PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Listrik merupakan bentuk energi yang paling manfaat dan tepat bagi
kehidupan manusia modern seperti sekarang ini, dimana energi listrik
mempunyai satu fungsi yang fundamental yang dapat memberikan suatu
kebutuhan atau pelayanan bagi daya listrik yang diperlukan oleh konsumen.
Untuk mengatasi berkurangnya pasokan energi, maka pemerintah telah
dan akan membangun pusat pembangkit listrik yang berdaya besar. Daya
listrik tersebut akan disalurkan ke pusat beban melalui saluran transmisi dan
saluran distribusi.
Penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban
menggunakan saluan tansmisi yang bertegangan 500 KV dan 150 KV. Daya
listrik pada saluran transmisi bertegangan tinggi tersebut diubah menjadi daya
listrik yang bertegangan menengah, disalurkan pada jaringan distribusi primer
ke gardu hubung atau menuju langsung pada distribusi.
Pada gardu distribusi, daya listrik tersebut diturunkan tegangan
menggunakan transformator distribusi menjadi tegangan menengah
(500kV/150kV menjadi 20kV/11kV) dan langsung disalurkan pada konsumen
melalui jaringan tegangan rendah (380V/220V). Pada suatu sistem penyaluran
sistem tenaga listrik baik memakai sistem transmisi, sub transmisi maupun
distribusi ada kemungkinan besar akan terjadi drop tegangan.
Drop tegangan dapat juga terjadi karena penghantar yang dipakai
mempunyai tahanan. Oleh karena itu, penyaluran jarak jauh sangat
memungkinkan terjadinya drop tegangan dan memegang peranan penting.
Akibat dari kerugian tersebut maka akan timbul rugi-rugi daya atau rugi
tegangan, apabila rugi-rugi daya tersebut dinilai dengan uang maka
kehilangan daya sebesar 1% di sistem kelistrikan PLN setara kurang lebih
dengan kerugian finansial sebesar satu triliun rupiah pertahun (Subiyanto 12
Maret 2008). Pada sisi lain, nilai daya yang hilang di sistem kelistrikan PLN
akibat pencurian daya nilainya juga cukup besar, yaitu sekitar 11.44 persen
dari total produksi daya yang dihasilkan PLN secara nasional. Kehilangan
daya ini mengakibatkan kerugian finansial yang nilainya bahkan lebih besar
dari margin keuntungan PLN, merupakan pemborosan atau rugi biaya. Rugi
biaya ini dapat diperkecil jika berhasil memperkecil rugi-rugi daya dan
permasalaan yang ada pada saluran tersebut seminimal mungkin.
2. Rumusan Masalah
1. Berapa besar arus dan tegangan pada
jaringan distribusi ke panel Prambanan.
2. Bagaimana cara / metode untuk
memperbaiki drop tegangan pada jaringan
tersebut yang paling ekonomis.
3. Batasan Masalah
1. Pembahasan tugas akhir ini dapat dicapai sasaran yang diinginkan,
maka lingkup pembahasannya dibatasi pada berapa rugi-rugi daya
dan tegangan yang terjadi pada jaringan distribusi panel utama
Prambanan.
2. Sofware yang digunakan jenis Elektrikel Designer’s
Reference, NEC 2005 version
II. TUJUAN dan MANFAAT
Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi drop tegangan pada panel utama
Prambanan.
2. Mengetahui metode perbaikan pada jaringan tersebut dengan biaya
paling murah.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan pada penulisan tugas akhir ini antara lain
adalah:
1. Menambah pengetahuan pada bidang elektro, khususnya
konsentrasi sistem tenaga listrik dalam hal drop tegangan
2. Dapat memperkecil drop tegangan yang terjadi pada panel utama
Prambanan.
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Telaah Penelitian
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi operasi sistem
tenaga listrik. Di sisi pembangkitan dilakukan penjadwalan optimal
pembangkitan (Malange, Alves et al. 2004; Somasundaram, Kuppusamy et
al. 2004; Wu, Rothleder et al. 2004). Penjadwalan tersebut dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan pembangkitan dan menjamin
kontinyuitas pasokan dengan biaya pembangkitan minimal. Pada sub
sistem penyaluran tenaga listrik dilakukan alokasi optimal daya reaktif
untuk menekan rugi-rugi daya penyaluran dan mempertahankan profil
tegangan (Malange, Alves et al. 2004; Somasundaram, Kuppusamy et al.
2004; Wu, Rothleder et al. 2004). Pengaturan optimal aliran daya listrik
(optimal power flow) juga dilakukan untuk menurunkan rugi daya
penyaluran, mengoptimalkan kapasitas pembangkitan serta memperbaiki
profil tegangan (Malange, Alves et al. 2004; Somasundaram, Kuppusamy
et al. 2004; Wu, Rothleder et al. 2004).
3.2. Landasan Teori
Jaringan distribusi tenaga listrik merupakan semua bagian dari
sistem tenaga listrik yang menghubungkan sumber daya besar (big
power source) dengan rangkaian pelayanan pada konsumen. Sumber
daya besar adalah pusat-pusat pembangkit listrik dengan kapasitas daya
dihasilkan dalam satuan MW. Pembangkit listrik digolongkan atas jenis-
jenis tenaga digunakan, seperti pembangkit yang menggunakan tenaga
air, bahan minyak bumi / batu bara, panas surya, tenaga angin.
Fungsi utama dari sistem distribusi adalah untuk menyalurkan
energi listrik dari sumber daya ke pemakai atau konsumen. Baik
buruknya suatu sistem distribusi dinilai dari bermacam-macam faktor,
diataranya menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1. Kontinuitas pelayanan,
2. Efisiensi,
3. Fleksibilitas,
4. Regulasi tegangan, dan
5. Harga sistem.
Lima faktor pelayanan dan masalah-masalah yang di hadapi
dalam suatu sistem jaringan distribusi adalah bagaimana menyalurkan
tenaga listrik ke konsumen dengan cara sebaik-baiknya untuk saat
tertentu dan juga untuk masa yang akan datang.
Pada sistem distribusi, harus memenuhi beberapa syarat sebagai
berikut :
a. Gangguan terhadap pelayanan (Interruption)
tidak boleh terlalu sering.
b. Gangguan terhadap pelayanan pada suatu
daerah tidak boleh terlalu lama.
c. Regulasi tegangan tidak terlampau besar.
d. Biaya sistem opersional harus serendah
mungkin.
e. Harus fleksibel (mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan yang terjadi, seperti perubahan-
perubahan pada sistem perubahan beban yang
tidak menelan biaya yang tinggi).
Jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu
sebagai berikut :
1) Jaringan Distribusi primer yaitu
jaringan tenaga listrik yang
menyalurkan daya listrik dari
gardu induk sub transmisi ke
gardu distribusi. Jaringan ini
merupakan jaringan tegangan
menengah atau jaringan tegangan
primer.
2) Jaringan Distribusi Sekunder yaitu
jaringan tenaga listrik yang
menyalurkan daya listrik dari
gardu distribusi ke konsumen.
Jaringan ini sering di sebut
jaringan tenaga rendah.
dengan :
R 1 : Tahanan searah penghantar pada temperatur t1
b. Induktansi (L)
Induktansi kawat pada umumnya untuk mengetahui masing-
masing kawat saluran, tergantung dari besarnya fluks yang di
timbulkan oleh arus yang mengalir pada saluran penghantar tersebut.
c. Kapasitansi (C)
Kapasitansi adalah selisih antara potensi dengan penghantar,
sehingga menyebabkan penghantar tersebut bermuara, misalnya
terjadi pada plat kapasitor, sedangkan untuk saluran daya yang
mempunyai panjang di bawah 80 km maka kapasitansinya sangat
kecil sehingga dapat di abaikan, sedangkan pada saluran yang lebih
panjang dengan tegangan cukup tinggi maka kapasitansinya harus di
perhitungkan.
d. Konduktansi
Konduktansi adalah penghantar-penghantar atau antar
penghantar dengan tanah yang menyebabkan terjadinya arus bocor
pada isolator-isolator dari saluran tersebut, adapun jenis penghantar-
penghantar yang sering di gunakan pada sistem tenaga listrik, antara
lain :
a. AAC “All Alumunium Conductor”, seluruhnya terbuat dari
alumunium.
b. AAAC “All Alumunium Alloy Conductor”, tidak seluruhnya
terbuat dari campuran alumunium.
c. ACSR “Alumunium Conductor Stell Reinforced”, Penghantar
alumunium yang di perkuat dengan baja.
d. ACAR ‘Allumunium Conductor Alloy Reinforced”, Penghantar
alumunium yang di perkuat dengan campuran logam.
e. TIC “Twisted Insuline Cable”, kabel insulin berpilin yang di
gunakan di tegangan rendah.
e. Parameter Saluran
Pada saluran distribusi di pergunakan kawat udara ataupun
kabel tanah sebagai penghantar untuk penyaluran daya listrik.
Penghantar tersebut mempunyai impedansi yang terdiri dari
resistansi. Besarnya resistansi tergantung dari jenis penghantar,
panjang dan luas penampang atau yang dapat di nyatakan sebagai
berikut :
l
R= ρ A ........................................................................................ (4)
dengan :
R = Resistensi kawat penghantar
A = Luas penampang kawat penghantar (mm2)
ρ = Tahanan jenis kawat penghantar ( Ω .mm2/m)
dengan :
X L = Reaktansi kawat penghantar (Ohm)
f. Daya Listrik
Daya listrik adalah hasil perkalian tegangan dan arus serta
diperhitungkan juga faktor kerja daya listrik tersebut, antara lain:
1. Daya Semu
Daya semu adalah daya yang lewat pada suatu saluran
transmisi atau distribusi, daya semu adalah tegangan dikali dengan
arus.
Daya semu untuk satu fasa :
S 1f = V . I ……….…………………………………….....……(6)
Daya semu untuk tiga fasa:
S 3f = 3VL-N . I
= 3 VL-L . I …....…………………….…...………….......(7)
dengan :
VL-N = Tegangan fasa line to netral (Volt)
I = Arus yang mengalir (A)
S1 f = Daya semu satu fasa (VA, KVA, MVA)
S3 f = Daya semu tiga fasa (VA, KVA, MVA)
= Is. Rs + j . Is . Xs
= Is (Rs + j Xs)…………….………………….…………...…
(12)
Maka besar tegangan adalah :
∆ V = (Is.Rs.Cos f) + (Is.Xs.Sin f)……………...………………....(13)
dengan :
∆ V = Rugi tegangan (V, KV, MV)
Rs = Nilai resistansi pada saluran (Ω)
Xs = Nilai reaktansi pada saluran (Ω)
Is = Besar arus pada beban (A)
Cos f = Besar faktor daya
Ps = I2 . R………………………………………………………….....(14)
Jika besar kerugian daya sudah diperoleh maka besar daya yang
diterima:
Pr = P – Ps………………...……………………………………...….(15)
Tidak Tidak
Ya Ya
BAB I PENDAHULUAN
Membahas latar belakang masalah, permasalahan, batasan
masalah, tujuan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
yang dipakai untuk penyelesaian.
William D., dan Stvensen, Jr., Jr., 1993. Analisis Sistem Tenaga Listrik.
Erlangga. Jakarta.