Anda di halaman 1dari 1

Dalam hukum humaniter dikenal ada tiga asas utama, yaitu:

A. Kepentingan Militer (Military Necessity)


- Asas ini mengandung arti bahwa suatu pihak yang bersengketa (belligerent) mempunyai hak untuk melakukan setiap tindakan
yang dapat mengakibatkan keberhasilan suatu operasi militer, namun sekaligus tidak melanggar hukum perang.

Contoh:

Penggunaan tank untuk menghancurkan sasaran militer diperbolehkan, karena merupakan senjata yang biasa dipakai atau senjata
konvensional; sedangkan penggunaan racun, senjata beracun (kimia), termasuk senjata biologi atau nuklir (senjata non-konvensional)
tidak dapat dibenarkan karena sifatnya dapat mengakibatkan kemusnahan secara massal tanpa dapat membedakan antara objek sipil
dan sasaran militer.

B. Kemanusiaan (Humanity)
- Asas ini mengandung arti bahwa pihak yang bersengketa diharuskan untuk memperhatikan perikemanusiaan, dimana mereka
dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.

Contoh:

Jika seorang prajurit dalam peperangan membunuh tentara musuh di mean pertempuran dengan M-16, maka itu adalah hal yang biasa.
Akan tetapi, jika ia menggunakan M-16 berisi peluru “yang dikikir ujungnya”, maka cara tersebut akan dianggap sebgai pelanggaran
Hukum Perang. Perlu ditegaskan bahwa penggunaan peluru yang “dikikir ujungnya”, akan menimbulkan efek ‘melebar’ di dalam
tubuh sehingga mengakibatkan luka sobekan yang tidak beraturan dan mengakibatkan hancurnya jaringan tubuh manusia. Peluru yang
demikian disebut dengan “peluru dum-dum. Hukum Humaniter sudah melarang penggunaan peluru jenis ini dalam Deklarasi III tahun
1809.

C. Kesatriaan (Cilvalry)
- Asas ini mengandung arti bahwa di dalam perang, kejujuran harus diutamakan. Penggunaan alat-alat yang ilegal atau
bertentangan dengan Hukum Humaniter serta cara-cara berperang yang bersifat khianat dilarang.

Contoh:

Konvensi Den Haag III (1907) mengenai permulaan perang (the commencement of hostilities). Berdasarkan pasal I konvensi III ini,
ditentukan bahwa peperangan tidak akan dimulai tanpa adanya suatu peringatan yang jelas sebelumnya (previous and explicit
warning), baik dalam bentuk pernyataan perang (declaration of war) beserta alasannya, atau suatu ultimatum perang yang bersyarat
(ultimatum with conditional declaration of war)

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas
    Tugas
    Dokumen3 halaman
    Tugas
    Lusi Putri Siswati
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Lusi Putri Siswati
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Dokumen4 halaman
    Surat Kuasa
    Lusi Putri Siswati
    Belum ada peringkat
  • Hukum Internasional
    Hukum Internasional
    Dokumen11 halaman
    Hukum Internasional
    Lusi Putri Siswati
    Belum ada peringkat
  • As As
    As As
    Dokumen3 halaman
    As As
    Lusi Putri Siswati
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Sumber Hukum
    Pengertian Sumber Hukum
    Dokumen5 halaman
    Pengertian Sumber Hukum
    Lusi Putri Siswati
    0% (1)