Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

Definisi dari Fluida


Mekanika fluida adalah disiplin ilmu bagian dari bidang mekanika terapan yang
membahas perilaku fluida, baik yang dalam keadaan diam atau yang dalam keadaan bergerak.
Fluida didefinisikan sebagai zat (substance) yang akan mengalami perubahan bentuk (deform)
secara kontinu karena adanya tegangan geser (shear/tangential stress) sekecil apapun yang
bekerja pada zat tersebut.

- Tegangan didefinisikan sebagai sebagai gaya per satuan luas


- Tegangan mempunyai besar (gaya persatuan luas) dan arah.
- Berdasarkan arah relatif terhadap permukaan di mana tegangan bekerja , tegangan
dibedakan menjadi dua, yaitu tegangan normal (normal stress) dan tegangan geser
(shear stress).

 No slip condition : bilamana suatu fluida berhubungan langsung (direct contact) dengan
permukaan padat, maka fluida tersebut mempunyai kecepatan yang sama dengan batas
permukaan padat (solid boundary) dan tidak ada slip pada batas permukaan padat tersebut.

1
Scope dari Mekanika Fluida
Pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (understanding) terhadap prinsip dasar dan
konsep dari mekanika fluida, diperlukan guna melakukan analisis terhadap suatu sistem
dalam mana fluida merupakan medium kerja (working medium) dari sistem tersebut.
Sistem yang menggunakan fluida sebagai medium kerja antara lain :
 Kendaraan transportasi
 Mesin fluida (fluid machinery)
 Heating & ventilating
 Sistem perpipaan (pipeline system)
Persamaan Dasar
Analisis dalam masalah mekanika fluida dengan menggunakan persamaan dasar berikut :
1. Konservasi massa
2. Hukum Newton kedua
3. Angular momentum
4. Hukum termodinamika I
5. Hukum termodinamika II

Metode Analisis
Dalam memecahkan masalah mekanika fluida, maka digunakan sistem dan volume
atur (control volume – CV).

Sistem dan Volume Atur


Sistem : didefinisikan sebagai massa tetap dengan jumlah (quantity) tertentu (fixed,
identitiable), pada mana batas sistem (system boundary) memisahkan sistem tersebut
terhadap sekelilingnya (the surrounding).
Contoh sistem : pasangan (assembly) piston dan silinder dengan gas didalamnya.

Batas sistem
 Gas dalam silinder merupakan sistem
 Bila piston bergerak, maka batas sistem juga bergerak

2
 Panas dan kerja dapat melewati batas sistem
 Jumlah massa dalam batas sistem tetap, tidak ada perpindahan massa (mass transfer)
yang melewati batas sistem.

Dalam mekanika fluida, dijumpai masalah yang menyangkut aliran massa dari fluida
misalkan pada kompresor, turbin, aliran dalam pipa, nozzle, dan sebagainya.
Dengan demikian untuk aliran massa fluida, sulit untuk mengamati suatu massa yang tetap
dengan jumlah yang tertentu. Untuk mengatasi hal ini, maka analisis dilakukan dengan
menentukan volume atur (control volume – CV).
Control volume : didefinisikan sebagai volume sembarang dalam ruangan, memalui mana
fluida mengalir. Batas geometri dari CV disebut permukaan atur (control surface – CS).
CS dapat perupakan permukaan real atau imaginair, dapat diam atau bergerak.

Contoh : CV dalam pipa, dinding dalam dari pipa merupakan CS real, sedang
permukaan vertikal dari CS imaginair. CV disebut juga sistem terbuka.

Pendekatan differensial Vs Integral


Persamaan dasar yang digunakan dalam mempelajari mekanika fluida, dapat
dirumuskan dalam bentuk differensial (term of infinitesimal) dan dalam bentuk
integral (finite) atau CV.
Jika dirumuskan dalam bentuk differential, maka akan dihasilkan persamaan
differential yang jika diselesaikan akan diperoleh gambaran detail kelakuan aliran
fluida →differential approach.
Seringkali dalam permasalahan, tidak diperlukan pengetahuan detail dari aliran
fluida. Oleh sebab ini maka digunakan rumusan integral menggunakan CV → integral
approach.

3
Metode Deskripsi
Bilamana pada suatu permasalahan ternyata (sejumlah) massa tertentu dapat diikuti
perkembangannya, maka digunakan metode deskripsi yang mengikuti perkembangan
partikel massa tersebut. Metode deskripsi ini disebut metode deskripsi “Lagrangian”.

Contoh : Penggunaan Metode Deskripsi Lagrangian


Tekanan udara terhadap suatu benda berbentuk bola (dengan massa 200 gr) diberikan
dalam bentuk f  2  10 4 v 2 , dimana f dalam Newton dan v dalam m/s. Bilamana
bola jatuh dari keadaan diam setinggi 500 m di atas permukaan tanah, tentukan
kecepatannya pada saat jatuh ke tanah dan kecepatan terminal–nya (terminal speed).
Jawab :

mg

yo

y
F
x

Persamaan dasar :
F ma

Elemen massa m dapat diikuti perkembangan geraknya.


Persamaan gerak massa m :
dv
F y
 m ay m
dt
Karena v merupakan fungsi dari y, maka :
dv dv dy
v  v  y → F y m
dt
m
dy dt
(1)

Sedang dari diagram dapat ditentukan :


F y  f -m g  k v2 - m g (2)
(1) = (2)
dv dy
m  k v2 - m g
dy dt

Dimana k = 2 x 10-4 Ns2/m2

4
dv
Hingga mv  k v2 - m g
dy

m v dv
dy 
kv 2  mg
v
 y dy 
m v dv
y0
0 kv 2  mg
v

 y  y0  ln  k v 2  m g  
m 
Diperoleh 
 2k 0

k v2  m g
Atau  y  y0  
m
ln
2k mg
 2k 
k v2  m g  m  y  y0  
 m g e  

1
1   2k
 y  yo    2
v    m g 1  e

 m  
 k  
 

Substitusi besaran ke dalam persamaan di atas :


1
   2210 4


 500   2
v m
  0,2 kg  9,81 2 
m2

N s2 
 1  e

 0, 2  

 s 4
2  10 N s 2
kg m  
  

 78,7 m s (arah sb. y negatif)

Kecepatan terminal :
ay 0 → F y 0  k vt - m g
2

Maka :
1

vt m g 2

 k 
1
 m m2 N s2  2
 0,2 kg  9,81 2  
 s 4
2  10 N s 2
kg m 

 99,0 m s (arah sb. y negatif)

Fluida dapat dipandang terdiri dari partikel dalam jumlah yang sangat besar,
dalam mana gerakan partikel tersebut harus dinyatakan dalam rumusan tertentu. Hal
ini sangat sulit untuk dilaksanakan, oleh sebab ini deskripsi yang mengikuti
perkembangan gerak partikel tidak mungkin dilaksanakan.
Untuk merumuskan fluida yang demikian itu, maka diguanakan metode deskripsi
“Eulerian” atau deskripsi medan (field). Fluida ditentukan sifat alirannya pada suatu
5
titik tertentu dalam ruang, sebagai fungsi dari waktu. Contoh : medan kecepatan
(velocity field) :
v  v  x, y , z , t 

Dimensi dan Satuan


Dimensi merupakan besaran fisik (physical quantities) yang terukur (measurable
quantities), misalkan : panjang, waktu, massa, dan temperatur.
Kuantitas dibagi dua grup :
 Kuantitas primer
 Kuantitas sekunder
Kuantitas primer : besaran fisik yang digunakan untuk menentukan skala ukuran.
Kuantitas sekunder : besaran fisik yang dapat dinyatakan dalam kuantitas primer.
Kuantitas primer → dimensi primer
Kuantitas sekunder → dimensi sekunder
Dimensi primer : Panjang (L), massa (M), waktu (t), temperatur (T)

Sistem Satuan
 Sistem Gravitasi Inggris (British Gravitational (BG) System)
- Satuan panjang : ft (feet)
- Satuan waktu : detik (seconds)
- Satuan massa : slug
- Satuan gaya : pound (lb)
1 lb = (1slug).(1ft/s2)
- Temperatur : derajat Fahrenheit (OF) atau satuan temperatur mutlak adalah
derajat Rankine (OR). O
R = O F + 459,67
- Berat W ( merupakan gaya karena gravitasi ,g)
W = m.g
Dalam satun BG : W (lb) = m (slug). g (ft/s2), g = 32,174 ft/s2
 Sistem Internasional (SI)
- Satuan panjang : m (meter)
- Satuan waktu : detik (seconds)
- Satuan massa : kg
- Satuan gaya : Newton (N)
1 N = (1 kg).(1m/s2)

6
- Temperatur : derajat Kelvin (OK) adalah satuan temperatur mutlak
O
K = O C + 273,15

- Berat W ( merupakan gaya karena gravitasi ,g)


W = m.g
Dalam satun BG : W (lb) = m (kg g (m/s2), g = 9,81 m/s2

 Sistem Teknik Inggris (English Engineering (EE) System)


- Satuan panjang : feet (ft)
- Satuan waktu : detik (seconds)
- Satuan massa : pound massa (lbm)
- Satuan gaya : pound (lb)
Untuk membuat persamaan yang menyatakan hukum kedua Newton dimensinya
homogen, maka dituliskan :

gc = konstanta kesebandingan.
Untuk sistem EE, gaya 1lb didefinisikan sebagai gaya yang memberikan massa
1 lbm percepatan gravitasi standar yang besarnya diambil 32,174 ft/s2.
Sehingga :

- Berat W
Dalam sistem EE, berat dan massa dihubungkan dengan persamaan :
mg
W 
gc
Karena 1 lb memberikan massa 1 lbm percepatan sebesar 32,174 ft/s 2 dan massa 1
slug percepatan sebesar 1 ft/s2, maka :
1 slug =32,174 lbm

7
- Temperatur : derajat Rankine(OR) adalah satuan temperatur mutlak

BAB 2
KONSEP FUNDAMENTAL

Fluida Sebagai Suatu Continuum


Fluida terdiri dari molekul – molekul yang bergerak secara konstan. Tetapi dalam
aplikasi di bidang rekayasa (engineering), kita berkepentingan pada efek
macroscopic/efek rata – rata dari banyak molekul. Efek macroscopic inilah yang
biasanya diamati dan diukur. Sebagai contoh efek tekanan dari gas. Untuk tujuan ini,

8
maka fluida diperlakukan sebagai substansi yang dapat dibagi secara tak terhingga atau
continuum. Dan dengan demikian kita tidak perlu mengamati dan mengukur kelakuan
dari molekul secara individual.
Dengan pengandaian (assumption) fluida sebagai continuum, maka pengamatan dan
pengukuran dapat dilakukan pada substansi – substansi kecil (bagian dari substansi
fluida), untuk menentukan sifat (property) dari fluida. Karena substansi –substansi kecil
tersebut berada pada suatu titik dalam ruang (koordinat) dan sifat (property) dari masing
– masing substansi kecil ini tergantung pada waktu, maka sifat dari fluida merupakan
fungsi dari posisi koordinat dan waktu (misalkan density, temperatur, kecepatan, dan
sebagainya).
Contoh : menentukan property fluida pada suatu titik, misalnya property tersebut adalah
density.

Suatu bagian dari fluida, akan ditentukan density pada titik C (x0, y0, z0). Density rata –
rata dalam volume V adalah :
m

V
Pengukuran pada titik – titik lainnya pada bagian fluida dapat dilakukan dengan cara
yang sama. Bila pengukuran dilakukan serentak pada banyak titik, maka diperoleh
distribusi dari density sebagai fungsi dari koordinat ruang. Dan dapat dituliskan :
    x, y , z 

Karena density pada suatu titik dapat berubah menurut waktu, disebabkan adanya
kerja oleh/pada fluida dan/atau adanya perpindahan panas, maka density dari fluida dapat
ditulis secara lengkap sebagai berikut :
    x, y , z , t  → density field

Yang merupakan property fluida/aliran fluida pada suatu titik dalam ruang sebagai fungsi
dari waktu → Eulerian/field description.

9
Sifat (property) fluida selain densitas :

a. Volume jenis (specific volume ) :

b. Berat jenis (specific weight) :

c. Spesific gravity :
Merupakan perbandingan densitas suatu fluida dengan densitas air pada temperatur tertentu

d. Viskositas
Sifat fluida yang menggambarkan hubungan antara tegangan geser yang bekerja dengan
laju deformasinya.

Fx dFx
Tegangan geser  yx  lim 
Ay 0 A y dA y

diamana A y = elemen luasan fluida yang digeser oleh plat.


Selama selang waktu t → elemen fluida terdeformasi dari posisi M N O P ke M’ N O P’

Kecepatan deformasi (deformation rate)  lim
t  0 t

Sedang L  u t
L   y

10
 u
maka 
t y

d du
diambil limit → dt  dy

Dengan demikian, bila suatu elemen fluida dikenai tegangan geser  yx , maka akan

du
terdeformasi dengan kecepatan deformasi .
dy

d.1 Fluida Newtonian


Untuk fluida Newtonian berlaku
du
 yx 
dy

Setiap fluida Newtonian memiliki sifat melawan (resistance) yang berlainan terhadap
deformasi karena/akibat teganagn geser yang sama. Sifat ini ditunjukkan oleh besaran
viskositas absolut/viskositas dynamic μ. Dengan demikian hukum viskositas Newton
untuk aliran satu dimensi dapat ditulis :
 yx
du 
 yx  atau  du 
dy  
 dy 

contoh fluida Newtonian : air.


Satuan Viskositas Absolut
N sec F t
SI = 2
 Pa sec →
m L2
g
Metrik absolut =  poise
cm sec
Satuan Viskositas Kinematik



M
dimana  = massa jenis/density → 3 = S.G x  H 2O
L
Satuan viskositas kinematik:
cm 2 m2
Metrik absolut :  stoke ; SI :
sec sec

Pengaruh temperatur terhadap viskositas

11
Untuk gas : bila temperatur meningkat maka viskositas juga meningkat
Untuk cairan : bila temperatur meningkat maka viskositas menurun

Contoh

Profil kecepatan linier dalam fluida antara dua plat paralel (infinite)
μ = 0,65 x 10-3 kg/(m.sec)
SG = 0,88
Hitung : a)  dalam m2/sec
b)  pada plat bawah
Jawab:
Dimisalkan :
i) distribusi kecepatan linier
ii) steady flow
iii) μ = konstan
 
a)   
 SG x  H 2O

kg 1 m3
 10 3  0,65   7,39  10  7 m 2 / s
m . s  0,88  1000 kg

 kg m 1
b) bawah   0,65  10 3  0,3   0,650 Pa
a ms s 0,3  10 3 m

d.2 Non Newtonian Fluids


Adalah fluida dimana tegangan geser yang dikenakan padanya tidak menyebabkan
kecepatan deformasi (deformation rate) yang sebanding dengan tegangan geser itu.
Persamaan umum :
a. Time Independent Fluid
Nilai viskositas apparent tidak berubah terhadap waktu
a.1 Power Law Model
n
 yx  du 
 k  
 dy 

12
n = flow behaviour index
k = consistency index
bila n = 1 ; k = μ → fluida Newtonian
Persamaan di atas juga dapat ditulis :
n 1
 yx  du  du du
 k   
 dy  dy dy
n1
 du 
dimana   k   = apparent viscosity (viskositas semu)
 dy 
du
Bila n < 1 → meningkat →  mengecil = pseudoplastis (bubur kertas)
dy

Bila n = 1 →  = k = μ = Newtonian (air)


du
Bila n > 1 → meningkat →  meningkat = dilatant (suspensi pasir)
dy

a.2 Bingham Plastic


Bilamana fluida berperilaku sebagai zat padat hingga suatu harga  y (yield
stress), di atas harga mana memperlihatkan hubungan linier antara stress dan
kecepatan deformasi :
du
 yx   y   p
dy

Contoh : clay suspension, drilling mud, toothpaste.

b. Time Dependent Fluid


Nilai viskositas apparent berubah terhadap waktu
- Thixotropic fluid

13
Bila t meningkat →  mengecil , pada tegangan geser konstan.
Contoh : cat
- Rheopatic fluid
Bila t meningkat →  meningkat , pada tegangan geser konstan → rheopectic
- Visco elastic fluid : fluida yang sebagian dapat kembali ke keadaan/bentuk asli
bila tegangan geser yang bekerja padanya ditiadakan.

e. Tegangan Permukaan (σ)


 Terjadi pada antara muka fluida yang berbeda karakter fisiknya. Contoh pada
permukaan antara cairan dan gas.
 Pada bagian dalam cairan suatu molekul dikelilingi molekul lain, dan rata – rata gaya
tarik menarik sama pada segala arah.
 Pada permukaan, tidak ada tarikan keluar untuk mengimbangi tarikan dari molekul di
dalam partikel cairan. Hal ini menyebabkan cairan pada permukaaan tertarik ke dalam,
sehingga menyebabkan tegangan pada seluruh permukaan yang disebut tegangan
permukaan. Tegangan permukaan (σ) didefinisikan juga persatuan panjang.

- Tegangan permukaan dalam satu butir tetasan zat cair dapat dihitung dengan
menggunakan diagram bebas sebagai berikut :

Gaya-gaya yang bekerja pada separuh bagian dari butiran zat cair.

Gaya yang timbul di sekeliling tepinya karena tegangan permukaan adalah :

14
Gaya ini harus diimbangi oleh perbedaan tekananan p antara tekanan pada bagian dalam
pi dan tekanan luar pe yang bekerja pada permukaan bundar R2, sehingga :

Atau

- Fenomena yang berhubungan dengan tegangan permukaan adalah ketinggian cairan


pada pipa kapiler

Diasumsikan permukaan antar muka berupa permukaan sperical.


D/2
→ Cos  D = diameter pipa kapiler
R
D
R  R = radius permukaan
2 cos 
Dengan menggunakan persamaan :
2
P1  P2 
R
2 4  cos 
P1  P2  
D /  2 cos   D

P1  P2  P   g h
4  cos 
h 
gD

15
f. Kompresibilitas Fluida

P P + dP

V
V + dV

Bulk modulus ( Ev )
Menyatakan perubahan volume fluida dengan massa tertentu bila diberi tekanan.
Bulk modulus ( Ev ) didefinisikan :
dP dP
 
Ev dV d 
V
Tanda (-) menunjukkan bahwa naiknya tekanan menyebabkan penurunan volume.
→ Liquid : incompressible E v >>
Gas : compressible E v <<

Medan Kecepatan (Velocity Field)

16
Kecepatan pada suatu titik pada suatu medan aliran dissebut medan kecepatan. Medan
kecepatan dapat dinytakan dalam bentuk persamaan sebagai fungsi ruang (x,y,z) dan
waktu (t) sebagai berikut :
v  v  x , y, z , t 
 

Berbeda dengan medan density yang merupakan medan skalar, maka medan kecepatan

merupakan medan vektor. Vektor kecepatan v ditulis dalam bentuk :

 ^ ^ ^
vui v yw k
Dalam mana u, v, w merupakan fungsi dari x, y, z, dan t.

Bilamana properties dari fluida pada tiap titik tidak berubah dengan waktu, maka aliran
fluida disebut steady. Secara matematis, definisi dari steady flow adalah :

0
t
Dimana  = sembarang property dari fluida
Untuk steady flow, maka :

 0 →     x , y, z 
t
v
 0 → v  v  x , y, z, 
t
Aliran Satu, Dua, dan Tiga Dimensi
Suatu aliran diklasifikasikan sebagai satu, dua, atau tiga dimensi, tergantung pada
jumlah koordinat ruang yang diperlukan dalam menentukan “medan kecepatannya”.
Contoh :
v  v  x , y, z , t 
 
adalah aliran tiga dimensi, unsteady
v  v  x , y, z  adalah aliran tiga dimensi, steady
 

Meskipun kebanyakan medan dari aliran fluida adalah tiga dimensi, tetapi analisis
yang didasarkan pada dimensi yang lebih sedikit dapat juga digunakan.

 Contoh : Aliran steady melalui pipa lurus panjang dengan penampang konstan. Pada
lokasi cukup jauh dari lubang masuk, distribusi kecepatan fluida dapat dituliskan
sebagai:
  r 2 
u  u max 1    
  R  

17
Dalam hal ini, medan kecepatan hanya merupakan fungsi dari r saja : u  u  r  dan aliran
merupakan aliran satu dimensi.

 Contoh : aliran dua dimensi

 Aliran Uniform (Uniform Flow)

Dalam aliran uniform, maka kecepatan adalah konstan pada setiap penampang yang tegak
lurus arah aliran. Dengan demikian, medan kecepatan hanyalah merupakan fungsi dari x :
v  v  x  → aliran uniform pada suatu penampang
 

 Uniform Flow Field


Medan aliran uniform merupakan suatu aliran dimana arah dan besar dari vektor
kecepatan adalah konstan tidak tergantung pada koordinat ruang.

Timelines, Pathlines, Streaklines, dan Streamlines

18
Timelines : merupakan garis /lintasan yang dibentuk oleh sejumlah partikel pada saat
yang sama

Contoh : fluida yang dikenai gaya geser konstan, fluida mengalami deformasi
kontinu
→ yang dapat ditunjukkan oleh timelines

F
t1 t2 t3

t0 timelines
pada saat t0,
t1, t2, t3

Pathlines : merupakan lintasan/trajectory yang dibentuk oleh partikel fluida


yang bergerak

pathline
Aliran fluida s

Streaklines : gabungan dari lintasan selumlah partikel – partikel yang tiap


partikel pernah melewati satu titik yang sama dalam ruang aliran
fluida

streaklines
Aliran fluida es
Titik tetap

Streamlines : garis singgung terhadap vector kecepatan di seluruh medan aliran


(flow field). Dimana garis singgung tersebut di setiap titik dan
setiap saat merupakan arah dari aliran.

19
Arah aliran

streamlines
(tidak berpotongan)

Pada aliran steady, kecepatan partikel pada tiap titik dalam medan aliran (flow
field) tidak berubah menurut waktu (arah maupun besarnya), dan vektor kecepatan
hanya merupakan fungsi dari koordinat ruang
v  v  x , y, z 
 

→ Streamlines tidak berubah


→ Partikel yang berada pada satu streamlines akan tetap berada pada streamlines
tersebut

Contoh soal 2.1 Streamlines dan pathlines dari aliran dua dimensi
^ ^
Suatu medan kecepatan diberikan dalam persamaan v  a x i  a y j dimana kecepatan

dalam m/s, x dan y dalam meter, dan a = 0,1 s-1. Tentukan :


a) Persamaan streamlines
b) Kecepatan partikel pada titik (2, 8, 0)
c) Letak partikel pada t = 20 sec
d) Kecepatan partikel pada t = 20 sec
e) Persamaan pathlines

Jawab :
^ ^
Medan kecepatan  -1
v  a x i  a y j , x dan y dalam meter, a = 0,1 s .
a) Persamaan streamlines melalui titik (x0, y0, 0) = (2, 8, 0)

20
^ ^
Persamaan umum medan kecepatan v  u i  v j

Streamlines adalah garis yang digambar dalam medan aliran, sedemikian yang pada saat
tertentu menyinggung arah aliran pada tiap titik. Dengan demikian :
dy v ay y
  
dx streamlines u ax x
dy y dy dx
atau  → 
dx x y x
dy dx
diintegralkan   
y x
→ ln y   ln x  c
atau xy =c
Bila streamlines melalui titik (x0, y0, 0) = (2, 8, 0), maka 2x8=c→ c = 16
Dan persamaan streamlines tersebut adalah xy = 16

b) Kecepatan partikel pada titik (2, 8, 0)



v  ^ ^
 x i  y j
a 
 

 0,1 sec 1  2 i  8 j

 0,2 i - 0,8 j m/sec

c) Pada saat t0 = 0, partikel berada pada titik (2, 8, 0)

Kecepatan partikel diberikan dalam persamaan  ^ ^ ^ ^


v  a x i  a y j  u i v j
Dengan demikian, komponen kecepatan partikel :
dx
up   ax
dt
dy
vp    ay
dt
dx dx
Dari  ax →  a dt
dt x
x dx t x
   a dt → ln at (1)
x0 x 0 x0

dy dy
Dari  ay →   a dt
dt y

21
y t
dy y
   a  dt → ln   a t (2)
y0 y 0 y0

Dari (1) dan (2) diperoleh :


x  x 0 e at ; y  y 0 e at

untuk t = 20 sec
x = 2 m e 0,1 x 20 = 14,8 m
x = 8 m e -0,1 x 20 = 1,08 m
Dengan demikian, kedudukan partikel pada t = 20 sec adalah (14,8 , 1,08, 0)

d) Kecepatan partikeal pada t = 20 sec



v  ^ ^
 x i  y j
a 
 

 ^ ^
 0,1 14,8 i  1,08 j 
 

m/sec
 ^ ^
 1,48 i  0,108 j
 

e) Persamaan pathlines
Kedudukan/posisi partikel tiap saat
x  x 0 e at ; y  y 0 e at

x y0
e at  x e at 
0 y

Hasil di atas dipersamakan :


x y
 0
x0 y
atau xy = x0 y0 atau xy = 16 yang juga merupakan persamaan streamlines (steady
flow)

2.3 Medan Tegangan


Gaya F :
a) Surface force (FS)
b) Body force (FB)
F  FS  FB

22
 Surface Force (Gaya Permukaan)
Segala gaya yang bekerja pada perbatasan (boundary) dari suatu media melalui kontak
fisik secara langsung.
Contoh : gaya tekan, gaya gesek

 Body Force (FB)


Segala gaya yang bekerja pada volume fluida tanpa adanya kontak fisik secara
langsung, dan terdistribusi secara merata dalam volume fluida.
Contoh : gaya berat gravitasi  g dV
Tegangan pada suatu media : merupakan gaya yang bekerja pada suatu bagian/luasan
dari media. Karena gaya adalah vektor dan luasan adalah vektor, maka medan
tegangan mungkin bukan medan vektor.

Fn
n  lim
An0 A
n

Ft
n  lim
An 0 A
n

n = vektor satuan yang menunjukkan orientasi/arah dari luasan δA. n


tegak lurus δA.

23
Fx
 xx  lim → tegangan pada bidang x dalam arah x
Ax0 A
x

Fy
 xy  lim → tegangan pada bidang x dalam arah y
Ax 0 A x

Fz
 xz  lim → tegangan pada bidang x dalam arah z
Ax0 A
x

 xx = bekerja tegak lurus bidang → tegangan normal


 xy ,  xz = bekerja menggeser bidang → tegangan geser

Dari 18 tegangan yang ada, terdapat 9 pasang tegangan untuk


menyatakan/menspesifikasikan tegangan pada satu titik :
  
  
xx xy xz

T 
  
yx yy yz

zx zy zz

2.7 Deskripsi dan Klasifikasi Gerak Fluida

Continuum
Fluid Mechanics

Inviscid Viscous
μ=0

Laminar Turbulent

Compressible Incompressible Internal External

2.7.1 Aliran Viscous dan Inviscid


Aliran inviscid : aliran dimana viskositas fluida diasumsikan = 0 (μ = 0) →  yx = 0

24
Aliran viscous : aliran dimana viskositas fluida menyebabkan timbulnya tegangan

du
geser  yx   .
dy

Boundary layer : adalah lapisan tipis dimana terdapat tegangan geser  yx . Di luar BL,
maka tegangan geser  yx = 0 dan merupakan aliran inviscid.
No slip condition : pada dinding padat (flat plate)

Incompressible flow pada silinder

A = titik stagnasi
B = titik dimana kecepatan maksimum ; tekanan minimum
D = titik separasi, kecepatan minimum ; tekanan maksimum

Inviscid flow : aliran simetri terhadap sumbu x dan y

25
Pada viscous flow :
Pada region antara A – B karena tekanan berkurang secara kontinyu dari A → B, maka
elemen fluida dalam boundary layer mengalami “gaya tekan” (net pressure force)
searah aliran. Gaya tekan ini > tekanan gaya gesek → elemen fluida tetap bergerak
dalam arah aliran.

Elemen fluida di belakang titik B :


Tekanan naik dalam arah aliran → fluida mengalami “gaya tekan” (net pressure force)
berlawanan dengan arah aliran. → Pada satu saat momentum fluida dalam boundary
layer tak mampu mengatasi gaya gesek. Lapisan fluida yang berdampingan dengan
permukaan padat berhenti bergerak → separasi → aliran memisah dari permukaan
padat.

Wake : region bertekanan rendah yang terjadi karena terpisahnya boundary layer. →
terjadi ketidakseimbangan gaya dalam arah aliran → timbul “pressure drag”.
Ukuran wake meningkat → pressure drag/gaya hambat drag FD meningkat
Ukuran wake mengecil → pressure drag/gaya hambat drag FD mengecil

Streamlining membuat penurunan tekanan terjadi secara berangsur – angsur perlahan


pada jarak yang panjang.
→ Separasi terjadi jauh di belakang. Wake menjadi sempit ukurannya. Drag force
menjadi kecil

26
2.7.2 Aliran Laminar dan Turbulen
Aliran laminar : struktur aliran berkarakteristik gerakan halus dan merata (smooth),
dalam lapisan – lapisan atau laminar. → tidak ada pencampuran
makroskopik antara lapisan fluida.

Aliran turbulen : struktur aliran berkarkteristik gerak tak beraturan (random) dalam
tiga dimensi dari partikel – partikel fluida.

2.7.3 Aliran Compressible dan Incompressible


Aliran compressible : adalah aliran fluida dalam mana variasi density tidak dapat
diabaikan → ρ  konstan
Aliran incompressible : adalah aliran fluida dalam aman variasi density dapat diabaikan
→ ρ = konstan
Bilangan Mach (M) :
i) tak berdimensi
ii) untuk menentukan apakah aliran gas compressible atau incompressible
v
M 
C
dimana: v = kecepatan aliran, C = kecepatan rambat bunyi
Bila : M < 0,3 → aliran incompressible
M > 0,3 → aliran compressible

2.7.4 Aliran Internal dan External

27
Aliran internal : aliran dimana fluida yang mengalir seluruhnya dilingkupi oleh
permukaan padat (solid surface) misal : aliran dalam pipa.

Aliran external : aliran dimana fluida mengalir melingkupi benda padat, contoh :

aliran plat datar, aliran pada silinder.

Untuk aliran incompressible melalui pipa, untuk menentukan apakah alirannya laminar
atau turbulen digunakan angka/bilangan Reynold (Re) → tanpa dimensi.
vL
Re 

dimana : L = panjang karakteristik

v
ρ D
μ

Untuk aliran dalam pipa :


vD
L=D Re 

Bila : Re < 2.300 → aliran laminar


Re = 2.300 → aliran transisi
Re > 2.300 → aliran turbulen

28

Anda mungkin juga menyukai