Disusun Oleh:
Okky Yuda
(240110070045)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
1
Latar Belakang
Pemanfaatan air pada lahan pertanian yang kering perlu dilakukan seefisien
mungkin karena sulitnya untuk mendapatkan air yang cukup bagi tanaman.
Pemberian air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman merupakan salah satu cara
untuk dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi pertanian.
Secara alami sebenarnya tanaman dapat mendapatkan air dari hujan, tetapi
sebagian besar air hujan itu hilang melalui penguapan, perkolasi dan aliran
permukaan. Akibatnya hanya tinggal sebagian kecil di sekitar akar, sehingga air
ini sering tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Oleh sebab itu untuk
membudidayakan tanaman harus diusahakan agar kebutuhan air selama
pertumbuhan dapat tercukupi dengan memberikan air dalam jumlah, waktu, dan
cara yang efisien melalui sistem irigasi (Najiyati dan Danarti, 1993).
Semua sistem irigasi pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk penyediaan air, tetapi karena beberapa faktor antara lain sifat dan kebutuhan
tanaman, sifat lahan, sifat tanah dan tersedianya biaya yang berbeda-beda maka
dilakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan air bagi setiap tanaman
tersebut (Gandakusuma, 1981).
Irigasi merupakan penambahan kekurangan air tanah secara buatan yakni
dengan memberikan air secara pengaturan air pada tanah yang diusahakan. Irigasi
mempunyai ruang lingkup dari pengembangan sumber air, penyediaannya,
penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian, pembagian dan penjatahan pada
areal. Pemberian air irigasi dapat dilakukan dengan lima cara : (1) dengan
Tujuan Pembangunan pertanian yang ingin dicapai pada tahun 2005-2009
antara lain adalah peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan nilai
tambah dan pemilihan produk yang berdaya saing, tangguh dan berkelanjutan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Departeman Pertanian memfasilitasi sarana
dan prasarana fisik untuk pengembangan usaha agribisnis pedesaan di sentra
produksi komoditas unggulan.
Dalam pengembangan komoditas unggulan tanaman maupun ternak, air
merupakan faktor determinan keberhasilan sistem budidaya. Argumennya, air
merupakan komponen utama (lebih dari 80%) penyusun tanaman maupun ternak
sekaligus berperan penting dalam proses metabolisme. Itulah sebabnya mengapa
2
kekurangan atau kelebihan air untuk tanaman dapat berdampak negatif terhadap
pertumbuhan dan atau perkembangan tanaman dan ternak bahkan berdampak
langsung terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
Model pengusahaan tanaman dengan menyesuaikan karakteristik iklim
khususnya jumlah curah hujan, hari hujan dan penyebarannya yang dilaksanakan
belakangan ini umumnya kurang efektif dan efisien, karena intensitas, frekuensi
dan durasi anomali iklim cenderung meningkat. Apalagi pola penyebaran
produksi biasanya akan seirama dengan pola curah hujan (musiman) tetapi
seringkali tidak seirama dengan permintaan pasar yang relatif tetap sepanjang
tahun. Untuk dapat mencukupi\ kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman,
sehingga dapat menyesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka
pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk
memenuhi kebutuhan air di musim kemarau atau di luar musim.
Berdasarkan sumber air irigasi, maka irigasi dibagi dalam dua kategori yaitu
irigasi permukaan dan irigasi air tanah, yang biasanya dengan memakai pompa.
Dalam implementasinya di lapangan, oleh karena air irigasi yang bersumber dari
air tanah memerlukan biaya investasi relatif mahal, maka pendayagunaan air yang
dihasilkan dari pompa perlu diarahkan kepada Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi
(TBET).
Sehubungan dengan jumlah air relatif terbatas, sementara permintaan air
terus meningkat, maka secara alamiah akan terjadi kompetisi penggunaan air antar
sektor (pertanian, air minum, domestik dan industri), antar wilayah dan antar
waktu. Untuk mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar
sektor, maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan. Salah satu cara
adalah dengan penerapan sistim irigasi bertekanan. Meskipun awalnya
membutuhkan investasi yang relatif tinggi, namun dengan perhitungan dan
penentuan desain yang akurat, operasional dan pemeliharaan harus tepat,
pemanfaatan air untuk sektor pertanian dapat ditingkatkan daya saingnya terhadap
sektor kompetitornya.
Apabila penerapan irigasi bertekanan seperti sprinkler/tetes diterapkan maka
seluruh faktor pendukung harus mengikutinya, seperti jenis, waktu, kondisi pola
tanam, jumlah, kesinambungan produksi dan lain-lain harus disesuaikan. Dengan
3
Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi mencakup:
1. Pemasangan jaringan irigasi bertekanan dilaksanakan oleh pihak ke III
(rekanan) yang telah ditunjuk atau ditetapkan sebagai pelaksana.
2. Pemasangan dilakukan berdasarkan hasil desain yang telah disusun
3. Penyiapan sumber air dan sistem salurannya.
4. Penyaluran air ke pertanaman melalui irigasi bertekanan.
5. Ujicoba (running test) pemanfaatan sistem irigasi bertekanan.
Pembinaan
Pembinaan terhadap penerima manfaat dilakukan oleh Dinas teknis terkait.
Pembinaan antara lain terhadap teknik operasional dan pemeliharaan jaringan
irigasi bertekanan, pemilihan komoditi, teknik budidaya dan lain-lain.
Pelatihan
Pelatihan dilakukan agar investasi irigasi bertekanan yang biayanya mahal
dapat dijaga keberlanjutannya. Peserta pelatihan meliputi:
1. Petani atau penerima manfaat, bidang yang diberikan pada pelatihan terutama
dalam hal operasional dan pemeliharaan.
2. Pelaksana, bidang yang diberikan pada pelatihan terutama dalam hal
pengadaan dan pemasangan jaringan irigasi bertekanan.
Pembiayaan
1. Dana tugas pembantuan dari Ditjen PLA disediakanan dalam bentuk belanja
modal irigasi. Digunakan untuk pengadaan bahan, peralatan dan konstruksi
sistem irigasi bertekanan (sprinkler / tetes).
2. Dana pendukung dari APBD I / II. Digunakan untuk CP CL, pembuatan desain
sederhana, pembinaan, monitoring dan pengawasan.
Irigasi Curah
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk
membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula
digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan
pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan
pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-
masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995).
Sistem irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah
memiliki posisi yang tepat),serta continius system (alat pencurah dapat dipindah-
pindahkan). Pada set system termasuk ; hand move, wheel line lateral, perforated
pipe, sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun sprinkle. Sprinkle jenis ini
7
ada yang dipindahkan secara periodic dan ada yang disebut fixed system atau
tetap (main line lateral dan nozel tetap tidak dipindah-pindahkan). Yang termasuk
continius move system adalah center pivot, linear moving lateral dan traveling
sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).
Menurut Hansen et. Al (1992) menyebutkan ada tiga jenis penyiraman yang
umum digunakan yaitu nozel tetap yang dipasang pada pipa, pipa yang dilubangi
(perforated sprinkle) dan penyiraman berputar. Sesuai dengan kapasitas dan luas
lahan yang diairi serta kondisi topografi, tata letak system irigasi curah dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu (1) Farm system, system dirancang untuk suatu
luas lahan dan merupakan satu-satunya fasilitas pemberian air irigasi, (2) Field
system, system dirancang untuk dipasang di beberapa laha pertanian dan biasanya
dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan pada letak persemaian, (3)
Incomplete farm system, system dirancang untuk dapat diubah dari farm system
menjadi fiekd system atau sebaliknya.
Berapa kelebihan sistem irigasi curah disbanding desain konvensional atau
irigasi gravitasi antara lain ; (1) sesuai untuk daerah-daerah dengan keadaan
topografi yang kurang teratur dan profil tanah yang relative dangkal, (2) tidak
memerlukan jaringan saluran sehingga secara tidak langsung akan menambah luas
lahan produktif serta terhindar dari gulma air, (3) sesuai untuk lahan berlereng
tampa menimbulkan masalah erosi yang dapat mengurangi tingkat kesuburan
tanah. Sedangkan kelemahan sistem irigasi curah adalah (1) memerlukan biaya
investasi dan operasional yang cukup tinggi, antara lain untuk operasi pompa air
dan tenaga pelaksana yang terampil, (2) memerlukan rancangan dan tata letak
yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi (Bustomi,
1999).
Menurut Keller (1990) efisiensi irigasi curah dapat diukur berdasarkan
keseragaman penyebaran air dari sprinkle. Apabila penyebaran air tidak seragam
maka dikatakan efisiensi irigasi curah rendah. Parameter yang umum digunakan
untuk mengevaluasi keseragaman penyebaran air adalah coefficient of uniformity
(CU). Efisiensi irigasi curah yang tergolong tinggi adalah bila nilai CU lebih besar
dari 85%.
8
Sesuai dengan kapasitas dan luas lahan yang diairi serta kondisi
topografinya, tata letak sistem irigasi sprinkler dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu :
1. Farm System, sistem dirancang untuk suatu luas lahan dan merupakan satu-
satunya fasilitas pemberian air irigasi.
2. Field System, sistem dirancang untuk dipasang di beberapa lahan pertanian dan
biasanya dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan pada lokasi
persemaian.
3. Incomplete Farm System, sistem dirancang untuk dapat diubah dari Farm
System menjadi Field System atau sebaliknya.
Efisiensi irigasi sprinkler dapat diukur berdasarkan keseragaman
penyebaran air dari sprinkler. Efesiensi irigasi sprinkler yang tergolong tinggi
(keseragaman tergolong baik) adalah bila nilai Coefficient of Uniformity (CU)
lebih besar dari 85%.
Tahapan Desain
Desain irigasi sprinkler dilakukan dengan mengikuti diagram alir prosedur
desain seperti pada Gambar 4. Tahapan desain tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyusun nilai faktor-faktor rancangan, yang meliputi sifat fisik tanah, air
tanah tersedia, laju infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif, dan
kebutuhan air irigasi.
11
2. Hidrolika Pipa
Kebutuhan total tekanan suatu sistem irigasi sprinkler terdiri atas:
Static head adalah jarak vertikal dimana air harus diangkat atau diturunkan
antara sumber air dengan titik pengeluaran tertinggi.
Pressure head adalah perbedaan ketinggian antara pompa dengan hidran
tertinggi dan terendah yang mengoperasikan lateral sepanjang pipa utama dan
pipa sub utama, yang akan memberikan nilai static head maksimum dan
minimum.
Friction head adalah kehilangan head sepanjang pipa utama, manifold karena
adanya katup dan sambungan.
Velocity head, kecepatan aliran dalam suatu sistem irigasi sprinkler jarang
melebihi 2,5 m/det, sehingga velocity head dapat diabaikan.
14
Suction lift atau perbedaan antara elevasi sumber air dan elevasi pompa.
Besarnya nilai suction lift ini merupakan akumulasi antara nilai SWL (Static
Water Level) dengan nilai surutan (drawdown) suatu sumur.
Kehilangan head pada sub unit (ΔPs) dibatasi tidak lebih dari 20% dari tekanan
operasi rata-rata sistem. Kehilangan head (hf) pada lateral harus ≤ ΔH l, demikian
juga halnya pada manifold, kehilangan headnya (hf) harus ≤ ΔHm. Tekanan inlet
lateral yang tertinggi diambil sebagai outlet manifold pada sub unit.
ΔPs = 20% x Ha
ΔHl = 0,55 ΔPs ± Z lateral
ΔHm = 0,45 ΔPs ± Z manifold
Keterangan:
ΔPs = kehilangan head yang diijinkan pada sub-unit (m)
ΔHl = kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m)
Ha = tekanan operasi rata-rata sprinkler (m)
ΔHm = kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m)
Z lateral = perbedaan elevasi sepanjang lateral (m)
Z manifold = perbedaan elevasi sepanjang manifold (m)
3. Laju Penyiraman
Dalam rancangan desain irigasi sprinkler, diameter curahan/penyiraman
nozel mempengaruhi nilai laju penyiraman dan penentuan jarak nozel pada dan
antar lateral, serta menentukan luas lahan yang dapat terairi.
Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air ke permukaan tanah yang
disemprotkan dari lubang nozel. Nilai laju penyiraman ini tidak boleh melebihi
dari laju infiltrasi, untuk menghindari terjadinya kehilangan air berupa limpasan
(run off).
4. Spesifikasi Pompa
Jenis pompa yang biasa digunakan pada suatu sistem irigasi sprinkler adalah
sentrifugal dan turbin. Pompa sentrifugal digunakan apabila debit dan tekanan
yang dibutuhkan relatif kecil, sedangkan pompa turbin digunakan apabila debit
dan tekanan yang dibutuhkan relatif besar. Karakteristik suatu pompa biasanya
15
100
x 40,5 mm=58 mm
70
40,5 mm
Periode irigasi= =8,1 hari.
5 mm /hari
(5 mm/hari adalah kebutuhan air tanaman pasture).
16
Kebutuhan kapasitas sistem irigasi dalam 8,1 hari sekali dipenuhi oleh pompa
dengan debit 58 mm untuk 2 ha/hari.
200 m 200 m
Sumur dan
200 m Pompa
200 m
200 m 200 m
= =16 sprikler
Sl 12 m/sp
Jumlah lateral/hari:
2ha /hari x 10.000 m2 /hari 2 ha/hari x 10.000 m2 /hari
= =6 lateral /hari
16 sp x Sl x Sp 16 sp x 12 m x 18 m
Ada dua alternatif:
o 2 lateral dengan 3 kali pindah tempat (Gambar 6) dan
o 1 lateral dengan 6 kali pindah tempat.
Jika diambil alternatif pertama, maka debit per sprinkler adalah:
q = 12 m x 18 m x 15 mm/jam
= 216 m2 x 15 mm/jam
17
55,2 kPa
=5,6 m
9,8 kPa/ m
o Perbedaaan tinggi = 0,6 m.
o Kekasasaran pipa (Hf)
Ks x L x Q 1,9 6 0,4 x 200 x 28,21,9 6
Hf = 4,9
x 4,1 x 10 = 4,9
x 4,1 x 10 =3,2
D 101,6
Hn = Ha + 0,75(Hf) ± 0,6(He) + Hrp
= 28,2 + 0,75(3,2) ± 0,6(0,6) + 0,8
= 31,8 m.
Kapasitas Pompa (HT)
HT = Hn + Hm + Hj + Hs
= Hn + (NPSH + Hf) + Hj + Hs
= 31,8 + (2,0 + 3,2) + 1,0 + 5,0
= 43,0 m.
Selanjutnya dicari pompa yang mampu mengalirkan debit 28,2 L/det dan 40
mhead.
kW = 0,00979 x 28,2 L/det x (40/0,7 mhead)
= 15,7 kW
= 20 HP.
Jadi, gunakan pompa 25 HP.
18
19