Internal Security Act (ISA). Regulasi yang bisa memenjarakan tanpa prosedur lazim. Terorisme memang bisa ditumpas habis. Namun, ISA menjalar jadi alat politik kekuasaan. ISA digunakan untuk mengekang kebebasan berpendapat (pers). Media di Malaysia tidak segarang dan sebebas di Indonesia. Pertanyaan mencuat ke permukaan, apakah sistem pemerintahan Malaysia masih demokrasi? Demokrasi Demokrasi pasti tidak seragam. Namun, demokrasi mempunyai konvensi internasional. Prinsip universal yang mengikat. Demokrasi memiliki karakter tersendiri. Tidak serta-merta sistem otoriter mengklaim demokratis. Ini keliru besar. Demokrasi seperti dikatakan Bung Hatta adalah sistem yang terus-menerus berbenah. Dari waktu ke waktu, akan terus berganti mengikuti perkembangan zaman. Apa wajah sistem pemerintahan Malaysia yang menganut demokrasi? Legislatif. Politik Malaysia mengenal pola oposisi dan pihak berkuasa. Kini, UMNO di bawah asuhan PM Malaysia sekarang memegang kendali politik. Oposisi tidak bisa mengeluarkan manuver. Democracy is about number. Penetrasi legislatif Malaysia terkesan cap stempel pemerintah karena oposisi tidak bisa berbuat banyak. Kursi mereka di parlemen tidak signifikan. Terutama, setelah Anwar Ibrahim tersandung kasus pelecehan seks. Pers. Pers di sana adem ayem. Relatif tidak hiruk pikuk. Pemerintah masih mempunyai kendali atas media Malaysia. Isu sensitif jarang dimuat di headline. Paling banter, disimpan di halaman belakang. Pers mainstream tidak bisa diandalkan. Namun, beberapa blog di internet berperan bak watch dog. Namun, mereka diciduk aparat kepolisian. Terutama, ketika menulis skandal yang menyibak relasi kekuasaan. Kebebasan berpendapat. Harus diakui, Malaysia masih tertinggal dalam hal ini. Demonstrasi masih jarang ditemui. Bahkan, kolumnis Malaysia terkenal pernah berujar bahwa menulis di sana harus ditata. Jadi, tidak boleh to the point, tendensius, dan menyerang frontal.