Anda di halaman 1dari 4

Berikut adalah paparan Rektor IPB Prof. Dr. Ir.

Herry
Suhardiyanto, Msc terkait susu formula yang disampaikan pada
Lokakarya Kemahasiswaan IPB di Auditorium FPIK, Ahad (20/2)
pada pukul 11.15-12.30 WIB

Pada awalnya, penelitian ini dilakukan oleh Dr. Sri Estuningsih


selaku ahli Mikrobiologi Kedokteran Hewan. Beliau mendapat
dana penelitian yang cukup besar, termasuk salah satunya adalah
Dana Hibah Bersaing. Penelitian yang dilakukan ini adalah untuk
melakukan isolasi terhadap bakteriEnterobacter sakazakii. Kalau
dalam bahasa gaulnya “berburu bakteri”. Bakteri ini sebenarnya
sudah ditemukan lama sejak tahun 1958, namun belum diketahui
tingkat keganasannya. Susu berpotensi untuk menjadi habitat E.
sakazakii karena mengandung protein yang tinggi. Dr. Estu
kemudian mencoba melakukan penelitian lebih terhadap bakteri
ini, sampai dilakukan di Jerman karena tidak adanya fasilitas di
Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui 5 dari 22
produk susu yang diteliti ternyata mengandung bakteri tersebut.
Bakteri tersebut kemudian diujicobakan pada seekor mencit
dalam dosis yang cukup tinggi, ternyata bakteri ini menyerang
jaringan otak.

Setelah diketahui dampak dari bakteri ini, Dr. Estu segera


mengumumkan pada pihak-pihak terkait adanya bakteri E.
sakazakii dan akibatnya. Beliau sudah banyak mem-publish
dalam pertemuan atau seminar ilmiah. Namun ada seorang
menteri pada waktu itu (sekitar tahun 2008) yang menganggap
remeh hasil temuan itu. Beliau mengatakan itu karena penelitian
ini dilakukan oleh seorang dokter hewan. Depkes dan BPOM pun
tidak dapat melakukan tindakan, karena hingga tahun 2008,
belum ada peraturan terkait kontaminasi bakteri E. sakazakii ini.

Kemudian dilakukan seminar internasional FAO yang


mengundang seluruh ahli dari berbagai belahan dunia, dan Dr.
Estu mewakili Asia dalam seminar tersebut. Akhirnya ditetapkan
dalam keamanan standar pangan internasional, bahwa susu
harus terbebas dari kontaminasi E. sakazakii. Dengan
dikeluarkannya ketetepan ini, pada tahun 2008 dilakukan teguran
bagi seluruh produsen susu untuk memperbaiki kinerja
produksinya sehingga seluruh produk susu wajib terbebas dari
kontaminan bakteriE. sakazakii. Dan pada tahun yang sama pula,
BPOM melakukan uji pada 96 merk susu dan hasil seluruh
pengujian adalah NEGATIF alias tidak lagi ditemukan ada
kontaminasi E. sakazakii pada produk susu.

Pada waktu dekat ini, terdapat seseorang yang bernama David L.


Tobing yang memiliki 2 orang anak, menuntut agar kelima produk
yang diindikasikan tercemar bakteri E. sakazakii berdasarkan
penelitian Dr. Estu pada tahun 2006 agar dipublikasikan. Awalnya
David menuntut atas nama masyarakat Indonesia, lalu berubah
kemudian dia menuntut atas nama kedua anaknya karena anak-
anaknya mengonsumsi susu. Padahal hingga saat ini kedua
anaknya baik-baik saja (Alhamdulillah). Adanya penuntutan ini
kemudian diliput oleh media. Media menyatakan bahwa apabila
ini tidak diumumkan maka akan meresahkan warga. Distorsi
media inilah yang menjadi salah satu faktor dalam mencuatnya
kasus ini, sehingga banyak masyarakat yang hanya mengetahui
kasus ini dari segi kepentingan publik semata, tidak melihat
bagaimana seharusnya publikasi ilmiah itu diterima.

Pak Rektor menambahkan tentang dosis pengujian pada mencit.


Dosis yang diberikan pada mencit adalah dosis yang dilakukan
terus menerus dalam takaran tinggi, hingga akhirnya
diindikasikan menyerang jaringan otak. Sementara seandainya
terdapat bakteri ini dalam susu formula yang kita konsumsi, dosis
nya tidak akan setinggi dosis yang diberikan pada mencit. Beliau
mengatakan, “Dan saya kira, bayi-bayi Indonesia bukanlah bayi
tikus, sehingga masih aman.” Dan pada kenyataannya, hingga
saat ini remaja seukuran kita yang dulu mengonsumsi susu atau
masih pada saat ini, hingga saat ini belum ditemukan adanya
kasus penyakit akibat bakteri ini.
IPB, selaku institusi pendidikan tinggi, sangat menjunjung tinggi
kode etik penelitian. IPB tidak dipengaruhi oleh otoritas apapun,
termasuk otoritas pemerintah maupun industri. “Kita patuh pada
hukum, namun kita harus terus menjunjung tinggi etika
penelitian. Saya tidak pernah ditekan oleh menteri. Dan kalaupun
ada menteri yang menekan saya, saya akan bilang tidak. Terlalu
murah jika IPB dibeli oleh pihak-pihak yang mementingkan
kepentingan sendiri.”

“IPB akan mengumumkan jika memang masyarakat sudah dalam


kondisi yang berbahaya atau darurat, sekalipun itu melanggar
aturan. Hingga saat ini belum ditemukan adanya kasus akibat
kontaminasi E. sakazakii, dan sejak tahun 2008 seluruh merk susu
telah dinyatakan negatif oleh BPOM.”, beliau menambahkan.

Dari paparan diatas, tentu sebaiknya kita kembali berkaca pada


dunia pendidikan, yang memegang teguh Tri Dharma Pendidikan
Tinggi. Seharusnya kita berterima kasih dan bersyukur dengan
ditelitinya bakteri E. sakazakii oleh Dr. Estu yang akhirnya
menjadi patokan dalam standar keamanan pangan internasional.
Rektor mengimbau kepada pada masyarakat, untuk dapat
memahami dan membaca dengan baik publikasi ilmiah, termasuk
web ilmiah. Karena ini adalah penelitian yang bersifat ilmiah,
maka bahasa yang digunakan juga ilmiah. Juga kepada media
yang banyak melakukan distorsi terhadap sumber yang pasti.
Rektor mengeluhkan dengan penyingkatan kalimat tulisan
newstickeryang bertuliskan:

--IPB tidak izin melakukan penelitian kepada Kementrian


Kesehatan--

padahal IPB selaku institusi memang berhak melakukan penelitian


dan tidak memerlukan izin dari kementrian manapun. Tapi
penulisan diatas cenderung menunjukkan penelitian yang
dilakukan oleh IPB adalah ilegal. Pada awalnya ini merupakan
publikasi ilmiah biasa, namun bergeser mulai dari persoalan
hukum , kepentingan golongan, bahkan kepentingan politik
semata. Ada beberapa pihak yang menggunakan kesempatan ini
untuk menjadi terkenal dalam panggung perpolitikan semata.

Harapan dari saya untuk pembaca sekalian, agar dapat


mengambil hikmah dari kasus ini. Saat ini sepertinya sudah tidak
ada bidang yang tidak ditunggangi kepentingan politik atau
golongan. Dunia pendidikan yang seharusnya bersifat independen
dan berpihak pada kepentingan bersama serta kemajuan bangsa
akhirnya mulai diusik dan diganggu dengan berbagai tuduhan
telah menjadi bagian dari kongkalikong golongan tertentu.
Bahkan dunia olahraga yang notabene nya jauh dari panggung
perpolitikan dan murni untuk mengukir prestasi dan kesehatan
pun mengalami hal yang serupa. Saya kira dengan berbagai
media yang memberitakan kasus ini dari berbagai sudut pandang,
seluruh masyarakat dan khususnya kaum intelektual dan
cendekia dapat melihat kasus ini lebih dalam dan mengambil
hikmah yang ada. Sesuai dengan amanat Pak Rektor, jangan
sampai kasus ini membuat kreativitas dan semangat para peneliti
turun dan takut karena adanya kasus seperti ini. Semoga kasus
ini dapat cepat selesai tanpa merugikan pihak manapun, serta
semangat para putra/putri bangsa terus membara dalam
membangun negara. Salam.

Anda mungkin juga menyukai