Anda di halaman 1dari 9

Problematika Konselor

oleh :

Slamet Effendi / 09810296

Secara garis besar masalah yang dihadapi oleh konselor dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

• Masalah-Masalah yang Berkaitan Personal-Sosial Individu

Kebutuhan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang
terlibat dalam kehidupan masyarakat. Berbagai masalah personal yang dapat dialami individu
diantaranya:

• Konflik dan Frustasi

Dalam kehidupan sehari-hari biasanya individu, kadang-kadang mengahadapi beberapa motif


yang saling bertentangan. Dengan demikian individu mengalami konflik psikis, yaitu pertentangan
batin, suatu kebimbangan, suatu keragu raguan. Apabiala individu melakukan kegitan dan berhasil
maka timbul kebahgiaan. Tetapi jika gagal dalam mencapi tujuannya maka individu akan mengalami
kekecewaan. Jika kecewa itu selalu berulang maka akan mengggannggu keseimbangan psikis, baik
emosi atau tindakannya. Hal itu berarti individu tersebut dalam keadaan frustasi. Dengan demikian
frustasi merupakan rasa kekecewaan yang mendalam karena tujuannya tidak tercapai.

Dalam beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya frustasi antara lain:

• Frustasi Lingkungan, Frustasi yang disebabkan oleh rintangan yang terdapat dalam lingkungan.
• Frustasi Pribadi, frustasi yang timbul karena perbedaan antara kemampuan dan keinginan. Atau
ada perbedaan antara ideal self dengan real self.
• Frustasi Konflik, yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri
seseorang.
• Stres, yaitu fenomena psiko fisik yang dapat dialami oleh setiap orang. Stres adalah perasaan
tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik ataupun psikis sebagai respon atau reaksi
individu terhadap stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek atau orang) yang mengancam,
mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, dan
kesejahteraan hidup.
Gejala sters antara lain ialah:

1. Gejala Fisik, antara lain sakit kepala, sakit lambung (Maag), hipertensi, jantung berdebar-debar,
insomnia (sulit tidur), mudah lelah, keluar keringat dingin , kurang selera makan atau bahkan
ada yang meningkat, sering buang air kecil, maupun diare.

2. Gejala Psikis, diantaranya : gelisah atau cemas, kurang biasa konsentrasi, sikap apatis, sikap
pesimis, hilang rasa humor atau murung, enggan berbicara, malas berkomunikasi, malas, mudah
marah, bersikap agresif dsb.

Faktor yang memicu stres yang biasa disebut stressor antara lain :

• a. Stressor Fisik Biolosik, seperti penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik, atau kurang
berfungsinya anggota tubuh.

• b. Stressor Psikologi, seperti berburuk sangka, iri hati, dendam, sikap bermusuhan dsb.

• c. Stressor Sosial, yang disebabkan oleh iklim kehidupan keluarga seperti, hubungan keluarga
yang tidak harmonis, atau faktor pekerjaan, juga dimungkinkan karena iklim lingkungan.

• Masalah adaptasi

Proses penyesuaian diri sering menimbulkan masalah terutama bagi individu itu sendiri. Jika
individu dapat berhasil memenuhi kebutuhn sesui dengan lingkungannya maka disebut "Well adjusted".
Dan jika sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri disebut "maladjusted".

Ciri-ciri orang yang Well adjusted adalah orang yang mampu merespon (kebutuhan dan
masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat wholesome. Yang dimaksud efisien adalah hasil yang
diperoleh tidak banyak membuang energi, waktu, dan terhindar dari kekeliruan.sedangkan wholesome
adalah respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, seperti sikap persahabatan, toleransi,
dan memberi pertoloangan. Dapat pula dikatakan sorang memiliki penyesuai diri yang normal apabila
mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah secara wajar tidak merugikan diri sendiri dan
lingkungannnya, dan sesuia dengan norma-norma..
• Masalah yang berhubungan dengan akademik
• diagnosa kesulitan belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar bersumber dari faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu

baik bersifat fisik maupun psikis. Faktor eksternal, meliputi aspek sosial baik yang hadir langsung
seperti Radio, TV, dsb. Dan non sosial seperti waktu, tempat, suasana lingkungan, dengan adanya
masalah dalam belajar, maka diperlukan layanan bimbingan belajar baik yang bersifat prefentif
maupun bersifat kuratif.

• Multiple Intelegennce (Kecerdasan Majemuk)

Terdapat 2 jenis tes yang sangat berperan untuk mengukur kemampuan yakni tes kemempuan
(ability test) dan tes kepribadian (personality test), tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan maka konsep intelegensi pun dipandang secara luas bukan Cuma kecerdasan saja tetapi
ada delapan kecerdasan, kecerdasan itu adalah :

• Intelegensi Linguistik
• Intelegensi Logika Matematika
• Intelegensi Kinestika Tubuh
• Intelegensi Visual Ruang
• Intelegensi Musikal
• Intelegensi Interpersonal
• Intelegensi Intrapersonal
• Intelegensi Naturali
• Kecerdasan Emosional

Dikemukakan oleh daniel goleman, kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan


memahami diri, mengelola emosi, memnfaatkan emosi secara produktif, empati, dan membina
hubungan.
• kecerdasan spiritual (spiritual Quotion)

SQ dapat daiartiakan sebagai kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah-masalah


yang terkait dengan nilai, menempatkan berbagai kegiatan dan kehidupan dalam konteks yang lebih
luas, kaya dan memberikan makna, serta mengukur atau menilai bahwa salah satu langkah kehidupan
tertentu lebih bermakna dari pada yang lainnya.

Karakteristik individu yang memiliki SQ yang tinggi:

1. bersifat fleksibel
2. memiliki kesadaran yang tinggi
3. memiliki kemempuan untuk menghadapi penderitaan dan mengambil hikmah darinya.
4. Memiliki kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi rsa sakit.

• Pengembangan kreativitas

Beberpa ahli psikologi berpendapat bahwa kreatifitas harus terbatas pda penemuan suatu ide atu
konsep baru yang sebelumnya tidak diketahui oleh manusia. Sebgian ahli lain menyatakan bahwa
kreatifitas meliputi usaha yang unik dari individu meski bagi orang lain hal itu bukan baru lagi.

Pemecahan masalah secara kreatif terdiri dari 4 tahap :

1. tahap menemukan fakta (Fact finding),

2. tahap menemukan masalah (problem finding)

3. tahap menemukan gagasan (ide finding)

4. tahap menemukan Masalah (solution finding)

Ciri-ciri manusia yang kreatif

1. hasrat ingin tahu besar,

2. mempunyai inisiatif

3. panjang akal

4. berkeinginan untuk menemukn dan meneleliti

5. cenderung lebih suka lebih suka melakukan tugas yang sulit dan berat
6. selalu ingn mendapatkan pengalaman baru

7. percaya pada diri sendiri

8. berfikir fleksibel.

Ada ahli yng membedakan masalah yang dialami sseorang itu atas enam kelompok masalah yaitu:

1. masalah pengajaran atau belajar

Problem yang dialami oleh seseorang sehubungan dengan kegiatan pengajaran (prosess belajar)
seperti:

1. tidak men getahui bagaiman belajar yang baik


2. tidak tahu bagaimana membaca buku dengan baik
3. tidak mengetahui bagimana caranya mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.

2. Masalah pendidikan

masalah atau kesulitan yang dialami oleh seseorang dalam situasi pendidikan pada umumnya,
seperti:

1. Mengalami kesulitan dalam memilih sekolah.


2. Tidak mengetahui car memilih juruan yang cocok
3. Tidak dapat menyesuaikan diri pada waktu berada pada tingkat pendidikan yang dicapai.

3. masalah pekerjaan

Masalah-masalah yang timbul dalam diri individu, dan menyiapkan diri dan menempatkan diri
dengan pekerjaan, seperti :

1. Tidak tahu bagaiman memilih pekerjaan yang cocok dengan keadaan dirinya.
2. Tidak tahu pekerjaaan apa yang tersedia dan sesuai dengan kemampuan dan
ketrampilannya.
3. Tidak dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaaan yang dikerjakan sekarang.

4. Masalah penggunaaan waktu senggang

Ialah persoalan yang dilami oleh individu yang sehubungan dengan bagaimana cara
menggunakan waktu luangnya, sehinggga berisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
bagi dirinya. Seperti:

1. Tidak tahu bagaimana mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang bermanfaat dan
produktif
2. tidak merasa ada waktu yang terluang
3. sering ngebut kalau ada waktu yang terluang

5. Masalah-Masalah sosial

Persoalan-persoalan yang dialami oleh individu sehubungan dengan manusia lain, dan
bagaiman agar ia merasa bahagia bila berda dalam kelompoknya. Maalh yang timbul:

1. Tidak dapat mengadakan interaksi dengan teman sebayanya.


2. Tidak dapat menyesuaikan diri dengan anggota kelompok
3. Selalu merasa rendah diri bila berhadapan dengan anggota lainnya.

6. Masalah pribadi

Maslah-masalah yang dialami individu disebabkan oleh keadaan yang ada dalam dirinya sendiri
dan bersifat sangat komplek. Contoh:

1. Keresahan pribadi atau gejala penyakit jiwa


2. Merasa malu yang sangat besar karena pertumbuhan fisik yang terlalu cepat (pada Masa
pubertas
3. Merasa Gelisah yang tidak menentu)

Selain permasalahan – permasalahan yang di sebutkan di atas, ada beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan konselor itu sendiri, antara lain :

• Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat

Usaha-usaha bimbingan dan konseling bukanlah hal yang instant, tapi menyangkut aspek-aspek
psikologi/mental dan tingkah laku yang kompleks. Maka proses ini tidak bisa didesak-desakkan agar
cepat matang dan selesai. Pendekatan ingin mencapai hasil segera justru dapat melemahkan proses itu
sendiri. Ini bukan berarti bahwa usaha bimbingan dan konseling boleh santai-santai saja menghadapi
masalah klien, karena proses bimbingan dan konseling adalah hal yang serius dan penuh dinamika,
maka harus wajar dan penuh tanggung jawab. Konseor harus berusaha sebaik dan seoptimal mungkin
dalam menghadapi masalah klien.

• Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien

Segala cara yang dipakai untuk mengatasi masalah harus disesuaikan dengan pribadi klien dan
berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara yang sama,
bahkan masalah yang sama sekalipun. Pada dasarnya, pemakaian suatu cara tergantung pada pribadi
klien, jenis dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan konseling,
dan sarana yang tersedia.

• Memusatkan usaha bimbibingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi dan
konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya)

Perlu diketahui bahwa perlengkapan dan sarana utama yang pasti ada dan dapat dikembangkan
pada diri konselor adalah ketrampilan pribadi. Dengan kata lain koselor tidak seharusnya terganggu
dengan ada atau tiadanya instrument-instrumen pembantu (tes, inventori, angket, dan sebagainya).
Petugas bimbingan dan konseling yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secar optimal
sambil terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan.

Konselor juga manusia. Ini berarti bahwa konselor juga bisa mengalami masalah yang dialami oleh
orang lain. Masalah tersebut bisa berupa masalah manusiawi, seperti jenuh, stress, bosan dll. Oleh
karena itu, sebaiknya konselor tidak menangani masalah lebih dari tiga kasus dalam satu hari. Masalah
lain yang biasanya dialami oleh konselor berkaitan dengan kompetensi diri menjadi seorang konselor.
Tidak sedikit konselor yang tidak memenuhi kualifikasi, dan hal inilah yang terkadang justru
menambah masalah.

Oleh karena itu seorang konselor sudah selayaknya untuk semakin menggali dan meningkatkan
kemampuannya, dan bukan sekedar menjalani tugasnya hanya dengan apa adanya.

Ada beberapa hal yang harus dihindari oleh konselor, diantaranya adalah:

1. Bicara satu arah dari konselor/mendominasi konseling sibuk dengan penggalian


masalah/peristiwa traumatis klien

2. Tidak menunjukkan empati & kepedulian

3. Terkesan menasehati, menggurui, mengarahkan klien.


4. Terkesan menyalahkan dan menyudutkan klien

5. Menentukan jalan keluar pada permasalah klien

6. Mengambil jarak dan memperlakukan klien seperti pasienmenggunakan bahasa yang sulit
dimengerti

7. Menampilkan sikap/gerak tubuh yang membuat klien tidak nyaman, seperti cemberut, ngantuk,
jaga jarak, acuh tak acuh dll.

8. Menganggap klien sebagai individu yang tidak berdaya

9. Menciptakan ketergantungan klien pada konselor, dll.

KESIMPULAN

Bimbingan dan konseling yang melibatkan lembaga konseling, konselor dan klien ini, tentu
tidak lepas dari pengaruh dinamisasi ruang dan waktu kehidupan yang senantiasa menawarkan
perubahan. Oleh karenanya, agar bimbingan dan konseling ini senantiasa efektif dan berkembang lebih
baik, maka ke tiga unsur yang ada dalam konseling tersebut harus senantiasa ditinjau ulang, baik secara
teori maupun praktik. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahpahaman pemaknaan yang
tentu saja akan berdampak pada praktiknya.

Banyaknya problem yang terjadi dalam konseling, problematika konselor dan klien kebanyakan
lahir dari ketidakpahaman yang mendalam tentang konseling. Oleh karena itu, image ketiga unsure
konseling harus benar-benar dibangun kembali menjadi lembaga yang benar-benar nyaman
untuk sharing yang solutif berbagai macam masalah yang dihadapi peserta didik.

Ketiga unsure di atas bukanlah hal yang berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terkait antara satu
dan yang lain. Maka, semuanya harus dipahami secara utuh agar pelaksanaanya bisa optimal.
REFERENSI

Dra. Siti munifah M.Pd, Bimbingan Konseling, STKIP Ponorogo, 2006

Drs. Slameto, Bimbingan di Sekolah, Bina Aksara, Jakarta, 1988

Tekla NH, S.Pd. Mengenal Bimbingan Konseling.blogspot@www.google.com

Materi pelatihan konseling.FKJ.PMII. Jepara, 6 April 2008

Materi konseling dalam pelatihan advokasi. Bandungan, 7-8 Maret 2008

http://fkunhas.com/topik/penanganan+terhadap+masalah+konselor.html

http://pusat-data.pgpaud.ac.id/?data=dokumen/penanganan+terhadap+masalah+konselor

akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/tujuan-bimbingan-dan-konseling/

teraskita.wordpress.com/2009/03/30/problematika-bimbingan-dan-konseling/

Anda mungkin juga menyukai