MAKALAH
DISUSUN OLEH:
NPM : 16110353
Kelas : 1KA34
Kelas : 1-KA34
PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini kami buat sendiri tanpa
meniru atau mengutip dari Tim atau pihak lain.
Apabila terbukti tidak benar, kami siap menerima konseuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk
mata kuliah ini.
PENYUSUN
Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya waktu,
kesempatan dan juga ilmu dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa saya ucapan terima
kasih kepada para narasumber informasi yang saya dapatkan dari internet. Serta saya haturkan
terima kasih kepada Bpk. M. Burhan Amin selaku dosen pembimbing kami.
Dalam penyusunan makalah dengan kerja keras dan juga bantuan dari berbagai pihak, saya
berusaha untuk memberikan hasil yang maksimal dalam menggali informasi. Walaupun di dalam
pembuatannya saya menghadapi kesulitan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang saya miliki. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat saya butuhkan untuk dapat
menyempurnakannya di masa mendatang.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Ilmu Budaya Dasar
dengan judul “PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN” dengan
harapan dapat memberikan manfaat serta menambah ilmu pengetahuan dan semangat bagi
Mahasiswa dan juga para pembaca untuk dapat melestarikan kebudayaan daerah yang sangat
berguna untuk memperkokoh ketahanan budaya Indonesia.
Sandi Prabowo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DATAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
1.2. TUJUAN ............................................................................................................ 3
1.3. SASARAN ......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
1.5 KESIMPULAN ................................................................................................... 6
1.6 REFERENSI ............................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti
mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang menurut Soerjanto Poespowardojo 1993.
Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal daribahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Adapun menurut istilah Kebudayaan merupakan suatu yang
agung dan mahal, tentu saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, karsa,dan cipta manusia
yang kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.Tak ada mahluk lain yang
memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatuyang agung dan mahal.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara
belajar. Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan.
Hidup-kebatinan manusia,
Angan-angan manusia,
Kepandaian manusia,
Kepribadian (personality)
-Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses
sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan
tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun
perbuatan. Konsep kepribadian merupakan konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk
merumuskan satu definisi yang dapat mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, pengertian dari
satu ahli dengan yang lainnya pun juga berbeda-beda.
Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian kepribadian, berikut ini definisi yang
dipaparkan oleh beberapa ahli :
M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan,
keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku
atau tindakan seseorang.
Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari
perilaku seseorang. Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita
simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian ( personality ) merupakan ciri-
ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola-pola
pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan
kebiasaan umum.
1.2 Tujuan
Dalam makalah yang saya buat ini diharapkan dapat menambah wawasan saya dan pembaca untuk
dapat menentukan kepribadian yang baik dalam ruang lingkup budaya di sekitar kita.
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai untuk seluruh masyarakat luas di tanah air Indonesia tentang
kebudayaan yang menjadi salah satu faktor dalam membangun kepribadian seseorang,
Dikarenakan masyarakat sekarang di kalangan anak kecil, remaja dewasa, maupun orang tua
sekarang kurang memperhatikan kebudayaan timur yang menjunjung tinggi nilai kesopan-
santunan dalam sehari – hari, dan juga mencakup masyarakat luas seperti anak kecil, remaja
dewasa, maupun orang tua, dikarenakan saat ini lebih mengarah pada budaya barat dan kurang
memperhatikan kebudayaan timur yang menjunjung tinggi nilai kesopan santunan dalam sehari –
hari.
BAB
PERMASALAHAN
1.4 PERMASALAHAN
Kebudayaan secara utuh sebenarnya meliputi pola pikir atau mindset suatu masyarakat
(tentang segala perikehidupannya di masa lampau, masa kini dan masa depan), yang banyak
terekspresikan melalui aneka-ragam dan aneka dimensi kesenian. Demikian pula, kesenian
merupakan salah satu wadah dominan untuk mengartikulasikan kebudayaan tak berwujud
(intangible culture). Seperti juga yang diutarakan Meutia Farida Hatta Swasono di Institut Seni
Indonesia Yogyakarta beberapa waktu lalu bahwa kemajuan kebudayaan bangsa dan
peradabannya membawa serta, dan sekaligus secara timbal-balik dibawa serta, oleh kemajuan
keseniannya.
Di sisi lain kita harus menyadari bahwa kesenian daerah (tradisional) pada dasarnya adalah
anonim. Bahkan, lebih jauh lagi ia juga tak bisa dibatasi atas klaim wilayah. Ia menjadi tak
terbatasi oleh garis yang pasti (borderless). Untuk itulah, jika kesenian ditempatkan sebagai
sarana menciptakan ketahanan budaya suatu bangsa maka persoalan
makna ketahanan budaya tersebut harus disikapi sebagai ketahanan nasional. Globalisasi dalam
pengertian mereka, semacam ruang dua kutub mengenai isu identitas budaya, sosial, dan
nasional, sedang di sisi lainnya mereka melontarkan ide pemusnahan identitas lokal. Dengan
mencermati perkembangan dalam beberapa dekade terakhir ini, tampak jelas adanya upaya para
politisi negara-negara Barat, semacam AS berusaha menyeret dunia menuju tatanan tunggal
berdasarkan nilai-nilai Barat. Sebagian besar ilmuan bahkan menyebut model globalisasi kultural
semacam itu sebagai imperialisme budaya yang lebih terkesan nyata di lingkungan media massa
dan seni. Sebagai contoh, acara-acara televisi, filem, dan musik pop merupakan perangkat utama
imperialisme budaya. Dengan demikian, seni bisa menjadi perangkat paling efektif di berbagai
bidang yang bisa membantu para perancang globalisasi kultural merealisasikan ambisinya. Dunia
saat ini memerlukan hubungan kerjasama yang positif sekaligus menerima
beragam pluralitas yang ada.
Masyarakat global mesti bisa memandang dunia sebagai satu kesatuan di tengah berbagai
perbedaan yang ada. Karena itu, kita mesti memiliki visi baru mengenai hubungan dan kerjasama
regional dan internasional. Sehingga dunia terus berjalan dan bisa diminimalisir dari segala
bentuk ketegangan, konflik, intervensi dan hegemoni
kekuatan adidaya. Tentu globalisasi, selain harus kita waspadai, juga harus kita lihat sebagai
kesempatan- kesempatan baru. Kita harus proaktif di dalamnya. Disitu kita harus “go global”
dengan local specifics Indonesia, sehingga Indonesia lebih dikenal sebagai aktor tangguh dalam
proses globalisasi, baik dari aspek budaya maupun dari aspek keuntungan ekonomi yang dapat
diperoleh dari perkembangan kesenian dan kebudayaan Indonesia.
Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui sarana multi media massa (elektronik, cetak)
serta media dunia maya (internet) sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Jika kebudayaan asing
yang bersifat negatif memasuki sendi-sendi kehidupan bangsa, terutama para generasi muda
tanpa diimbangi upaya pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dikhawatirkan Bangsa Indonesia
akan kehilangan jati diri sebagai bangsa. betapa pentingnya kita mencintai budaya ini dan
mempertahankannya di tengah ”ancaman” budaya barat.
BAB III
KESIMPULAN
1.5 Kesimpulan
Kepribadian mulai diajarkan sejak usia dini untuk membentuk kasadsaran dalam diri agar tetap
mempertahankan budaya yang dimiliki Indonesia, hal tersebut sangat mempengaruhi mekanisme
kerja dari ego sebagai pembuat keputusan
f. Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta pemberdayaan dan
pelestariannya.
h. Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah dan terus di kembangkan oleh
masyarakat Indonesia.
1.6 Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/kepribadian
http://melayuonline.com/ind/news/read/7885/multikulturalisme-peluang-kebangkitan-budaya-lokal