Anda di halaman 1dari 20

0

TUGAS PAPER TEKNIK IRIGASI

“Perancangan Irigasi Curah”

Disusun Oleh:

Okky Yuda

(240110070045)

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2010
1

Latar Belakang

Pemanfaatan air pada lahan pertanian yang kering perlu dilakukan seefisien
mungkin karena sulitnya untuk mendapatkan air yang cukup bagi tanaman.
Pemberian air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman merupakan salah satu cara
untuk dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi pertanian.
Secara alami sebenarnya tanaman dapat mendapatkan air dari hujan, tetapi
sebagian besar air hujan itu hilang melalui penguapan, perkolasi dan aliran
permukaan. Akibatnya hanya tinggal sebagian kecil di sekitar akar, sehingga air
ini sering tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Oleh sebab itu untuk
membudidayakan tanaman harus diusahakan agar kebutuhan air selama
pertumbuhan dapat tercukupi dengan memberikan air dalam jumlah, waktu, dan
cara yang efisien melalui sistem irigasi (Najiyati dan Danarti, 1993).
Semua sistem irigasi pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk penyediaan air, tetapi karena beberapa faktor antara lain sifat dan kebutuhan
tanaman, sifat lahan, sifat tanah dan tersedianya biaya yang berbeda-beda maka
dilakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan air bagi setiap tanaman
tersebut (Gandakusuma, 1981).
Irigasi merupakan penambahan kekurangan air tanah secara buatan yakni
dengan memberikan air secara pengaturan air pada tanah yang diusahakan. Irigasi
mempunyai ruang lingkup dari pengembangan sumber air, penyediaannya,
penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian, pembagian dan penjatahan pada
areal. Pemberian air irigasi dapat dilakukan dengan lima cara : (1) dengan
Tujuan Pembangunan pertanian yang ingin dicapai pada tahun 2005-2009
antara lain adalah peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan nilai
tambah dan pemilihan produk yang berdaya saing, tangguh dan berkelanjutan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Departeman Pertanian memfasilitasi sarana
dan prasarana fisik untuk pengembangan usaha agribisnis pedesaan di sentra
produksi komoditas unggulan.
Dalam pengembangan komoditas unggulan tanaman maupun ternak, air
merupakan faktor determinan keberhasilan sistem budidaya. Argumennya, air
merupakan komponen utama (lebih dari 80%) penyusun tanaman maupun ternak
sekaligus berperan penting dalam proses metabolisme. Itulah sebabnya mengapa
2

kekurangan atau kelebihan air untuk tanaman dapat berdampak negatif terhadap
pertumbuhan dan atau perkembangan tanaman dan ternak bahkan berdampak
langsung terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
Model pengusahaan tanaman dengan menyesuaikan karakteristik iklim
khususnya jumlah curah hujan, hari hujan dan penyebarannya yang dilaksanakan
belakangan ini umumnya kurang efektif dan efisien, karena intensitas, frekuensi
dan durasi anomali iklim cenderung meningkat. Apalagi pola penyebaran
produksi biasanya akan seirama dengan pola curah hujan (musiman) tetapi
seringkali tidak seirama dengan permintaan pasar yang relatif tetap sepanjang
tahun. Untuk dapat mencukupi\ kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman,
sehingga dapat menyesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka
pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk
memenuhi kebutuhan air di musim kemarau atau di luar musim.
Berdasarkan sumber air irigasi, maka irigasi dibagi dalam dua kategori yaitu
irigasi permukaan dan irigasi air tanah, yang biasanya dengan memakai pompa.
Dalam implementasinya di lapangan, oleh karena air irigasi yang bersumber dari
air tanah memerlukan biaya investasi relatif mahal, maka pendayagunaan air yang
dihasilkan dari pompa perlu diarahkan kepada Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi
(TBET).
Sehubungan dengan jumlah air relatif terbatas, sementara permintaan air
terus meningkat, maka secara alamiah akan terjadi kompetisi penggunaan air antar
sektor (pertanian, air minum, domestik dan industri), antar wilayah dan antar
waktu. Untuk mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar
sektor, maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan. Salah satu cara
adalah dengan penerapan sistim irigasi bertekanan. Meskipun awalnya
membutuhkan investasi yang relatif tinggi, namun dengan perhitungan dan
penentuan desain yang akurat, operasional dan pemeliharaan harus tepat,
pemanfaatan air untuk sektor pertanian dapat ditingkatkan daya saingnya terhadap
sektor kompetitornya.
Apabila penerapan irigasi bertekanan seperti sprinkler/tetes diterapkan maka
seluruh faktor pendukung harus mengikutinya, seperti jenis, waktu, kondisi pola
tanam, jumlah, kesinambungan produksi dan lain-lain harus disesuaikan. Dengan
3

demikian pengetahuan, pengalaman terhadap penentuan desain, pelaksanaan,


permintaan pasar mutlak dibutuhkan. Sementara itu Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan petani di sentra produksi tentang pengelolaan air irigasi bertekanan
relatif masih rendah karena hal ini merupakan hal baru bagi mereka, sehingga
untuk tahap awal diperlukan model percontohan pengembangan irigasi bertekanan
menunjang tanaman hortikultura dan perkebunan dengan bimbingan secara
berkesinambungan.

Sasaran Irigasi Curah


1. Tersedianya air untuk mengusahakan tanaman hortikultura/ Perkebunan
sepanjang waktu.
2. Terbangunnya percontohan pengelolaan air yang efektif dan efisien.

Lokasi Pengembangan Irigasi Curah


Lokasi pengembangan irigasi bertekanan harus didelinasi dengan
menunjukkan posisi koordinatnya (LU/LS dan BT/BB). Secara umum persyaratan
lokasi tersebut meliputi: persyaratan penentuan lokasi, persyaratan petani dan
kelompok tani, persyaratan ekonomi dan kewajiban Dinas Pertanian/Dinas
Perkebunan provinsi/ kabupaten/ kota pelaksana. Uraian ringkasnya disajikan
sebagai berikut:
1. Sentra produksi hortikultura/perkebunan rakyat yang potensial dan sudah
berkembang
2. Sumber air tersedia dengan jumlah dan kualitas yang memadai, diutamakan
sumber air permukaan. Seyogyanya sumber air berada di elevasi yang lebih
tinggi dari lahan yang diairi sehingga memungkinkan terjadinya beda tinggi
tekanan air yang memungkinkan untuk beroperasinya sistem irigasi sprinkler/
tetes.
3. Tersedia infrastruktur yang baik dari dan ke lokasi misalnya jalan,
telekomunikasi, listrik dan sarana transportasi.
4. Di lokasi pengembangan terdapat kelompok tani yang cukup baik aktif dan
berdedikasi tinggi.
4

5. Lokasi contoh lahan milik petani dan sekaligus penggarap berdasarkan


kesepakatan kelompok.
6. Luas layanan untuk irigasi sprinkler minimal 1 hektar per 1 unit, sedangkan
untuk irigasi tetes minimal ½ hektar per 1 unit.

Persyaratan Petani dan Kelompok Tani


Ada tujuh persyaratan petani dan kelompok tani yang diperlukan dalam
pengembangan irigasi bertekanan.
1. Membutuhkan teknologi irigasi bertekanan dan bersedia menerapkan teknologi
ikutannya dan bersedia menanam tanaman bernilai ekonomi tinggi.
2. Relatif maju dalam penguasaan teknologi, pengusahaan yang berorientasi pasar
dan bisnis.
3. Bersedia mengoperasikan, memelihara irigasi bertekanan secara berkelompok
dan menanggung seluruh biaya operasional dan pemeliharaan.
4. Berdedikasi tinggi dan mempunyai track record yang baik.
5. Berkomitmen terhadap peraturan yang disepakati bersama antar petani dan
dinas yang berkompeten.
6. Penempatan lokasi tidak menyebabkan kecemburuan sosial bagi petani
sekitarnya.
7. Petani atau kelompok tani belum pernah mendapatkan bantuan peralatan
sejenis.

Pelaksanaan Desain Sederhana


Desain sederhana dilaksanakan dengan melakukan pemilihan lokasi sesuai
kriteria ditinjau dari aspek teknis, sosial dan budaya, ekonomis dan lingkungan.
Laporan Desain Sederhana minimal melampirkan:
1. Keadaan umum lokasi percontohan.
2. Cakupan luasan, desain dalam bentuk peta detail (skala 1: 5.000)
3. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) secara terinci atau detail. RAB
dihitung sampai jaringan irigasi bertekanan (sprinkler/tetes) terpasang dan siap
beroperasi.
4. Permasalahan dan penanggulangannya serta rencana pengembangan.
5

5. Letak lokasi ditentukan dengan koordinat LU/LS dan BT/BB.


Hasil akhir dari desain sederhana dijadikan sebagai dasar untuk dokumen
pengadaan bahan, peralatan dan pemasangan instalasi irigasi bertekanan, yang
diikuti dengan sosialisasi desain sederhana di lokasi yang akan dibangun.

Pelaksanaan Pengadaan Bahan dan Peralatan


Kegiatan pelaksanaan pengadaan bahan dan peralatan meliputi:
1. Pengadaan bahan dan peralatan serta pemasangan instalasi irigasi bertekanan
dilaksanakan segera setelah desain sederhana selesai dilaksanakan. Bila elevasi
sumber air lebih tinggi dibandingkan lahan yang diairi sehingga
memungkinkan dapat beroperasinya sistem irigasi bertekanan (sprinkler/tetes),
maka pengadaan pompa air tidak diperlukan.
2. Pelaksanaan pengadaan irigasi bertekanan berpedoman kepada Kepres No. 80
tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa beserta perubahan-
perubahannya.

Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi mencakup:
1. Pemasangan jaringan irigasi bertekanan dilaksanakan oleh pihak ke III
(rekanan) yang telah ditunjuk atau ditetapkan sebagai pelaksana.
2. Pemasangan dilakukan berdasarkan hasil desain yang telah disusun
3. Penyiapan sumber air dan sistem salurannya.
4. Penyaluran air ke pertanaman melalui irigasi bertekanan.
5. Ujicoba (running test) pemanfaatan sistem irigasi bertekanan.

Operasi dan Pemeliharaan


Ketentuan tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertekanan
adalah sebagai berikut:
1. Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertekanan diserahkan kepada
petani atau kelompok tani atau penerima manfaat.
2. Biaya operasional dan pemeliharaan menjadi beban atau tanggung jawab petani
atau kelompok tani penerima manfaat.
6

Pembinaan
Pembinaan terhadap penerima manfaat dilakukan oleh Dinas teknis terkait.
Pembinaan antara lain terhadap teknik operasional dan pemeliharaan jaringan
irigasi bertekanan, pemilihan komoditi, teknik budidaya dan lain-lain.

Pelatihan
Pelatihan dilakukan agar investasi irigasi bertekanan yang biayanya mahal
dapat dijaga keberlanjutannya. Peserta pelatihan meliputi:
1. Petani atau penerima manfaat, bidang yang diberikan pada pelatihan terutama
dalam hal operasional dan pemeliharaan.
2. Pelaksana, bidang yang diberikan pada pelatihan terutama dalam hal
pengadaan dan pemasangan jaringan irigasi bertekanan.

Pembiayaan
1. Dana tugas pembantuan dari Ditjen PLA disediakanan dalam bentuk belanja
modal irigasi. Digunakan untuk pengadaan bahan, peralatan dan konstruksi
sistem irigasi bertekanan (sprinkler / tetes).
2. Dana pendukung dari APBD I / II. Digunakan untuk CP CL, pembuatan desain
sederhana, pembinaan, monitoring dan pengawasan.

Irigasi Curah
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk
membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula
digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan
pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan
pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-
masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995).
Sistem irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah
memiliki posisi yang tepat),serta continius system (alat pencurah dapat dipindah-
pindahkan). Pada set system termasuk ; hand move, wheel line lateral, perforated
pipe, sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun sprinkle.  Sprinkle jenis ini
7

ada yang dipindahkan secara periodic dan ada yang disebut fixed system atau
tetap (main line lateral dan nozel tetap tidak dipindah-pindahkan). Yang termasuk
continius move system adalah center pivot, linear moving lateral dan traveling
sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).
Menurut Hansen et. Al (1992) menyebutkan ada tiga jenis penyiraman yang
umum digunakan yaitu nozel tetap yang dipasang pada pipa, pipa yang dilubangi
(perforated sprinkle) dan penyiraman berputar. Sesuai dengan kapasitas dan luas
lahan yang diairi serta kondisi topografi, tata letak system irigasi curah dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu (1) Farm system, system dirancang untuk suatu
luas lahan dan merupakan satu-satunya fasilitas pemberian air irigasi, (2) Field
system, system dirancang untuk dipasang di beberapa laha pertanian dan biasanya
dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan pada letak persemaian, (3)
Incomplete farm system, system dirancang untuk dapat diubah dari farm system
menjadi fiekd system atau sebaliknya.
Berapa kelebihan sistem irigasi curah disbanding desain konvensional atau
irigasi gravitasi antara lain ; (1) sesuai untuk daerah-daerah dengan keadaan
topografi yang kurang teratur dan profil tanah yang relative dangkal, (2) tidak
memerlukan jaringan saluran sehingga secara tidak langsung akan menambah luas
lahan produktif serta terhindar dari gulma air, (3) sesuai untuk lahan berlereng
tampa menimbulkan masalah erosi yang dapat mengurangi tingkat kesuburan
tanah. Sedangkan kelemahan sistem irigasi curah adalah (1) memerlukan biaya
investasi dan operasional yang cukup tinggi, antara lain untuk operasi pompa air
dan tenaga pelaksana yang terampil, (2) memerlukan rancangan dan tata letak
yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi (Bustomi,
1999).   
Menurut Keller (1990) efisiensi irigasi curah dapat diukur berdasarkan
keseragaman penyebaran air dari sprinkle. Apabila penyebaran air tidak seragam
maka dikatakan efisiensi irigasi curah rendah. Parameter yang umum digunakan
untuk mengevaluasi keseragaman penyebaran air adalah coefficient of uniformity
(CU). Efisiensi irigasi curah yang tergolong tinggi adalah bila nilai CU lebih besar
dari 85%.
8

Berdasarkan penyusunan alat penyemprot, irigasi curah dapat dibedakan ;


(1) system berputar (rotaring hed system) terdiri dari satu atau dua buah nozzle
miring yang berputar dengan sumbu vertical akibat adanya gerakan memukul dari
alat pemukul (hammer blade). Sprinkle ini umumnya disambung dengan suatu
pipa peninggi (riser) berdiameter 25 mm yang disambungkan dengan pipa lateral,
(2) system pipa berlubang (perforated pipe system), terdiri dari pipa berlubang-
lubang, biasa dirancang untuk tekanan rendah antara 0,5-2,5 kg/cm 2 , hingga
sumber tekanan cukup diperoleh dari tangkai air yang ditempatkan pada
ketinggian tertentu (Prastowo dan Liyantono, 2002).
Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari (a) pompa dengan tenaga
penggerak sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa
peninggi (riser) dan (e) kepala sprinkle (head sprinkle). Sumber tenaga penggerak
pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar. Pipa utama adalah pipa yang
mengalirkan air ke pipa lateral. Pipa lateral adalah pipa yang mengalirkan air dari
pipa utama ke sprinkle. Kepala sprinkle adalah alat/bagian sprinkle yang
menyemprotkan air ke tanah (Melvyn, 1983).

Ketentuan Teknis Irigasi Curah


Mengingat pengembangan irigasi bertekaan relatif padat modal dan
teknologi serta sangat bersifat spesifik lokasi, maka dipandang perlu adanya
pedoman teknis kegiatan fisik.

Komponen Irigasi Sprinkle


Irigasi sprinkler disebut juga sebagai overhead irrigation karena pemberian
air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan.
Komponen penyusun sistem irigasi sprinkler adalah sebagai berikut:
a. Sumber Air Irigasi
Sumber air irigasi dapat berasal dari mata air, sumber air yang permanen
(sungai dan danau), sumur, atau suatu sistem suplai regional. Idealnya sumber air
terdapat di atas hamparan, bersih (tidak keruh) dan tersedia sepanjang musim.
Contoh sumber air irigasi dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
9

Gambar 1. Sumber Air Irigasi Sprinkler.

b. Sumber Energi untuk Pengairan


Sistem irigasi dapat dioperasikan dengan menggunakan sumber energi yang
berasal dari gravitasi (jauh lebih murah), pemompaan pada sumber air, atau
penguatan tekanan dengan menggunakan pompa penguat tekanan (booster pump).
Contoh sumber air irigasi dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Energi Penggerak (Pompa) Irigasi Sprinkler.


c. Jaringan Pipa
 Lateral, merupakan pipa tempat diletakkannya sprinkler
 Manifold, merupakan pipa dimana pipa-pipa lateral dihubungkan.
 Valve line, merupakan pipa tempat diletakkan katup air.
 Mainline, merupakan pipa yang dihubungkan dengan valve line.
 Supply line, merupakan pipa yang menyalurkan air dari sumber air.
Skema jaringan irigasi sprinkler dan contoh jaringan pipa dapat dilihat pada
Gambar 3 berikut ini:
10

Gambar 3. Skema Jaringan Irigasi Sprinkler.

Sesuai dengan kapasitas dan luas lahan yang diairi serta kondisi
topografinya, tata letak sistem irigasi sprinkler dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu :
1. Farm System, sistem dirancang untuk suatu luas lahan dan merupakan satu-
satunya fasilitas pemberian air irigasi.
2. Field System, sistem dirancang untuk dipasang di beberapa lahan pertanian dan
biasanya dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan pada lokasi
persemaian.
3. Incomplete Farm System, sistem dirancang untuk dapat diubah dari Farm
System menjadi Field System atau sebaliknya.
Efisiensi irigasi sprinkler dapat diukur berdasarkan keseragaman
penyebaran air dari sprinkler. Efesiensi irigasi sprinkler yang tergolong tinggi
(keseragaman tergolong baik) adalah bila nilai Coefficient of Uniformity (CU)
lebih besar dari 85%.

Tahapan Desain
Desain irigasi sprinkler dilakukan dengan mengikuti diagram alir prosedur
desain seperti pada Gambar 4. Tahapan desain tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyusun nilai faktor-faktor rancangan, yang meliputi sifat fisik tanah, air
tanah tersedia, laju infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif, dan
kebutuhan air irigasi.
11

2. Menyusun rancangan pendahuluan, mencakup pembuatan skema tata letak


(layout) serta penetapan jumlah dan luas sub-unit dan blok irigasi.
3. Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan mempertimbangkan
karakteristik hidrolika pipa dan spesifikasi sprinkler. Apabila persyaratan
hidrolika sub-unit tidak terpenuhi, alternatif langkah/penyelesaian yang dapat
dilakukan adalah (a) modifikasi tata letak, (b) mengubah diameter pipa dan
atau (c) mengganti spesifikasi sprinkler.
4. Finalisasi (optimalisasi) tata letak.
5. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic head) dan kapasitas sistem,
berdasarkan desain tata letak yang sudah final serta dengan
mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa yang digunakan.
6. Penentuan jenis dan ukuran pompa air beserta tenaga/mesin penggeraknya.
Perhitungan rancangan hidrolika sub unit merupakan tahapan kunci dalam
proses desain irigasi sprinkler. Persyaratan hidrolika jaringan perpipaan harus
dipenuhi untuk mendapatkan penyiraman yang seragam (nilai koefisien
keseragaman/coefficient of uniformity harus > 85%). Mengingat jumlah dan
spesifikasi sprinkler maupun jenis dan diameter pipa yang sangat beragam,
maka tahapan rancangan hidrolika sub unit harus dilakukan dengan metoda
coba-ralat.
12

Gambar 4. Prosedur Desain irigasi Sprinkler.


13

Prosedur Irigasi Sprinkler


Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam desain irigasi sprinkler
antara lain: letak, hidrolika pipa, laju penyiraman dan spesifikasi pompa.
1. Letak
Dalam penentuan tata letak jaringan irigasi sprinkler, terdapat beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan antara lain:
 Lateral dipasang sejajar kontur lahan dan dipasang tegak lurus arah angin
utama.
 Pemasangan lateral yang naik sejajar dengan lereng dihindari, pemasangan
lateral yang menuruni lereng akan memberikan keuntungan tertentu.
 Saluran utama atau manifold dipasang naik turun atau sejajar dengan lereng.
Apabila memungkinkan saluran utama dipasang di suatu tempat, sehingga
saluran lateral dapat dipasang di sekelilingnya.
 Apabila memungkinkan lokasi sumber air berada di tengah-tengah areal
rancangan.
Tata letak lateral yang ideal bergantung pada jumlah sprinkler yang beroperasi
serta jumlah posisi leteral, topografi dan kondisi angin.

2. Hidrolika Pipa
Kebutuhan total tekanan suatu sistem irigasi sprinkler terdiri atas:
 Static head adalah jarak vertikal dimana air harus diangkat atau diturunkan
antara sumber air dengan titik pengeluaran tertinggi.
 Pressure head adalah perbedaan ketinggian antara pompa dengan hidran
tertinggi dan terendah yang mengoperasikan lateral sepanjang pipa utama dan
pipa sub utama, yang akan memberikan nilai static head maksimum dan
minimum.
 Friction head adalah kehilangan head sepanjang pipa utama, manifold karena
adanya katup dan sambungan.
 Velocity head, kecepatan aliran dalam suatu sistem irigasi sprinkler jarang
melebihi 2,5 m/det, sehingga velocity head dapat diabaikan.
14

 Suction lift atau perbedaan antara elevasi sumber air dan elevasi pompa.
Besarnya nilai suction lift ini merupakan akumulasi antara nilai SWL (Static
Water Level) dengan nilai surutan (drawdown) suatu sumur.
Kehilangan head pada sub unit (ΔPs) dibatasi tidak lebih dari 20% dari tekanan
operasi rata-rata sistem. Kehilangan head (hf) pada lateral harus ≤ ΔH l, demikian
juga halnya pada manifold, kehilangan headnya (hf) harus ≤ ΔHm. Tekanan inlet
lateral yang tertinggi diambil sebagai outlet manifold pada sub unit.
ΔPs = 20% x Ha
ΔHl = 0,55 ΔPs ± Z lateral
ΔHm = 0,45 ΔPs ± Z manifold
Keterangan:
ΔPs = kehilangan head yang diijinkan pada sub-unit (m)
ΔHl = kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m)
Ha = tekanan operasi rata-rata sprinkler (m)
ΔHm = kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m)
Z lateral = perbedaan elevasi sepanjang lateral (m)
Z manifold = perbedaan elevasi sepanjang manifold (m)

3. Laju Penyiraman
Dalam rancangan desain irigasi sprinkler, diameter curahan/penyiraman
nozel mempengaruhi nilai laju penyiraman dan penentuan jarak nozel pada dan
antar lateral, serta menentukan luas lahan yang dapat terairi.
Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air ke permukaan tanah yang
disemprotkan dari lubang nozel. Nilai laju penyiraman ini tidak boleh melebihi
dari laju infiltrasi, untuk menghindari terjadinya kehilangan air berupa limpasan
(run off).

4. Spesifikasi Pompa
Jenis pompa yang biasa digunakan pada suatu sistem irigasi sprinkler adalah
sentrifugal dan turbin. Pompa sentrifugal digunakan apabila debit dan tekanan
yang dibutuhkan relatif kecil, sedangkan pompa turbin digunakan apabila debit
dan tekanan yang dibutuhkan relatif besar. Karakteristik suatu pompa biasanya
15

ditunjukkan oleh suatu kurva karakteristik pompa yang menyatakan hubungan


antara kemampuan menaikkan air (H), besarnya debit (Q), efisiensi (E), jumlah
putaran per menit (N), dan besarnya tenaga (P). Besarnya tenaga yang diperlukan
untuk pemompaan air tergantung pada debit pemompaan, total head dan efisiensi
pemompaan yang secara matematis ditunjukkan pada persamaan berikut:
BHP = (Q x TDH) / (C x Ep)
Keterangan:
BHP = tenaga penggerak (kW)
Q = debit pemompaan (l/detik)
TDH = total dynamic head (m)
C = faktor konversi sebesar 102,0
Ep = efisiensi pemompaan (%)

Contoh Hitungan Perancangan Sprinkler Irrigation

1. Sistem irigasi dirancang untuk mengairi 16,2 ha tanaman pasture (rumput)


dengan zona perakaran 0,5 - 0,8 m pada lahan datar dengan jenis tanah
lempung di atas subsoil kompak (maksimum laju pemberian air 15 mm/jam).
Tentukan batas laju pemberian air, periode irigasi, dan kebutuhan kapasitas
sistem irigasi dalam ha/hari!
Jawab:
 Batas laju pemberian air adalah 15 mm/jam.
 Jika diasumsikan zona perakaran 0,6 m dengan holding capacity (kelembaban)
15% atau 15 mm/m, maka besarnya air ideal: 150 mm/m x 0,6 m = 90 mm.
 Kebutuhan air dianjurkan adalah 45% dari zona perakaran adalah sebagai
berikut: 0,45 x 90 mm = 40,5 mm.
 Jika efisiensi irigasi 70%, maka jumlah air yang harus diberikan adalah:

100
x 40,5 mm=58 mm
70
40,5 mm
 Periode irigasi= =8,1 hari.
5 mm /hari
(5 mm/hari adalah kebutuhan air tanaman pasture).
16

 Kebutuhan kapasitas sistem irigasi dalam 8,1 hari sekali dipenuhi oleh pompa
dengan debit 58 mm untuk 2 ha/hari.

2. Rancanglah side roll sistem sprikler irrigation untuk mengairi 16 ha tanaman


pasture jika diasumsikan kecepatan angin 6 km/jam!
Ha = 276 kPa Hrp = 0,8 m Sm = 18 m
Hs = 5,0 m Sl = 12 m NPSH pompa = 2,0 m
Jawab:
 Variasi kehilangan tekanan pada pipa lateral yang diizinkan 20% dari tekanan
rata-rata. Pompa dan sumur berada di tengah-tengah lahan:

200 m 200 m
Sumur dan
200 m Pompa

200 m

Gambar 5.Profil Lokasi Penerapan Irigasi Curah.

 Panjang main pipe = 400 m (200 m + 200 m).


 Panjang lateral kiri = 200 m, maka jumlah sprinkler pada lateral kiri adalah:

200 m 200 m
= =16 sprikler
Sl 12 m/sp
 Jumlah lateral/hari:
2ha /hari x 10.000 m2 /hari 2 ha/hari x 10.000 m2 /hari
 = =6 lateral /hari
16 sp x Sl x Sp 16 sp x 12 m x 18 m
 Ada dua alternatif:
o 2 lateral dengan 3 kali pindah tempat (Gambar 6) dan
o 1 lateral dengan 6 kali pindah tempat.
 Jika diambil alternatif pertama, maka debit per sprinkler adalah:
q = 12 m x 18 m x 15 mm/jam
= 216 m2 x 15 mm/jam
17

= 21.600 dm2 x 0,15 dm/jam


= 3.240 dm3/jam atau 3.240 L/jam
= 0,9 L/det.
 Debit per lateral: 16 x 0,9 L/det = 14,4 L/det.
 Debit untuk 2 lateral = 2 x 14,4 L/det = 28,8 L/det.
 Jenis sprinkler untuk 276 kPa:
q = 0,00111 x c x d2 x p1/2
= 0,00111 x 0,95 x (6,352 + 3,972) x 2761/2
= 0,98 L/det.
 Kehilangan Tekanan
o Variasi kehilangan tekanan yang diizinkan: 20% x 276 kPa = 55,2 kPa

55,2 kPa
=5,6 m
9,8 kPa/ m
o Perbedaaan tinggi = 0,6 m.
o Kekasasaran pipa (Hf)
Ks x L x Q 1,9 6 0,4 x 200 x 28,21,9 6
Hf = 4,9
x 4,1 x 10 = 4,9
x 4,1 x 10 =3,2
D 101,6
 Hn = Ha + 0,75(Hf) ± 0,6(He) + Hrp
= 28,2 + 0,75(3,2) ± 0,6(0,6) + 0,8
= 31,8 m.
 Kapasitas Pompa (HT)
HT = Hn + Hm + Hj + Hs
= Hn + (NPSH + Hf) + Hj + Hs
= 31,8 + (2,0 + 3,2) + 1,0 + 5,0
= 43,0 m.
 Selanjutnya dicari pompa yang mampu mengalirkan debit 28,2 L/det dan 40
mhead.
 kW = 0,00979 x 28,2 L/det x (40/0,7 mhead)
= 15,7 kW
= 20 HP.
 Jadi, gunakan pompa 25 HP.
18
19

Gambar 6. Sistem irigasi Curah Dua Lateral.

Anda mungkin juga menyukai