Anda di halaman 1dari 98

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan IV 2010

Kantor Bank Indonesia Manado

0
Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan
mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,
setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut
berperan sebagai yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini
sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan
kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah
tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara
secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat
harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan
kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui


penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 31 Desember 2010


BANK INDONESIA MANADO

Ramlan Ginting
Pemimpin

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman 1

DAFTAR ISI halaman 2

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 15


Sisi Permintaan halaman 15
Sisi Penawaran halaman 25

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 35


Inflasi Tahunan (yoy) halaman 35
Inflasi Triwulanan (qtq) halaman 36
Inflasi Bulanan (mtm) halaman 37
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi halaman 39
Boks 1. Gerakan Menyentuh Tanah: Sinergi Sulawesi Utara halaman 43
Dalam Upaya Pengendalian Inflasi Daerah

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 45


Struktur Aset Perbankan halaman 46
Perkembangan Kantor Bank halaman 46
Perkembangan Bank Umum Konvensional halaman 46
Stabilitas Sistem Perbankan halaman 53
Perkembangan Perbankan Syariah halaman 57
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 58

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61


Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 62
APBD di Tingkat Provinsi halaman 64
Boks 2. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan halaman 68
Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 73


Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 73
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 78

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN halaman 81


KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 81
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 84

PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 89


Prospek Ekonomi Makro halaman 89
Prakiraan Inflasi halaman 92
Prospek Perbankan Halaman 94

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 96

3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Kantor Bank Indonesia Manado
Jl. 17 Agustus No. 56
Ph. 0431-868102, 868103, 868108
Fax. 0431 - 866933
Email : yuliansyah@bi.go.id; ratu_m@bi.go.id; christina_i@bi.go.id
website : www.bi.go.id

Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada:


http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/

4
RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Masih berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut
Indonesia terus berlanjut dan stabilitas
makro masih tetap terjaga... mendukung kinerja perekonomian domestik. Selama triwulan IV-
2010, pemulihan ekonomi yang lebih kuat masih ditunjukkan oleh
negara emerging market ditopang oleh konsumsi domestik yang
solid dan kinerja eksternal yang membaik. Kondisi tersebut
memberikan dampak positif pada perkembangan ekonomi di
dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV-
2010 mengalami peningkatan yang didorong oleh membaiknya
kinerja investasi, stabilnya konsumsi rumah tangga, serta masih
tingginya permintaan eksternal. Kinerja ekspor diperkirakan masih
akan tumbuh tinggi searah dengan membaiknya perekonomian
global dan dukungan peningkatan harga komoditas

Meningkatnya konsumsi, baik Meningkatnya konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi
konsumsi swasta maupun konsumsi
pemerintah, serta pertumbuhan nilai pemerintah, serta pertumbuhan nilai ekspor merupakan cerminan
ekspor merupakan cerminan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh positif pada
Utara...
triwulan IV-2010. Peningkatan aktivitas konsumsi swasta didukung
oleh faktor musiman perayaan hari raya Idul Adha, Natal, Santa
Claus Day, pesta kembang api serta persiapan perayaan Tahun
Baru 2011. Konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, hal ini didorong oleh berlangsungnya
penyelenggaraan Pilkada ulang di 3 Kabupaten/Kota dan serta
realisasi proyek fisik pemerintah yang terus mengalami
peningkatan menjelang akhir tahun anggaran. Sementara itu,
kinerja perdagangan Sulawesi Utara masih menunjukan
pertumbuhan positif yang ditopang oleh kegiatan ekspor luar
negeri. Pertumbuhan ekspor luar negeri tersebut didorong oleh
peningkatan harga-harga komoditas utama di berbagai negara.
Secara netto neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih
mencatat surplus, dimana volume ekspor masih lebih besar
dibandingkan volume impor. Sejalan dengan kinerja konsumsi dan
ekpor, kinerja investasi di triwulan IV-2010 tercatat masih
5
mengalami pertumbuhan yang positif meskipun mengalami
perlambatan. Hal ini salah satunya terindikasi dari realisasi jumlah
kredit konsumsi yang tumbuh 37,80% dari triwulan yang sama
tahun sebelumnya.

Dari sisi penawaran, peningkatan Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
pada triwulan IV-2010 tidak terlepas Utara pada triwulan IV-2010 tidak terlepas dari pertumbuhan
dari pertumbuhan kinerja sektor
dominannya kinerja sektor dominannya, yakni sektor pertanian, Perdagangan
Hotel dan Restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan
komunikasi. Relatif stabilnya pertumbuhan pada sektor pertanian,
PHR, serta sektor pengangkutan dan komunikasi tidak terlepas dari
pengaruh faktor musiman hari raya Idul Adha, Natal, Santa Claus
Day, pesta kembang api serta persiapan Tahun Baru 2011. Selain
itu, peningkatan realisasi belanja pemerintah di akhir tahun 2010
serta masih berlanjutnya efek pelaksanaan panen raya cengkih dan
kenaikan harga komoditi perkebunan utama juga turut menunjang
peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan
laporan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Selama periode triwulan IV-2010 Selama periode triwulan IV-2010 sampai bulan Desember 2010,
sampai bulan Desember 2010,
perkembangan harga di Kota perkembangan harga di Kota Manado secara umum masih
Manad
menunjukkan terjadinya inflasi. Laju inflasi secara bulanan
menunjukkan tren yang meningkat mencapai 1,5% (mtm) pada
Desember 2010, lebih tinggi dari laju inflasi nasional tercatat 0,96
(mtm). Namun demikian, akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado
tahun 2010 masih lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi
nasional. Tekanan Inflasi IHK yang terjadi di Kota Manado terutama
bersumber dari kenaikan harga pada kelompok bahan makanan.
Pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan sangat
dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu momen perayaan hari raya
keagamaan pada periode laporan yang menyebabkan
meningkatnya permintaan dan tekanan harga pada sebagian besar
barang dan jasa yang berhubungan dengan kebutuhan hari raya.
Sementara, pengaruh faktor fundamental (interaksi permintaan

6
dan penawaran, ekspektasi inflasi serta faktor eksternal) relatif
tidak terlalu memberikan tekanan yang kuat terhadap Inflasi
tahunan Kota Manado pada triwulan IV-2010.

Perkembangan Perbankan Daerah

Secara umum kondisi perbankan Secara umum kondisi perbankan (Bank Umum) di Sulawesi Utara
(Bank Umum) di Sulawesi Utara pada
triwulan IV-2010 menunjukkan pada triwulan IV-2010 menunjukkan perkembangan
perkembangan menggembirakan menggembirakan. Berbagai indikator seperti aset, Dana Pihak
Ketiga (DPK), dan outstanding kredit menunjukkan pertumbuhan
yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi
penghimpunan dana, pertumbuhan DPK terutama terjadi pada
tabungan. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi.
Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK
menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi
Utara mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama
tahun sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, stabilitas sistem
perbankan yang meliputi aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko
pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loan
(NPL) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI
yaitu dibawah 5%. Aspek penyerapan dana masyarakat yang
tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit
di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih
tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK.

Sementara itu, indikator kinerja bank Sementara itu, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi
umum syariah di Sulawesi Utara pada
triwulan laporan mengalami Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif.
pertumbuhan positif ...
Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan
posisi Desember 2010 meningkat signifikan sebesar 88,56% (yoy),
sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 65,27%. Sementara
itu DPK yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 32.51%
(yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to
Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 153,41% pada triwulan IV
2009 menjadi sebesar 191,35% pada triwulan IV 2010.

7
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010 juga
pada triwulan IV 2010 menunjukkan
perkembangan positif. menunjukkan perkembangan positif. Aset BPR pada Desember
2010 mengalami pertumbuhan positif sebesar 40.04% (yoy),
menjadi Rp 402 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode
laporan terutama didorong oleh bertumbuhnya kredit tercatat
29,70% atau mencapai Rp 288,3 miliar. Secara sektoral, kredit
terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan
pangsa 75,44% dan sektor PHR dengan pangsa 15,19%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang
disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa
mencapai 67,82% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas
dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan
ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi
masyarakat Sulawesi Utara khususnya menjelang perayaan hari
besar keagamaan dan Tahun Baru 2011. Sejalan dengan hal
tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar
39,35% (yoy), menjadi Rp 281,8 miliar. Berdasarkan komponen
pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan
pangsa 73,46%. Sementara itu, rasio LDR mengalami penurunan
dari 118.6% pada triwulan IV 2009 menjadi 102.3% pada
triwulan laporan. Kualitas kredit BPR memburuk seperti yang
ditunjukkan oleh peningkatan persentase kredit bermasalah (NPL)
dari 2,9% pada Desember 2009 menjadi 4,20% pada triwulan IV
2010. Walaupun masih berada dibawah level toleransi Bank
Indonesia BI, namun peningkatan NPL ini perlu menjadi perhatian.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Transfer dana dari pemerintah pusat Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari
yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/ Kab
Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi /Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai Rp
Utara pada Tahun 2010 mencapai
Rp5,68 Triliun atau naik.... 5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari
pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU)
yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik
9,17% (yoy) mencapai jumlah sebesar Rp 4,43 Triliun. Sementara
8
itu Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus justru mengalami
penurunan sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kinerja keuangan pemerintah pada Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan IV-2010 menunjukan
triwulan IV-2010 menunjukan
pencapaian yang lebih baik, hal ini pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari realisasi
tercermin dari .....
pendapatan dan belanja daerah yang mengalami peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan
IV-2010 realisasi belanja pemerintah telah mencapai 94,9%, lebih
tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan IV-2009 sebesar
91,3%. Dari sisi penerimaan, realisasi pendapatan pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara telah melebihi targetnya yakni sebesar
104,1%, jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun
lalu sebesar 98,5%. Pencapaian ini didorong oleh naiknya
penerimaan dari sisi pajak dan retribusi daerah. Peningkatan
penerimaan ini terkait dengan meningkatnya aktivitas
perekonomian, terutama yang bersumber dari penjualan
kendaraan bermotor yang berdampak kepada peningkatan
penerimaan atas Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Bila dibandingkan dengan periode Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama
yang sama tahun lalu, selama triwulan
IV-2010 transaksi sistem pembayaran triwulan IV-2010 transaksi sistem pembayaran di Sulawesi Utara
di Sulawesi Utara mengalami mengalami peningkatan, baik pada sistem pembayaran tunai
peningkatan...
maupun non tunai. Pada sistem permbayaran tunai, peningkatan
ini dapat terkonfirmasi dari tingginya aktivitas transaksi tunai yang
mencatat net outflow. Sementara pada pembayaran non tunai,
peningkatan ini tercermin dari naiknya nilai dan volume transaksi
kliring dan RTGS. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin
menggeliatnya perekonomian di Sulawesi Utara selama periode
laporan.

Selama triwulan IV-2010, rasio PTTB Selama triwulan IV-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk
terhadap uang kartal masuk tercatat
sebesar 123,68% ... tercatat sebesar 123,68%, lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat 89,15% sebagai
dampak masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam
memperlakukan uang kertas dengan baik. Selain itu, faktor iklim
9
tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan
uang kertas. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak
berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp 474,17 miliar
atau naik 126,77% (yoy).

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Kantor Bank Indonesia Manado pada
triwulan IV-2010 menunjukkan sedikit Manado pada triwulan IV-2010 menunjukkan sedikit peningkatan
peningkatan . . .
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang
palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado
pada triwulan IV-2010 tercatat sebanyak 49 lembar yang terdiri
dari 35 lembar uang pecahan Rp100.000,00, 8 lembar uang
pecahan Rp50.000,00, dan 6 lembar uang pecahan Rp20.000,00.

Perkembangan kliring di wilayah Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama
Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan
IV-2010 mengalami peningkatan ... triwulan IV-2010 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang
dikliringkan sebanyak 89.523 lembar dengan nilai Rp 2.083 miliar
atau meningkat jumlahnya sebesar 6,53% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan
rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode
laporan tercatat sebanyak 1.400 lembar dengan nilai sebesar
Rp32,52 miliar atau tumbuh sebesar 5,89% (yoy). Peningkatan
rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan
bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan
positif yang berkelanjutan.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan


Masyarakat

Seiring dengan membaiknya berbagai Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi
indikator makro ekonomi regional,
perbankan, sistem pembayaran dan
regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan
fiskal pada triwulan IV-2010, berbagai IV-2010, berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan IV-
indikator ketenagakerjaan pada
triwulan IV- 2010 di Sulawesi Utara 2010 di Sulawesi Utara mengindikasikan adanya peningkatan
mengindikasikan . . .
penyerapan jumlah tenaga kerja walaupun tidak dalam jumlah
yang signifikan.Tingkat Pengangguran di Sulawesi Utara pada
Agustus 2010 menurun, yang tercermin dari nilai TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) sebesar 9,61%. Jumlah penyerapan
tenaga kerja baru diperkirakan masih menunjukkan perkembangan
10
positif pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis lapangan
pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan
utama.

Tingkat kesejahteraan masyarakat Tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara pada triwulan IV-
Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010
diperkirakan mengalami peningkatan 2010 diperkirakan mengalami peningkatan searah dengan
searah dengan membaiknya kondisi
ketenagakerjaan dan kondisi membaiknya kondisi ketenagakerjaan dan kondisi perekonomian
perekonomian Sulawesi Utara secara
makro.
Sulawesi Utara secara makro. Hal ini tercermin dari tingkat
kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 9,10% pada Maret
2010 yang berada dibawah tingkat kemiskinan nasional sebesar
13,50% serta meningkatnya angka indeks penghasilan saat ini
berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado Desember
2010. Namun demikian, tingkat kesejahteraan petani mengalami
sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
terindikasi dari penurunan rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dari
100,85 pada triwulan III-2010 menjadi 100,77 pada periode
laporan. Kondisi ini tidak terlepas dari faktor anomali cuaca yang
kurang kondusif bagi petani terutama di penghujung tahun 2010.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Memasuki tahun 2011, perekonomian Memasuki tahun 2011, perekonomian Sulawesi Utara pada
Sulawesi Utara pada triwulan pertama
diperkirakan berpotensi meningkat triwulan pertama diperkirakan berpotensi meningkat dibandingkan
dibandingkan triwulan yang sama
tahun 2009, yaitu dalam kisaran triwulan yang sama tahun 2010, yaitu dalam kisaran 6,8% ±
6,8% ± 0,5%.
0,5%. Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-2011 diantaranya adalah
kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji PNS/ TNI/ Polri per 1
Januari 2011, peningkatan yang cukup signifikan pada dana
transfer dari pemerintah pusat pada tahun 2011, dan
pembangunan infrastuktur swasta serta terpilihnya Kota Manado
sebagai tempat perhelatan event internasional Asean Regional
Forum Disaster Relief Index (ARF DIREx) dan Kongres Pejabat
Perempuan Internasional Asia Pasifik-Asia Timur yang keduanya
akan dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

Dari sisi permintaan, potensi Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi
peningkatan pertumbuhan ekonomi
didorong oleh kegiatan konsumsi dan
didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor
membaiknya kinerja ekspor Sulawesi
11
Utara.
Sulawesi Utara. Kegiatan konsumsi terutama dipengaruhi oleh
peningkatan konsumsi pemerintah yang ditandai dengan perkiraan
kenaikan dana alokasi dari pemerintah pusat dan konsumsi swasta
yang didorong oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat
sebagai dampak dari kenaikan UMP dan remunerasi yang diberikan
pada PNS/ TNI/ Polri per Januari 2011. Sementara itu, belanja
pemerintah juga diperkirakan akan meningkat, kondisi ini
diindikasikan oleh kenaikan signifikan pada dana transfer dari
pemerintah pusat ke daerah di tahun 2011.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011
ekonomi pada triwulan I-2011
diperkirakan masih akan ditopang diperkirakan masih akan ditopang oleh sektor-sektor dominan,
oleh sektor dominan, seperti
seperti sektor pertanian, PHR dan sektor pengangkutan dan
komunikasi.

Outlook Inflasi Regional

Laju inflasi Kota Manado pada Laju inflasi Kota Manado pada triwulan I-2011 diperkirakan
triwulan I-2011 diperkirakan sebesar
5,75% ± 1% (yoy), lebih tinggi sebesar 5,75% ± 1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada
dibandingkan inflasi pada periode
yang sama tahun lalu sebesar 1,84%
periode yang sama tahun lalu sebesar 1,84% (yoy). Meningkatnya
(yoy). tekanan inflasi pada triwulan I-2011 terutama disebabkan oleh
tekanan eksternal dan terganggunya hasil panen bahan makanan
akibat cuaca yang kurang kondusif.

Prospek Perbankan

Perkembangan berbagai indikator Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara di


perbankan di Sulawesi Utara di tahun
2011 diperkirakan akan lebih baik
tahun 2011 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun
dibandingkan tahun sebelumnya. sebelumnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank
(RBB) 2011 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara
untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya
pada kisaran 40%. Untuk mencapai target tersebut, perbankan
akan lebih fokus pada pembiayaan UMKM selain dengan
pembiayaan melalui linkage programme maupun model skim
pembiayaan lainnya.

Dari sisi penghimpunan dana, Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan
pertumbuhan yang ditargetkan
perbankan di Sulawesi Utara perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 45%. Tingginya
mencapai sekitar 45%.
12
target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan
berbagai upaya diantaranya melalui strategi intergrated marketing
untuk mendapatkan bundling product (produk jasa, kredit dan
dana) dan penghimpunan dana dengan pola personal selling.
Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikan suku bunga acuannya
(BI rate) sebesar 0,25 basis poin dari 6,5% menjadi 6,75%
berpotensi untuk meningkatkan tingkat suku bunga perbankan.
Namun demikian, dalam jangka pendek penyesuaian terhadap
kenaikan suku bunga pinjaman perbankan masih dalam kisaran
yang relatif terbatas.

13
Halaman ini sengaja dikosongkan

14
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Masih berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja


perekonomian domestik. Selama triwulan IV-2010, pemulihan ekonomi lebih kuat masih
ditunjukkan oleh negara emerging markets ditopang oleh konsumsi domestik yang solid
dan kinerja eksternal yang membaik. Kondisi tersebut memberikan dampak positif pada
perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan
IV-2010 mengalami peningkatan yang didorong oleh membaiknya kinerja investasi,
stabilnya konsumsi rumah tangga, serta masih tingginya permintaan eksternal. Kinerja
ekspor diperkirakan masih akan tumbuh tinggi searah dengan membaiknya perekonomian
global dan dukungan peningkatan harga komoditas.

Perkembangan ekonomi Indonesia yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan
ekonomi di daerah yang tumbuh positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara
tahunan, pada triwulan IV-2010
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi
perekonomian tumbuh sebesar 7,77% (yoy) Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
9%
sehingga secara akumulasi mencapai 7,12% 8% 7,45%
8,31%
7,63%
7,96% 7,77%
7,04%
6,75% 6,80%
(yoy) pada tahun 2010. Optimisme 7%

6%

masyarakat terhadap kondisi perekonomian 5%

4%
yang semakin membaik direspon melalui 3%

2%
peningkatan belanja konsumsi baik 1%

0%
konsumsi swasta maupun konsumsi Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

pemerintah. Sementara itu, kinerja ekspor 2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah


Sulawesi Utara terus menunjukkan
pergerakan positif, seiring dengan membaiknya permintaan dari domestik maupun
internasional. Dari sisi penawaran, sektor Petanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR),
serta Pengangkutan dan Komunikasi masih mendominasi sebagai sektor utama pendorong
terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010.

1.1 SISI PERMINTAAN


Meningkatnya konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerntah, serta
pertumbuhan nilai ekspor merupakan cerminan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang
tumbuh positif pada triwulan IV-2010. Peningkatan aktivitas konsumsi swasta didukung
15
oleh faktor musiman perayaan hari raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Day, pesta kembang
api serta persiapan perayaan Tahun Baru 2011. Konsumsi pemerintah juga mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didorong oleh berlangsungnya penyelenggaraan
Pilkada ulang di 3 Kabupaten/Kota dan serta realisasi proyek fisik pemerintah yang terus
mengalami peningkatan menjelang akhir tahun anggaran. Sementara itu, kinerja
perdagangan Sulawesi Utara masih menunjukan pertumbuhan positif yang ditopang oleh
kegiatan ekspor luar negeri. Pertumbuhan ekspor luar negeri tersebut didorong oleh
peningkatan harga-harga komoditas utama di berbagai negara. Secara netto neraca
perdagangan luar negeri Sulut masih mencatat surplus, dimana volume ekspor masih lebih
besar dibandingkan volume impor. Sejalan dengan kinerja konsumsi dan ekpor, kinerja
investasi di triwulan IV-2010 tercatat masih mengalami pertumbuhan yang positif meskipun
mengalami perlambatan. Hal ini salah satunya terindikasi dari realisasi jumlah kredit investasi
yang tumbuh 37,80% dari triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 1.1.
Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

2009 2010
Jenis Penggunaan
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb
Konsumsi 8.53 5.84 6.44 4.15 3.38 6.91 6.91 2.43 5.04 3.49 7.90 5.00 9.72 6.01 10.03 6.22
Konsumsi Swasta 5.12 2.40 5.16 2.24 2.60 1.50 5.55 1.03 5.24 2.41 7.17 3.00 7.28 3.01 7.96 3.16
Konsumsi Pemerintah 15.95 3.44 9.04 1.91 4.99 1.05 9.41 1.39 4.65 1.08 9.35 1.99 14.63 3.00 13.74 3.06
PMTB 10.03 2.01 6.33 1.35 8.25 2.07 8.26 1.23 43.72 8.97 2.94 0.61 -0.19 -0.05 1.14 0.27
Stok -19.93 -0.26 -36.13 -0.88 -32.49 -0.77 10.90 0.12 9.16 0.09 15.18 0.22 17.94 0.27 13.43 0.21
Ekspor 5.96 2.92 6.90 3.40 -9.63 -5.11 16.60 6.02 -3.11 -1.50 13.01 6.33 26.29 10.66 9.87 4.61
Impor 7.89 3.06 -0.78 -0.29 -21.98 -8.90 7.90 1.83 11.05 4.30 15.67 5.35 33.91 9.85 10.45 3.54
PDRB 7.45 7.50 8.31 8.31 7.63 7.63 11.27 7.97 6.75 6.75 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

1.1.1 Konsumsi
Konsumsi swasta pada triwulan IV-2010 tumbuh 7,96% (yoy), meningkat signifikan bila
dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,55% (yoy).
Beberapa faktor yang mendorong peningkatan tersebut antara lain adalah naiknya
penghasilan masyarakat yang utamanya disebabkan oleh tambahan pendapatan yang
bersumber dari peningkatan harga-harga komoditas utama yang dihasilkan di propinsi Sulut
yaitu kelapa, pala, dan cengkeh. Perilaku masyarakat Sulawesi Utara yang cenderung
konsumtif akan merespon sebagian besar dari porsi tambahan pendapatan ini untuk
kegiatan konsumsi. Selain itu faktor musiman perayaan hari raya Idul Adha, Natal, Santa
Claus Day, persiapan pelaksanaan pesta kembang api, dan persiapan perayaan Tahun Baru
2011 juga turut berperan dalam meningkatkan konsumsi swasta.

16
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen
Kinerja konsumsi swasta salah satunya 180 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen
160
terindikasi dari tren peningkatan indeks 140

keyakinan konsumen. Indeks Keyakinan 120

100

Konsumen (IKK) di Kota Manado sepanjang 80

60

triwulan IV-2010 terus memperlihatkan tren 40

20
peningkatan. Sebagaimana terlihat pada 0
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
grafik 1.2, pada akhir triwulan laporan 2009 2010

(Desember 2010) IKK mencapai 154,92. Jika Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

dilihat berdasarkan komponennya, kenaikan


terjadi pada seluruh komponen penyusun Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini yang meliputi
Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) serta
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang
semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang
selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah
tangga. Optimisme konsumen juga diperlihatkan tidak hanya pada kondisi ekonomi saat ini,
tetapi juga pada kondisi di masa yang akan datang. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi
yang juga mengalami peningkatan pada seluruh komponennya yakni Indeks Ekspektasi
Kondisi Perekonomian, Indeks Ekspektasi Penghasilan, dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan
Lapangan Kerja.

Grafik 1.3. Grafik 1.4.


Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Komponen Indeks Ekspektasi
200,00 200,00

180,00 180,00

160,00 160,00

140,00 140,00

120,00 120,00

100,00 100,00

80,00 80,00

60,00 60,00 Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d. Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.
Penghasilan saat ini Pembelian barang tahan lama
Ketersediaan lapangan kerja Ketersediaan lapangan kerja 6 bln yad"
40,00 40,00
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2009 2010 2009 2010

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado. Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

17
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tak lepas pula dari relatif
terjaganya daya beli masyarakat khususnya petani tanaman pangan, peternakan, dan
perikanan yang tercermin dari peningkatan Grafik 1.5.
Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Nilai Tukar Petani (NTP) untuk subsektor 115
NTP
tersebut. Peningkatan NTP tanaman pangan 110
batas
tidak terlepas dari meningkatnya produksi 105
minimum
sejahtera
Pangan
gabah kering hingga 10% dibandingkan 100
Holtikultura

dengan periode yang sama tahun 95 Perkebunan

sebelumnya. Sementara peningkatan NTP 90 Peternakan


Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
perikanan didukung oleh meningkatnya tren Perikanan
2009 2010
ekspor komoditi perikanan khususnya untuk
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
ikan tuna segar yang banyak di ekspor ke
negara Jepang dan beberapa negara di Asia. Akan tetapi jika dilihat secara keseluruhan,
selama triwulan laporan, rata-rata indeks NTP sebesar 100,88, lebih rendah jika
dibandingkan rata-rata periode yang sama tahun lalu sebesar 101,41. Hal ini menunjukkan
menurunnya tingkat kesejahteraan petani terutama petani perkebunan dan hortikultura
yang akibat menurunnya produktivitas petani perkebunan yang disebabkan oleh faktor
cuaca.

Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.5., sepanjang tahun 2009 sampai
Desember 2010 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100).
Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi
Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.
Dalam grafik juga dapat dilihat, bahwa indeks subsektor perkebunan tercatat lebih tinggi
dibandingkan subsektor lainnya. Hal ini semakin mempertegas bahwa sektor perkebunan
masih menjadi andalan Sulawesi Utara, khususnya untuk komoditi unggulan seperti kelapa,
cengkih dan pala.
Grafik 1.6.
Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
8.000 45
Peningkatan kegiatan konsumsi selama 7.000
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
40

35
triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi 6.000
30
5.000

melalui data perkembangan kredit konsumsi 4.000


25

20

yang disalurkan bank umum. Sampai 3.000


15
2.000
10
triwulan IV-2010, kredit konsumsi yang 1.000 5

- 0
berhasil disalurkan bank umum mencapai Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah


18
Rp7.148 miliar, atau tumbuh sebesar 20,34% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan kredit
konsumsi, penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado dan sekitarnya juga
mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama
kendaraan roda empat dan roda dua di Kota Manado. Pada triwulan IV-2010, pertumbuhan
penjualan kendaraan roda empat mengalami kenaikan hingga 31,78%% (yoy), sementara
kendaraan roda dua tumbuh 67,71% (yoy). Adanya kenaikan pendapatan masyarakat yang
bertepatan dengan panen raya cengkih direspon oleh masyarakat dengan melakukan
pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama.

Grafik 1.7. Grafik 1.8.


Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Dua
3.000 80
800 70
Total Sales (Unit) - left axis Total Sales (Unit) - left axis
700 60 60
2.500
gSales (% yoy) - right axis 50 gSales (% yoy) - right axis
600 40
40 2.000
500 30 20
400 20 1.500
0
300 10
1.000
0 -20
200
-10
500 -40
100 -20
0 -30 - -60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2009 2010

Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda dua

Sejalan dengan peningkatan konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama


triwulan IV-2010 juga tumbuh sebesar 13,74% (yoy). Peningkatan ini antara lain dapat
dikonfirmasi dengan peningkatan realisasi anggaran belanja di triwulan IV-2010 yang
tercatat mencapai 95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai
91%. Selain itu, belanja pemerintah daerah terkait pelaksanaan Pilkada Ulang di 3
Kabupaten/Kota serta usaha pemerintah dalam menyelesaikan proyek-proyek menjelang
akhir tahun 2010 juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi pemerintah
pada triwulan laporan.

1.1.2 Investasi
Pada triwulan IV-2010, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
1,14% (yoy). Pertumbuhan ini dapat dikonfirmasi melalui realisasi penjualan semen pada
triwulan IV-2010 yang tumbuh 28,74% (yoy) dari 122,6 ribu ton pada triwulan IV-2009
menjadi 157,8 ribu ton pada triwulan IV-2010.

19
Pertumbuhan kinerja investasi juga tidak terlepas dari peran perbankan dalam
penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi. Sampai akhir triwulan IV-2010, jumlah
kredit investasi tercatat sebesar Rp1.335 miliar atau tumbuh 37,80% (yoy). Pencapaian
pertumbuhan kredit investasi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 yang hanya
tumbuh 15,68% (yoy) dan merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun 2008
hingga 2010.

Grafik 1.9. Grafik 1.10.


Perkembangan Penjualan Semen Provinsi Sulawesi Utara Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
180.000 Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis 40 1.600 Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis 45

160.000 gKredit_Investasi (% yoy) - right axis 40


30 1.400
140.000 35
20 1.200
120.000 30
1.000
100.000 10
25
80.000 800
0 20
60.000 600
-10 15
40.000 400
10
20.000 -20
200 5
0 -30
- 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2008 2009 2010

Sumber : Asosiasi Semen, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Jika dilihat dari kontribusinya, kinerja investasi Grafik 1.11.


Perkembangan Volume Impor Barang Modal
hanya memberikan sumbangan sebesar
5.000 5.000
Capital (ton) - left axis
0,27% terhadap pencapaian pertumbuhan 4.500
4.000
4.000 gCapital ytd (%) - right axis
3.500
ekonomi triwulan IV-2010. Rendahnya 3.000
3.000

2.500 2.000
kontribusi investasi pada triwulan IV-2010 2.000
1.000
1.500
dapat dikonfirmasi melalui data impor barang 1.000
0
500
modal yang mengalami perlambatan. Sampai 0 -1.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
dengan bulan Desember 2010, volume impor
2009 2010

barang modal diperkirakan sebesar 99,98 ton Ket: *) Data estimasi untuk Desember 2010
Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, diolah
atau mengalami penurunan sebesar 16,50%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 119,73 ton. Data ini mampu
mengkonfirmasi bahwa aktivitas investasi pada triwulan laporan lebih didominasi oleh usaha
penyelesaian proyek-proyek fisik pemerintah pada akhir tahun 2010 serta pembangunan
properti yang sedang dalam proses penyelesaian, antara lain kompleks perumahan
Citraland, Taman Megapolitan, dan Grand Kawanua City.

20
1.1.3 Ekspor Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara di triwulan IV-2010 terus mengalami pertumbuhan
positif. Indikasi pertumbuhan positif kinerja ekspor tersebut terutama disumbang oleh
perdagangan antar negara yang ditunjukkan oleh tren pertumbuhan nilai ekspor akibat
meningkatnya harga-harga komoditi ekspor utama. Nilai ekspor luar negeri pada triwulan
IV-2010 tercatat menunjukan pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 9,42%.

Tabel 1.2.
Realisasi Ekspor Sulawesi Utara Triwulan IV

MSumber: Berbagai media, diolah

Meskipun terus tumbuh positif, kinerja ekspor Sulawesi Utara selama triwulan IV-2010
tercatat mengalami perlambatan. Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan laporan
hanya tumbuh sebesar 9,87% (yoy), melambat apabila dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,60%. Salah satu indikator yang dapat
mengkonfirmasi penurunan kinerja ekspor
Grafik 1.12.
pada triwulan laporan adalah penurunan Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis


volume ekspor baik ke luar negeri maupun 900 280

ke pasar domestik (antar daerah). 800 230


700 180
Perkembangan kegiatan ekspor antar 600
130
500
daerah/provinsi dapat dikonfirmasi dengan 80
400
30
kegiatan muat barang melalui pelabuhan 300
200 -20
Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai 100 -70

0 -120
kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Utara ke luar provinsi. Selama triwulan IV-
2009 2010
2010, volume barang asal Sulawesi Utara
yang dikirim (muat) ke pasar domestik Sumber : PT. Pelindo IV (Persero) Bitung, diolah

sebesar 223,17 ribu ton atau turun 16,50%


(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
21
Sejalan dengan kegiatan ekspor antar daerah, kegiatan ekspor luar negeri sampai dengan
bulan Desember 2010 masih menunjukan adanya perlambatan. Volume ekspor Sulawesi
Utara ke luar negeri periode Oktober-Desember 2010 hanya mencapai 148,09 ribu ton atau
turun 28,32% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berbanding terbalik
dengan jumlah volume ekspor, nilai ekspor pada triwulan laporan tercatat sebesar
USD156,32 juta atau naik 9,42% (yoy). Meningkatnya nilai ekspor tersebut didorong oleh
harga ekspor komoditi utama Sulawesi Utara yang meningkat di berbagai negara. Namun
demikian, jika melihat tren pertumbuhannya, sampai dengan Desember 2010 kinerja ekspor
Sulut memperlihatkan adanya perlambatan.

Grafik 1.13. Grafik 1.14.


Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara
250 100 Ekspor_Value (Juta USD) - left axis
Ekspor_Volume (Ribu ton) - left axis
160 80
gEkspor_Volume (% yoy) - right axis 80
gEkspor_Value (% yoy) - right axis

200 140 60
60
120
40
40
150 100
20
20
80
100 0
0
60

-20
-20 40
50

-40 20 -40

0 -60 0 -60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010 2009 2010

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember 2010 Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember 2010
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &
Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra,
minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan. Komposisi negara tujuan ekspor tidak jauh
berbeda bila dibandingkan pada tahun 2009. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai
dengan November 2010 adalah Amerika Serikat (22%), China (21%), Korea Selatan (12%),
Australia (11%), Belanda (10%), dan Jepang (5%).

Tabel 1.3.
Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember


Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

22
Grafik 1.15. Grafik 1.16.
Negara Tujuan Ekspor Tahun 2009 Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010

Belanda Amerika Serikat


23% 21% 19% 22%
China China
Amerika Serikat Korea Selatan
5%
Korea Selatan Australia
6%
Jepang Belanda
19% 10%
7% Jerman 21% Jepang

8% Negara Lainnya 11% Negara Lainnya


16% 12%

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Sementara itu, kinerja impor luar negeri ke Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, bahkan hingga menyentuh level ekspansi.
Dari data PDRB, tercatat kinerja impor (antar daerah dan luar negeri) Sulawesi Utara pada
triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,45%. Pertumbuhan kinerja
impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama triwulan
IV-2010 yang tercatat mencapai 10,11 ribu ton atau mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya mencapai 1,1 ribu ton.
Berdasarkan nilainya, impor luar negeri juga mengalami pertumbuhan yang sangat
signifikan yaitu sebesar 362,45% dari USD3,41 juta pada triwulan IV-2009 menjadi
USD15,75 juta pada periode yang sama tahun 2010.

Grafik 1.17. Grafik 1.18.


Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara
Impor_Vol (Ribu ton) - left axis Impor_Value (Juta USD) - left axis
18 3.000 30 14.000
gImpor_Vol (% yoy) - right axis gImpor_Value (% yoy) - right axis
16 12.000
2.500 25
14
10.000
2.000
12 20
8.000
10 1.500
15 6.000
8 1.000
4.000
6 10
500
2.000
4
5
0 0
2

0 -500 0 -2.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010 2009 2010

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

23
Secara agregat neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 masih
berada pada kondisi surplus perdagangan sebesar USD140,57 juta atau mengalami
pertumbuhan sebesar 0,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini berarti
bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi dibandingkan nilai impor dari luar negeri ke
Sulawesi Utara.

Grafik 1.19. Grafik 1.20.


Perkembangan Net Volume Ekspor-Impor Sulawesi Utara Perkembangan Net Value Ekspor-Impor Sulawesi Utara
250 NetExim_Vol (Ribu ton) - left axis 100 160 NetExim_Value (Juta USD) - left axis 60

gNetExim_Vol (Ribu ton) - right axis gNetExim_Value (Juta USD) - right axis
80 140
40
200
60 120
20
40 100
150

20 80 0

100 60
0
-20

-20 40
50
-40
-40 20

0 -60 0 -60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010 2009 2010

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Tabel 1.4.
Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember


Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan (sampai dengan
November 2010) masih didominasi oleh impor barang modal dengan pangsa 43%.
Beberapa produk barang modal tersebut antara lain mesin penghasil energi dan
perlengkapannya, perlengkapan transportasi, dan perkakas logam. Meningkatnya komposisi
barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini diharapkan dapat
meningkatkan kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara asal barangnya,
barang impor sepanjang Tahun 2010 lebih dominan didatangkan dari negara China (56%),
Australia (14%) dan Inggris (7%).

24
Grafik 1.21. Grafik 1.22.
Negara Asal Impor Tahun 2009 Negara Asal Impor Tahun 2010

2% 4% China 11% China


7%
4%
Australia Australia
4%
11% 38% Filipina Inggris
4%
Malaysia Jepang
7%
Jepang 56% Vietnam

16% Korea Selatan Filipina


14%
Negara Lainnya Negara Lainnya
21%

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Di sisi lain, perkembangan kegiatan impor


Grafik 1.23.
antar provinsi selama triwulan laporan Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis
mencatat pertumbuhan yang melambat. 3.500 25
20
Hal ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan 3.000
15
2.500 10
bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. 5
2.000
0
Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai 1.500 -5

masuknya barang dari luar provinsi ke 1.000 -10


-15
500
Sulawesi Utara. Selama triwulan IV-2010, -20
0 -25
volume barang yang masuk ke Sulawesi Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Utara (bongkar) hanya mencapai 735,07 2009 2010

ribu ton atau turun sebesar 4,86% (yoy) Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jika dilihat perkembangannya, sejak awal
tahun 2010 tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar
Sulawesi Utara sudah mulai menunjukan adanya tren penurunan, yang tercermin dari
pertumbuhan volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) yang mengalami
perlambatan.

1.2 SISI PENAWARAN


Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 tidak terlepas
dari pertumbuhan kinerja sektor dominannya, yakni sektor pertanian, Perdagangan Hotel
dan Restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Relatif stabilnya
pertumbuhan pada sektor pertanian, PHR, serta sektor pengangkutan dan komunikasi tidak
terlepas dari pengaruh faktor musiman hari raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Day, pesta
25
kembang api serta persiapan Tahun Baru 2011. Selain itu, peningkatan realisasi belanja
pemerintah di akhir tahun 2010 serta masih berlanjutnya efek pelaksanaan panen raya
cengkih dan kenaikan harga komoditi perkebunan utama juga turut menunjang
peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan.

Tabel 1.5.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

1.2.1 Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV- Tabel 1.6.
Perkembangan Produksi, Produktivitas, dan Luas Panen
2010 mengalami peningkatan Pertanian

dibandingkan periode yang sama tahun


lalu. Pada triwulan ini, sektor pertanian
tumbuh 10,31% (yoy), meningkat
signifikan dibandingkan pertumbuhan di
triwulan IV-2009 yang hanya tumbuh
sebesar 0,60% (yoy). Pertumbuhan
tersebut sejalan dengan peningkatan
Angka Ramalan III (ARAM III) untuk
beberapa komoditi seperti padi, jagung,
dan kedelai yang didukung oleh perluasan
luas lahan budidaya ketiga komoditi

pertanian tersebut. Selain itu, pada akhir Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah

tahun ini Dinas Kelautan dan Perikanan


(DKP) Sulut, menargetkan produksi perikanan tangkap oleh nelayan mencapai 214.902 ton,
angka ini meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 15,6%.

26
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran Grafik 1.24.
Pertumbuhan Kredit Pertanian
perbankan untuk membiayai sektor
pertanian masih relatif terbatas. Sampai 600 Pertanian (Rp miliar) - left axis 120
gPertanian (% yoy) - right axis
dengan Desember 2010, jumlah kredit yang 500
100
80

disalurkan pada sektor pertanian hanya 400


60
40

mencapai Rp 207 milliar atau hanya 1,63% 300 20


0
dari total kredit yang disalurkan. Belum 200
-20
-40
100
terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor -60
- -80
pertanian antara lain disebabkan oleh relatif Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

tingginya resiko usaha di sektor tersebut 2008 2009 2010

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah


tercermin dari tingginya NPL (Non Performing
Loan) di sektor pertanian yang mencapai 5,32%. Hal ini terbukti dengan terus melambatnya
pertumbuhan kredit di sektor ini, pada tahun 2008 rata-rata pertumbuhan sektor pertanian
dapat mencapai 88%, kemudian terus mengalami penurunan hingga menyentuh level
33,11% (yoy) pada triwulan IV-2010.

1.2.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)


Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada triwulan IV-2010 menunjukan kinerja yang
cukup baik dengan laju pertumbuhan sebesar 11,11% (yoy). Pertumbuhan kinerja sektor
PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor pedagangan besar dan eceran yang
didorong oleh dampak lanjutan dari adanya panen raya cengkih dan peningkatan harga-
harga komoditas perkebunan utama yaitu kopra, pala, dan cengkeh dimana terjadi
peningkatan pendapatan masyarakat (petani) yang sebagian besar akan digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder dari masyarakat. Hal ini pada tahap lebih
lanjut akan meningkatkan kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran. Selain itu,
faktor musiman Hari Raya Idul Adha, Natal, perayaan Santa Claus Day, pesta kembang api
dan persiapan perayaan Tahun Baru 2011 juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan
sektor PHR.

Hasil Survei Penjualan Eceran pada triwulan IV-2010 menunjukkan adanya peningkatan
indeks pada penjualan kendaraan dan suku cadangnya, peralatan rumah tangga, serta
pakaian dan perlengkapannya.

27
Grafik 1.25.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI
1.200

Kendaraan & suku


1.000 cadangnya
Peralatan rumah tangga

800 Kerajinan, seni & mainan

Makanan & tembakau


600
Pakaian & perlengkapannya

400
Bahan kimia

Bahan bakar
200

Peralatan tulis
0
I II III IV I II III IV

2009 2010

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado

Grafik 1.26. Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan


Perkembangan Kredit Sektor PHR
sektor terbesar kedua setelah sektor konsumsi

3.500
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
60
yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
50
3.000
40
perbankan. Sampai dengan bulan Desember
2.500
30
2.000
20
2010 kredit sektor PHR yang telah disalurkan
1.500
10
1.000
0
bank umum mencapai Rp3.264 miliar atau
500 -10

- -20
tumbuh 7,08% dibandingkan periode yang
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010


sama tahun lalu. Sementara itu, pertumbuhan
sub sektor hotel mengalami pertumbuhan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
yang relatif melambat. Perlambatan aktivitas di
sub sektor ini terkait dengan ketiadaan event internasional pada triwulan laporan yang
menjadi kontributor utama pertumbahan sub sektor ini. Hal ini antara lain dapat
dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan
tren penurunan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan
lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.

Grafik 1.27. Grafik 1.28.


Kunjungan Wisman ke Sulut Jumlah Tamu Menginap

10.000 Wisman (org) - left axis 80 Menginap (org) - left axis


40.000 60
gWisman (% yoy) - right axis gMenginap (% yoy) - right axis
60 35.000 50
8.000
30.000
40 40
6.000 25.000
20 30
20.000
0 20
4.000 15.000
-20 10
10.000
2.000
-40 5.000 0

- -60 - -10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010 2008 2009 2010


28
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.29. Grafik 1.30.
TPK dan Lama Menginap Jumlah Kamar Terjual

TPK (%) - left axis 60.000 Kmr Terjual (unit) - left axis 30
60 Ratas Menginap (hari) - right axis 6 gKmr Terjual (% yoy) - right axis
25
50.000
50 5
20
40 4 40.000
15

30 3 30.000 10
5
20 2 20.000
0
10 1 10.000
-5
- - - -10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010 2008 2009 2010

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

1.2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi


Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2010 tumbuh 12,41% (yoy).
Pertumbuhan tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan pesat pada subsektor
pengangkutan terutama angkutan udara dan subsektor komunikasi. Pertumbuhan yang
positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan bertepatan dengan adanya
perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Day, dan persiapan perayaan tahun baru
2011. Hal ini tercermin dari tingginya arus penumpang dan kargo yang keluar dari Bandar
Udara Sam Ratulangi Manado, khususnya dengan asal/tujuan domestik. Arus penumpang
dan kargo domestik yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami
pertumbuhan masing-masing sebesar 30,80% (yoy) dan 15,48% (yoy). Tingginya arus
keberangkatan (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara terkait dengan musim liburan natal dan
tahun baru.

Tabel 1.7.
Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Kedatangan/ 2009 2010 Growth
Asal/Tujuan
Keberangkatan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 (YoY)
Datang 127,473 147,371 162,498 176,683 166,510 202,844 212,656 224,178 26.88%
Domestik
Berangkat 133,507 150,115 165,109 161,278 175,663 200,622 214,014 210,950 30.80%
Datang 7,727 9,165 11,582 9,771 7,503 5,377 5,858 5,730 -41.36%
Internasional
Berangkat 7,728 9,179 10,973 8,848 7,612 5,243 5,553 5,536 -37.43%
Datang 1,478,551 1,435,824 1,361,774 1,610,759 1,358,143 1,684,431 1,817,817 1,915,853 18.94%
Domestik
Berangkat 893,345 875,982 722,016 820,500 885,607 1,195,887 1,336,502 947,511 15.48%
Datang 23,912 27,238 18,024 24,488 20,151 31,362 26,610 41,290 68.61%
Internasional
Berangkat 46,464 129,662 94,012 80,884 56,165 74,232 64,266 64,028 -20.84%

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya
29
pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada
daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan
dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan
berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya
promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing
mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.

Grafik 1.31.
Sejalan dengan pertumbuhan positif Perkembangan Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi
sektor ini, keberpihakan perbankan yang 100
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
80
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
90
diwujudkan dalam penyaluran kredit di 60
80

sektor pengangkutan dan komunikasi juga 70


40
60
memperlihatkan adanya peningkatan. 50 20
40
Sampai dengan bulan Desember 2010 30
0

20
-20
jumlah kredit yang disalurkan mencapai 10
- -40
Rp91 miliar, atau tumbuh 47,08% (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

dibandingkan periode yang sama tahun 2008 2009 2010

lalu. Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

1.2.4. Sektor Jasa-jasa


Kinerja sektor jasa pada triwulan IV-2010 tumbuh positif sebesar 6,54% (yoy). Kinerja
sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor pemerintahan umum
sejalan dengan realisasi proyek pembangunan pemerintah daerah pada triwulan laporan.
Indikasi ini terlihat dari besaran realisasi belanja yang telah mencapai 95% lebih tinggi
dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 91%.

Dari sisi pembiayaan perbankan, laju Grafik 1.32.


Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
pertumbuhan kredit sektor jasa-jasa sampai 700
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis
80
70
dengan bulan Desember 2010 tercatat 600
60
500 50
tumbuh sebesar 28,95% dengan jumlah 400
40
30
kredit sebesar Rp618 miliar. Penyaluran 300
20

200 10
kredit pada sektor jasa-jasa, didominasi 0
100
-10
oleh pemberian kredit pada sub sektor jasa - -20
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
dunia usaha sebesar Rp 421 miliar, dengan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
30
pangsa 68,21% dari total kredit yang berhasil disalurkan pada sektor jasa. Sisanya sebesar
31,79% disalurkan pada sub sektor jasa pemerintahan. Tingginya penyaluran kredit di
sektor jasa pada triwulan laporan juga didorong oleh maraknya jasa-jasa yang terkait
dengan persiapan perayaan Hari Raya Natal, Santa Claus Day, dan Tahun Baru 2011.

1.2.5. Sektor Industri Pengolahan


Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2010 relatif stabil dengan tingkat
pertumbuhan mencapai 7,48% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara tersebar di
Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara,
Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Kota Bitung dan
Kota Manado merupakan pusat industri pengolahan yang tersebar di Provinsi Sulawesi
Utara.

Perkembangan industri pengolahan juga dapat dilihat dari pertumbuhan industri


pengolahan besar dan sedang di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 yang tercatat
sebesar 3,89% (qtq) lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 2,65% (qtq). Cukup
tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan besar dan sedang di Sulawesi Utara
pada triwulan IV tahun 2010, terutama disebabkan oleh tersedianya pasokan bahan baku
secara kontinyu, pasar yang masih terbuka lebar dan tenaga kerja yang cukup tersedia serta
didukung oleh stabilitas sosial, keamanan dan politik. Akan tetapi, jika dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,68%, terjadi perlambatan
produksi Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Sulawesi Utara. Perlambatan tersebut
disebabkan oleh pertumbuhan negatif Industri Makanan dan Minuman sebesar 1,49%.

Grafik 1.34. Grafik 1.33.


Perkembangan Industri Pengolahan Sedang dan Besar (%) Perkembangan Industri Food and Beverage (%)

14 Sulawesi Utara Nasional 12 Food and Beverage


12 10
10 8
8
6
6
4
4
2 2
0 0
-2 Q3 Q4
Q3 Q4
-4
2010 2010
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

31
Grafik 1.35.
Perkembangan sektor industri pengolahan tak Perkembangan Kredit Sektor Industri
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh 400
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
60

350
50
perbankan, dimana sampai dengan akhir 300
40
250
triwulan IV-2010 jumlah kredit yang
200 30

disalurkan tumbuh sebesar 47,52% (yoy) dari 150


20
100
Rp235 miliar pada triwulan IV-2009 menjadi 50
10

- 0
Rp347 miliar pada triwulan IV-2010. Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pertumbuhan kredit yang relatif membaik 2008 2009 2010

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah


mengindikasikan bahwa sektor industri
pengolahan mulai bergairah kembali.

Pasca krisis ekonomi global, tingkat permintaan ekspor terhadap produk olahan Sulut masih
menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, peluang tersedianya pasar dan
tingginya permintaan dari negara partner dagang belum dapat dioptimalkan oleh
perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya ketersediaan bahan baku akibat semakin
tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulawesi Utara serta adanya ketergantungan
pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan baku. Keterbatasan bahan baku ini juga
menjadi penyebab utama belum terpenuhinya kapasitas utilisasi dari sebagian besar
perusahaan.

1.2.6. Sektor Lainnya


Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan IV-2010 tumbuh melambat sebesar
0,86% (yoy). Beberapa prompt indicators yang mendorong pertumbuhan tersebut
diantaranya adalah aktivitas pemerintah dalam menyelesaikan proyek-proyek fisik di akhir
tahun 2010 serta pembangunan properti yang sedang dalam proses penyelesaian, antara
lain kompleks perumahan Citraland, Taman Megapolitan, dan Grand Kawanua City.

Grafik 1.36.
Pertumbuhan sektor konstruksi tersebut Perkembangan Kredit Konstruksi
600 Konstruksi (Rp miliar) - left axis 70
gKonstruksi (% yoy) - right axis 60
didukung oleh keberpihakan perbankan 500
50
40
terhadap sektor bangunan. Hal ini dapat dilihat 400
30
300 20

dari jumlah pembiayaan perbankan yang 200


10
0

disalurkan ke sektor konstruksi yang 100


-10
-20
- -30
menunjukan adanya perkembangan yang positif. Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010


Sampai dengan bulan Desember 2010 jumlah
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

32
outstanding kredit tercatat sebesar Rp378 miliar atau tumbuh sebesar 2,05% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2010 tumbuh positif
7,35% (yoy). Jika dilihat dari jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di bulan
Oktober - Desember 2010, terdapat pertumbuhan yang tajam dalam jumlah pelanggan dan
pemakaian listrik pada triwulan laporan. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan IV-2010
tercatat sebesar 409.128 pelanggan atau tumbuh 5,81% (yoy) dengan jumlah pemakaian
187 MW atau tumbuh 48% dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Sementara itu,
pada triwulan IV 2010, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 223 MW atau tumbuh
75% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik
tersedia yang lebih besar dari angka pertumbuhan jumlah pemakaian menunjukkan bahwa
ketersediaan energi listrik Sulawesi Utara dapat mencukupi kebutuhan listrik masyarakat.

Grafik 1.37. Grafik 1.38.


Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Sulawesi Utara Penggunaan Listrik di Sulawesi Utara
385.000 7,00 250 60
Pelanggan_RT - left axis Jumlah Pemakaian (MW) - left axis
380.000
6,00 Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
gPelanggan_RT (% yoy) - right axis 50
375.000 200 gPenjualan (% yoy) - right axis
5,00
370.000 40
4,00
150
365.000
30
360.000 3,00
100
355.000 20
2,00
350.000
50
1,00 10
345.000

340.000 - - 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010
2009 2010

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2010 tumbuh 2,10% (yoy).
Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh
penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Hal inilah yang
mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor
risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan
yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan
yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya relatif tidak mengalami
perubahan. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertambangan tercatat sebesar Rp 37 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 16,71%
(yoy).

33
Grafik 1.39.
Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
45 Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis 1000
40 gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
800
35
30 600
25
400
20
15 200
10
0
5
- -200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan IV-2010 tumbuh 6,54% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan
jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas
perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM
(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh
musiman perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Day, perayaan pesta kembang
api serta persiapan perayaan Tahun Baru 2011 juga mempengaruhi pertumbuhan sektor ini.

Tabel 1.8.
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
2009 2010
Data Bank
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Jumlah Bank umum 23 23 24 24 24 25 25 25
Jumlah kantor bank umum*) 195 197 199 206 206 215 219 225
Jumlah BPR 17 17 17 13 13 14 14 16
Jumlah kantor BPR 39 39 39 39 39 39 41 43
Ket: *) termasuk kantor unit
Sumber : Bank Indonesia Manado

34
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Selama periode triwulan IV-2010 sampai bulan Desember 2010, perkembangan harga di
Kota Manado secara umum masih menunjukkan terjadinya inflasi. Laju inflasi secara
bulanan menunjukkan tren yang meningkat mencapai 1,5% (mtm) pada Desember 2010,
lebih tinggi dari laju inflasi nasional tercatat 0,96% (mtm). Namun demikian, akumulasi laju
inflasi (ytd) Kota Manado Januari sampai dengan Desember 2010 tercatat 6,28% (ytd)
masih lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi nasional tercatat 6,96% (ytd). Tekanan
Inflasi IHK yang terjadi di Kota Manado terutama bersumber dari kenaikan harga pada
kelompok bahan makanan. Pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan sangat
dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu momen perayaan hari raya keagamaan pada
periode laporan yang menyebabkan meningkatnya permintaan dan tekanan harga pada
sebagian besar barang dan jasa yang berhubungan dengan kebutuhan hari raya.
Sementara, pengaruh faktor fundamental (interaksi permintaan dan penawaran, ekspektasi
inflasi serta faktor eksternal) relatif tidak terlalu memberikan tekanan yang kuat terhadap
Inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan IV-2010.

Grafik 2.1.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy) Grafik 2.2.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)

16 5 %
%
14
4
12
10 3
8
2
6
4 1
2 0
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
-2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 -1

-2 2008 2009 2010


2008 2009 2010
-3
yoy Manado yoy Nasional qtq Manado qtq Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI


2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2010 tercatat 6,28% (yoy),
mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
2,31% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat
mengalami inflasi sebesar 7,38% (yoy). Tekanan inflasi antara lain disebabkan oleh (i)
peningkatan pendapatan masyarakat bertepatan dengan musim panen raya cengkeh (ii)

35
peningkatan konsumsi masyarakat Sulut yang mayoritas beragama Kristen dalam perayaan
Hari Raya Natal 2010 dan Tahun Baru 2011 (iii) kondisi cuaca yang kurang kondusif bagi
komoditas tabama, sayur dan bumbu, (iv) kenaikan harga minyak dunia serta (v)
perkembangan harga komoditas dunia yang cenderung meningkat sehingga berpengaruh
pada harga komoditas domestik. Namun demikian, laju inflasi sedikit tertahan oleh masih
terpenuhinya suplai bagi peningkatan permintaan masyarakat dan berakhirnya pengaruh
musiman yaitu perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi,


minuman, rokok & tembakau mencatat inflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya.
Angka inflasi kelompok bahan makanan tercatat 15,23% (yoy) pada triwulan laporan yang
disebabkan oleh meningkatnya harga bumbu-bumbuan, buah-buahan, daging dan hasil-
hasilnya, ikan diawetkan, telur, susu dan hasilnya. Sementara, inflasi kelompok makanan
jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat 5,36% (yoy) yang dipicu oleh peningkatan
permintaan soft drink serta bahan makanan lainnya untuk kebutuhan perayaan Hari Raya
Natal 2010 dan Tahun Baru 2010. Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)


Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2010
cenderung turun bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Kota
Manado pada triwulan IV-2010 tercatat 1,44% (qtq), lebih rendah dibandingkan Triwulan
III-2010 yang tercatat sebesar 3,81% (qtq), dan periode yang sama tahun lalu yang tercatat
2,50% (qtq).

Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan mencatat inflasi tertinggi yaitu


sebesar 4,23% (qtq). Hal ini disebabkan meningkatnya permintaan bahan makanan seiring
perayaan berbagai hari raya keagamaan yang jatuh pada triwulan laporan (
Days, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru 2011). Disamping itu, faktor cuaca yang kurang
kondusif turut memberikan tekanan inflasi pada kelompok ini.
36
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)


Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Grafik 2.3.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
Manado sepanjang triwulan IV-2010
menunjukkan kecenderungan
meningkat. Pada Oktober 2010 Kota
Manado mencatat deflasi sebesar 0,7%
(mtm) , kemudian mengalami inflasi
pada November 2010 menjadi 1,22%
(mtm) dan pada Desember 2010 Kota
Manado kembali mengalami inflasi
tercatat 1,50% (mtm). Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.4.
 OKTOBER 2010 Grafik 2.4.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2010
Pergerakan harga secara umum Kota Manado pada Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2010
-0.10
-0.10
Oktober 2010 mengalami penurunan yang tercatat Transportasi
Transportasi -0.76
-0.76
Pendidikan 0.02
0.02
mengalami deflasi 0,7% (mtm) sebagai dampak Pendidikan 0.38
0.38
Kesehatan 0.00
0.00
Kesehatan 0.02
berakhirnya momen perayaan Hari Raya Idul Fitri. 0.02
0.00
Sandang 0.00
Sandang 0.75
0.75
Deflasi Kota Manado terutama terjadi pada 0.01
0.01
Perumahan
Perumahan 0.03
0.03
kelompok bahan makanan sebesar 2,41% (mtm) Makanan jadijadi
0.04
0.04
Makanan 0.24
0.24
-0.70
dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa Bahan Makanan
Bahan -2.41
Makanan
-0.70
-2.41
keuangan sebesar 0,76% (mtm). -3-3 -2-2 -1-1 00 11 22 3
3
Andil
Andil Inflasi (mtm)
Inflasi (mtm)Okt
Okt2010
2010

37
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Oktober 2010 antara
lain bawang merah, cakalang, emas perhiasan, mujair, Beberapa komoditas yang
mengalami kenaikan harga selama bulan Oktober 2010 antara lain bawang merah,
cakalang, emas perhiasan, mujair, malalugis, tude,
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
gula pasir, kangkung dan daging babi. Sedangkan
komoditas yang mengalami penurunan harga
Grafik 2.5.
adalah cabe rawit, angkutan udara, cabe merah, Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa November 2010
beras, kacang panjang, wortel, tempe, kembang
kol, daun bawang, dan daging ayam ras. Secara tahunan, laju inflasi Kota Manado pada
Oktober 2010 tercatat 5,76% (yoy).

 NOVEMBER 2010
Angka inflasi Kota Manado pada November 2010
-0.01
Transportasi -0.10
tercatat 0,64% (mtm). Inflasi terutama terjadi pada 0.00
Pendidikan 0.00
kelompok bahan makanan sebesar 2,31% (mtm) Kesehatan
-1.33
-0.05

0.01
dan kelompok sandang sebesar 0,24% (mtm). Sandang 0.24
0.01
Perumahan 0.05
Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah 0.02
Makanan jadi 0.11
kelompok kesehatan 1,33% (mtm) dan kelompok Bahan Makanan
0.66
2.31

transpor komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -2 -1 0 1 2 3


Andil Inflasi (mtm) Nov 2010
0,10% (mtm). Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan November 2010 antara
lain cabe rawit, bawang merah, cakalang, emas perhiasan, gula pasir, cakalang asap,
sepeda motor, tude, kacang panjang, dan kentang. Sedangkan komoditas yang mengalami
penurunan harga adalah deho, pasta gigi, mujair, nike, bubara, telur ayam ras, malalugis,
telepon seluler, dan sepatu. Secara tahunan, laju inflasi Kota Manado pada November 2010
tercatat 5,11% (yoy).

 DESEMBER 2010 Grafik 2.6.


Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut
Pada akhir triwulan IV 2010, laju perkembangan Kelompok Barang dan Jasa Desember 2010

harga barang dan jasa secara umum menunjukkan


0.03
peningkatan namun relatif terkendali. Tercatat Transportasi -0.20
0.01
Pendidikan 0.14
Kota Manado pada Desember 2010 mengalami Kesehatan
0.00
0.00
0.04
inflasi sebesar 1,5% (mtm) lebih tinggi Sandang 0.56
0.12
Perumahan 0.47
dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat Makanan jadi
0.09
0.49
1.27
sebesar 0,92% (mtm). Tekanan inflasi pada Bahan Makanan 4.39

-2 0 2 4 6
Andil Inflasi (mtm) Des 2010

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah. 38


Desember dipengaruhi oleh peningkatan permintaan seiring dengan perayaan hari raya
keagamaan ( , Idul Adha , Natal 2010 dan Tahun Baru 2011).

Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,39% (mtm). Beberapa
komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Desember 2010 antara lain cabe
rawit, bawang merah, minuman ringan, telur ayam ras, cabe merah, mujair dan cakalang.
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah bawang putih, daging
ayam ras, cakalang asap, ketimun, sawi putih, bayam, ikan mas dan kayu lapis, kakap
merah.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada


triwulan IV-2010 terutama berasal dari inflasi volatile foods. Sedangkan tekanan yang
berasal dari inflasi inti (dari sisi fundamental) dan administered price relatif terjaga.

Grafik 2.7.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Volatile Administered CORE IHK

12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-2.00
2009 2010
-4.00

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

Grafik 2.8.
Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
IHK Volatile Administered Core
25.00

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

-5.00
2009 2010

-10.00

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.


39
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Inflasi Inti (core inflation) pada Desember 2010 tercatat 3,08% (yoy) dengan sumbangan
1,65, sedikit sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,13
(yoy) dengan sumbangan 1,71. Relatif stabilnya inflasi inti ditopang oleh masih terjaganya
ekspektasi masyarakat dan respon sisi penawaran yang relatif baik meskipun dibayang-
bayangi oleh tekanan eksternal sejalan perkembangan harga komoditas di pasar
internasional yang terus meningkat.

 Interaksi Permintaan dan Penawaran


Meningkatnya permintaan masyarakat Sulawesi Utara seiring dengan perayaan hari raya
keagamaan yang jatuh pada Desember 2010 dan perayaan Tahun Baru 2011 serta musim
panen raya cengkeh masih dapat dipenuhi dari sisi penawaran. Hasil Survei Penjualan
Eceran (SPE) Kantor Bank Indonesia Manado periode Desember 2010 menunjukkan adanya
peningkatan permintaan pada triwulan IV 2010. Sementara dari sisi penawaran,
berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado triwulan IV 2010 indeks
produksi menujukkan peningkatan yang sejalan dengan peningkatan kapasitas produksi
yang terpakai dari 52% pada triwulan III 2010 menjadi 62% pada triwulan laporan. Dengan
demikian, tekanan inflasi yang disebabkan interaksi permintaan-penawaran masih relatif
minimal.

Grafik 2.9. Grafik 2.10.


Perkembangan Nilai Penjualan (Rp.) Perkembangan Kapasitas Produksi (%)

80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado Periode Desember 2010 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado Triwulan IV 2010

 Ekspektasi Inflasi
Selanjutnya di sisi domestik, ekspektasi para pelaku ekonomi terhadap laju inflasi relatif
stabil antara lain didorong oleh kecenderungan apresiasi rupiah. Selain itu, faktor inflasi
yang rendah di bulan Oktober 2010 juga berperan dalam menurunkan ekspektasi inflasi.
Hal ini tercermin dari indeks ekspektasi harga umum untuk 6 bulan yang akan datang

40
berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado periode Desember 2010 tercatat
172,5, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 179.

 Eksternal
Sementara itu, tekanan eksternal terhadap inflasi inti relatif meningkat sejalan dengan
perkembangan harga komoditas di pasar internasional dan meningkatnya inflasi mitra
dagang. Kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia pada akhir tahun 2010
mendorong kenaikan harga minyak goreng domestik pada triwulan laporan. Sejalan dengan
itu, harga beberapa komoditas domestik lainnya seperti gula dan emas perhiasan juga
mengalami peningkatan. Namun demikian, pengaruh kenaikan harga komoditas dunia
tersebut pada periode laporan dapat sedikit diredam oleh tren apreasiasi rupiah.

Grafik 2.11. Grafik 2.12.


Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga Umum Konsumen Perkembangan Harga Crude Palm Oil (CPO)
Kota Manado di Pasar Internasional

USD/Barel

250.00 1,230

200.00 1,030

150.00 830

100.00 630

50.00 430

0.00 230
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
30

2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112*

2009 2010
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang

Sumber : Survei Konsumen KBI Manado Desember 2010 Sumber : Bloomberg

2.2.2 Non Fundamental


 Volatile foods
Inflasi tahunan kelompok volatile foods Kota Manado pada Desember 2010 tercatat
meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni menjadi
17,09% (yoy) dari 4,25% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu
sebesar 18,53% (yoy).

Kondisi anomali cuaca diperkirakan menjadi pemicu utama kenaikan harga kelompok yang
mempengaruhi pasokan sejak awal triwulan lalu telah menyebabkan menurunnya produksi
dan terganggunya distribusi. Namun demikian, laju inflasi sedikit tertahan oleh operasi pasar
dan sejumlah pasar murah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

41
Jika ditinjau berdasarkan komoditas di kelompok volatile food, inflasi terutama berasal dari
komoditas bumbu-bumbuan. Berdasarkan pergerakan harga historisnya sepanjang tahun
2010, beras yang merupakan komoditas strategis dengan bobot tertinggi dalam keranjang
IHK juga turut andil dalam pembentukan inflasi tahunan kelompok ini.
Grafik 2.13.
Grafik 2.14.
Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan
Perkembangan Harga Komoditas Beras
Kota Manado th. 2010
Kota Manado th. 2010
Rp/kg
45000
Rp/kg
40000 9000
35000 8000
30000 7000

25000 6000
5000
20000
4000
15000
3000
10000
2000
5000
1000
0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agust Sept Okt Nov Des

Cabe rawit Bawang Merah Superwin PL

Sumber : Disperindag Sulut Sumber : Disperindag Sulut

 Administered Price
Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan IV 2010 cenderung menurun.
Pada Desember 2010 inflasi kelompok administered price tercatat 2,59% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,58% (yoy). Hal ini merupakan dampak dari
belum adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada inflasi kelompok ini. Kebijakan
kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Juli 2010 masih belum
berdampak terhadap laju inflasi karena sebagian pelaku usaha belum menaikkan harga dan
lebih memilih untuk mengurangi margin keuntungan mereka menyikapi kebijakan kenaikan
TDL tersebut.

42
BOKS 1.
GERAKAN MENYENTUH TANAH: SINERGI SULAWESI UTARA DALAM UPAYA
PENGENDALIAN INFLASI DAERAH

Faktor anomali cuaca yang kurang kondusif bagi produksi pangan dan permasalahan jalur
distribusi di Sulawesi Utara telah mengakibatkan meningkatnya harga beberapa komoditas
pangan strategis terutama cabai, bawang merah dan beras. Hal ini tercermin pada tingginya
tingkat inflasi kelompok volatile food yang mencapai 17,09% (yoy) dengan sumbangan 4,52%
pada triwulan IV 2010. Selain permasalahan tersebut di atas, pemanfaatan pekarangan
masyarakat untuk tanaman pangan ternyata juga semakin menurun. Hal- hal tersebut memacu
Bank Indonesia Manado sebagai Tim Pengendali Inflasi Daerah untuk mencetuskan dan berperan
aktif dalam aksi yang diharapkan dapat mendukung visi
Bank Indonesia, terutama dalam hal pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.

Hal- hal lain yang menjadi pertimbangan utama terselenggaranya gerakan ini adalah:

1) Potensi lahan pertanian Sulawesi Utara yang masih belum dikelola sebesar 48.195 Ha
(Sulawesi Utara dlm Angka 2010);

2) Luas pekarangan Sulawesi Utara seluas 52.608 Ha yang merupakan potensi untuk
pengembangan komoditas cabe, bawang, jagung, dan tanaman pangan lainnya; dan

3) Teknik penanaman dan pengolahan tanaman pangan yang relatif sederhana, sehingga
dapat dengan mudah tumbuh dan dapat dikelola oleh masyarakat pada umumnya.

Gerakan Menyentuh Tanah ini sendiri merupakan sebuah gagasan untuk meminimalisir
tingginya kontribusi beberapa produk/komoditas pertanian terhadap tingkat inflasi Sulawesi
Utara, sekaligus peningkatan produksi dan pendapatan petani dan pelaku usaha. Secara spesifik,
tujuan diselenggarakannya gerakan ini adalah untuk menggerakkan dan mendorong semua
komponen masyarakat mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian dan pekarangan dengan
tanaman pangan yang rentan terimbas inflasi (padi, jagung, cabe, bawang, tomat, dll). Pada
perkembangannya, gerakan ini secara dilaksanakan secara rutin, minimal satu kali dalam sebulan
dengan kelompok sasarannya adalah Kelompok Tani, Wanita Tani, Gapoktan, PKK, LSM,
Kelompok Fungsional Keagamaan, dan juga Pegawai.

Lahan tempat gerakan ini dilakukan disiapkan sendiri oleh pemilik lahan, namun untuk sarana
produksinya difasilitasi oleh Dinas Lingkup Pertanian Provinsi/ Kabupaten/ Kotamadya serta

43
stakeholders lainnya sesuai ketersediaan. Gerakan ini pada umumnya ditempatkan pada areal yg
berpotensi dan layak secara teknis utk budidaya tanaman. Adapun jenis komoditas yang akan
ditanam secara masal dalam gerakan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan agroklimat
setempat, tetapi diutamakan jenis komoditas bernilai ekonomi tinggi sekaligus rentan kenaikan
harga (seperti cabe, tomat, bawang batang, bawang merah, sayuran tertentu, kacang-kacangan,
jagung, dan padi).

Pelaksanaan gerakan
dikoordinasi dan didampingi oleh perwakilan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi
Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Utara No. 103 tentang Pembentukan
Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara, anggota TPID Sulawesi Utara meliputi
Sekretaris Daerah (SEKDA) Provinsi Sulawesi Utara yang bertindak sebagai ketua merangkap
anggota, Bank Indonesia Manado, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara,
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulawesi Utara, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi
Sulawesi Utara, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara, Badan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Bulog Divisi Regional
Sulawesi Utara, Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Biro Keuangan
dan Aset Provinsi Sulawesi Utara, dan instansi- instansi terkait lainnya.

Dalam aksi gerakan ini tidak hanya dilakukan penanaman bersama, namun juga dilakukan
bimbingan teknis berupa penyuluhan lapangan bersama petugas teknis Dinas Pertanian dan
Instansi Terkait lainnya. Selain itu, penyelenggaraan gerakan ini juga akan dievaluasi secara
berkala dan berjenjang melalui laporan pelaksanaan dam akan menjadi bahan evaluasi kepada
Gubernur.

Ke depannya, gerakan yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat
Sulawesi Utara ini diharapkan mendapatkan dukungan berupa partisipasi aktif dari seluruh
masyarakat Sulawesi Utara. Feedback dari seluruh kalangan masyarakat juga dibutuhkan sebagai
bahan evaluasi dari penyelenggaraan gerakan ini agar kualitas dan keefektifannya dapat
ditingkatkan demi tercapainya peningkatan produksi dan pendapatan sekaligus penekanan
angka inflasi Sulawesi Utara.

44
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara umum kondisi perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 menunjukkan
perkembangan positif. Berbagai indikator seperti aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan
outstanding kredit menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari periode yang sama
tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan DPK terutama terjadi pada
tabungan. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada
pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara
mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.

Sejalan dengan hal tersebut, stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loan
(NPL) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Aspek
penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada
level sedikit di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK.

Tabel 3.1
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

2009 2010
Komponen
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Total Aset 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,925 16,695 17,504
Tumbuh Y.o.Y (%) 26.33 21.76 20.24 9.17 10.85 11.87 12.35 18.52
DPK (Rp Miliar) 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428
Tumbuh Y.o.Y (%) 23.90 21.67 22.64 12.72 14.74 12.24 14.28 14.42
Kredit (Rp Miliar) 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681
Tumbuh Y.o.Y (%) 33.30 22.60 18.34 17.36 19.25 19.00 18.98 20.95
LDR (%) 102.11 101.90 102.88 104.98 106.12 108.04 107.11 110.97
NPL (%) 3.86 3.72 3.58 2.83 3.57 3.51 3.54 3.18
kredit UMKM 5,841 6,185 6,270 6,414 8,767 9,408 9,926 10,533
Share UMKM 64.22 64.25 62.67 61.17 80.83 82.12 83.38 83.06
NPL UMKM (%) 4.91 4.96 5.18 4.32 3.49 3.49 3.37 2.93
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

45
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah
maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan IV 2010 tumbuh positif seiring
membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara
masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 96,44%
dari total aset perbankan. Lebih lanjut, dari pangsa tersebut sebesar 67,63% merupakan
aset bank pemerintah dan sisanya sebesar 28,77% merupakan aset bank swasta.

Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar
1,67% dan 2,21%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya, bank umum syariah dan
BPR mengalami pertumbuhan positif pada dua tahun terakhir, meskipun tidak signifikan.

Grafik 3.1. Grafik 3.2.


Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III 2010 Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. IV 2010
2.50 % % 98.00

97.50
2.00

97.00
1.50
96.50
1.00
96.00

0.50
95.50

- 95.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Total Asset BPR Konvensional (left axis)


Total Asset BU Syariah (left axis)
Bank Umum Konvensional (right axis)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, LBPR KBI Manado Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, LBPR KBI Manado

3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 22 Bank
Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 14 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan jaringan kantornya, bank umum konvensional maupun syariah memiliki 221
kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 43 kantor.

3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL

3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Desember 2010 memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada level 6,5%. Keputusan tersebut didasari pada evaluasi

46
menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini, beberapa faktor risiko yang masih
dihadapi, dan prospek ekonomi ke depan. Level BI Rate saat ini dirasakan masih konsisten
dengan pencapaian sasaran inflasi ke depan dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas
keuangan serta mendorong intermediasi perbankan. Evaluasi terhadap kinerja dan prospek
perekonomian secara umum mengarah pada kondisi yang lebih baik. Meskipun demikian,
tetap diwaspadai beberapa faktor risiko terhadap pencapaian sasaran inflasi maupun
prospek makroekonomi ke depan. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia akan
menekankan penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk
menghadapi risiko inflasi, serta masih derasnya arus modal masuk dan tingginya ekses
likuditas domestik.

Selama tahun 2010, transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di
Sulawesi Utara terus berlanjut. Transmisi kebijakan moneter tercermin dari suku bunga
perbankan yang menunjukkan kecenderungan penurunan, terutama suku bunga kredit.
Berdasarkan data yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II yang
dikelola BI, sampai dengan akhir Desember 2010, rata-rata tingkat suku bunga kredit
tercatat sebesar 15,61%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga
kredit modal kerja mencapai 17,90% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 15,62%
per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,30% per tahun.

Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito menunjukkan perkembangan yang
tidak jauh berbeda. Sampai dengan Desember 2010, rata-rata tingkat suku bunga deposito
1 bulan tercatat sebesar 5,98%, mengalami fluktuasi terbatas sepanjang triwulan laporan.

Grafik 3.3. Grafik 3.4.


Perkembangan Rata-Rata Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%) Menurut Jenis Penggunaan (%)

19.0
18.0
17.0
16.0
15.0
14.0
13.0
12.0
11.0
10.0
September
Feb

Oktober
Agustus
Mei
Jan

Desember
Juni

Nopember
Mar

Apr

Juli

2010

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

47
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat

Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan IV 2010 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 14,42% (yoy) menjadi Rp11.428
miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada tabungan yang
tumbuh 19,19% (yoy) kemudian disusul oleh giro sebesar 11,48% (yoy) dan deposito
sebesar 8,51% (yoy). Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK mengindikasikan
terdapatnya kelebihan likuiditas di masyarakat yang dapat diserap oleh bank. Selain itu,
mulai meningkatnya budaya menabung masyarakat Sulut sebagai dampak dicanangkannya
program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung (GSM) diperkirakan turut andil dalam
pertumbuhan DPK. Sampai dengan November 2010, jumlah DPK yang berhasil dihimpun
melalui program TabunganKu tercatat Rp.36,1 miliar dengan jumlah rekening 21.791
rekening

Grafik 3.5. Grafik 3.6.


Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar) Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010
Giro Deposito Tabungan

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 52,53% dari total keseluruhan DPK, disusul kemudian
deposito (30,17%) dan giro (17,30%).

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 63,16% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (36,84%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 12,44% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 18% (yoy).

48
Grafik 3.7.
Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total DPK yang dihimpun,
sebesar 73,29% atau Rp8.375 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado,
selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Bolaang Mongondow (7,79%), Kabupaten Minahasa
(7,00%), Kota Bitung (6,55%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,37%).

Tabel 3.2.
Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.8. Grafik 3.9.


Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%)
(Rp. Miliar)
Bitung

Manado

Sangihe Talaud

Bolmong

Minahasa

0 10 20 30 40 50

Q4-09 Q3-10 Q4-10

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

49
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami
oleh Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 40,97% (yoy) dengan total DPK sebesar
Rp614 miliar. Selanjutnya Kabupaten Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa, Kota Manado
dan Kota Bitung tumbuh masing-masing sebesar 25,75% (yoy), 16,66% (yoy), 11,54%
(yoy) dan 11,22% (yoy).

3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Pada triwulan IV 2010 pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara
lebih didorong oleh kredit investasi dan konsumsi. Kredit secara umum tercatat Rp.12.681
miliar atau tumbuh 20,9% (yoy), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 17,36% (yoy). Pencapaian
ini diduga merupakan dampak membaiknya arah perekonomian nasional yang berjalan
seiring dengan perekonomian daerah. Selain itu, kestabilan suku bunga khususnya suku
bunga pinjaman telah mendorong persepsi pelaku usaha menjadi lebih baik dan rasional.
Kondisi ini diindikasikan dari tingginya ekspansi kredit pada sektor investasi yang mencapai
37,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum.

Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit
investasi yang mencapai jumlah Rp1.335 miliar atau tumbuh 37,80% (yoy). Sementara itu,
untuk jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar Rp.7.148 miliar
dan Rp.4.198 miliar atau tumbuh 20,30% (yoy) dan 17,38% (yoy). Tingginya pertumbuhan
kredit investasi dan konsumsi pada periode laporan diperkirakan sebagai dampak besarnya
aktivitas perekonomian Sulut di sektor investasi dan konsumsi seiring dengan maraknya
pembangunan kawasan perbelanjaan dan perayaan hari besar keagamaan.

Grafik 3.10. Grafik 3.11.


Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%) Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
Q4

Q3
2010

Q2

Q1

Q4

Q3
2009

Q2

Q1

- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

Konsumsi Investasi Modal Kerja

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

50
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
56,37% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat
sebesar 33,10%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 10,53%.
Konsentrasi kredit pada jenis konsumsi merupakan bentuk penyesuaian industri perbankan
terhadap karakteristik perekonomian Sulut yang masih didorong oleh aktivitas konsumsi.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar
25,74% dari total kredit.

Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah
mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional.
Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp9.752 miliar atau mencapai pangsa
pasar 76,90% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp2.929
miliar dengan pangsa pasar 23,10% dari total kredit.

Grafik 3.12. Grafik 3.13.


Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

14,000

7.03% 12,000
3.32%
2.98%
10,000

8,000

25.74% 6,000
60.93%
4,000

2,000

-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Lainnya (Konsumsi) Perdagangan, Hotel & Restoran 2008 2009 2010


Konstruksi Jasa Dunia Usaha
Sektor Lainnya Bank Pemerintah Bank Swasta

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp12.681 miliar, tercatat
64,16% atau sebesar Rp8.136 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 13,02% (Rp1.651 miliar),
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 10,11% (Rp1.282 miliar), Kabupaten Sangihe
Talaud sebesar 6,37% (Rp.808 miliar) dan Kota Bitung sebesar 6,34% (Rp.804 miliar).

51
Grafik 3.14. Grafik 3.15.
Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

14,000
12,000 Bitung
10,000
8,000 Manado
6,000
Sangihe
4,000 Talaud
2,000
Bolmong
-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Minahasa
2009 2010
- 10 20 30 40
Sangihe Talaud Bitung Bolmong Minahasa Manado Q4 2009 Q3 2010 Q4 2010

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 28,73% (yoy) sedangkan yang terendah adalah
Kota Bitung sebesar 15,40% (yoy). Sementara itu Kabupaten Minahasa, Bolmong dan
Manado masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 27,62% (yoy), 23,63% (yoy) dan
19,12% (yoy).

3.3.4. Kredit MKM

Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum
konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan
keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan IV-2010, posisi kredit
MKM tercatat Rp10.533 miliar atau tumbuh 64,22% (yoy). Jika dilihat berdasarkan
skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa
terbesar yakni 61,41%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)
pangsanya mencapai 27,80%, dan sisanya 10,79% merupakan kredit mikro (di bawah
Rp50 juta).
Grafik 3.16.
Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit
Sementara itu, dibandingkan dengan kredit 70.00

secara umum, laju pertumbuhan kredit MKM 60.00

50.00

jauh lebih tinggi dibandingkan laju 40.00

30.00
pertumbuhan kredit secara umum yang pada
20.00

triwulan laporan hanya tumbuh 20,95% (yoy). 10.00

-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Kredit Umum Kredit UMKM

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

52
Sejalan dengan hal tersebut, pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan
secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2010, pangsa kredit
MKM tercatat 83.06%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
tercatat 61,17% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya
kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio NPL sebesar 2,94% pada akhir tahun
2010.

Grafik 3.17. Grafik 3.18.


Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar) Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

7,000 Q4

6,000 Q3

2010
5,000 Q2

4,000
Q1

3,000
Q4

2,000
Q3
2009

1,000
Q2
-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2009 2010 - 50 100 150 200

Menengah Kecil Mikro


Mikro Kecil Menengah

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. NPL relatif terjaga, berada
pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana
yang tercermin dari rasio LDR berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas
kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan
tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator
lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan.

3.4.1 Risiko Kredit

Pada triwulan IV 2010 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang
tercermin dari indikator NPL dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPL tetap
terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar
3.18%. Dengan nilai NPL yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus
meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih
lanjut, terdapat penurunan NPL pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor

53
pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit.
Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan
merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya
seiring dengan musim panen raya cengkeh.

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat
terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang
relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi ) dengan pangsa mencapai 60,93% dari total
kredit memiliki tingkat NPL sebesar 1.61%.

Grafik 3.19.
Kredit & NPLs Sektoral Tw. IV2010

9,000 % 12
Rp. Miliar
8,000 Keterangan :
10 1 = Pertanian
7,000
2 = Pertambangan
6,000 8
3 = Industri
5,000
6 4 = Konstruksi
4,000 5 = Perdagangan
3,000 4 6 = Angkutan
2,000 7 = Jasa Dunia Usaha
2
1,000 8 = Jasa Sosial
- -
9 = Lainnya (Konsumsi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kredit (Rp. Miliar) NPLs (%)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat LDR menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup
terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK Provinsi Sulut
cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek yang berpotensi menciptakan
maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih
panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh
perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya.

Selanjutnya angka LDR pada triwulan laporan tercatat 110,97%, meningkat dari posisinya
di periode yang sama tahun lalu sebesar 104,98%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan
LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah DPK yang
berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena
54
pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil
dihimpun bank.

Grafik 3.20.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

LDR terendah dialami oleh Kota Manado Bitung

sebesar 97,15%. Sedangkan LDR tertinggi Manado

dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar Sangihe


Talaud

206,41%, disusul kemudian berturut-turut


Bolmong

oleh Kabupaten Bolaang Mongondow


Minahasa
sebesar 143,93%, Kabupaten Sangihe
- 50 100 150 200 250
Talaud sebesar 131,67%, dan Kota Bitung Q4 2009 Q3 2010 Q4 2010

sebesar 107,40%. Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin
dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga dan kecenderungan penurunan suku bunga
kredit searah dengan kebijakan BI dengan mempertimbangkan sasaran inflasi dan
pertumbuhan sektor riil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak
besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena paparan terhadap transaksi valuta
asing yang tidak tinggi.

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

 Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan IV-2010
memperlihatkan kecenderungan penurunan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada
Desember 2010 sebesar 2,50%, mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 6,31%. Hal ini mencerminkan berkurangnya
jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada
perbankan Sulawesi Utara mengalami penurunan.

 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan salah satu indikator penilaian terkait kemampuan
bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih
pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga (NIM) pada triwulan laporan
55
menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1505 miliar, mengalami peningkatan signifikan
bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1.125 miliar.

Grafik 3.22.
Grafik 3.21.
Net Interest Margin Bank Umum
Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
(Rp Miliar)
Rp Miliar
16,000 % 7

6
14,000

5
12,000

10,000

8,000
2

6,000
1

4,000 -
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010
Plafond 10,187 10,647 11,031 11,731 13,133 13,620 14,079 14,986
Outstanding 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681
Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

 Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan
triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari
penurunan rasio BOPO bank umum menjadi 70,57% pada triwulan laporan dari 71,54%
pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah
lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Kondisi ini patut dipertahankan
secara berkesinambungan terutama dalam menjaga daya saing perbankan nasional dalam
menyongsong Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).

 Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2010, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 3,01%, mengalami peningkatan bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,90%. Peningkatan rasio ROA
ini didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan
baik oleh bank untuk menghasilkan laba.

56
Grafik 3.23. Grafik 3.24.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum Return On Asset Bank Umum
Rp Miliar %
2,500 80 20,000 600

18,000 550
78
2,000 500
16,000
76 450
1,500 74
14,000
400
12,000 350
1,000 72
10,000 300
70
250
500 8,000
68 200
6,000
- 66 150
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 q4 4,000
100
2009 2010 2,000 50

BO 322 683 997 1,32 377 847 1,20 1,62 - -


Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
PO 423 880 1,35 1,85 538 1,09 1,68 2,29 2009 2010
Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15927.742 16,695 17,504
Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 70.0 77.0 71.4 70.5 L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 167 312.659 534 527

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Tabel 3.3.
Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
2009 2010
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
ASET 129.31 142.58 149.30 161.59 165.76 199.25 288.12 304.69
DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46
Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81
Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98
Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67
KREDIT 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06
Modal Kerja 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85
Investasi 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60
Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61
FDR 77.88 80.19 84.85 153.41 180.37 205.91 208.33 191.35
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai
dengan posisi Desember 2010 meningkat signifikan sebesar 88,56% (yoy), sejalan dengan
pertumbuhan kredit sebesar 65,27%. Sementara itu DPK yang tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 32.51% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut,
Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 153,41% pada triwulan IV 2009 menjadi
sebesar 191,35% pada triwulan IV 2010. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi
produk dan infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka
meningkatkan kinerja perbankan syariah.

57
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Tabel 3.4.
Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
2009 2010
Komponen
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Aset 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 335.1 402
DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8
Deposito 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0
Tabungan 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8
Kredit 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9
Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9
Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5
Sektoral
Pertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4
Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9
PHR 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8
Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7
Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5
LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3
NPL (Persen) 3.5 3.2 3.3 2.9 3.4 3.8 4.4 4.2

Sumber: Data Ekubank, Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat KBI Manado

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010 menunjukkan pertumbuhan
positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini
tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio LDR.

Aset BPR pada Desember 2010 mengalami pertumbuhan positif sebesar 40.04% (yoy),
menjadi Rp402 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh
bertumbuhnya kredit tercatat 29,70% atau mencapai Rp288,3 miliar. Secara sektoral,
kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 75,44% dan
sektor PHR dengan pangsa 15,19%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar
kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 67,82%
dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi
lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi
masyarakat Sulut khususnya menjelang perayaan hari besar keagamaan dan Tahun Baru
2011.

Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar
39,35%(yoy), menjadi Rp281,8 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito
masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 73,46%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih

58
tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait
dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku
bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan
ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini
berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana
pembiayaan BPR.

Rasio LDR mengalami penurunan dari 118.6% pada triwulan IV 2009 menjadi 102.3% pada
triwulan laporan. Kualitas kredit BPR memburuk seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan
persentase kredit bermasalah (NPL) dari 2,9% pada Desember 2009 menjadi 4,20% pada
triwulan IV 2010. Walaupun masih berada dibawah level toleransi Bank Indonesia BI, namun
peningkatan NPL ini perlu menjadi perhatian.

59
Halaman ini sengaja dikosongkan

60
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari
strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat
arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka
ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan
meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja
anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena
terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai
Rp5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana
Alokasi Umum (DAU) yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik 9,17%
(yoy) mencapai sebesar Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana Penyesuaian dan Otonomi
khusus justru mengalami penurunan sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 4.1.
Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
(dlm jutaan rupiah)

Dana 2007 2008 2009 2010 1

Dana Perimbangan 3,796,133 4,375,802 5,282,510 5,462,060


Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 222,918 274,401 335,993 330,894
Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419
Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748
Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 160,774 280,370 393,844 221,120
TOTAL 3,956,907 4,656,172 5,676,354 5,683,180
1
Data Update per 20 Juli 2010

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

61
4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi
Utara Tahun 2010 meningkat sebesar 3,40% dibandingkan dengan Tahun 2009. Secara
agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten
dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,68 Triliun. Beberapa Kabupaten/Kota bahkan di
tingkat Provinsi di Tahun 2010 mengalami penurunan alokasi anggaran dibandingkan tahun
lalu. Namun demikian untuk Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang Mongondow
(Bolmong), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur (Boltim), dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel)
mengalami peningkatan alokasi dana dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan
daerah tersebut merupakan daerah pemekaran baru yang membutuhkan dana untuk
mengejar target pembangunannya.

Tabel 4.2.
Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun


2010, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp666,51 miliar dengan
pangsa 12,20%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp494,52 miliar dengan pangsa
9,05% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.466,59 dengan pangsa 8,54%
dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp358,09 miliar dengan pangsa 6,56%. Alokasi dana
terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,07% dari
total dana perimbangan atau sebesar Rp222,51 milliar.

62
Grafik 4.1. Grafik 4.2.
Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
1,0%
Pemprov Manado Pemprov Manado
4,1% 4,2% 5,2%
12,2% 12,7%
5,0% Bitung Tomohon 5,4% Bitung Tomohon
1,3%
5,0% 5,0% Minahasa Minsel
9,1% Minahasa Minsel 9,8%
4,9% 5,0%
Minut Bolmong Minut Bolmong
6,0% 6,4%
4,7% 7,9%
Talaud Sangihe Talaud Sangihe
4,9% 5,4%
6,6% Kotamobagu Bolmut
Kotamobagu Bolmut 6,5%

6,0% 8,5% 8,8%


Sitaro Mitra Sitaro Mitra
6,4%
6,4% 6,5% 6,3% 6,8%
6,0% Boltim Bolsel Boltim Bolsel

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Grafik 4.3.
Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
700.000

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum Dana Perimbangan

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Grafik 4.4.
Berdasarkan komponennya, alokasi dana Komposisi Dana Perimbangan APBD-2010

perimbangan di masing – masing 12,81% 6,06%

kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD


Tahun 2010 sebagian besar berasal dari Dana
Alokasi Umum. Sementara itu, Dana Bagi Hasil
81,13%
yang diperuntukan guna mengatasi masalah
ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum (DAU)
Daerah) yang dilakukan melalui pembagian
Dana Alokasi Khusus (DAK)

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu


63
hasil dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam
antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, masih menunjukan persentase yang relatif
kecil. Rendahnya pangsa Dana Bagi Hasil mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi Sulawesi
Utara terhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan sumber daya
alam masih relatif kecil.

4.2. APBD di Tingkat Provinsi


Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan IV-2010 menunjukan pencapaian yang lebih
baik, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami
peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2010
realisasi belanja pemerintah telah mencapai 94,9%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada
triwulan IV-2009 sebesar 91,3%.

Dari sisi penerimaan, realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah melebihi
targetnya yakni sebesar 104,1%, jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun
lalu sebesar 98,5%. Pencapaian ini didorong oleh naiknya penerimaan dari sisi pajak dan
retribusi daerah. Peningkatan penerimaan ini terkait dengan meningkatnya aktivitas
perekonomian, terutama yang bersumber dari penjualan kendaraan bermotor yang
berdampak kepada peningkatan penerimaan atas Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Tabel 4.3.
Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2010
(dlm jutaan rupiah)
Realisasi APBD Realisasi APBD
APBD-P 2009 APBD-P 2010
Uraian Tw. IV-2009 Tw. IV-2010
(Rp Juta) (Rp Juta)
Nominal % Nominal %
Pendapatan 1,039,059 1,023,377 98.5 1,112,727 1,158,636 104.1
Pendapatan Asli Daerah 317,318 331,111 104.3 389,762 418,702 107.4
Dana Perimbangan 686,741 692,266 100.8 631,074 650,530 103.1
Lain-lain PAD yang Sah 35,000 - 0.0 91,890 89,404 97.3
Belanja 1,133,163 1,034,398 91.3 1,198,753 1,137,379 94.9
Belanja Operasi 699,472 653,812 93.5 869,647 834,620 96.0
Belanja Modal 283,969 241,644 85.1 189,039 164,360 86.9
Belanja Tidak Terduga 4,000 2,254 56.3 2,500 1,298 51.9
Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 145,722 136,688 93.8 137,566 137,100 99.7
Pembiayaan 94,104 99,104 86,026 88,026
Penerimaan Daerah 499,104 399,104 80.0 388,026 347,026 89.4
- SILPA 99,104 99,104 100 88,026 88,026 -
Pengeluaran Daerah 405,000 300,000 74.1 302,000 259,000 85.8

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi


Sampai dengan triwulan IV-2010 realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Utara tercatat
sebesar Rp1.158,64 miliar, atau mencapai 104,1% dari target pendapatan dalam APBD.
Berdasarkan komponen pembentuknya, sumber penerimaan terbesar berasal dari dana
perimbangan (utamanya Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 56,7% disusul Penerimaan
Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 35%.

64
Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-
aset yang dimiliki pada triwulan IV-2010 mencatat hasil yang lebih baik dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Hal ini tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli
Daerah (PAD) pada triwulan laporan sebesar 107,4% dari target APBD atau meningkat
dibandingkan realisasi PAD pada periode yang sama tahun lalu sebesar 104,3%.
Berdasarkan komponen pembentuknya, PAD ini terutama bersumber dari penerimaan pajak
(89,6%) sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan
lain-lain. Aktivitas perekonomian yang terus berkembang yang ditunjukkan oleh tingginya
penjualan kendaraan bermotor, maraknya pembangunan tempat rekreasi keluarga,
menjamurnya rumah makan dan restoran turut menyumbang pendapatan melalui
komponen pajak dan retribusi daerah.

Namun demikian, pencapaian PAD sepanjang Tahun 2010 tersebut masih relatif kecil bila
dibandingkan kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari relatif
rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan antara PAD terhadap total
belanja yang hanya 36,8%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar
masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. Namun
demikian, angka rasio kemandirian fiskal daerah telah sedikit mengalami perbaikan
dibandingkan tahun 2009 yang tercatat lebih rendah yakni sebesar 32%.

Tabel 4.4.
Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2010
(dlm jutaan rupiah)
Realisasi APBD Proporsi APBD- Realisasi APBD
APBD-P 2009 Tw. IV-2009 APBD-P 2010 Tw. IV-2010
Uraian P 2010
(Rp Juta) (Rp Juta)
Nominal % (%) Nominal %
PENDAPATAN 1,039,059 1,023,377 98.5 1,112,727 100.0 1,158,636 104.1
Pendapatan Asli Daerah 317,318 331,111 104.3 389,762 35.0 418,702 107.4
- Pajak Daerah 279,826 289,378 103.4 349,132 89.6 373,703 107.0
- Retribusi Daerah 10,092 7,566 75.0 11,195 2.9 11,899 106.3
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16,300 16,369 100.4 13,554 3.5 13,554 100.0
- Lain-lain 11,100 17,799 160.3 15,882 4.1 19,547 123.1
Dana Perimbangan 668,996 674,268 100.8 631,074 56.7 650,530 103.1
- Dana Bagi Hasil Pajak 56,516 61,299 108.5 54,035 8.6 63,163 116.9
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 1,455 150.7 965 0.2 11,146 1154.7
- Dana Alokasi Umum 558,635 558,635 100.0 558,635 88.5 558,781 100.0
- Dana Alokasi Khusus 52,879 52,879 100.0 17,439 2.8 17,439 100.0
Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 52,746 17,998 34.1 91,890 8.3 89,404 97.3

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi


Pada triwulan IV-2010 belanja pemerintah daerah mulai menunjukan peningkatan seiring
dengan mulai dilaksanakannya beberapa program pemerintah, terutama proyek
pembangunan infrastruktur. Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2010

65
adalah sebesar Rp1.198 miliar, mengalami sedikit peningkatan dibandingkan total belanja
pada APBD-P 2009 sebesar Rp1.133 miliar. Realisasi belanja provinsi sampai dengan
triwulan IV-2010 mencapai Rp1.137 miliar atau mencapai 94,9% dari target total belanja
dalam APBD, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 9%.

Menurut komponen pembentuknya, belanja provinsi didominasi oleh belanja operasional


dengan pangsa 72,5% atau mencapai Rp869,65 miliar. Sampai dengan triwulan IV-2010
realisasi belanja tidak langsung telah mencapai 96% atau sebesar Rp834,62 miliar.
Sementara itu, belanja modal hanya memiliki proporsi sebesar 15,8% atau senilai Rp189,04
miliar dari total anggaran belanja secara keseluruhan, dengan nilai realisasi pada triwulan
laporan mencapai 86,9% atau sebesar Rp164,36 miliar.

Jika dilihat lebih jauh lagi, dibandingkan dengan tahun 2009 proposi antara belanja
operasional dan belanja modal mengalami sedikit pergeseran. Pada APBD-P 2009, proporsi
belanja modal tercatat masih lebih tinggi dari proporsi pada APBD-P 2010, yakni mencapai
25,1%. Sedangkan untuk belanja operasional, pada APBD-P 2009 proporsinya tercatat
sebesar 61,7% lebih rendah dibandingkan APBD-P 2010 (72,5%). Hal ini menunjukkan
bahwa belanja daerah masih banyak dialokasikan untuk konsumsi semata (pembayaran gaji,
tunjangan, dan lain sebagainya), sedangkan alokasi untuk pembangunan infrastruktur
masih relatif jauh lebih rendah.
Tabel 4.5.
Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2010
(dlm jutaan rupiah)
Proporsi APBD Realisasi APBD Proporsi Realisasi APBD
APBD-P 2009 Tw. IV-2009 APBD-P 2010 Tw. IV-2010
Uraian 2009 APBD 2010
(Rp Juta) (Rp Juta)
(%) Nominal % (%) Nominal %
BELANJA 1,133,163 100.0 1,034,398 91.3 1,198,753 100.0 1,137,379 94.9
Belanja Operasi 699,472 61.7 653,812 93.5 869,647 72.5 834,620 96.0
- Belanja Pegawai 355,378 50.8 335,037 94.3 386,877 44.5 377,291 97.5
- Belanja Barang 252,862 36.2 235,997 93.3 305,342 35.1 292,498 95.8
- Belanja Hibah 24,107 3.4 22,057 91.5 125,929 14.5 114,014 90.5
- Belanja Bantuan Sosial 57,125 8.2 54,721 95.8 47,500 5.5 46,817 98.6
- Belanja Bantuan Keuangan 10,000 1.4 6,000 60.0 4,000 0.5 4,000 100.0
Belanja Modal 283,969 25.1 241,644 85.1 189,039 15.8 164,360 86.9
- Belanja Tanah 16,595 5.8 10,050 60.6 13,800 7.3 4,771 34.6
- Belanja Peralatan dan Mesin 36,582 12.9 33,914 92.7 39,830 21.1 35,034 88.0
- Belanja Bangunan dan Gedung 75,259 26.5 66,092 87.8 33,402 17.7 26,006 77.9
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 151,532 53.4 127,818 84.4 98,888 52.3 95,534 96.6
- Belanja Aset Tetap Lainnya 4,002 1.4 3,770 94.2 3,119 1.6 3,016 96.7
Belanja Tak Terduga 4,000 0.4 2,254 56.3 2,500 0.2 1,298 51.9
Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 145,722 12.9 136,688 93.8 137,566 11.5 137,100 99.7
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

66
4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010
tercatat mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja
dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi
permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi
konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 9,04% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi
Sulawesi Utara di triwulan IV-2010, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki
pangsa sebesar 1,53%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk
diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi
anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi memiliki pangsa sebesar 10,56%
terhadap PDRB harga berlaku Sulawesi Utara triwulan IV-2010.

Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan posisi 31 Desember 2010 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah
pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja
pemerintah).

Tabel 4.6.
Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 31 Desember 2010
(dlm jutaan rupiah)
Realisasi APBD
Uraian Tw.IV-2010 % thd PDRB 1
(Rp Juta)
PENDAPATAN 1,158,636 10.76
Pendapatan Asli Daerah 418,702 3.89
- Pajak Daerah 373,703 3.47
- Retribusi Daerah 11,899 0.11
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 13,554 0.13
- Lain-lain 19,547 0.18
Dana Perimbangan 650,530 6.04
- Dana Bagi Hasil Pajak 63,163 0.59
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 11,146 0.10
- Dana Alokasi Umum 558,781 5.19
- Dana Alokasi Khusus 17,439 0.16
Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 89,404 0.83
BELANJA 1,137,379 10.56
Konsumsi Pemerintah 973,018 9.04
- Belanja Pegawai 377,291 3.50
- Belanja Barang 292,498 2.72
- Belanja Hibah 114,014 1.06
- Belanja Bantuan Sosial 46,817 0.43
- Belanja Bantuan Keuangan 4,000 0.04
- Belanja Tak Terduga 1,298 0.01
- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 137,100 1.27
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 164,360 1.53
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah

67
BOKS 2.
DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI SULAWESI
UTARA

Dewasa ini, desentralisasi fiskal merupakan merupakan ciri yang menonjol dalam hubungan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sistem ini bertujuan untuk mengembangkan
segenap potensi ekonomi daerah secara efisien dan berkelanjutan sehingga diharapkan dapat
memacu aktivitas perekonomian di daerah-daerah sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
gerak perekonomian nasional.

Desentralisasi fiskal diterapkan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 mengacu pada UU Nomor 22
tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah yang dalam perkembangannya diperbaharui dengan
dikeluarkannya pengganti kedua Undang-Undang tersebut dengan UU Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah.

Berdasarkan UU Nomor 33 tahun 2004, desentralisasi mensyaratkan adanya perimbangan


keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dimana pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan
pembagian kewenangan masing-masing daerah. Melalui otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk menggali sumber pendapatan di daerah dan
melakukan peran alokasi secara mandiri dalam menetapkan prioritas pembangunan.

Grafik 6.1
Dana Perimbangan yang menjadi pokok dari Perkembangan Dana Perimbangan Riil
Provinsi Sulawesi Utara (Rp)
adanya desentralisasi fiskal ini sendiri terdiri atas
3500
Dana Bagi Hasil (DBH); Dana Alokasi Umum
3000
(DAU); dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
2500

Berdasarkan dana yang dihimpun, dana 2000

perimbangan total kabupaten/ kotamadya dan 1500

1000
provinsi menunjukkan kenaikkan yang
500
signifikan sepanjang 2001-2009, namun
0

sempat sedikit menurun pada tahun 2004. 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Setelah 2004, secara konstan dana Sumber : APBD Realisasi Kabupaten/ Kota & Provinsi Sulawesi Utara

perimbangan
perimbangan baik provinsi maupun
kabupaten/ kota dan keseluruhannya mengalami peningkatan
68
Melihat kondisi ini, muncul pertanyaan yang didasarkan dari berbagai teori mengenai apakah
desentralisasi fiskal ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
dan juga akan berdampak menurunkan ketimpangan pendapatan antar Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sulawesi Utara.

Hal ini kemudian diteliti dengan menggunakan berbagai metode, yaitu: (1) Analisis Tipologi
Daerah (Klassen Typology) untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
masing-masing daerah; (2) Indeks Williamson atau yang juga biasa disebut Indeks Ketimpangan
Regional (regional inequality) untuk mengentahui ketimpangan ekonomi setiap daerah; (3)
Analisis Korelasi Pearson untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks
Williamson; serta (4) Analisis Regresi Data Panel (Regressions Panel Data) yang menggunakan
pendekatan fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) dengan model:

Model I : Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di mana:

LPDRBCit = Tingkat pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita pada
kabupaten/ kota dan tahun t
β0 = intercept
β1-β3 = parameter
Indikator desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Utara:

DBHit = Dana Bagi Hasil Pajak + Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada
kabupaten/kota i dan tahun t
DAUit = Dana Alokasi Umum pada kabupaten/kota i dan tahun t
DAKit = Dana Alokasi Khusus pada kabupaten/kota i dan tahun t

Variabel-variabel Kontrol:

LPDRBit -1 = Tingkat pertumbuhan pendapatan domestik regional bruto tahun sebelumnya


pada kabupaten/kota i.
POPit = Pertumbuhan Penduduk pada kabupaten/kota i dan tahun t
PADit = Pendapatan Asli Daerah pada kabupaten/kota i dan tahun t
Model II: Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/
Kota

69
dimana:
IWit = Indeks Williamson pada kabupaten/kota i dan tahun t
; = intercept
1 8 = parameter desentralisasi

Indikator desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Utara:

DBHit = Dana Bagi Hasil Pajak + Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada kabupaten/
kota i dan tahun t
DAUit = Dana Alokasi Umum pada kabupaten/kota i dan tahun t
DAKit = Dana Alokasi Khusus pada kabupaten/kota i dan tahun t

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu (time series) meliputi
tahun 2001-2009 dan data lintas daerah (cross section) dari 15 kabupaten/kota di Provinsi
Sulawesi Utara yang dikelompokkan menjadi 5 daerah sebelum terjadi pemekaran. Daerah yang
di maksud yakni Kota Manado, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa (termasuk Minahasa Selatan,
Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, dan Kota Tomohon), Kabupaten Bolaang Mongondow
(termasuk Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow
Timur, dan Kota Kotamobagu), serta Kabupaten Kepulauan Satal (Sangihe, Talaud, dan Sitaro).

Berdasarkan hasil pengujian dampak desentralisasi fiskal terhadap perumbuhan ekonomi secara
empiris dengan data panel metode fixed effect dengan cross section 5 kabupaten dan Kota di
Provinsi Sulawesi Utara dan time series periode 2001-2009, diperoleh hasil yang menunjukkan
bahwa selain variabel PAD riil per kapita, semua variabel penjelasnya signifikan pada α=1%.
Variabel transfer pemerintah riil per kapita (DBLRDFC) tahun sebelumnya berpengaruh positif
pada pertambahan PDRB per kapita pada tahun berjalan. Setiap kenaikan transfer pemerintah riil
per kapita sebesar 1% akan berdampak pada kenaikan PDRB per kapita riil sebesar 0,006%.
Dengan kata lain, desentralisasi fiskal yang telah berjalan sejak 2001 membawa dampak yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Meskipun koefisien elastisitas
variabel transfer pemerintah riil per kapita (DBLRDFC) tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh
perubahan yang belum signifikan, namun secara statistik korelasi antara desentralisasi fiskal dan
PDRB Sulawesi Utara sangat signifikan pada α = 1%. Salah satu penyebab belum signifikannya
dampak desentralisasi fiskal terhadap PDRB pada penelitian ini adalah periode pengamatan yang
hanya sembilan tahun (jangka pendek), sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi
belum begitu terasa. Pada jangka panjang, di mana ketersediaan infrastruktur sarana dan
prasarana semakin baik, diharapkan desentralisasi fiskal dapat memberikan stimulus bagi
pertumbuhan ekonomi daerah.

Disamping itu, berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan metode Tipologi Klassen,
70
desentralisasi fiskal juga berdampak pada meningkatnya ketimpangan pendapatan antar
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Utara pada periode pengamatan. Kota Manado dan
Kota Bitung adalah dua daerah yang memiliki pendapatan yang relatif sama sedangkan
pendapatan riil per kapita dari daerah-daerah yang lain di Provinsi Sulawesi Utara tertinggal jauh
dibandingkan dari kedua Kota tersebut.

Grafik 6.4
Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan
Tipologi daerah Provinsi Sulawesi Utara 2001-2009
per Kapita maka klasifikasi daerah per kabupaten
dan kota di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan
bahwa Kota Manado adalah satu-satunya daerah
yang berada pada kuadran I (cepat maju cepat
tumbuh) dengan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita tertinggi dibandingkan
dengan dengan daerah kabupaten/kota lainnya di
Provinsi Sulawesi Utara untuk periode 2001-2009.
Kota Bitung berada pada kuadran IV (Maju Tertekan)
di mana Kota Bitung memiliki pendapatan per kapita
yang hampir sama dengan Kota Manado namun
pertumbuhan ekonominya masih di bawah
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah
pertumbuhan ekonomi rata-rata (Provinsi Sulawesi
Utara). Selain dari Kota Manado dan Kota Bitung, daerah kabupaten dan kota yang berada di
Provinsi Sulawesi Utara masih relatif tertinggal. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita daerah kabupaten/kota tersebut masih di bawah
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Provinsi Sulawesi Utara.

Hasil tersebut juga selaras dengan hasil dari indeks Williamson. Melalui indeks ini, juga
didapatkan hasil bahwa sampai dengan tahun 2009, terdapat kecenderungan ketimpangan antar
daerah yang semakin membesar. Pada tahun 2009 sendiri, angka Indeks Williamson pada
Provinsi Sulawesi Utara adalah 0,7613.

Fenomena ketimpangan pendapatan yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan


kecenderungan sesuai dengan analisisis Simon Kuznet (1955) yang menyebutkan bahwa pada
tahap awal perkembangan maka proses pertumbuhan diikuti oleh semakin memburuknya
distribusi pendapatan dan setelah mencapai titik tertentu, pembangunan akan diikuti oleh
membaiknya pemerataan pendapatan. Kedepannya, seiring dengan upaya-upaya yang dilakukan
pemerintah diharapkan pemerataan pendapatan akan membaik dan pertumbuhan ekonomi
daerah yang berkualitas dapat tercapai.

71
Halaman ini sengaja dikosongkan

72
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari
satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun
Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
nasional baik tunai maupaun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang
diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk
menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap
memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di
daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di
Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama triwulan IV-2010 transaksi
sistem pembayaran di Sulawesi Utara mengalami peningkatan, baik pada sistem
pembayaran tunai maupun non tunai. Pada sistem permbayaran tunai, peningkatan ini
dapat terkonfirmasi dari tingginya aktivitas transaksi tunai yang mencatat net outflow.
Sementara pada pembayaran non tunai, peningkatan ini tercermin dari naiknya nilai dan
volume transaksi kliring dan RTGS. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin menggeliatnya
perekonomian di Sulawesi Utara selama periode laporan.

5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai


5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV-2009.
Peningkatan transaksi pembayaran tunai ini tercermin pada kenaikan jumlah uang kartal
yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow) pada triwulan IV-2010 sebesar
208,98 miliar, naik sebesar 30,4% dari Rp687,38 miliar pada triwulan IV-2009 menjadi
73
Rp896,36 miliar pada periode laporan. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk dari
masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2010 hanya
tercatat sebesar Rp383,40 miliar.

Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow
sebesar Rp512,96 miliar atau meningkat 13,28%, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya sebesar Rp452,84 miliar. Peningkatan ini diperkirakan karena
meningkatnya kebutuhan akan uang tunai menjelang perayaan hari besar keagamaan (Idul
Adha dan Natal) serta perayaan menjelang tahun baru 2011. Hal ini juga terindikasi dari
jumlah penukaran uang pecahan kecil di loket KBI Manado selama periode 1 bulan
menjelang hari raya Natal yang tercatat sebesar Rp22,17 miliar, meningkat sebesar 6,48%
dibandingkan periode yang sama di tahun 2009.

Tabel 5.1.
Data Penukaran Uang Kartal 1 Bulan Menjelang Natal
di Kantor Bank Indonesia Manado
(Dalam ribuan)
2009 2010
PECAHAN
MASUK KELUAR MASUK KELUAR
UK
100,000 11,321,100 - 13,567,900 -
50,000 9,479,850 - 8,399,550 -
20,000 8,240 5,980,620 65,340 5,839,940
10,000 9,080 4,583,810 55,750 6,234,010
5,000 1,010 4,103,380 42,325 4,869,335
2,000 - 4,389,484 7,922 3,226,592
1,000 155 1,511,492 27,396 1,678,742
500 250 - 119 -
100 17 - 1 -
SUB JUMLAH 20,819,702 20,568,786 22,166,302 21,848,619
UL
1,000 20 - 162 5,040
500 2,108 136,950 3,761 159,000
200 400 57,601 991 91,200
100 338 49,400 389 51,800
50 20 9,850 54 16,000
25 - - - -
SUB JUMLAH 2,885 253,801 5,357 323,040
JUMLAH 20,822,587 20,822,587 22,171,659 22,171,659

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar Rp420,15 miliar,
selanjutnya pada November 2010 yang tercatat sebesar Rp160,25 miliar. Sementara, pada
Oktober 2010 aliran kas mengalami net inflow sebesar Rp67,44 miliar. Uang masuk yang
lebih tinggi pada Oktober 2010 merupakan efek musiman dari tingginya aliran uang keluar
pada triwulan III-2010 sebagai konsekuensi dari perayaan Idul Fitri.

74
Grafik 5.1.
Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
800
miliar
600

400

200

(200)

(400)

(600)

(800)

(1,000)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010
Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383
Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896
Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan
kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar, dengan melakukan Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat
terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.

Selama triwulan IV-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 123,68%,
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat
89,15%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan
laporan adalah sebesar Rp474,17 miliar atau naik 126,77% (yoy). Budaya dan perilaku
masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot
(men-staples), meremas dan mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas.
Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan
uang kertas.
Grafik 5.2.
Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
700 % 440
Miliar
400
600
360

500 320

280
400
240

200
300
160
200 120

80
100
40

- -
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010
Inflow 613 160 122 235 617 303 482 383
PTTB 53 78 490 209 261 297 309 474
Rasio 8.57 49.00 402.99 89.15 42.35 97.86 64.11 123.68
75
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Grafik 5.3.
Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
800

600

400

200

-200

-400

-600 .

-800
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010
Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649
Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716
Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Seperti halnya aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
menunjukkan posisi net outflow. Sepanjang triwulan IV-2010 posisi aliran kas titipan
Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp66,98 miliar. Net outflow yang terjadi
selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh pola musiman setelah pada triwulan
sebelumnya terjadi inflow yang cukup tinggi.

Grafik 5.4.
Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)
150

100

50

-50

-100

-150
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010
Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20
Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131
Netflow 18 -51 -23 -3 -11 -58 -81 -110

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

76
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net
outflow (kecuali pada awal tahun). Pada triwulan IV-2010, kas titipan di Tahuna mengalami
net outflow sebesar Rp110,10 miliar atau meningkat signifikan dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya (Rp3,49 miliar). Kondisi net outflow yang terjadi di khasanah
titipan di Tahuna mengindikasikan perkembangan pembangunan yang cukup pesat antara
lain pembangunan sarana/prasarana pengaman pantai, pembangunan rumah khusus,
pembangunan prasarana dermaga penyeberangan dan pembangunan prasarana bandar
udara, yang mendorong bergairahnya aktivitas perekonomian di daerah tersebut.

5.1.4. Penemuan Uang Palsu

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-
2010 menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado
pada triwulan IV-2010 tercatat sebanyak 49 lembar yang terdiri dari 35 lembar uang
pecahan Rp100.000,00, 8 lembar uang pecahan Rp50.000,00, dan 6 lembar uang pecahan
Rp20.000,00.

Tabel 5.2.
Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
2008 2009 2010
Pecahan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
- Rp100.000,- 2 1,014 14 1 14 5 4 18 14 0 94 35
- Rp50.000,- 17 19 16 135 23 12 6 15 19 3 10 8
- Rp20.000,- 6 0 1 0 3 0 4 10 0 0 2 6
- Rp10.000,- 0 2 2 0 0 0 0 2 1 0 0 0
- Rp5.000,- 0 0 0 0 1 1 0 2 3 0 0 0
- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 25 1,035 33 136 41 18 14 47 37 3 106 49
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah

Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Bank Indonesia
untuk terus berupaya meminimalisir pergerakan pelaku pemalsuan uang melalui kegiatan
sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor
Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan
sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di
kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan
terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang
digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga
menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya
77
penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian
diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.

5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai


Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan
penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)


Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan IV-2010 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 89.523 lembar dengan nilai
Rp2.083 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 6,53% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.400 lembar dengan nilai sebesar
Rp32,52 miliar atau tumbuh sebesar 5,89% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal
kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami
pertumbuhan positif yang berkelanjutan.

Tabel 5.3.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
2009 2010
KETERANGAN
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Perputaran Kliring
a. Lembar 72,982 79,557 82,114 84,032 75,799 80,399 82,862 89,523
b. Nominal (Rp miliar) 1,497 1,626 1,722 1,860 1,658 1,674 1,914 2,083
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1,236 1,282 1,369 1,384 1,221 1,299 1,315 1,400
b. Nominal (Rp miliar) 25.40 26.17 28.72 30.71 26.73 27.08 30.39 32.52
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 0.99 0.96 1.06 1.33 1.02 2.16 1.72 1.33
b. Nominal (%) 0.91 1.08 1.27 1.45 1.01 2.44 1.54 1.82
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,33% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau tidak
mengalami perubahan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya, terdapat kenaikan dari 1,45% pada
triwulan IV-2009 menjadi 1,82% pada triwulan IV-2010 dari rata-rata nominal cek dan BG
yang dikliringkan per hari.

78
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)

Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian


akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal
ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal
transaksi RTGS selama triwulan IV-2010 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai
Rp2.842,57 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 17,75% dibandingkan nilainya
di triwulan IV-2009. Sejalan dengan jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume
RTGS pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan 12,83% (yoy) dari 5.774 transaksi di
triwulan IV-2009 menjadi 6.515 transaksi pada triwulan IV-2010. Peningkatan transaksi
RTGS pada triwulan laporan didorong oleh realisasi pembangunan infrastruktur pendukung
penyelenggaraan event internasional Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF-
DiREx) serta beberapa realisasi investasi swasta seperti pembangunan serta perluasan pabrik,
disamping faktor musiman perayaan hari raya natal dan perayaan menjelang tahun baru
yang menghabiskan dana yang cukup besar sehingga lalu lintas pembayaran melalui RTGS
pun mengalami peningkatan.

Tabel 5.4.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
FROM TO FROM + TO
Periode Nilai Nilai Nilai
Volume Volume Volume
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Okt 191.76 718 498.42 799 690.18 1,517
Nov 225.20 748 544.54 941 769.74 1,689
Dec 356.68 1,036 597.55 1,532 954.23 2,568
Tw IV-2009 773.64 2,502 1,640.51 3,272 2,414.15 5,774
Jan 182.88 694 709.22 1,102 892.10 1,796
Feb 192.27 638 553.24 1,339 745.51 1,977
Mar 239.37 833 726.79 1,120 966.16 1,953
Tw I-2010 614.52 2,165 1,989.25 3,561 2,603.77 5,726
Apr 213.78 740 581.82 968 795.60 1,708
Mei 195.30 676 522.58 932 717.88 1,608
Jun 244.18 800 639.48 1,077 883.66 1,877
Tw II-2010 653.26 2,216 1,743.88 2,977 2,397.14 5,193
Jul 239.81 832 767.16 1,120 1,006.97 1,952
Agust 244.27 795 683.53 1,324 927.80 2,119
Sep 186.04 666 605.75 1,121 791.79 1,787
Tw III-2010 670.12 2,293 2,056.44 3,565 2,726.56 5,858
Oct 234.48 885 589.70 1,115 824.18 2,000
Nov 241.73 933 667.04 1,226 908.77 2,159
Dec 284.38 1,018 825.24 1,338 1,109.62 2,356
Tw IV-2010 760.59 2,836 2,081.98 3,679 2,842.57 6,515
Pertumbuhan (YoY %) -1.69 13.35 26.91 12.44 17.75 12.83
Sumber : www.bi.go.id, diolah

79
Halaman ini sengaja dikosongkan

80
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui penurunan tingkat


kemiskinan dan pengangguran, telah menunjukkan hasil yang positif pada Triwulan IV-
2010. Tingkat Pengangguran Terbuka secara konstan mengalami penurunan selama
beberapa tahun terakhir dan secara konsisten berada di bawah tingkat kemiskinan nasional.

Namun demikian, kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan di Sulawesi Utara yang


tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP), mengalami perlambatan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari faktor anomali cuaca yang
kurang kondusif bagi petani terutama di penghujung tahun 2010.

6.1 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Berbagai indikator ketenagakerjaan pada Triwulan IV- 2010 di Sulawesi Utara


mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja walaupun tidak
dalam jumlah yang signifikan. Peningkatan ini berjalan seiring dengan peningkatan
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Triwulan IV-2010 dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 62,05% pada
Agustus 2009 menjadi 63,31% pada Agustus 2010. Berdasarkan wilayahnya, TPAK di
daerah perkotaan dan perdesaan masing-masing tercatat 62,95% dan 63,52%. TPAK
daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,99% (yoy) sedangkan TPAK daerah
perdesaan mengalami peningkatan sebesar 2,7%.

Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sejak Februari
2008. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di Sulawesi
Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan TPT nasional. TPT nasional pada Agustus 2010 tercatat 7,14%, sedangkan TPT
Sulawesi Utara tercatat 9,61%.

81
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Feb 08 Ags-08 Feb-09 Ags-09 Feb-10 Ags-10

Penduduk 15 Thn ke atas (usia kerja) 1.658.299 1.669.313 1.685.502 1.694.125 1.710.924 1.637.366
Angkatan Kerja 1.046.665 1.020.952 1.077.155 1.051.130 1.074.256 1.036.574
Bekerja 917.363 912.198 962.627 940.173 961.648 936.939
Mencari Kerja 129.302 108.754 114.528 110.957 112.608 99.635
Bukan Angkatan Kerja 611.634 648.361 608.347 642.995 636.668 600.792
TPAK 63,12 61,16 63,91 62,05 62,79 63,31
TPT 12,35 10,65 10,63 10,56 10,48 9,61

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Penurunan TPT ini tidak telepas dari Program Aksi Gerakan Penanggulangan Pengangguran
(GPP) di Provinsi Sulawesi Utara yang dipelopori oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Dana Program aksi GPP yang dialokasikan di Provinsi Sulawesi Utara pada
tahun 2009 sebesar Rp 29,86 Milyar yang terdiri dari (1) Dana Dekonsentrasi Bidang
Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian & Dana Tugas Perbantuan sebesar Rp 20,2 milyar
serta (2) Program Bantuan Pemberdayaan Masyarakat sebesar Rp 9,59 milyar.

Grafik 6.1
Angkatan Kerja Sulawesi Utara menurut Pendidikan dan Berdasarkan tingkat pendidikannya, dari
Daerah Februari 2010
total jumlah tenaga kerja pada Februari

.
40,00% 35,90% 2010 sebesar 1.074.256 orang, presentase
35,00%

30,00%
terbesar terdapat pada tenaga kerja dengan
23,75%
25,00%
20,34% tingkat pendidikan setara maksimal Sekolah
20,00%
Dasar (SD), yaitu sebesar 35,90%.
15,00%
9,87%
10,00% 7,28% Presentase sarjana dalam komponen
2,85%
5,00%
angkatan kerja ini masih relatif rendah, yaitu
0,00%
≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA
Kejuruan
Diploma
I/II/III/Akademi
Universitas
hanya sebesar 7,28%.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sementara itu, jika dilihat menurut keterampilannya, jumlah angkatan kerja pada Februari
2010 masih didominasi oleh angkatan kerja yang tidak mempunyai keterampilan khusus,
yaitu sebesar 89,24% dimana sebesar 61,17% berasal dari pedesaan. Bidang dengan
sumber daya berketrampilan terbanyak adalah bidang tata niaga dengan share sebesar
3,64%, atau sebesar 39.076 orang.

Secara khusus, pada sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan di Provinsi Sulawesi
Utara, share angkatan kerja yang memiliki keterampilan khusus tergolong sangat rendah,
82
yakni tercatat 0,27% atau sebesar 2.923 orang. Namun demikian, komposisi penduduk
Sulawesi Utara yang bekerja di sektor pertanian pada Agustus 2010 masih sangat dominan.
Share angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian pada Agustus 2010 berjumlah
38,16%.
Tabel 6.2
Angkatan Kerja di Sulawesi Utara Menurut Keterampilan dan Daerah Pebruari 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 6.3 Grafik 6.2


Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Share Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara
Menurut Lapangan Usaha Menurut Lapangan Usaha

Sektor Feb-10 Ags-10 Growth


Pertanian
Pertanian 332.981 357.558 7,38%
Pertambangan
Pertambangan 31.052 17.224 -44,53%
1,60% 19,45% Industri
Industri 57.452 50.621 -11,89% 38,16%
Listrik, Gas & Air Bersih
Listrik, Gas & Air Bersih 4.747 4.554 -4,07%
18,43% Konstruksi
Konstruksi 57.296 59.146 3,23%
Perdagangan
Perdagangan 178.341 172.722 -3,15%
8,31% 1,84% Angkutan
Angkutan 97.458 77.868 -20,10%
0,49%
Keuangan 19.300 14.978 -22,39% 5,40% Keuangan
6,31% Jasa
Jasa 183.021 182.268 -0,41%

Total 961.648,0 936.939,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Jumlah angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian pada Agustus 2010 mengalami
peningkatan 7,38% apabila dibandingkan dengan semester sebelumnya. Sejalan dengan
itu, jumlah tenaga kerja yang berstatus pekerja bebas pertanian juga mengalami
peningkatan sebesar 42,73% dibandingkan dengan semester sebelumnya.

Sementara itu, jumlah pekerja di sektor lainnya mengalami penurunan yang diikuti oleh
penurunan jumlah pekerja bebas Non Pertanian sebesar 31,03%. Dalam kurun waktu enam
bulan, terdapat penurunan jumlah tenaga kerja yang berstatus berusaha sendiri sebesar
16.700 orang dan jumlah buruh/ karyawan sebanyak 10.345 jiwa. Hal ini mengindikasikan
terjadinya pergeseran tenaga kerja ke sektor pertanian dari sektor lainnya sebagai dampak
musim panen raya cengkeh.

83
Tabel 6.4
Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Status Pekerjaan Feb-09 Ags-09 Feb-10 Ags-10 Growth

Berusaha Sendiri 287.238 286.716 259.553 242.853 -6,43%


Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar 130.426 129.345 127.986 102.364 -20,02%
Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar 41.175 42.900 40.962 45.854 11,94%
Buruh/Karyawan 279.163 284.798 322.315 332.660 3,21%
Pekerja Bebas Pertanian 64.141 48.003 52.028 74.258 42,73%
Pekerja Bebas Non Pertanian 39.899 55.056 58.541 40.377 -31,03%
Pekerja Tak Dibayar 120.585 93.355 100.263 98.573 -1,69%

Total 962.633,4 940.173,0 961.648,0 936.939,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan
hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado periode Desember 2010 yang tercermin dari
peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja dibandingkan triwulan sebelumnya
.Optimisme ini tidak dapat dipisahkan dari faktor penerimaan Pegawai Negeri Sipil pada
bulan Desember yang diperkirakan membuka lapangan kerja hingga 3.151 tenaga kerja.
Selain itu, faktor panen raya cengkih yang berlangsung pada bulan Agustus sampai dengan
November 2010 juga merupakan faktor yang mempengaruhi optimisme responden
terhadap ketenagakerjaan Sulawesi Utara pada periode laporan. Sementara itu, semakin
maraknya peningkatan pembangunan kawasan perbelanjaan Sulawesi Utara pada Triwulan
IV- 2010 juga diperkirakan turut andil dalam mendukung keoptimisan atas peningkatan
penyerapan tenaga kerja. Trickle down effect yang dihasilkan oleh pembangunan tersebut
diproyeksikan akan mampu mengakselerasi penyerapan tenaga kerja Sulawesi Utara.

6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010 diperkirakan


mengalami peningkatan searah dengan membaiknya kondisi ketenagakerjaan dan kondisi
perekonomian Sulut secara makro. Hal ini tercermin dari tingkat kemiskinan Provinsi Sulut
sebesar 9,10% pada Maret 2010 yang berada dibawah tingkat kemiskinan nasional sebesar
13,50% serta meningkatnya angka indeks penghasilan saat ini berdasarkan hasil Survei
Konsumen (SK) KBI Manado Desember 2010.

Namun demikian, tingkat kesejahteraan petani mengalami sedikit penurunan dibandingkan


dengan triwulan sebelumnya yang terindikasi dari penurunan rata-rata Nilai Tukar Petani
(NTP) dari 100,85 pada triwulan III 2010 menjadi 100,77 pada periode laporan. Kondisi ini

84
tidak terlepas dari faktor anomali cuaca yang kurang kondusif bagi petani terutama di
penghujung tahun 2010.

Level garis kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan dari Rp. 184.772,-
per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada
Maret 2010. Sebagai pedoman untuk pengukuran kemiskinan, BPS mengunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) dimana kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat
dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan
sebagai penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan sendiri dibagi menjadi GK Makanan
dan GK Bukan Makanan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran
kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari.
Sedangkan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Peningkatan Garis Kemiskinan di Provinsi Utara pada pada Maret 2010 diikuti oleh
penurunan tingkat kemiskinan yang diantaranya disebabkan oleh lebih tingginya
peningkatan pendapatan penduduk Sulawesi Utara apabila dibandingkan dengan
peningkatan garis kemiskinan. Hal ini mengindikasikan semakin berkualitasnya
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2010 tercatat
206.720 orang, menurun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya tercatat 219.570.

Dilihat dari asalnya, sebesar 63,06% penduduk miskin berasal dari perdesaan. Salah satu
penyebab dominasi perdesaan terhadap jumlah penduduk miskin ini adalah masih relatif
rendahnya tingkat ketrampilan angkatan kerja di pedesaan. Berdasarkan data angkatan
kerja pada Februari 2010, tercatat 958.677 penduduk Sulawesi Utara tidak memiliki
keterampilan khusus dimana 61,17% merupakan angkatan kerja yang berasal dari
pedesaan. Lebih lanjut, jumlah tersebut merupakan 92,13% dari keseluruhan angkatan
kerja di pedesaan.

85
Tabel 6.6 Grafik 6.3.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Jumlah
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
%
Penduduk 18
Tahun Bukan Penduduk
Makanan Total Miskin
Makanan Miskin 16
(ribuan orang)
14
Perkotaan
12
Maret 2009 146.007 47.244 193.251 79,25 8,14
10
Maret 2010 152.189 50.280 202.469 76,38 7,75
8
Perdesaan
6
Maret 2009 141.599 36.672 178.271 140,31 11,05
4
Maret 2010 149.372 38.724 188.096 130,35 10,14
2
Kota & Desa 0
Maret 2009 143.512 41.260 184.772 219,57 9,79 2006 2007 2008 2009 2010
Maret 2010 150.595 43.739 194.334 206,72 9,10
Sulawesi Utara Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sementara itu, tingkat kemiskinan Sulawesi Utara relatif lebih baik jika dibandingkan
dengan tingkat kemiskinan nasional. Kondisi ini tercermin dari tren penurunan angka
kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara yang secara konsisten berada dibawah angka
kemiskinan Nasional selama periode lima tahun terakhir. Menurunnya angka kemiskinan di
Sulawesi Utara secara berkesinambungan menunjukkan bahwa program-program
pengentasan kemiskinan yang digalakkan pemerintah di Provinsi Sulawesi Utara telah
berjalan dengan baik dengan pengembangan program sesuai dengan tantangan di masa
mendatang.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado, indeks penghasilan saat ini meningkat
dari 133,00 pada akhir triwulan III-2010 menjadi 137,50 pada akhir triwulan IV-2010. Hal
ini tidak terlepas dari keoptimisan masyarakat terhadap kondisi ekonomi Sulawesi Utara
yang semakin membaik.

Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan IV-2010 sebesar 100,77,
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yang tercatat sebesar 100,85. Kedua
komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB)
mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IB lebih besar dibandingkan kenaikan IT,
maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan IV-2010. Adapun kenaikan IB terutama datang
dari konsumsi rumah tangga, khususnya makanan jadi dan bahan makanan.

86
Tabel 6.5
Indeks Harga Yang Diterima & Dibayar Petani serta Nilai Tukar Petani Provinsi Sulawesi Utara
(2007 = 100)
Sektor, Sub Sektor & Sub Agustus September Oktober November Desember
No Juli 2010
Kelompok 2010 2010 2010 2010 2010

1 Indeks Diterima Petani 125,85 126,90 127,49 127,79 128.75 129.29


2 Indeks Dibayar Petani 124,48 125,90 126,75 126,81 127.16 128.48
2.1 Konsumsi Rumah Tangga 127,77 129,54 130,57 130,52 130.96 132.68
Bahan Makanan 138,61 141,29 143,06 142,71 143.30 146.01
Makanan Jadi 126,40 128,78 129,24 129,90 129.90 130.82
Perumahan 117,37 117,86 118,19 118,15 118.49 119.39
Sandang 112,59 113,43 113,76 113,93 114.62 116.11
Kesehatan 116,00 116,94 117,97 118,16 118.54 118.62
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 112,77 112,77 112,77 112,87 112.96 113.12
Transportasi dan Komunikasi 109,65 109,73 109,73 110,28 110.65 111.11
2.2 BPPBM 114,62 115,02 115,38 115,80 115.91 115.95
Bibit 110,41 110,73 110,59 110,65 110.65 110.65
Obat-obatan & Pupuk 115,48 115,85 116,11 117,05 117.27 117.27
Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 110,63 110,66 110,67 110,93 110.93 110.93
Transportasi 117,73 117,81 118,09 118,24 118.24 118.54
Penambahan Barang Modal 118,13 118,60 119,26 119,62 119.95 119.95
Upah Buruh Tani 110,45 110,96 111,55 111,79 111.79 111.79
3 Nilai Tukar Petani 101,11 100,79 100,59 100,77 101.25 100.63

Sumber: Badan Pusat Statistik,


diolah

87
Halaman ini sengaja dikosongkan

88
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Ekonomi Makro

Memasuki tahun 2011, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan pertama diperkirakan
berpotensi meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010, yaitu dalam kisaran
6,8% ± 0,5%. Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
pada triwulan I-2011 diantaranya adalah kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji
PNS/TNI/Polri per 1 Januari 2011, peningkatan yang cukup signifikan pada dana transfer dari
pemerintah pusat pada tahun 2011, dan pembangunan infrastuktur swasta serta terpilihnya
Kota Manado sebagai tempat perhelatan event internasional Asean Regional Forum Disaster
Relief Index (ARF DIREx) dan Kongres Pejabat Perempuan Internasional Asia Pasifik-Asia
Timur yang keduanya akan dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

Optimisme pertumbuhan ekonomi pada Grafik 7.1.


Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
triwulan I-2011 yang dicerminkan dari hasil Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
60
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha

50

dilakukan secara triwulanan oleh Bank 40

Indonesia Manado menunjukkan ekspektasi 30

20

pelaku usaha yang meningkat. yang ditandai 10

dengan kenaikan indikator ekspektasi 0


Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
(10)
kegiatan usaha dengan persentase Saldo (20)
2008 2009 2010 2011

Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 10,54%, (30)

(40)
lebih tinggi dari realisasi kegiatan kegiatan Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010

usaha pada triwulan I-2011 dengan SBT


sebesar -21,9%.

Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan
konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara. Kegiatan konsumsi terutama
dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi pemerintah yang ditandai dengan perkiraan
kenaikan dana alokasi dari pemerintah pusat dan konsumsi swasta yang didorong oleh
semakin membaiknya daya beli masyarakat sebagai dampak dari kenaikan UMP dan
remunerasi yang diberikan pada PNS/TNI/Polri per Januari 2011. Kondisi ini antara lain dapat
dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen di Kota Manado yang dilakukan oleh Bank

89
Indonesia, yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan
mendatang yang tercermin dari kenaikan seluruh komponen pembentuk Indeks Ekspektasi
Konsumen yakni indeks ekspektasi ekonomi, indeks ekspektasi penghasilan dan indeks
ekspektasi ketersediaan tenaga kerja. Sementara itu, belanja pemerintah juga diperkirakan
akan meningkat, kondisi ini diindikasikan oleh kenaikan signifikan pada dana transfer dari
pemerintah pusat ke daerah di tahun 2011.

Grafik 7.2.
Indeks Ekspektasi Konsumen
200
Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan
180 Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
160

140

120

100

80

60

40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan I-2011 diperkirakan akan terus membaik.
Komoditi utama ekspor Sulawesi Utara yang potensial adalah produk kelapa seperti minyak
kelapa (crude coconut oil), dan produk turunannya diantaranya adalah tepung kelapa dan
arang kelapa. Tren kenaikan harga minyak dunia saat ini dan kemungkinannya di masa
mendatang memberikan dampak pada semakin meningkatnya permintaan crude coconut
oil sebagai salah satu energi alternatif terutama oleh negara-negara penghasil biodiesel.
Produk pertanian lainnya yang potensial untuk diekspor adalah kopra, pala dan cengkih. Di
awal tahun 2011, permintaan komoditi kopra dari pasar luar negeri meningkat tajam, hal ini
ditandai dengan kenaikan harga kopra yang mencapai Rp9.000,-/kg.

Selain produk pertanian, produk hasil perikanan juga banyak diminati oleh pasar luar negeri
khususnya dari negara Jepang. Produk hasil perikanan yang menjadi primadona ekspor
diantaranya ikan tuna segar, ikan kaleng, ikan kayu dan ikan beku. Namun demikian,
peluang tersedianya pasar dan tingginya permintaan dari negara partner dagang belum
dapat dioptimalkan secara maksimal oleh perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya

90
ketersediaan bahan baku akibat semakin tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulut
serta adanya ketergantungan pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan baku.

Perkembangan komponen investasi diperkirakan akan tumbuh stabil di awal tahun 2011
sebagaimana yang terjadi pada periode sebelumnya. Kinerja investasi pada triwulan I-2011
lebih banyak didorong oleh kinerja proyek milik swasta, diantaranya kegiatan pembangunan
kawasan belanja Taman Megapolitan, Grand Kawanua City dan Manado Town Square
(Mantos) II yang sedang dalam proses penyelesaian pada periode laporan. Selain itu,
beberapa perusahaan contact liaison berencana untuk melaksanakan kegiatan investasi
sebagai upaya ekspansi usahanya dalam bentuk penambahan mesin maupun pembangunan
pabrik/tempat usaha baru. Sedangkan dari sisi investasi pemerintah, indikasi pertumbuhan
positif dapat terlihat dari alokasi transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah berupa
Dana Alokasi Khusus (DAK) di tahun 2011 yang mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 12,82% dibandingkan tahun 2010. Kenaikan alokasi anggaran tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kegiatan pembangunan di Sulawesi Utara. Namun demikian, pada
awal tahun biasanya realisasi investasi sektor pemerintah belum akan signifikan terjadi dan
kemungkinan baru akan meningkat realisasinya pada triwulan II dan III setiap tahunnya.

Tabel 7.1.
Alokasi DAU dan DAK Tahun Anggaran 2010 dan 2011-01-21
se-Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Bappeda Provinsi Sulawesi Utara

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011 diperkirakan masih akan
ditopang oleh sektor-sektor dominan, seperti sektor pertanian, PHR dan sektor
pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian diperkirakan masih menjadi kontributor
utama pertumbuhan ekonomi sektoral di tahun 2011, hal ini salah satunya didorong oleh
adanya kesepakatan antara pemerintah daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
sebagai sentra uatama penghasil padi bersama dengan petani setempat bahwa waktu
91
musim tanam tahun 2011 akan dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu musim tanam
gadu (April-September) dan musim tanam rendengan (Oktober-Maret). Dengan adanya
keseragaman ini diharapkan berbagai faktor penghambat produktivitas padi dapat
ditanggulangi secara menyeluruh. Namun demikian, yang perlu diwaspadai adalah keadaan
cuaca yang kurang kondusif dapat berpotensi mengahambat produktivitas sektor pertanian
khususnya subsektor tanaman bahan makanan (tabama).

Perkiraan pertumbuhan sektor PHR dan sektor pengangkutan lebih ditopang oleh
pelaksanaan berbagai international event yang akan diselenggarakan di tahun 2011. Kota
Manado terpilih sebagai tempat penyelenggaraan Asean Regional Forum Disaster Relief
Index (ARF DIREx) dan Kongres Pejabat Perempuan Internasional Asia Pasifik-Asia Timur
yang keduanya akan dilaksanakan pada Maret 2011. Sebagai daerah tujuan wisata dan
terpilihnya Kota Manado sebagai tempat penyelenggaraan Meeting Invention Convention
and Exhibition (MICE), load factor penumpang pesawat udara diperkirakan akan mengalami
peningkatan, selanjutnya akan mendorong kinerja sektor pengangkutan dan PHR yang
salah satunya tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel.

7.2. Prakiraan Inflasi


Grafik 7.3.
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan I-2011 Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado
10 (% yoy)
9
diperkirakan sebesar 5,75% ± 1% (yoy), lebih 8
7
tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang 6
5
sama tahun lalu sebesar 1,84% (yoy). 4
3
Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan I- 2
1
2011 terutama disebabkan oleh tekanan 0
-1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*)
eskternal dan terganggunya hasil panen bahan
2009 2010 2011
makanan akibat cuaca yang kurang kondusif.
Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara

Salah satu faktor fundamental yang menjadi faktor penyebab tingginya laju inflasi Kota
Manado pada triwulan I-2011 adalah kenaikan harga komoditas internasional diantaranya
komoditi CPO, emas, kedelai dan beras. Faktor pasokan dan distribusi yang terganggu
akibat cuaca ekstrim yang terjadi di hampir seluruh belahan dunia menyebabkan harga
beberapa komoditas perkebunan/pertanian mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Disamping itu, tekanan inflasi yang berasal dari kenaikan harga minyak dunia juga perlu
diwaspadai mengingat dampaknya yang cukup signifikan terhadap laju kenaikan harga
barang dan jasa pada umumnya.
92
Grafik 7.4.
Perkembangan Harga Komoditas Internasional
USD/Barel USD/Mt
1,430 (CPO) 630 (Beras)
1,230 530
1,030
430
830
330
630
230
430
230 130

30 30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2009 2010 2011 2009 2010 2011

USD/Oz USD/Bush
1,630 16
1,430 (Emas) 14 (Kedelai)
1,230 12
1,030 10
830 8
630 6
430 4
230 2
30 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2009 2010 2011 2009 2010 2011

Sumber : Bloomberg, diolah

Grafik 7.5.
Sementara itu ekspektasi masyarakat terhadap Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa
di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
harga barang secara umum diperkirakan akan 200 Ekspektasi Harga 3 bln yad Ekspektasi Harga 6 bln yad
190
meningkat, hal ini disebabkan oleh perkiraan 180
170
kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok 160
150
masyarakat mengikuti harga di pasaran 140
130
120
internasional. Selain itu, adanya rencana 110
100
kenaikan TDL untuk kalangan industri oleh 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

pemerintah serta rencana konversi minyak 2010 2011

tanah ke gas elpiji juga berpotensi memicu Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

peningkatan ekspektasi harga oleh masyarakat.

Penyebab inflasi yang bersumber dari faktor non fundamental lebih banyak disebabkan oleh
hasil panen tanaman bahan makanan yang tidak maksimal karena terganggu oleh cuaca
yang kurang kondusif. Kondisi ini telah diantisipasi oleh pemerintah daerah dengan
memperhitungkan stok di awal tahun sehingga tekanan inflasi dapat sehubungan
berkurangnya pasokan dapat diminimalisir. Khusus untuk komoditi beras, data Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara mencatat total stok beras Januari 2011 mencapai

93
57.071 ton atau setara dengan ketahanan beras untuk 2 bulan kedepan. Kecukupan bahan
makanan juga tercermin dari indeks ketersediaan barang dan jasa pada Survei Konsumen
yang dilakukan Bank Indonesia yang mengalami peningkatan di sepanjang triwulan I-2011
dengan indeks di akhir triwulan yang tercatat sebesar 168,5.

Grafik 7.6.
Indeks Ketersediaan Barang dan Jasa
180

170

160

150

140

130

120
Ketersediaan Barang dan Jasa

110
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2009 2010 2011

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Februari 2011 memutuskan untuk
menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 6,75%. Keputusan
tersebut diambil sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke
depan yang mulai meningkat. Peningkatan ekspektasi inflasi terutama dipicu oleh kenaikan
harga volatile foods yang masih tinggi, di samping karena kenaikan harga komoditi global
termasuk minyak dan rencana kebijakan pemerintah di bidang komoditi strategis.

Dalam menghadapi risiko tekanan inflasi ke depan yang diperkirakan masih bersumber dari
gangguan produksi dan permasalahan distribusi komoditi pangan dan energi, pengendalian
kestabilan harga akan terus dilakukan dengan dukungan kebijakan Pemerintah melalui
forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

7.3. Prospek Perbankan


Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara di tahun 2011 diperkirakan
akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi Rencana
Bisnis Bank (RBB) 2011 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk terus
meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 40%. Untuk mencapai
target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada pembiayaan UMKM selain dengan
pembiayaan melalui linkage programme maupun model skim pembiayaan lainnya.

94
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara
mencapai sekitar 45%. Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan
menerapkan berbagai upaya diantaranya melalui strategi intergrated marketing untuk
mendapatkan bundling product (produk jasa, kredit dan dana) dan penghimpunan dana
dengan pola personal selling.

Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikan suku


Grafik 7.7.
bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25 basis poin Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
160

dari 6,5% menjadi 6,75% berpotensi untuk 155

150

145
meningkatkan tingkat suku bunga perbankan. 140

135

Hal ini tercermin dari ekspektasi konsumen pada 130

125

Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia 120


Tingkat Suku Bunga
115

yang menunjukkan adanya kenaikan tingkat 110

10
11
12

10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9

1
2
3
4
5
6
7
8
9

1
2
3
2009 2010 2011
suku bunga di awal tahun 2011.
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Namun demikian, dalam jangka pendek penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga
pinjaman perbankan masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Penentuan suku bunga
pinjaman perbankan juga dipengaruhi oleh struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mampu
terserap oleh pihak perbankan. Sebagaimana diketahui, di Sulawesi Utara, komposisi DPK
masih didominasi oleh dana murah yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 52.53% dari
total DPK, biaya yang dikeluarkan oleh perbankan (suku bunga tabungan) masih relatif lebih
kecil dibandingkan suku bunga deposito, sehingga kenaikan BI Rate diperkirakan tidak akan
berdampak signifikan terhadap kenaikan suku bunga pinjaman. Sampai sejauh ini, implikasi
terhadap dunia usaha masih belum ada. Namun, jika perbankan ramai-ramai menaikan
tingkat suku bunga kredit, hal ini akan memberikan tekanan bagi biaya produksi
perusahaan. Selain itu biaya operasional yang bersumber dari beban utang juga akan
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan suku bunga kredit.

95
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
Mtm Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.
Qtq Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Yoy Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Indeks Keyakinan Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
Konsumen (IKK) saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala
1-100
Indeks Harga Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
Konsumen (IHK) jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
Ekonomi terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
Konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil
Daerah (PAD) pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
Perimbangan pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi.
Indeks Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-
Pembangunan rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Manusia (IPM)
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat
persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan
harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti
tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor
penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari
permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan
Price harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari
uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator
tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang
kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di
dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan
masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank
sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas
negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka
dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann
penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang
diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
96
Restrukturisasi Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur
kredit dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui :
restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala
pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada
dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh
bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum
dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow.
PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI
tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk
bertransaksi.

97

Anda mungkin juga menyukai