Anda di halaman 1dari 4

Bab I : Cinta Allah kepada hamba

Kata cinta atau yang semakna dengannya adalah termasuk salahsatu kata yang banyak disebutkan
dalam Al quran. Terdapat lebih dari 80 tempat/ayat di dalam Al quran kata cinta disebutkan, dengan
bermacam-macam pola/bentuk kata.

Kata cinta juga dijumpai dalam Sunnah Nabawiah. Kata cinta dalam Al quran dan As-sunnah bisa
dikategorikan ke dalam da jenis:

1. Cinta Allah kepada hamba


2. Cinta hamba kepada Allah

Kedua jenis cinta ini memiliki alamat-alamat yang patut untuk dipandang dan dipelajari.

Tentang cinta Allah kepada hambanya, ulama islam terbagi dalam beberapa mazhab dalam
penafsirannya;

Mazhab salaf menyatakan bahwa cinta Allah itu telah tetap existensinya, tanpa perlu dipertanyakan
bagaimana bentuknya dan penggambarannya, dan makhluk tidak ada ikut campur sedikitpun dalam
kekhususan ini.

Mazhab lain mengatakan bahwa cinta Allah kepada hamba-Nya berbentuk keredhoan Allah terhadap
hamba-Nya, Ia berbangga dengan hamba-Nya, dan Ia membalas amalan salihnya dengan balasan yang
paling setimpal.

Acuan adanya dua cinta ini adalah firman Allah Swt :

‫ني أ َِعَّزةٍ َعلَى‬ِِ ٍِ ِ ِ ٍ َ ‫ين َآمنُوا َمن يَ ْرتَ َّد ِمن ُك ْم َعن ِدينِ ِه فَ َس ْو‬ ِ َّ
َ ‫ف يَأِِْت اللَّهُ بَِق ْوم ُُيبُّ ُه ْم َوُُيبُّونَهُ أَذلَّة َعلَى الْ ُم ْؤمن‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
﴾٥٤﴿ ‫اا ُدو َو ِ َ بِ ِي اللَّ ِه َوَ ََافُو َو لَ ْوَمةَ َ ِ ٍم ۚ ٰ‌ َذلِ َ فَ ْ ُي اللَّ ِه يُ ْؤتِ ِه َمن يَ َ ااُ ۚ َواللَّهُ َوا ِ ٌع َعلِ ٌم‬ ِ ُ ‫الْ َكافِ ِرين‬
َ َ
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak
Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya)
lagi Maha Mengetahui.” (Al-Maidah: 54)

Cinta dan keredhoan yang saling berbagi adalah penghubung antara hamba dan Tuhannya, juga sebuah
ruh yang terus mengalir, lembut, memancar, indah, merekah dan pengikat yang kokoh antara hamba
dan Rabbnya dengan ikatan kasih saying.

Cinta Allah kepad hamba-Nya adalah sesuatu yang nilainya tidak dikenal kecuali oleh orang yang
mengenal Allah dengan sifat-sifat-Nya, seperti Ia mensifati diri-Nya. Dan hanya oleh orang-orang yang
menemukan sifat-sifat ini dalam perasaannya, jiwa dan dirinya.
Sungguh, tidak akan mengetahui hakekat ini (cinta Allah kepada hamba-Nya) kecuali orang yang
mengenal Ia yang Maha Memberi, yang Berkasih sayang dan Pencipta jagat raya ini.

Tidak akan mengetahui hakekat pemberian agung ini kecuali orang yang mengenal Allah sebagai
Pencipta manusia, bagian yang sangat kecil dari ciptaanya di jagat raya.

Tidak akan mengetahui hakekat pemberian agung ini kecuali orang yang mengenal siapa Allah, siapa Ia
dalam Kemaha Agungan-Nya, siapa Ia dalam Qudrat-Nya, siapa Ia dalam Kemaha Esaan-Nya, siapa Ia
dalam kerajaan-Nya, siapa ia yang Al-awal dan Al-akhir, siapa Ia yand Ad-dzahir dan Al-bathin, siapa Ia
yang Qadir atas segala sesuatu.

Kemudian, siapa hamba itu yang dianugerahkan cinta oleh Allah Swt, padahal ia tercipta dari tangan-
Nya, Ia ciptakan dari tanah, kemudian Ia berkata “jadilah”, maka jadilah.

Jika cinta Allah kepada salah satu hamba-Nya adalah perkara luar biasa, anugerah yang agung, maka
nikmat Allah kepada hamba-Nya berupa petunjuk kepada cinta-Nya, taufiq untuk mengenl-Nya,
kelezatan dari mengenal-Nya, yang tidak ada bandingnya, kemudian keindahan-keindahan yang terlahir
dari cinta ini yang tak berbanding ini, kesemuanya ini adalah nikmat yang agung dan anugerah yang
tercurah.

Sungguh cinta agung dari Allah yang maha tinggi dan Qadir kepada hamba lemah ini, dinyatakan Al
quran hanya diberikan kepada orang yang mengamalkan amalan agung dan mengungguli orang selain
dia dalam amalan-amalan tersebut.

Allah mengharamkan cinta dari orang-orang yang mempunyai sifat-sifat buruk, tenggelam dalam
keburukan, dan orang yang tabiatnya suka dengan berlakunya kemadhartan dan kerusakan dalam
masyrakat yang damai.

Ayat-ayat ini, yang menyatakan adanya cinta Allah kepada hamba-Nya, menggambarkan sifat-sifat
hamba-hamba yang dicintai-Nya dengan sifat-sifat yang merupakan pokok-pokok akhlaq, sumber
keagungan jiwa, dan sifat-sifat yang memilki ketinggian nilai yang menjadikannya layak untuk
mendapatkan cinta itu, cinta yang lebih dari sekedar ‘penerimaan’, keredhoan, dan balasan setimpal
dari Allah Swt.

Salah satu diantara sifat orang yang dicintai Allah adalah mereka orang yang berperang di jalan-Nya

Fasal I

Cinta Allah kepada orang yang berperang di jalan-Nya

Allah Swt berfirman:

ِِ ِ ِ َّ ُّ ‫إِ َّو اللَّه ُُِي‬


﴾٤ ﴿ ‫وص‬
ٌ ‫ص‬ َ ‫ين يُ َقاتلُو َو ِ َ بِ له‬
ُ ‫صفِّا َكأَن َُّهم بُْن َا ٌو َّم ْر‬ َ ‫ب الذ‬ َ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (As-Shaf:4)

Ayat ini menggambarkan dengan jelas cinta Allah kepada orang-orang beriman. Allah mendorong
mereka dalam ayat ini untuk berjuang di jalan-Nya demi menegakkan kalimat Allah, menerangkan
kepada mereka pokok-pokok ajaran dan memaparkan pentingnya persatuan yang kokoh untuk dijadikan
sikap pada suatu kondisi yang mengharuskan mereka berhadpan dengan musuh.

Kewajiban mereka dalam tolong menolong, kepedulian dan persatuan adalah seperti sebuah bangunan
yang bata-batanya tersusun rapi, sehingga menjadi kuat dan kokoh, tegar terhadap goncangan gempa
dan tiupan angin topan.

Inilah gambaran yang mengisyaratkan bagaimana sikap sebuah jamaah, keterikatan mereka satu sama
lain, keterikatan perasaan, pergerakan, organisasi, sesuai dengan garis-garis yang mengarahkan dan
tujuan yang telah digambarkan berdasarkan target-target dan garis-garis pergerakan yang telah
ditetapkan.

Mereka adalah satu kompi pasukan kuat yang teguh dalam mengemban amanahnya dan bergerak
dengan penuh keberanian, sehingga mereka berhak mendapat kemenangan dari Allah dan
pertolonganya, dan kemudian cinta-Nya.

Kelompok orang beriman yang ikhlas ini layak untuk dianugerahi cinta Allah dan penghormatan-Nya
karena mereka menjual jiwa mereka dengan murah di jalan-Nya.

Mengorbankan jiwa untuk berjuang di jalan-Nya tidak akan muncul kecuali dari jiwa yang iklhlas dalam
mencintai Allah, karena manusia mencintai apa yang dicintai oleh jiwanya. Pangkal syirik (menduakan
Allah) dan kecintaan dengan sekutu-sekutu Allah adalah kecintaan kepada diri sendiri, maka ketika
seseorang telah merelakan jiwanya di jalan Allah demi mengharap keredhoan Allah, cinta Allahlah yang
akan bertahta di hatinya, melebihi cinta yang lainnya dan dengan itu ia termasuk dalam orang-orang
yang dikatakan Al quran “orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”. Jika demikian, maka
mereka berhak dianugerahi cinta Allah, karena Allah sudah menyatakan “Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintai Allah”.

Shaf-shaf (barisan pasukan yang rapi) adalah sudah dikenal ketika ayat ini diturunkan. Seorang
pemimpin perang bertugas mengatur barusan dan menentukan posisi setiap prajurit berdasarkan
strategi perang yang mengacu kepada kondisi perang. Pada saat itu pengaturan posisi prajurit dalam
barisan-barisan adalah salahsatu strategi perang yang banyak dipakai. Adanya celah kosong dalam suatu
kesatuan pasukan bisa dimanfaatkan musuh untuk disusupi kemudian menghancurkan pasukan itu.
Sehingga, pasukan akan tercerai berai dan ketakutan dan bisa-bisa menjadi penyebab kemenangan
pihak musuh.

Oleh karena itu ayat ini mendorong untuk menjaga dan terus mengontrol kekokohan barisan pasukan,
mengacu kepada siasat perang yang dipakai pada saat itu.
Adapun zaman sekarang, strategi dan cara-cara perang telah berubah. Alat-alat perang penghancur
telah ditemukan dan dibuat. Baik itu berupa tank-tank tempur, roket-roket peluncur jarak jauh,
senapan, dll. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan untuk melakukan persiapan dan management,
menyesuaikan dengan kondisi terkini. Salah satu ayat dalam Al quran memerintahkan “dan siapkanlah
untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi”, dengan penjelasan yang begitu
ringkas dan indah.

Nabipun mengisyaratkan tentang ini, yaitu tentang kemungkinan adanya perubahan dan kemajuan
dalam cara berperang. Nabi menjelaskan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah kekuatan dan
kekokohan.

Disebutkan bahwa Nabi Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai orang berdiri kokoh di
medan jihad seperti kokohnya sebuah bangunan.” Kekokohan yang disebutkan dalam hadits ini bisa
diterapkan kepada prajurit yang berperang dalam tanknya, prajurit yang bertahan dalam parit, prajurit
yang mantap pada posisi di tempat ia ditempatkan, prajurit yang berada di balik meriam, dst. Maka,
yang dituntut di sini adalah kemantapan dan kesabaran dari mereka hingga Allah mewujudkan
kemenangan atau menganugerahkan syahid bagi mereka.

Anda mungkin juga menyukai