Anda di halaman 1dari 7

Fase klimakterik

Klimakterik dibagi dalam beberapa fase

1. Pramenopause

Face pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya


fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur,
dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang
relatif banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenoria). Pada
wanita tertentu telah timbul keluhan vasomotorik dan keluhan sindrom
prahaid atau sindrom pramenstruasi (PMS). Perubahan endokrinologik yang
terjadi adalah berupa fase folikuler yang memendek, kadar estrogen yang
tinggi, kadar FSH juga biasa tinggi, tetapi dapat juga ditemukan kadar FSH
yang normal. Fase iuteal tetap stabil. Akibatnya kadar FSH yang tinggi ini
dapat perangsangan yang berlebihan (hiperstimulasi) sehingga kadang-
kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi.

2. Perimenopause

Perimenopause merupakan fase peralihan antara fase pramenopause


dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.
Pada kebanyakan wanita siklus haidnya < 18 hari. Sebanyak 40% wanita
siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron
tetap rendah. Kadar FSH, LH, dan estrogen sangat bervariasi. Pada umunya
wanita berbagai jenis keluhan klimakterik.

3. Menopause

Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu


ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup, produksi estrogen pun berkurang
dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh
karena itu, menopause diartikan sebagaio haid alami terakhir, dan hal ini
tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia
perimenopause. Perdarahan lucut terus terjadi selama wanita masih
menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita tersebut tidak
mengalami keluhan klimakterik. Kita tidak pernah tahu kapan wanita tersebut
memasuki usia menopause. Untuk menentukan diagnosa menopause, pil
kontrasepsi harus harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian
dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.

Bila pada usia perimenopause ditemukan kadar FSH dan estradiol


yang bervariasi (tinggi, atau rendah), maka setelah memasuki usia
menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 mIU/ml).
Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian
wanita, sedang pada sebagian wanita lain, apalagi pada wanita gemuk, kadar
estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat akibat proses aromatisasi
andrigen menjadi estrogen didalam jaringan lemak. Diagnosis menopause
merupakan diagnosis retrospektif. Bila seorang wanita tidak haid selama 12
bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar Estradiol <30
pg/ml, telah dapat dikatakan wanita dapat dikatakan wanita tersebut telah
mengalami menopause.

4. Pascamenopause

Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berroduksi


ada antara 20-30 pg/ml dan kadar hormona gonadotropin biasanya
meningkat. Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan oleh
terhentinya produksi inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah
yang cukup dan inhibin inilah yang menekan sekresi FSH, bukan sekresi LH.
Akibat rendahnya kadar estradiol, endometrium menjadi atropik dan tidak
mungkin muncul haid lagi. Namun, pada wanita gemuk masih ditemukan
kadar estron yang tinggi, dan estrol ini akan diubah menjadi
estradiol.estradiol yang tinggi ini akan mengakibatkan proliferasi pada
endometrium dan mengakibatkan terjadinya perdarahan pada uterus.

Pada wanita pasca menopause masih saja dapat dijumpai jenis steroid
seks lain dengan kadar yang normal di dalam darah. Ternyata, ovarium
wanita pascamenopause masih memilki kemampuan untuk menyintesis
steroid seks. Sel-sel halus dan kortek ovarium masih dapat memproduksi
androgen, estrogen, dan progesteron dalam jumlah tertentu. Selai itu,
jaringan tubuh tertentu, seperti lemak, uterus, hati, otot, kulit, rambut, dan
bahkan bagaikan bagian dari sistem neural sumsum tulang (bone marrow)
memiliki kemampuan yang mengaromatisir androgen menjadi estrogen.
Kelenjar endrenal merupakan sumber androgen utama bagi wanita pasca
menopause.

5. Klimakterium Prokek

Klikmakterium prokek, yang didefinikan juga sebagai hipergonadotrop-


hipergo-nadismus, adalah terjadinya menopause < usia 40 tahun. Pada
sebagian wanita uji dengan progesteron (uji P) masih positif. Pada 75%
wanita telah muncul keluhan vasomotorik dan pada hampir 50% wanita
terjadi osteoporosis. Bila dijumpai kadar FSH <40 mIU/ml,kemungkinan
masih tersedia folikel dalam jumlah tertentu. Dalam keadaan seperti ini
masih mungkin terjadi konsepsi pada 10-15% wanita.

Pada wanita dengan klimakterium prekok kadang-kadang dijumpai


aberasi dari kromosom seks (45 X, 45X/46 XY. 47 XXX). Beberapa penyakit
autoimun (30-50%) seperti penyakit kelenjar tiroid (Hashimoto, Graves),
penyakit chrohn, lupus eritematosus, ikut berperan terhadap terjadinya
klimakterium prekok. Pada panyakit autoimun,antibodi yang terbentuk akan
mnenyerang reseptor FSH. Pada sebagian kecil wanita, pengangkatan kedua
ovarium karena alasan tertentu, penyinaran kedua pada ovarium serta akibat
efek samping dari kemoterapi, dapat juga menyebabkan klimakterium
prekok. Penggunaan Obat-obat diet yang bekerja sentral dapat meningkatkan
kadar hormon prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi dapat menekan sekresi
FSH dan LH sehingga folikel tidak dapat tumbuh dan dengan sendirinya pula
akan terjadi mati haid.

Pada tabel 1 dapat dilihat berbagai penyebab terjadinya klimakterium


prekok.

Tabel 1. Penyebab terjadinya klimakterium prekok


• Kelainan pada kromosom (45 X, sindrom turner), 47 XXX, 45 XO, 45 XO
mosaik.

• Penyakit autoimun, seperti tireoiditis, morbus Addison,


poliendokrinopatia, vitiligo, miastenia gravis, lupus eritematosus,
trompositopenia idiopatik, diabetes mellitus juvenile,
glomerulonephritis, artritis rheumatoid, penyakit crohn, asma brokiale.

• Penyakit metabolik, seperti galaktosemia, hemakromatase.

• Riwayat pada keluarga.

• Infeksi virus, seperti Mumps – Ooporitis.

• Kemoterapi, seperti siklopospamid, vinblastin.

• Radioterapi.

• Sindrom ovarium resisten.

Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause

Saat masuknya seorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda.


Wanita doeropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita di asia.
Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Baikk usia
pertama haid (menars), melahirkan pada usia muda, maupun berat badan
tidak terbukti mempercepat datangnya menopause. Wanita kembar dizigot
atau wanita dengan siklus haid memendek memasuki menopause lebih awal
jika dibandingkan dengan wanita yang memiliki siklus haid normal. Memasuki
usia menopause lebih awal dijumpai juga pada wanita nulipara, wanita
dengan diabetes mellitus (NIDDM), prekok berat, kurang gizi, wanita
vegitarian, wanita dengan sosiekonomi rendah, dan pada wanita yang hidup
pada ketinggian >400 m. Wanita multipara dan wanita yang banyak
mengonsumsi daging, atau minum alkohol akan mengalami menopause lebih
lambat.

Penyebab menopause alami

Pada laki-laki, spermatogenesis terus berlanjut sampai usia tua,


sedang pada wanita tidak demikian. Oogenesis akan berakhir pada usia fetus
20 minggu dan yang tinggal hanya 7 juta oosit. Mulai usia 20 minggu sampai
dengan saat lahir terjadi pengurangan jumlah primordial folikel secara
bermakna. Pada saat seorang anak wanita lahir, primordial folikel tinggi
500.000 sampai 1.000.000 lagi, dan dalam perjalanan waktu akan terus
berkurang jumlahnya. Jumlah folikel masih tersedia sangat berbeda pada
setiap wanita. Sebagian wanita pada usia 35 tahun masih memiliki sebanyak
100.000 folikel, sedangkan wanita yang lain pada usia yang sama hanya
memiliki 10.000 folikel. Penyebab berkurangnya jumlah folikel terletak pada
folikel itu sendiri.seperti sel-sel tubuh yang lain, oosit juga dipengaruhi oleh
stres biologik seperti radikal bebas, kreusakan permanen dari DNA, dan
bertumpuknya bahan kimia yang dihgasilkan dari proses metabolisme tubuh.
Karena oosit selalu mengalami kendali mutu yang ketat, oosit yang telah
menalami kelainan akan dikeluarkan melalui proses apoptosis (kematian ssel
yang terprogram). Bila jumlah primordial folikel mencapai jumlah yang kritis,
akan terjadi gangguan sistem pengaturan hormon, yang berakibat terjadinya
insufisiensi korpus iuteum, siklus haid anovulatorik, dan pada akhirnya terjadi
oligomenora. Bila sudah tidak lagi tersedia folikel, berarti wanita tersebut
telah memasuki usia pascamenopause. Setiap wanita yang masih mengalami
haid, meskipun sudah tidak teratur, ovariumnya masih memiliki lebih kurang
1000 folikel dan kemungkinan hamil masih ada.
Rujukan

1. Holihn KU. Hormon Replecement Theraphy and the Menopause.


Helmich KG, Berlin, 1977: 27-38.

2. Kuhl H. Klimakterium, Postmenopause, und Hormonsuptitution. Uni-


Men, 1999: 16-28

3. McKinlay SM, Brambilla DJ, Posner JG. The normal menopause


transition. Maturitas 1992; 14: 103-15

4. Tang VW, Faiman C. Premature ovararian failure: a search for


circulating factors againts gonadotropin receptors. Am J Obstet
Gynec1983; 146: 816-21

5. The velder ER, Dorland M, broekmans FJ. Age at menopause as a


marker of reproductive againg. Maturitas 1998;30 : 119-25

6. Torgerson DJ, Avenell A, Rusell IT, Reid DM, Factors associated with
onset of menopause in women aged 45-49. Maturitas 1994; 19: 83-92

Sindrom Klimakterik

Lebih kurang 70% wanitanperi dan pascamenopause mengalami


keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik lainnya. Berat
atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita. Keluhan-keluhan
tersebut mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause, dan
dengan meningkatnya usia, keluhan –keluhan tersebut makin jarang
ditemukan. Pada wanita pascamenopause dijumpai juga kelainan pada kulit
berupa kulit menipis, keriput, gatal-gatal, kaku rapuh dan berwarna kuning,
dan lidah seperti terbakar. Keluhan lain adalah mata kering dan kesulitan
menggunakan kontak lensa, rambut kering, dan sering ditemukan
tumbuhnya rambut di sekitar bibir, hidung, dan telinga. Keluhan urogenital
dapat berupa nyeri senggama, vagina kering, keputihan, perdarahan
pascasenggama, infeksi saluran kemih berulang, gatal pada vagina/vulva,
iritasi, prolapsus uteri/vagina, dan inkontinensis urin. Dapat terjadi gangguan
metabolisme berupa meningkatnya kadar kolesterol, peningkatan kadar LDL,
dan penuruna kadar HDL serum.

Daftar pustaka

Dr. Med. Ali baziad, SpOG-KFER. 2003. Menopause Dan Andropause. Jakarta:
Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo

Anda mungkin juga menyukai