan, mengasyikkan, atau – maaf –
memuakkan?