Anda di halaman 1dari 4

Cintaku Tertambat Pada Nihonjin

Pagi itu aku berjalan-jalan di pantai Losari. Seperti


yang biasa aku lakukan pada hari Minggu. Apalagi aku
merasa udara hari ini akan lebih cerah dari kemarin, yang
selama lima hari berturut-turut kota Makassar diguyur hujan. Ternyata
dugaanku benar, padahal masih jam 05:00 WITA saat itu. Tapi sudah
banyak manusia yang terlihat di sepanjang jogging track pantai Losari.
Bukan hanya pemuda dan pemudi saja yang ada di sana. Kaum
manula yang masih peduli kesehatan juga terlihat sedang berjalan santai.
Ada yang berkelompok, ada yang sendirian, ada yang jogging, ada juga
yang hanya jalan santai, bahkan ada yang hanya duduk-duduk
(nongkrong) bersama teman-temannya sambil menikmati semangkuk
bubur kacang hijau atau nasi kuning. Aku mungkin termasuk di antara
mereka yang hanya bertujuan untuk menyantap bubur favoritku itu.
Mataku liar menyapu setiap inci dari jalan
raya yang pasti macet setiap hari minggu. Aku
terkadang tersenyum sendiri melihat tingkah
polah orang-orang itu. Begitu asyiknya aku
memperhatikan mereka, aku malah tidak sadar
kalau bangku di hadapanku sudah berisi makhluk
cakep.
“ohayou... .” sapa makhluk cakep itu. Aku
tersentak dan jujur saja nyaris tersedak.
“ohayou...sorry i can”t speak japanese.”
Aku balik menyapa.
“nevermind, I can speak english but not
well neither with indonesian.” Dia tersenyum. Ya
Tuhan, kenapa Engkau menciptakan orang yang secakep ini? Tanpa sadar
mataku menatapnya terus-menerus, khayalku bertumpu pada satu sosok
yaitu Takuya Kimura. Ya, aktor Jepang favoritku. Dia benar-benar mirip.
Hanya saja Kimura agak lebih cakep sedikitlah.
“are you alone here?” tanya cowok itu. Aku hanya mengangguk.
Tidak sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Grogi, nervous, malu, dan
lain sebagainya.
“Noda, Matsumoto Shinoda.” Dia menyebutkan namanya. Aku ingat
kalau di Jepang tidak ada tradisi jabat tangan.
“Raisha Putri. Called me Raisha.” Sahutku.
Dia tersenyum lagi. Kali ini panah cupid benar-benar menusuk
hatiku. Aku jatuh hati. Beberapa menit selanjutnya kami lalui dengan
terdiam. Entah apa yang ada dalam pikirannya, yang jelas saat itu aku
berpikir apa aku sedang bersama Takuya Kimura? It”s silly...jelas-jelas
namanya adalah Matsumoto Shinoda. Tiba-tiba saja Noda mengalihkan
pandangannya ke arahku.
“I’m tourist here. I’ve just arrive here yesterday. So I need someone
to be my guide here...and... .” Jelasnya.
“So... ?” aku menunggunya melanjutkan kalimatnya.
“I think I need Raisha-san help.” lanjut Noda.
Aku kaget. Terus terang saja bahasa Jepang aku sama sekali tidak
bisa, bahasa Inggris tidak terlalu becus. Lalu kami mau menggunakan
bahasa apa? Apa kami harus menggunakan bahasa tarzan?
“Sorry, what do you mean with you need my help?” tanyaku tidak
mengerti.
“I want Raisha-san to be my guide for a week here.” Jawab Noda to
the point.
Kala itu aku bukan lagi kaget, tapi seperti habis menjalankan shock
terapi. Aku senang kalau bisa jadi guide Noda selama seminggu, yang
artinya aku bisa sering bertemu dengannya. Tapi yang aku takutkan
adalah komunikasi kami tidak akan lancar. Berhubung kami hanya
menguasai bahasa negara kami masing-masing.
Aku diam tapi berpikir. Noda adalah tipe orang yang aku suka, terus
terang, ramah, dan yang paling penting dia mirip dengan Takuya Kimura.

“You want me to be your guide, huh?”


Dia mengangguk cepat sambil tersenyum senang. Tuhan, kenapa
dia memperlihatkan senyum seperti itu padaku? Aku jadi tidak tega
menolak permintaannya.
“Are you sure not made a mistake?” tanyaku lagi. Dan kali ini dia
menggeleng cepat, lagi-lagi dengan senyumannya itu.
Aku pun berakhir pasrah dengan menjawab , “Ok, then.” Untuk
permintaannya. Untuk cowok sekelas Noda, aku tidak akan menolak.
Sekali lagi karena dia mirip Takuya Kimura.

***
Tidak terasa aku sudah menemani Noda berkeliling Makassar.
Bahkan bukan hanya Makassar saja, waktu satu minggu yang dia
jadwalkan untuk berada di Sulawesi ini aku kacaukan dengan
mengajaknya ke berbagai tempat wisata. Aku menantangnya untuk
mengunjungi Tana Toraja, mengunjungi Malino, dan beberapa tempat
wisata lainnya yang tidak mungkin dikunjungi hanya dalam waktu
seminggu saja.
Aku dan Noda sudah bersama selama sebulan ini. Banyak tempat
yang aku kunjungi bersamanya. Sudah banyak senyuman yang tersimpan
di kamera digitalku. aku sendiri tidak tahu sudah berapa banyak fotoku
yang ada di dalam kamera digitalnya.
“Raisha-chan... .” dia tidak memanggilku dengan embel-embel san
lagi. Karena dia menilai kami sudah cukup dekat.
“... .” aku tidak menyahut tapi menanti kelanjutan kalimatnya.
Noda menggenggam tanganku. Dia tersenyum. Senyum yang
selama ini selalu aku lihat dan membuat aku jatuh hati.
“Arigatou gozaimasu. Thank’s a lot and terima kasih banyak.” Dia
mengucapkan kata terima kasih dengan tiga bahasa, dasar Noda konyol.
Yang lebih konyol karena aku berharap kalau dia akan mengatakan
sesuatu yang lebih berarti untukku.
“Doumo. Your welcome. It’s not a big deal. But you must pay it
when I go to Japan. I want Noda-chan be my guide.”
“Sure...my pleasure be guide for princess like you.” Jawabnya.
Lagi-lagi kami terdiam. Mata Noda menyiratkan masih ingin
mengatakan sesuatu. Tapi dia ragu. Dan aku juga ingin mengatakan
bahwa kebersamaan kami selama ini begitu berarti buatku. Hanya saja
aku tidak berani. Bandara Hasanuddin ini terasa sunyi, dalam keterdiaman
kami masing-masing.
Sampai akhirnya tiba saat benar-
benar aku harus berpisah dengan Noda,
tanpa mengatakan kalau aku tidak ingin dia
kembali ke negaranya. Cowok yang hanya
terpaut 2 tahun lebih tua dariku itu
memandangku. Dia menjabat tanganku.
Kemudian punggungnya pun perlaha
menjauh dan semakin menjauh sampai
akhirnya tidak terlihat sama sekali. Aku
akan merindukannya kurasa.

***

Seminggu setelah kepergian Noda...


‘ You`ve got mail...You`ve got mail... .’
Aku membuka folder inbox di emailku. Dan di sana ada email dari Noda.
Helo, my princess...
Miss your smile more than you know I guess. I’ve lie to my own self. That’s why I
send you this mail. I want you to know about my feeling is.
I think I’m fallin’ to you...I’ll met you at the same time, same place next year. I
hope you’ll come to met me too.
Wish you feel same what I feel.
Love much,
Matsumoto Shinoda

Tanpa aku sadari aku tersenyum sendiri. Aku bergumam ‘pasti aku akan
datang ke tempat pertama kali kita ketemu.’ Sekarang aku hanya menanti
dan tidak tahu harus membalas email ini seperti apa. Ternyata cintaku
tertambat pada seorang Nihonjin.

Helo, my prince.....
......................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai