Anda di halaman 1dari 26

BABI PENDAHULUAN

A.PENEGASAN JUDUL

Salah satu fenomena sosial yang tercipta dari hasil budaya manusia adalah fenomena hubungan antar individu ataupun kelompok dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidup. Begitu pula dalam dunia Intemasional juga terjadi fenomana hubungan antar negara atau bangsa yang saling tergantung dalam upaya pemenuhan kepentingan nasionalnya Tiap-tiap negara menerapkan kebijakan politik luar negerinya terhadap negara lain untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Namun tidak semua kebijakan luar negeri suatu negara bisa diterima oleh negara lain dan terkadang bisa melahirkan perbedaan persepsi yang akhimya dapat menimbulkan konflik.

Untuk menghindari atau menjaga agar konflik tidak membesar, maka ada berbagai cara untuk menjembatani kepentingan-kepentingan setiap aktor dalam hubungan Internasional, yaitu salah satunya dengan cam melancarkan diplomasi. Seperti yang diketahui bahwa kebudayaan juga mempunyai arti yang luas karena sebagai suatu dimensi yang makro, kebudayaan bukan sekedar suatu kesenian atau adat istiadat saja tetapi merupakan segala bentuk hasil dan upaya budidaya manusia terhadap lingkungan. Hubungan kebudayaan bisa melibatkan dua atau lebih negara menjadi lebih dekat. Itulah sebabnya sekarang banyak negara berusaha untuk lebih

I

meningkatkan hubungan kebudayaan sekarang ini telah menjadi alat diplomasi yang efektif Banyak negara-negara yang berusaha untuk mendapatkan legitimasi melalui jalan Diplomasi Kebudayaan ini.

Adapun salah satu sarana yang dapat dipakai untuk mewujudkan Diplomasi Kebudayaan ini adalah melalui film. Penelitian film sebagai ikhtiar imanologi suatu masyarakat terhadap masyarakat lain masih belum banyak dilakukan. Apalagi sebuah penelitian yang bersifat komprehensif yaitu meletakkan film sebagai media pada ruang sosial, politik, dan budaya disertai efek-efek yang melingkupinya jarang sekaIi ditemukan.

Dalam kehidupan politik, film akan menjadi bahasa politik, media propaganda, dan alat kampanye politik. Sedang pada wilayah hubungan antar ideologi, film digunakan sebagai senjata untuk saling meruntuhkan nilai ideologi kedua belah pihak. Dan pada kisaran hubungan masyarakat dalam sistem global, film menjadi alat pengenal dimana masyarakat yang satu mengemukakan diri atau menilai masyarakat lain dengan segala earanya sehingga terbentuklah pemahaman identitas dari masyarakat pembuat film terhadap masyarakat penikmat film. Proses interaksi melalui film sebagai bahasa simbol inilah yang pada akhirnya menjadi peristiwa yang berefek tidak keeil.

Kemampuan film dalam meneiptakan image di masyarakat serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disebabkan oleh peletakan film dalam tatanan murni untuk hiburan. Padahal fungsi film lebih dari itu, walaupun tidak mengesampingkan

2

Film yang akan dijadikan analisis penulisan dalam peneJitian ini adalah jenis

alasan hiburan. Film juga digunakan sebagai interpretasi terhadap keadaan suatu

masyarakat. Tidak dimungkiri bahwasanya film juga menjadi alat yang efektif

sebagai sarana penyebaran dan pewarisan budaya. Baik itu dengan isi dari film itu

sendiri atau menggunakan film sebagai penunjang pengenalan budaya. Cara-cara

tersebut sangat mudah, cepat, dan tepat untuk ditempuh.

film teaterikal atau disebut juga film cerita. Film cerita yaitu film yang

mengungkapkan suatu jalinan cerita yang dimainkan oleh manusia dengan unsur

dramatis dalam film tersebut. Karenanya film-film seperti ini sering juga disebut film

dramatis. Dalam film cerita dibagi menjadi dua kategori, yaitu film cerita fiktif dan

non fiktif (realita), dan kategori film yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

film non fiktif (realita). Dalam film cerita juga ada 4 j enis, yaitu film act ion, film

komedi, film spikodrama dan film music. Film action yaitu film yang bertemakan

penonjolan masalah fisik dalam konflik, mengeksploitasi peperangan dan

pertarungan fisik. Film komedi yaitu film yang mengeksploitasi situasi yang dapat

menimbulkan kelucuan bagi penonton. Film spikodrama yaitu film yang didasarkan

atas ketegangan yang dibangun dari kekacauan dan konflik-konflik kejiwaan, yang

mengeksploitasi karakter manusia. Film music yaitu film yang dicirikan oleh musik

yang menjadi bagian integral cerita, bukan sekedar selingan. Film Korea secara garis

besar menggunakan film teaterikallcerita untuk mengaplikasikan ide-idenya kedalam

B. TUJUAN PENULISAN

a. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap permasalahan yang ada guna memperoleh jawaban sekaligus membuktikan hipotesa yang di susun oleh penulis.

b. Penulisan ini juga dimaksudkan sebagai manifestasi dari penerapan teoriteori yang pemah penulis dapatkan selama di bangku kuliah.

c. Memberikan gambaran bahwa diplomasi kebudayaan melalui film merupakan media dan identitas dari pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka pencapaian kepentingan nasional suatu negara.

d. Selain itu penulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui peran serta diplomasi kebudayaan sebagai media bagi pencapaian kepentingan nasional Korea Selatan serta mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan

film. 1 Dalam penelitian ini mengkaji juga tentang film cerita yang berseri atau biasa disebut juga dengan sinetron.

Dengan adanya beragam fungsi film, baik itu untuk hiburan semata, maupun

untuk kepentingan politik, budaya, dan sebagainya, maka penulis tertarik untuk me1akukan penelitian yang ditujukan untuk skripsi dengan judul "Upaya Diplomasi Kebudayaan Pemerintah Korea Selatan Melalui Media Film Di Indonesia".

1 Ashadi Siregar, Film (Sebuah Pengantar), Fisipol UGM, 1985, hal. 9-10.

4

5

Korea Selatan untuk mempererat dan memelihara hubungan yang harmonis dengan Indoesia.

e. Penulisan ini merupakan suatu syarat memperoleh gelar sarjana (S 1) pada Jurusan IImu Hubungan Intemasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

c. LATAR BELAKANG MASALAH

Dinamika politik Intemasional dalam suatu pola hubungan yang menjalin setiap aktor bangsa tidaklah selalu diwamai dengan hal-hal yang harmonis. Hal itu terjalin karena setiap negara rnerupakan aktor utama dalam hubungan intemasional, dan mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda untuk mereka perjuangkan.' Diplomasi merupakan suatu upaya yang pa1ing sering dilakukan oleh negara-bangsa karena dianggap lebih efektif untuk mencapai kepentingan nasional. Bagi negara manapun tujuan utama diplomasi adalah pengamanan kebebasan politik dan integrasi territorial.

Ada beberapa bentuk diplomasi yang dilakukan suatu negara bangsa melalui perwakilannya. Salah satunya adalah dengan Diplomasi Kebudayaan. Diplomasi Kebudayaan ini dianggap efektif untuk mencapai tujuan karena pelaksanaannya dapat berlangsung dalam situasi apapun, baik dalam keadaan damai, krisis, konflik,

2 Tulus Warsito, Diktat Politik Internasional, Fisipol UMY, 2004. hal 8.

Kebudayaan yang dimiliki oleh negara dan bangsa Korea dan Indonesia

ataupun perang.' Seperti yang kita ketahui bahwa kebudayaan juga mempunyai arti

yang luas karena sebagai suatu dimensi yang makro, kebudayaan bukan sekedar

suatu kesenian atau adat istiadat saja tetapi merupakan segala bentuk: hasil dan upaya

budi daya manusia terhadap lingkungan. Hubungan kebudayaan bisa melibatkan dua

atau lebih negara menjadi lebih dekat. Itulah sebabnya sekarang banyak negara

berusaha untuk Iebih meningkatkan hubungan kebudayaan sekarang ini telah

menjadi alat diplomasi yang efektif. Banyak negara-negara yang berusaha untuk

mendapatkan legitimasi melalui jalan Diplomasi Kebudayaan ini. Adapun salah satu

sarana yang dapat dipakai untuk mewujudkan Diplomasi Kebudayaan ini adalah

melalui film.

sarna-sarna tergolong dalam kebudayaan Dunia Timur. Perbedaannya jelas antara

Dunia Timur dan Dunia Barat adalah dalam hal pengutarnaan antara unsur-unsur

material dan spiritual. Bangsa Korea dan Indonesia lebih menekankan pada

pandangan dan pencapaian unsur-unsur spiritual, yaitu keagamaan, sehingga kedua

bangsa tersebut memiliki konsep penilaian terhadap kehidupan manusia, rasa kagum

pada lingkungan alam serta perubahan-perubahannya, rasa hormat kepada nenek

moyang dan lain sebagainya."

3 Tulus Warsito, Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan relevasi bagi Negara berkembang: Studi kasus Indonesia, Ombak, Yogyakarta, 2007, hal. 19-20.

4 Yang Seung Yoon, 40 tahun Hubungan Indonesia-Korea selatan , Gajah mada university press, yogyakarta,2005,ha1163-164.

6

Latar belakang kebudayaan dan sistem pemerintahan Korea dan Indonesia yang dalam beberapa hal hampir sama, mempermudah komunikasi antar kedua negara. Tetapi karena terbatasnya dan masih sangat minimnya informasi mengenai negara Korea yang dalam bidang industri hampir menyamai produk-produk industri Jepang, masyarakat Indonesia pada umumnya kurang mengenal negara Korea dengan baik dalam hal sejarah, kebudayaan dan seni, pandangan hidup, maupun jenis-jenis makanan-makanan tradisionalnya yang sebenarnya merupakan salah satu aset bagi suatu negara untuk memperkenalkan negaranya.

Salah satu media yang paling tepat untuk menyampaikan infonnasi kepada masyarakat Indonesia agar infonnasi yang diterima akurat dan aktual diantaranya adalah televisi. Pemutaran film-film Korea di televisi akan sangat efektif bagi kalangan muda yang mempunyai jiwa yang serba ingin tahu. Televisi di Indonesia sudah banyak memutar film-film Barat, film India, Thailand maupun film-film Malaysia. Akan sangat memungkinkan mereka sudah jenuh dengan pemutaran film tersebut sehingga pemutaran film Korea akan memberikan sesuatau yang barn bagi mereka apabila di dukung dengan latar belakang kebudayaan yang sarna tentu akan lebih cepat di terima masyarakat.

Presiden Korea Selatan, Kim Dae Jung pada tahun 1998 yang lalu mengatakan bahwa salah satu tujuan pemerintahannya adalah meningkatkan ekspor budaya Korea. Korea hams bisa menjadi suatu negara yang tidak hanya bisa

7

Dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun, industri perfilman Korea Selatan

mengekspor hasil industri manufaktumya, namun Juga hams bisa memberikan

sesuatu yang lain kepada dunia, yaitu melalui produk budaya',

berhasil bangkit kembali menjadi raksasa industri perfilman Asia yang paling

dinamis. Kebangkitan kembali yang jauh melampaui masa jayanya di tahun-tahun

sebelumnya. Di mulai pada awal 1990-an. Pada saat itu, ada gairah luar biasa dari

kalangan perfilman Korea untuk bangkit, setelah sempat hancur lebur karena

pemerintah. Atas desakan AS, pada 1988 Korea membuka keran untuk impor

Iangsung film-film Hollywood. Demo besar-besaran dari kalangan insan perfilman

pun bermunculan, terutama ditopang oleh kalangan sineas muda berpendidikan

sekolah tinggi film. Demo menggundulkan rambut pun, termasuk di kalangan aktor

yang sudah punya nama, sedia mereka lakukan untuk memperoleh perhatian atas

ketidakadilan itu. Kesadaran bam pun muncul. Sineas-sineas muda Korea mulai

sadar bahwa mereka pun tidak bisa mengesampingkan pendekatan industrial".

Di dalam negeri Korea 52 persen pangsa pasar film dikuasai film Korea

sendiri. Sisanya baru diperebutkan oleh film impor dari berbagai negara, termasuk

film-film Hollywood. Dalam lima tahun terakhir, daftar film terlaris sepanjang tahun

dikuasai film nasional. Kunci sukses film Korea adalah sinergi dari semua pihak

yang berkepentingan dengan kemajuan perfilman nasional. Film harus diperlakukan

5 http:lwww.suray.blogspot.com. dikutip dari artikel Suray, 05 Januari 2005 .. Blogspot adaJah website yang memuat artikel-artikel seorang peneliti atau orang yang berkompeten dalam bidang tertentu.

6 http;//www.SuaraPembaruanDaily.com. dikutip dari artikel "Lee Chang-Dong dan Renaisans Perfilman Korea" Oleh Rachmat H Cahyono, 17/12/04.

8

9

sebagai produk kebudayaan yang memerlukan proteksi dan dukungan sewajarnya. Semua pihak harus ikut memikul beban yang sarna. Pernerintah hams mau meluncurkan berbagai kebijakan yang mendorong pertumbuhan film nasionaL Di Korea, film nasional berhak memiliki masa putar 146 hari dalam setahun. Pemerintah juga mendirikan sebuah badan atau komite perfilman yang independen, yang bernama Kojic (Korean Film Council) yang berdiri pada 1999. Independent dalam artian, meskipun dibiayai pemerintah, komite itu hanya diisi orang-orang yang mengerti betul masalah perfilman dan merniliki program yang jelas dan transparan untuk memajukan perfil man nasional. Salah satunya adalah dengan menjadi semacam perantara yang mempertemukan pihak investor dengan para sineas berbakat, dan membantu pembiayaan film-film seni dan independen serta pengembangan studi perfilman itu sendiri. Kojic juga berperan aktif dalam mempromosikan film Korea di luar negen dalarn forum festival film internasional.

T onggak lain bagi pengembangan perfilman adalah adanya festival film intemasional yang bergengsi untuk mempertemukan dua kepentingan: mengenalkan film nasional kepada khalayak perfilman dunia, dan memperlihatkan berbagai pencapaian dan kernajuan perfilman internasional kepada khalayak lokal. Korea juga memiliki Pusat International Film Festival (PIFF). Bam memasuki tahun kesepuluh, PIFF telah berkembang menjadi festival film terbesar dan paling bergengsi di Asia, bahkan mengalahkan Tokyo International Film Festival yang jauh lebih dulu ada dan sebelumnya kerap disebut sebagai festival film terbesar Asia.

Pemerintah Korea juga menetapkan berbagai insentif perpajakan bagi investor yang mau mendanai pembuatan film. Sementara komponen pajak tontonan dan pajak film impor sebagian juga bisa disalurkan untuk membantu produksi filmfilm seni dan independent, dan memperkuat sekolah tinggi perfilman agar proses regenerasi insan perfilman terns berjalan. Di sisi lain, kalangan insan perfilman juga terns belajar dan berusaha keras meningkatkan kualitas karyanya sambi I terns memupuk solidaritas di kalangan mereka sendiri, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas perfilman itu sendiri.i

Pernerintah Korea pun saat ini terns berusaha untuk mempertahankan citra yang diperolehnya dari semakin luasnya pangs a pasar film-film Korea. Salah satunya adalah dengan dicanangkannya tahun wisata Korea yang mengedepankan programprogram yang menjual negara Korea terntama paket-paket wisata yang secara emosional bisa menarik para wisatawan untuk berkunjung ke negara Korea. Beberapa di antaranya adalah merebaknya paket-paket wisata Winter Sonata dan Endless Love. Paket ini sengaja dirancang untuk dipasarkan kepada para wisatawan di Cina, Taiwan, Singapura, dan Malaysia tempat sinetron-sinetron Korea pemah ditayangkan. Dengan paket ini pula, para wisatawan bisa melihat lokasi pembuatan sebuah film atau mengunjungi rnmah idolanya. Dengan terjadinya satu kerjasama yang baik antar pihak di Korea, maka fenornena merebaknya film-film Korea pun berdampak positifbagi perkembangan dunia wisata Korea

7 Ibid.

10

Pemerintah Korea Selatan ikut terlibat dalam mensponsori penjualan filmfilm Korea di Indonesia seperti yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan yang menunjuk secara langsung Menteri Luar Negeri Korea Selatan pada awal tahun 2002 untuk mempromosikan Korea melalui sinetron-sinetron Korea kepada negara-negara lain dengan gratis, salah satunya negara Indonesia. Pemerintah Korea menyatakan bahwa film Korea menjadi salah satu alat diplomasi negara Korea di Indonesia. 8

Di Indonesia, film-film Korea sekitar pertengahan tahun 2002 mulai merambah televisi-televisi komersial, stasiuu televisi Indosiar muncul dengan film sen drama produksi Korea, "Endless Love". Film seri sepanjang 18 episode ini termasuk salah satu film drama Asia yang digemari pemirsa. Selain Indosiar, beberapa stasi un televisi juga mengetengahkan film-film seri drama Korea. SCIV misalnya, pernah menayangkau antara lain "Invitation ", "Pop Corn ", "Four Sisters ", "Successful Bride Girl ", dan "Sunlight Upon Me". Film Korea laiuuya di SCTV yang tennasuk populer antara lain "Winter Sonata" dan "Ad Madness". Tak mau ketinggalan dari stasiun televisi yang Iebih senior, Trans tv juga meugajukan film produksi Korea sebagai salah satu program andalannya. Beberapa di antaranya adalah "Glass Shoes" dan "Lover". Selain menayangkan film seri drama, Trans tv juga menampilkan film layar lebar Korea untuk: layar kacanya. Beberapa di antaranya adalah "Libera Me ", "Sorum ", dan "Joint Security Area". Dati film-film Korea tersebut, pemirsa Indonesia mulai cukup akrab dengan wajah-wajah Korea

s Ibid

11

lewat televisi. Salah satu film Korea yang cukup terkenal adalah film yang berjudul "My Sassy Girl" yang bercerita tentang cinta seorang pemuda terhadap gadis yang eksentrik. 9

Industri perfilman Korea mulai bangkit lagi sejak tahun 1999, sedangkan sinetron Korea yang di negeri asalnya lazim disebut mini series baru melejit tahun 2002. Awalnya, sebuah sinetron melodrama "Winter Sonata" yang diproduksi bersama oleh Korea dan Jepang mendapat sambutan luar biasa oleh pemirsa ill kedua negara. Sinetron ini juga telah ditayangkan di Indonesia tahun 2002 lalu, tapi pemirsa Indonesia bam benar-benar terpikat oleh beberapa sinetron Korea yang ditayangkan di layar gelas tahun 2005, di antaranya "Memories of Bali" dan "Full House" yang bahkan ditayangkan ulang, Dan film yang mendapatkan apresiasi paling kuat dari masyarakat Indonesia adalah film "Jewel in the Palace/Dae Jang Geum ", yang ceritanya diadaptasi dari sejarah Korea yang berkisah tentang seorang wan ita bernama Jang Geum yang menjadi the first female royal physician pada masa pemerintahan dinasti Joseon di Korea yang dipimpin oleh Raja Jungjong. Jang Geum sebelumnya berprofesi sebagai juru masak (dayang) di istana dan hams tersingkir dari istana karena suatu konspirasi. Namun karena keahlian medisnya, Jang Geum dapat kembali ke istana dan menjadi medical woman (tenaga medis wanita) kepercayan keluarga kerajaan. Intrik film ini berkutat di kalangan pegawai istana. Yang menarik dari film ini adalah peran para pegawai istana, yang terlihat

9 http./twww.kcm.com/vs mei 2003.

12

sepele namun temyata bisa mempengaruhi kebijakan politik suatu kerajaan secara tidak langsung. Daya pikat lainnya (selain figur Dae J ang Geum) tentunya adalah budaya Korea, termasuk; kuliner, fashion, dan adat istiadatnya.

Sinetron Korea memang layak ditengok karena dari perkembangannya ada beberapa hal yang dapat ditarik manfaatnya. Sinetron yang kebanyakan diproduksi oleh stasi un radio dan televisi di Seoul tersebut mempunyai kualitas di atas rata-rata. Jalinan ceritanya dan dialog-dialognya berhasil menyentuh emosi pemirsa (baik pria maupun wanita) dari berbagai lapisan usia. Didukung oleh sinematografi yang sempuma, soundtrack yang romantis, pemilihan pemain-pemain (casting) yang pas, akting aktor dan artisnya yang terkesan sangat alami, serta dengan latar belakang suasana keindahan musim dan pemandangan alam di Korea menjadikannya tontonan yang manis di mata maupun di hati.

Film Korea atau sinetron Korea juga memiliki keungguIan komparatif yang menjadikannya unik dibandingkan film-film/sinetron-sinetron produksi negaranegara Asia Timur lainnya. Transformasi status Korea dari importir produk budaya menjadi eksportir menandakan bahwa industri budaya (culture industry) Korea Selatan telah berkembang dengan pesat selama beberapa tahun terakhir dan film dan sinetron Korea telah menjadi salah satu komoditas unggulannya ketika dipasarkan ke luar negeri.

Film Korea ataupun sinetron Korea sedang menjadi topik perbincangan hangat di tengah masyarakat Indonesia. Apresiasi sinetron dari "negeri ginseng"

13

tersebut tidak sebatas di tabloid atau majalah film, tetapi juga di Iingkup keseharian seperti rumah dan tempat kerja. Bahkan komunitas-komunitas penggemar sinetron maupun film Korea sudah merambah ke dunia maya alias internet. Fenomena "demam Korea" ini mampu menarik perhatian dan menghibur pemirsa dari berbagai usia dan kalangan.

D. POKOKPERMASALAHAN

Berdasarkan pacta latar be1akang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan suatu pokok permasalahan, yaitu "Apa yang ingin dicapai oleh Pemerintah Korea Selatan dalam memanfaatkan media film di Indonesia?

E. KERANGKA DASAR PENULISAN

Untuk menganalisa pokok pennasalahan di atas, penulis menggunakan konsep sebagai dasar dalam menganalisa pennasalahan yang sedang diteliti. Konsep yang digunakan adalah:

Konsep Diplomasi Kebudayaan

Pengertian diplomasi di dalam the Chamber's Twentieth Century Dictionary. adalah seni berunding khususnya tentang perjanjian diantara negara-negara, mengenai keahlian politik. 10 Sedangkan menurut KM. Panikkar, Diplomasi adalah

10 S.L.Roy, Diplomasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, haL 2.

14

Sedang kebudayaan secara makro atau dalam pengertian umum berarti segala

seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara

lain. 1 I Definisi ini jika ditinjau dari konteks hubungan internasional tampaknya lebih

mengena. Tetapi secara konvensional diplomasi diartikan sebagai salah satu usaha

suatu negaraJbangsa untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dikalangan

arakat i . 112

masy at mtemasiona .

hasil dan upaya budi daya manusia terhadap lingkungan.v' Ada juga yang

mengatakan kebudayaan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 14

Dengan demikian Diplomasi Kebudayaan dapat diartikan sebagai:

Usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik seeara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olah raga dan kesenian, maupun secara makro sesuai dengan eiri -ciri khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi ataupun militer. 15

Secara makro Dilpomasi Kebudayaan adalah usaha-usaha suatu negara dalam

upayanya memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui kebudayaan, termasuk

11 KM. Pannikar, The Principle and Practise OJ Diplomacy Dalam Diplomasi Terjemahan Hannanto & Mirsawati, PT Raja Grafindo, Jakarta, 1993, hal. 3.

12 K.J. Holsti, International Politics A Frame Work For Analysis Third Edition, Prentice Hall of India, New Delhi, 1978, hal. 82-83.

13 lWM. Bakker SJ, Filsofat Kebudayaan, Sebuah Pengantar, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1984, hal. 14-36.

14 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Budaya, Aksara Barn, Jakarta, 1979, hal 193. 15 Op. Cit, Diplomasi Kebudayaan, haL 4.

15

didalamnya adalah pemanfaatan bidang-bidang ideologi, teknologi, politik, ekonomi, militer, sosial kesenian dan lain-lain dalam percaturan masyarakat internasional.i"

Mengenai sejauh mana hal-hal yang dianggap relevan dalam mengidentifikasikan fenomena-fenomena Dilpomasi Kebudayaan, dapat rumuskan yaitu sebagai kajian terhadap setiap usaha dilpomasi yang menggunakan media kebudayaan dalam arti makro, seperti propaganda, hegemoni kebudayaan, dan lain sebagainya.

Aktor/pelaku Diplomasi Kebudayaan dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non pemerintah, individual, ataupun kolektif, atau setiap negara, sehingga pola hubungan Dilpomasi Kebudayaan antar bangsa bisa terjadi antar siapa saja sebagai aktor/pelakunya, misalnya berupa hubungan antara pemerintah-pernerintah, pemerintah-swasta, swasta-swasta, swasta-pribadi, pribadi-pribadi, pemerintahpribadi, dan seterusnya. Sebab, sasaran Diplomasi Kebudayaan ini adalah seluruh masyarakat suatu negara-bangsa, bukan sekedar pemerintahannya saja.

Dengan Diplomasi Kebudayaan memang tidak mungkin diharapkan dampak atau hasil yang langsung seperti pada diplomasi konvensional (politik). Diplomasi politik merupakan usaha yang langsung pada sasaran (pada pemerintahielit negara sasaran), dan dampaknya juga dapat diharapkan langsung dari pemerintah tersebut, sedangkan Diplomasi Kebudayaan adalah usaha dengan obyek sasaran massa (tidak langsung pada pemerintah negara sasaran). Sehingga masuk akal bila dampak silang

16 Ibid, hal. 2-3.

16

(feed back) dari Diplomasi Kebudayaan ini pada proses decision making elit negara

tujuan tadi juga tidak bisa diharapkan bisa langsung terjadi.

Setiap negara dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional selalu

mengoptimalkan sumber daya nasional (kekuatan nasional) dalam pemanfaatan

kebudayaan. Seluruh kekuatan nasional di rekayasa dalam strategi kebudayaan. Jadi

Diplomasi Kebudayaan juga dianggap sebagai alat untuk memperlihatkan tingkat

peradaban suatu bangsa dengan memamerkan keagungan kebudayaan tersebut.

Tujuan utama dari Dilpomasi Kebudayaan adalah untuk mempengaruhi

pendapat umurn (masyarakat negara lain) dalam upaya mendukung suatu

kebijaksanaan politik luar negeri tertentu, untuk mencapai kepentingan nasional.

Pola umum yang biasanya terjadi dalam hubungan Diplomasi Kebudayaan adalah

antara masyarakat (suatu negara tertentu) dengan masyarakat(negara lain}. Namun

demikian, pendapat umum yang climaksud disini adalah guna mempengaruhi policy

pemerintah dari masyarakat yang bersangkutan"

Sasaran utama dari Dilpomasi Kebudayaan adalah pendapat umum, baik ada

level nasional (dari suatu masyarakat negara-bangsa tertentu) ataupun internasional,

dengan harapan pendapat umum tersebut dapat mempengaruhi para pengambil

keputusan pada pernerintah atau organisasi intemasional. 18

Sarana Diplomasi Kebudayaan adalah segala macam alat komunikasi, baik

media elektronik maupun cetak, yang dianggap dapat menyampaikan isi atau missi

17 Ibid, hal. 4. 18 Ibid, hal. 5.

17

.- ---------

Materi ataupun isi dari Diplomasi Kebudayaan adalah segala hal secara

politik luar negen tertentu, tennasuk didalamnya: sarana dilpomatik maupun

'1' 19

milrter.

makro maupun mikro yang dianggap sebagai pendayagunaan aspek budaya (dalam

politik luar negeri), antara lain : kesenian, periwisata, olahraga, teknologi, pendidikan, dan lain-lain."

Jika pada akhimya Korea Selatan menggunakan film sebagai pembantu ruang

geraknya untuk menunjukkan identitas diri masyarakat Korea yang menitikberatkan

pada kebudayaan dan kultur sosiaI masyarakat Korea adalah merupakan hal yang

sangat wajar. Dalam setiap film-film yang diproduksi, film-film Korea tentu saja

tidak jauh dari tujuan nilai-nilai tersebut, yang senantiasa selalu merepresentasikan

kultur sosial budaya masyarakat Korea.

Film Korea merupakan salah satu media pemerintah Korea sebagai

Diplomasi Kebudayaan, karena didalam film-film Korea banyak terkandung unsur-

unsur kebudayaan Korea. Film-film Korea mempunyai peranan penting bagi

pengembangan Diplomasi Kebudayaan dengan menanamkan, mengembangkan dan

melestarikan kultur sosial budaya masyarakat Korea yang pada akhimya dapat diakui

oleh dunia internasionaL Salah satu keunggulan film-film Korea selain teknologi

modem yang dimilikinya adalah mampu menunjukkan tingkat keberadaban bangsa

Korea.

]9 Ibid, hal. 5. 20 Ibid, hal. 5.

18

Dengan dukungan penuh pemerintah Korea dan seiring dengan kemajuan

teknologi dan informasi, maka film-film Korea dimaksimalkan untuk dapat go-

internasional. Dengan demikian diharapkan dengan mudah film-film Korea dapat

menyebar keseluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Salah satu usaha untuk

mempermudah penyebaran film-film Korea di dunia adalah dengan melakukan alih

bahasa dan dubbing di setiap negara. Hal ini berarti Korea dapat memanfaatkan film-

film Korea sebagai media atau sarana Diplomasi Kebudayaan yang efektif untuk

memperlihatkan keistimewaan dan keunggulan yang dimilikinya terse but kepada

masyarakat internasional.

Konsep Propaganda

Propaganda didefinisikan sebagai:

Usaha sistematis yang bertujuan untuk membentuk atau mengubah sikap, pendapat dan tindakan suatu kelompok yang menjadi sasarannya melalui simbol-simbol verbal, tulisan, peri1aku dengan menggunakan media seperti buku, pamplet, film, ceramah, radio, televisi dan lain-lain."

Propaganda merupakan penyebaran informasi baik mengenai kesenian, ilmu

pengetahuan, teknologi maupun nilai-nilai sosial ideologis suatu bangs a kepada bangsa yang lain.22 Hanya saja disampaikan secara tidak langsung (biasanya melalui

media massa, terutama elektronik).

21 Columbia dan Wolfe, R. Soeprapto, Hubungan International Sis/em, Interaksi, dan Perilaku, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, ha1184.

22 Op. Cit, Diplomasi Kebudayaan, hal. 22.

19

Film sebagai suatu produk budaya, juga merupakan salah satu media penyampai pesan sering digunakan sebagai alat propaganda yang strategis juga sarat dengan kemungkinan-kemungkinan keberhasilan yang padat. Karakteristik film sebagai media penyampai pesan sangatlah efektif, dimana film memiliki gambar (visual) dan suara (audio), sehingga ketertarikan penonton (audiens) lebih besar dibandingkan media komunikasi lainnya yang hanya gambar (visual) saja atau suara (audio) saja. Secara teoritik, karakteristik dari konsep propaganda didasarkan ciri-ciri pada poia komunikasinya dan bukan pada bidang operasinya atau bidang-bidang disiplin yang dilibatkannya.

Untuk mendapatkan perhatian sebagaimana yang dikehendaki atau untuk mencapai tujuannya, propaganda harus diletakkan pada dasar hubungan antara dirinya dengan sasarannya menurut kepentingan maupun pandangan hidupnya. Hal tersebutlah yang menjadikan pelaku propaganda cenderung untuk menekankan minat-minat dan sifat-sifat yang sarna. Korea Selatan sebagai salah satu negara industri yang maju selalu berusaha untuk dapat memonopoli laju perkembangan ekonomi, politik, sosial, maupun budaya dengan menempatkan film sebagai alat propaganda. Alasannya sangat jelas, film sarat dengan nilai komunikasi.

Meialui media film, Korea Selatan memasok nilai-nilai sosial budaya negara Korea Selatan kepada masyarakat internasional. Selain itu, film Korea juga mulai menyebar luas di Indonesia. Sekarang ini, stasiun-stasiun tv swasta di Indonesia mulai berlomba-lomba untuk menayangkan film-film Korea. Propaganda pada film

20

ini tampak pada simbol-simbol Korea Selatan yang melekat pada film, seperti adat

istiadat, pakaian tradisional, bendera negara Korea Selatan, rumah adat, pola hidup

mereka, festival kebudayaan, sastra, makanan tradisional Korea dan masih banyak

lagi, Hampir dati semua manifestasi dati kebudayaan dapat dimanfaatkan oleh

propaganda karena memiliki pengaruh-pengaruh yang bersifat "propagandis".

Konsep Film

Pengertian film yaitu." :

1. Bahan tipis dan bening berbentuk carik yang dilapisi emuisi, yang peka cahaya untuk merekam gambar dari suatu obyek kamera.

2. Media komunikasi yang bersifat visual atau audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu baik yang bersifat fiktif maupun non fiktif (realita).

Dalam pengertian di atas, film dilihat dan medianya, yaitu film sebagai alat

dari bahan seluloid yang berguna untuk merekarn gambar negatif dati kamera. Film

juga dilihat sebagai salah satu media komunikasi yang dapat dilihat dan didengar

melalui rekaman gambar dan suara yang dipancarkan melalui layar dan berfungsi

untuk menyampaikan pesan bagi sekelompok orang yang berkumpul disuatu tempat

tertentu.

Film juga merupakan suatu sarana komunikasi karena setelah film selesai

pembuatannya, seluruh masyarakat akan dapat menyaksikannya pada layar bioskop,

televisi, VCD maupun DVD. Karena film juga merupakan suatu ide, gagasan

23 Onong Uchjana Efendy, Kamus komunikasi, 1984, hal. 82.

21

Secara ringkas, fungsi informasional dapat dilihat dari karakteristik film yang

seseorang yang dirangkai menjadi suatu cerita agar menarik perhatian khalayak yang

merupakan proses penyampaian pesan.

Fungsi film berkaitan dengan karakteristiknya yang diharapkan oleh

penerimanya. Sebagaimana umumnya media komunikasi massa lainnya, fungsi film

dapat dilihat dalam empat macam, yaitu: informasional, instruksional, persuasif, dan

hiburan. Keempat fungsi ini dapat terkandung dalam satu film, tapi bisa juga kurang

dari itu. Setiap film akan memberikan penekanan yang berbeda-beda atas fungsi-

fungsi tersebut. Dengan kata lain, film yang berfungsi hiburan sesungguhnya juga

mengandung pesan yang berfungsi informasional, instruksional, dan persuasif

hanya menyampaikan informasi yang kaitannya dengan masyarakat penerima hanya

digunakan untuk tujuan jangka pendek. Sedang yang bersifat instruksional

menyampaikan informasi yang dapat merangsang kegiatan belajar, dan pesannya

digunakan untuk tujuanjangka panjang. Fungsi persuasif suatu film akan terkandung

dalam pesan yang berusaha mengendalikan sikap atau perilaku penerimanya. Dan

fungsi hiburan dari film dengan sendirinya menyampaikan hal-hal yang

menyenangkan dan pengertian yang lebih mendalam dengan adanya wawasan

b . 24 atm.

Film-film Korea seperti kebanyakan, memanfaatkan setting alam dari negara

Korea, seperti: Pegunungan, danau, laut, pedesaan dan lain-lain. Disamping itu juga

24 Op. Cit, Film (Sebuah Pengantar), hal. 29.

22

unsur-unsur tradisional dan tradisi sangat dipertahankan, rumah adat, pakaian khas, dan kebiasaan masyarakat Korea pada umumnya. Dari unsur cerita, film-film Korea sangat memegang teguh sejarah dan adat istiadat masyarakat Korea. Tema-tema keseharian masyarakat merupakan salah satu nilai jual yang khas dari film-film maupun sinetron Korea. Unsur-unsur kebudayaan inilah yang dijadikan pemerintah Korea sebagai salah satu alat untuk memperkenalkan bangsa Korea ke dunia intemasional.

Film dan sinetron Korea sangat kental dengan kebudayaan masyarakat Korea, kehidupan sosial masyarakat Korea itu sendiri sehingga mencapai kesimpulan pada satu titik dimana produk budaya pop Korea menjadi "jendela" untuk memahami bangsa Korea. Film dan sinetron Korea dijadikan alat untuk mengenalkan bangs a Korea kepada bangsa lain atau dengan kata lain film dan sinetron Korea menjadi alat diplomasi negara Korea.

F. HIPOTESA

Yang ingin dicapai Pemerintah Korea Selatan dalam memanfaatkan media film ill Indonesia adalah: Film difungsikan sebagai sarana penyebaran dan perluasan inforrnasi kebudayaan Korea Selatan kepada Indonesia.

23

G. JANGKAUAN PENELITIAN

Pembahasan penelitian dimaksudkan agar obyek penelitian menjadi jelas dan spesifik, juga agar pennasalahan dan kajian melebur dari wacana yang telah diterapkan untuk dikaji agar tidak terjadi penyimpangan. Dengan ditegaskannya batas-batas kajian, maka optimisme akan menjadikan pedoman dan mencegah timbulnya kerancuan pengertian dan kekaburan wilayah persoalan.

Untuk mempermudah penelitian dan menghindari kesulitan dalam mencari data maka penulis menggunakan batasan, bahwa jangkauan Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan melalui film di Indonesia ini membahas seputar upaya pemerintah Korea Selatan dalam memperkenalkan dan menyebarluaskan film Korea sebagai media Diplomasi Kebudayaan di Indonesia. Konteks penelitian ini di fokuskan pada batasan yaitu pada penerapan kebijakan pemerintah Korea Selatan dalam upaya pengenalan Diplomasi Kebudayaan melalui media film di Indonesia yaitu dimulai dari tahun 2002an sampai sekarang. Dengan pertimbangan bahwa tahun 2002an merupakan awal mula masuknya film Korea di Indonesia dan perkembangannya sampai sekarang yang diketahui penulis.

Namun apabila ada pembahasan masalah-masalah yang ada diluar jangkauan waktu yang ditetapkan, selama masih ada korelasi dan relevansinya akan penulis cantumkan dengan maksud sebagai tinjauan histories serta untuk menjelasakan uraian yang dimaksud.

24

H. METODE PENGUMPULAN DATA

Keberadaan metode merupakan salah satu syarat diakuinya sesuatu menjadi ilmu pengetahuan, disamping syarat-syarat yang lain yakni mempunyai objek, sudut pandang terhadap metode serta hasil-hasil pandangannya merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat atau sistematis.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah dengan mengumpulkan data melalui buku-buku literatur, jumal-jurnal ilmiah, majalah, surat kabar atau koran, makalah-makalah yang disampaikan dalam seminar, artikel-artikel, tulisan-tulisan yang berhubungan dengan pennasalahan yang diteliti dan beberapa pendukung lainnya yang di anggap relevan dengan masalah yang diteliti, tennasuk: dengan akses berbagai sumber data dari internet.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam skripsi ini terdiri dari 5 bab dan pembahasan dalam tiap bab akan dijabarkan lebih rinei ke dalam sub-sub bab. Pembahasan yang terkandung dalam bah satu dengan yang lainnya saling berhubungan sehingga pada akhimya nanti akan membentuk karya tulis yang runtut dan sistematis. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :

25

BABI

BABn

BABm

BABIV

BABV

Merupakan pendahuluan yang meliputi penjelasan mengenai Alasan Pemilihan Judul, Tujuan Penelitian, Latar Belakang Masalah, Pokok Pemasalahan, Kerangka Dasar Pemikiran, Hipotesa, Jangkauan Penelitian, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan. Menjelaskan sekilas tentang Korea mulai dari wilayah negara Korea, keadaan alam, keadaan geografis, penduduk, dan sej arah negara, serta perkembangan kebudayaannya.

Mendeskripsikan tentang gambaran umum mengenat trend merebaknya budaya pop Korea (Hallyu) baik di negara Korea itu sendiri maupun di Indonesia, dengan studi kasus tentang sinetron dan film Korea di Indonesia.

Berisi tentang harapan film sebagai diplomasi kebudayaan pemerintah Korea Selatan di Indonesia, diantaranya tentang Kebijakan Khusus Pemerintah Korea Selatan, film difungsikan sebagai sarana penyebaran dan perl uasan informasi kebudayaan Korea Selatan kepada Indonesia, serta bagaimana film dijadikan sebagai media propaganda oleh pemerintah Korea Selatan untuk mengekspor nilainilai sosial budaya Korea Selatan kepada Indonesia.

Berisi rangkuman atau kesimpulan dari bab-bab pembahasan dan merupakan pembahasan terakhir serta penutup dari skripsi ini.

26

Anda mungkin juga menyukai