Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres

Defenisi stres

Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk

tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang-

pendek yang tidak sama, pernah atau akan mengalaminya dan tidak seorang pun

bisa terhindar dari padanya. Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin

”singere” yang berarti ” keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring

dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari

straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).

Menurut Selye, dalam bukunya yang berjudul Stress Without Distress, stres

adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu

untuk merespon atau melakukan tindakan (Potter & Perry, 2005).

Nemey dalam Grenberg (1984) dalam Yosep (2007) menyebutkan stres sebagai

reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,

mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.

Definisi lain menyebutkan bahwa stres merupakan ketidakmampuan mengatasi

ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada

suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana,

1994). Menurut Gray & Smeltzer (1990) dalam agoes (2003) stres adalah

munculnya reaksi psikologis yang membuat seseorang merasa tegang atau cemas

Universitas Sumatera Utara


yang disebabkan ketidakmampuan mengatasi atau meraih tuntutan atau

keinginannya.

Stres diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya,

perubahan sistem kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan

antara idealisme dan realita (Sulistiawati, 2005). Baik nyata maupun imajinasi,

persepsi seseorang terhadap stres sebenarnya berasal dari perasaan takut atau

marah. Perasaan ini dapat di ekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustasi, iri,

tidak ramah, depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah, khawatir, atau apati. Selain

itu perasaan ini juga dapat muncul dalam bentuk sikap yang pesimis, tidak puas,

produktivitas rendah, dan sering absen. Emosi, sikap dan perilaku kita yang

terpengaruh stres dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan

tergantung reaksi individu tersebut terhadap stres.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Braznitz & Golberger (2001)

mengatakan bahwa setiap individu memiliki ambang stres yang berbeda-beda

karena karakteristik individu akan mempengaruhi tingkatan stres yang dialaminya.

Adaptasi merupakan suatu bentuk respon tubuh sebagai homeostasis pada sistem

lingkungan internal dan termasuk didalamnya penstabilan biologis internal dan

pemeliharaan psikologis dalam hal jati diri dan rasa harga diri.

Menurut Everly dan Giardano dalam Munandar (1995) stres dapat ditandai

dengan tiga gejala utama yaitu mood, muskuloskeletal (otot rangka), dan viceral

(organ dalam tubuh). Masing-masing gejala tersebut ditandai dengan :

Universitas Sumatera Utara


1) Mood: over excited, perasaan bimbang, sulit tidur, mudah bingung dan

lupa, kurang konsentrasi, rasa tidak nyaman dan gelisah, serta gugup.

2) Muskuloskeletal: jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk tenang;

diam dan berdiri ditempat, sakit kepala, otot tegang dan kaku, bicara

gugup, leher menjadi kaku.

3) Visceral: perut mual, mulas dan muntah, degup jantung terganggu, banyak

berkeringat, kepala terasa ringan atau pingsan, kedinginan/menggigil,

wajah menjadi panas dan mulut menjadi kering.

1.2 Unsur-unsur stres

Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang merupakan unsur-unsur stres yang

saling berkaitan yaitu:

1) Hal, peristiwa, orang, keadaan yang menjadi sumber stres (stressor)

Hal yang menjadi sumber stres bisa berupa bencana alam, peristiwa hidup

baik yang berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain dan

lingkungan kerja yang berat dan tempat tinggal yang tidak sehat.

2) Orang yang mengalami stres (the stressed)

Dari segi orang yang mengalami stres, pemusatan perhatian tergantung

pada tanggapan (response) seseorang terhadap hal-hal yang dinilai

mendatangkan stres. Tanggapan itu disebut strain, yaitu tekanan atau

ketegangan dan hal tersebut dapat mengejala secara psikologis dan

fisiologis.

3) Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi

penyebab stres (transactions)

Universitas Sumatera Utara


Hubungan antara orang yang mengalami stres dan keadaan (situation)

yang penuh stres merupakan proses. Dalam proses tersebut, hal yang

mendatangkan stres dan pengalaman orang yang terkena stres saling

berkaitan. Proses tersebut merupakan pengaruh timbal balik dan

menciptakan usaha penyesuaian atau penyeimbangan yang terus menerus

antara orang yang mengalami stres dan keadaan yang penuh stres, karena

perbedaan cara, kemampuan dan keberhasilan orang-orang dalam

mempengaruhi dampak yang mendatangkan stres itu berbeda maka stres

yang dihadapi juga berbeda.

1.3 Sumber-sumber Stres

Sumber-sumber stres dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:

1) Krisis

Perubahan atau peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan

keseimbangan seseorang diluar jangkauan penyesuaian sehari-hari dapat

merangsang stresor. Misalnya krisis dibidang usaha, hubungan keluarga

dan sebagainya.

2) Frustasi

Kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau dorongan

naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frustasi timbul bila niat atau usaha

seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan yang menghambat

kemajuan suatu cita-cita baik yang berasal dari dalam diri sendiri atau

dari luar.

Universitas Sumatera Utara


3) Konflik

Pertentangan antara dua keinginan atau dorongan yaitu antara kekuatan

dorongan naluri dan kekuatan yang mengendalikan dorongan-dorongan

naluri tersebut.

4) Tekanan

Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan

tanggung jawab yang besar yang harus ditanggung seseorang.

1.4 Tipe kepribadian berhubungan dengan stres

Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial yang sama akan

mengalami stres, tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki oleh individu.

Ada dua tipe kepribadian yaitu :

1) Tipe kepribadian ”A” (”A” type Personality)

Tipe kepribadian ”A” merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi

terkena stres. Rosenmen & Chesney (1980) dalam Hawari (2001)

menggambarkan ciri-ciri tipe kepribadian ini sebagai berikut: Ambisius,

agresif dan kompetitif, banyak jabatan rangkap, kurang sabar, mudah

tegang dan tersinggung serta marah, kewaspadaan berlebihan, kontrol diri

kuat, percaya diri berlebihan, cara berbicara cepat, bertindak serba cepat,

hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak mengenal waktu, pandai

berorganisasi dan memimpin (otoriter), lebih suka bekerja sendiri bila ada

tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba

tergesa-gesa, mudah bergaul, mudah menimbulkan perasaan empati dan

bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak mudah

Universitas Sumatera Utara


dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel), berusaha keras untuk segala sesuatunya

terkendali.

2) Tipe kepribadian ”B” (”B” type personality)

Tipe kepribadian “B” adalah kebalikan dari tipe kepribadian “A”, dengan

ciri-ciri: ambisi yang wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam

berkompetisi serta tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak mudah

tersinggung dan tidak mudah marah (emosi terkendali), kewaspadaan

dalam batas wajar dan kontrol diri serta percaya diri yang tidak berlebihan,

cara bicara yang tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat,

perilaku tidak hiperaktif, dapat mengatur waktu dalam bekerja

(menyediakan waktu untuk istirahat), dalam berorganisasi dan memimpin

bersifat akomodatif dan manusiawi, lebih suka bekerjasama dan tidak

memaksakan diri bila menghadapi tantangan, pandai mengatur waktu dan

tenang (relaks), tidak tergesa-gesa, mudah bergaul, ramah dan dapat

menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit), tidak

kaku (fleksibel), sabar dan mempunyai selera humor yang tinggi, dapat

menghargai pendapat orang lain, tidak merasa dirinya paling benar, dapat

membebaskan diri dari segala macam problem kehidupan dan pekerjaan

manakala sedang berlibur, dan mampu menahan serta mengendalikan diri

(Hawari, 2001).

Universitas Sumatera Utara


1.5 Tahapan stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bila

tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan baik di rumah,

lingkungan kerja, ataupun di lingkungan sosial.

Selye merumuskan stres sebagai general adaptation syndrome (GAS) atau

sindrom penyesuaian umum. Apabila faktor penyebab stres tidak dapat diatasi dan

faktor penyebab tersebut terlalu besar, maka terjadi reaksi tubuh yaitu GAS

(General Adaptation Syndrom) yang terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap reaksi

waspada, tahap melawan, dan tahap kelelahan yang bekerja untuk melindungi

individu agar dapat bertahan hidup.

Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Agoes (2003) dalam penelitiannya

membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:

1) Stres tahap I

Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan

perasaan-perasaan semangat bekerja besar dan berlebihan, penglihatan

tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan

pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi

dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

2) Stres tahap II

Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai

menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan

energi tidak lagi cukup sepanjang hari akibat tidak cukup waktu untuk

Universitas Sumatera Utara


beristirahat. Pada tahap ini timbul keluhan-keluhan seperti: merasa letih

waktu bangun tidur pagi, merasa mudah lelah dan merasa cepat capai,

mengeluh lambung dan perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot

punggung dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai.

3) Stres tahap III

Tahapan stres yang merupakan kelanjutan dari stres tahap II dengan

keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu: gangguan

lambung dan usus yang semakin nyata misalnya gastritis dan diare,

ketegangan otot-otot yang semakin terasa, perasaan tidak tenang dan

ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur

(insomnia) dan terganggunya kordinasi tubuh. Pada tahap ini seseorang

harus sudah berkonsultasi dan mendapat terapi atau bisa juga beban stres

hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.

4) Stres tahap IV

Merupakan tahapan stres dimana keluhan-keluhan stres tahap III diatas

oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukannya kelainan

fisik pada organ tubuh dan orang yang bersangkutan terus memaksakan

diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat dan akan muncul gejala-gejala:

pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi

membosankan dan terasa lebih sulit, kehilangan kemampuan untuk

merespon secara memadai, ketidakmampuan melaksanakan kegiatan rutin

sehari-hari, gangguan pola tidur yang disertai mimpi-mimpi yang

menegangkan, negativisme, daya ingat dan konsentrasi menurun, dan

Universitas Sumatera Utara


timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa

penyebabnya.

5) Stres tahap V

Bila keadaan tahap IV terus berlanjut maka akan jatuh pada stres tahap V

yang ditandai dengan hal-hal berikut: kelelahan fisik dan mental yang

semakin mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari

yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan yang semakin

berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,

mudah bingung dan panik.

6) Stres tahap VI

Tahap ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang mengalami

serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap ini adalah:

debaran jantung yang sangat kuat, susah bernapas (sesak dan megap-

megap), seluruh tubuh gemetar, dingin dan keringat bercucuran, tidak ada

tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (Hawari, 2001).

1.6 Tingkatan stres

1) Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur

umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa, kebanyakan tidur,

kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa

menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit

kecuali jika dihadapi terus menerus.

Universitas Sumatera Utara


2) Stres sedang

Terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya

perselisihan kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih,

mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini

dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.

3) Stres berat

Merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa

tahun misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan

finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmun, 2004).

2. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stres

Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor

merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor

menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa

saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual,

atau kebutuhan kultural. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai

stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri

seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal

berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga

dan sosial budaya (Potter & Perry, 2005).

Penyebab stres dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kategori

pribadi dan kategori kelompok atau organisasi. Kedua kategori ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada individu atau kelompok dan

prestasi individu dan kelompok yang bersangkutan (Agoes,2003).

Universitas Sumatera Utara


Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres

terdiri atas :

1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi

Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak

memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat

berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan

emosional.

2) Faktor kepribadian

Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk

mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan

kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah

marah dan sifat yang bemusuhan.

3) Faktor kognitif

Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan

menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif

adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan

interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai

sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka

dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

Universitas Sumatera Utara


Pada umumnya stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Perkawinan

Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami

seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah

satu pasangan, ketidaksetian, dan lain sebagainya.

2) Problem orang tua

Permasalahan yang dihadapi orang tua; misalnya kenakalan anak, anak

sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain

sebagainya.

3) Hubungan interpersonal

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang

disekitar yang mengalami konflik.

4) Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah

perkawinan; misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok,

mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan, dan lain

sebagainya.

5) Lingkungan hidup

Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan

seseorang. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu

ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh

kedalam depresi dan kecemasan.

Universitas Sumatera Utara


6) Keuangan

Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat misalnya

pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat utang,

kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya sangat berpengaruh

terhadap kesehatan jiwa seseorang.

7) Hukum/peraturan

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum/peraturan yang ada dapat

merupakan sumber stres pula.

8) Perkembangan

Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun

mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia

lanjut, dan sebagainya.

9) Kondisi fisik atau cidera

10) Faktor keluarga

Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami

oleh seseorang yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik

yaitu sikap orang tua.

11) Lain-lain

Stressor kehidupan yang lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan

kecemasan adalah bencana alam, kebakaran, perkosaan, dan sebagainya

(Yosep, 2007).

Nelson dalam Agoes (2003) menyebutkan bahwa penyebab stres umumnya

adalah: pindah ke daerah baru, masuk perguruan tinggi, pindah sekolah, menikah,

Universitas Sumatera Utara


hamil, baru bekerja, gaya hidup baru, perceraian, kematian orang yang dicintai,

dipecat dari pekerjaan, tekanan waktu, persaingan, kesulitan keuangan, suasana

atau bunyi yang sangat ramai atau bising, tidak puas atau tidak nyaman.

Terjadinya stres karena stressor tersebut dipersepsikan oleh individu sebagai

suatu ancaman sehingga mengakibatkan kecemasan yang merupakan tanda umum

dan awal dari gangguan kesehatan fisik, psikologis, bahkan spiritual. Sedangkan

dampak dari stressor tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: Sifat

stressor, jumlah stressor pada saat yang bersamaan, lama pemajanan terhadap

stressor, pengalaman masa lalu, tingkat perkembangan (Kozier & Erb, 1983 dalam

Keliat, 1998).

3. Skripsi

Mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan mahasiswa stres,

takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah banyak

contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya karena

terganjal dengan masalah tugas akhirnya, karena adanya pemikiran

pembuatan tugas akhir susah dan berat maka akhirnya banyak mahasiswa

menyerahkan pembuatan skripsi ini ke orang lain atau semacam biro jasa

pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru (Subekti,

2009).

Skripsi sebagai akhir penyelesaian studi merupakan suatu kegiatan yang wajib

dilaksanakan. Skripsi adalah muara dari semua pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh sebelumnya, untuk diterapkan dalam menggali permasalahan yang

ada (baik dalam literatur maupun kancah) agar dengan penelitian itu dapat

Universitas Sumatera Utara


diperoleh temuan/karya ilmiah yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan (Arikunto,

2002). Dinamika kampus yang beragam membawa berbagai dampak bagi

mahasiswa; baik negatif maupun positif, fisik, maupun psikologis selama proses

menyelesaikan skripsi.

Selama proses mengerjakan skripsi mahasiswa ditantang dan dilatih untuk

melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah, seperti pencarian

suatu problem dan pemecahannya yang berlandaskan pada suatu teori dan

juga langkah-langkah atau metode yang ilmiah disertai pola pikir yang kritis

(critical thinking) diharapkan akan dimiliki mahasiswa (Subekti, 2009).

Sebelum mengambil mata kuliah skripsi mahasiswa harus memenuhi syarat-

syarat penyusunan skripsi yang telah ditentukan. Adapun syarat-syarat

penyusunan skripsi pada Fakultas Keperawatan USU adalah mahasiswa harus

lulus minimal 110 SKS bagi mahasiswa program reguler dan 44 SKS bagi

mahasiswa program ekstensi dengan IPK sekurang-kurangnya 2,00 tanpa nilai D

dan E serta memenuhi ketentuan lain yang ditetapakan masing-masing fakultas

(Pasal 20). Tata cara penyusunan skripsi tersebut juga diatur dalam pasal 21

dimana:

1. Setelah mahasiswa menyerahkan penyusunan rencana skripsi, ketua

jurusan/bagian, menetapkan seorang pembimbing skripsi dan bila perlu dapat

menambah seorang pembimbing lainnya yang diambil dari jurusan atau bagian

atau dari luar USU.

2. Penyusunan rencana skripsi yang dimaksud dalam pasal 20 ayat 1 diatur

sesuai dengan peraturan yang berlaku dimasing-masing fakultas.

Universitas Sumatera Utara


3. Rencana skripsi harus sudah diajukan dan mendapat persetujuan selambat-

lambatnya satu tahun atau dua semester sebelum masa studi maksimum

berakhir, dan harus memenuhi syarat pada pasal 20.

4. Skripsi ditulis dalam bahasa indonesia, kecuali pada jurusan/program

studi/bagian bahasa asing skripsi dapat ditulis dalam bahasa asing.

5. Skripsi harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu dua belas bulan

terhitung sejak rencana skripsi disetujui

6. Persetujuan selesainya skripsi paling lambat tiga bulan sebelum masa studi

berakhir (Departemen Ilmu Keperawatan USU, 2008).

Selain persyaratan diatas, hal lain yang dapat mempengaruhi terjadinya stres

pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi adalah sulitnya untuk

menghadapi/menjumpai dosen, beban kuliah yang ada, hubungan atau relasi, serta

hambatan keuangan.

1) Dosen

Sulitnya proses bimbingan skripsi kepada dosen menjadi salah satu faktor

yang menghambat dalam proses penyelesaian skripsi. Banyak dosen terlalu kritis

terhadap penelitian/skripsi mahasiswa, mereka harus melakukan revisi berulang-

ulang karena skripsinya belum sempurna. Ada dosen yang rajin membatik setiap

halaman skripsi mahasiswa dengan coretan-coretan yang kadang-kadang disertai

kalimat-kalimat emosional. Beberapa dosen sibuk dengan statistik yang

membingungkan mahasiswa dan membuat pikiran terkuras. Ada juga kasus dosen

yang sulit untuk ditemui di kampus karena banyak bisnis di luar atau penuh

waktunya untuk mengajar di berbagai universitas lain ( Juliandi, 2009)

Universitas Sumatera Utara


2) Beban kuliah

Tuntutan akademis yang ada, membuat mahasiswa merasa dituntut untuk

meraih pencapaian yang telah ditentukan baik oleh pihak fakultas/universitas

maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan tersebut dapat memberikan tekanan

yang melampaui batas kemampuan mahasiswa itu sendiri. Ketika hal ini terjadi,

maka beban yang berlebihan tersebut akan mengundang stres pada mahasiswa.

3) Hubungan atau relasi

Hubungan dengan orang lain baik dengan teman kuliah atau bukan, memiliki

pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Gangguan pada aspek tersebut dapat

menjadi stressor, yang sering kali berkaitan dengan perasaan sendiri atau

kesepian, apalagi ketika sedang mengalami masalah atau kesulitan yang

membutuhkan teman untuk bercerita dan bertanya.

4) Hambatan keuangan

Kuliah tidak hanya sekedar belajar dikampus. Menjalani aktivitas kuliah

berarti telibat dengan lingkungan sosial ditempat tersebut, sehingga keuangan

tidak hanya diperlukan untuk biaya akademis saja, namun untuk kebutuhan hidup

dan kebutuhan lainnya yang diperlukan. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber

stressor bila segi finansial kurang mencukupi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai