Anda di halaman 1dari 10

Keamanan Aceh Pasca Konflik

Subhan Agung
Keamanan Aceh Pasca Konflik

 Sesuai dengan pemahaman tentang keamanan, saat ini


keamanan tidak hanya dipahami sebagai “keamanan
negara” dari berbagai ancaman semata. Namun juga
kemudian mengalami perkembangan di mana
keamanan juga berkaitan dengan nasib manusia
sebagai kolektivitas.
 Keamanan bergerak dan dipengaruhi oleh lima ranah
penting yakni : militer, politik, ekonomi, masyarakat
dan lingkungan. Karenanya jika faktor2 di atas sudah
menjacapai derajat kohesifitas dalam kolektivitas, maka
keamanan akan dirasakan.

SUMBER : Cornelis Lay, Diktat Pol-Keamanan, 2010


Lanjutan…
•Paling tidak tiga hal yang menjadi pokok perhatian
sementara mengenai kemanan di Aceh : pertama, rasa
keadilan untuk para korban dan mantan kombatan
GAM terkait dengan hak-haknya, baik sebagai warga
negara. Kedua, bagaimanakah peristiwa keamanan
terkini di Aceh, termasuk apakah masih adanya
kekerasan, baik yang terkait dengan GAM ataupun
lainnya yang dapat menstimulan munculnya
kekecewan baru bagi warga Aceh. Ketiga, dari kondisi
kemanan saat ini bagaimana prospek keamanan di
Aceh pasca konflik.
Momentum Krusial Perdamaian di Aceh

Menurut Ikrar Nusa Bakti (2009), sedikitnya ada 2


momentum yang bisa dijadikan ukuran sederhana
keamanan di Aceh kondusif atau tidaknya yakni moment
Pemilu 2009 dan Pilkada Aceh 2011
Pemilu 2009 terkait dengan kemungkinan konflik antar
politisi lokal sendiri karena yang bersaing di sana bukan
hanya Parpol nasional, tetapi juga Papol lokal.. Perebutan
kursi di DPRA rawan akan konflik.
 Pilkada tahun 2011, bukan hanya akan terjadi
persaingan antar elit lokal, tetapi juga pertaruhan bagi
pimpinan mantan GAM, mampu membawa perubahan
atau tidak di Aceh terutama bidang ekonomi.
Kekerasan di Aceh (Januari-pertengahan 2009)
Periode Motif Modus Operandi Jumlah
Sumber
Kasus : Harlie Muin di alamat
Kekerasan Kasus
Sebelum Pileg Politik Peledakan bom, penembakan 56 kasus
http://harlimuin.wordpress.com/,
2009 Edisi 03 Oktober
misterius, penghilangan
2009 orang, pembakaran simbol-
simbol parpol, kantor parpol
dan penculikan aktifis parpol
Sesudah Pileg Ekonomi Pencurian dengan 225 kasus
2009 (uang), memecahkan kaca mobil,
dendam dan perampokan, pembacokan,
lainnya pembunuhan.

Sumber : Harlie Muin di alamat


http://harlimuin.wordpress.com/, Edisi 03 Oktober 2009
Hak-hak Korban, Kerabat dan Kombatan GAM yang
Terlupakan……

Badan Rekonstruksi dan Rekonsiliasi Aceh (BRR) yang diharapkan mampu menyerap
mantan kombatan GAM untuk memiliki income generating, pada kenyataannya baru
menyerap sedikit mantan GAM, dan itupun hanya pimpinan-pimpinan GAM semisal
Kamaruzzaman. Yang terjadi dengan kebanyakan anggota KPA itu menjadi preman,
baik itu preman pasar, preman jalanan dan preman-preman dalam aksi-aksi yang terkait
dengan pilkada ataupun yang lainnya.
Masih ada Tapol GAM yang sampai saat ini masih mendekam di penjara, semisal Tngk
Ismuhadi, Ibrahim dan Irwan bin Ilyas yang masih mendekam di LP Cipinang walaupun
sudah 10 tahun. Salah satu isi dari nota kesepahaman (MoU Helsinki) tesebut adalah
kesepakatan untuk membebaskan seluruh narapadina politik Aceh yang masih ditahan.
 Belum juga masih banyaknya korban yang kehilangan tulang punggung mereka,
seperti suami, anak yang sampai saat ini masih terbengkalai dan hidup dibawah garis
kemiskinan. Belum lagi mereka yang cacat seumur hidup, trauma akibat perlakuan
kasar dan perkosaan selama DOM yang perlu pemulihan..dll.

Sumber :Tabloid KONTRAS  Nomor : 529 | Tahun XI  18 - 24  Februari 2010
Pengangguran di Aceh…
 Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Februari 2010 tercatat
mencapai 8,60 persen atau sebesar 166 ribu orang;
 Ada penambahan jumlah pengangguran pada Februari 2010 sebesar 1000 orang
dibandingkan Agustus 2009 yaitu dari 165 ribu orang pada Agustus 2009 menjadi 166
ribu orang pada Februari 2010.
Jumlah angkatan kerja pada Februari 2010 mencapai 1,933 juta orang atau bertambah
34 ribu orang dibandingkan jumlah angkatan kerja bulan Agustus 2009, yaitu sebesar
1,898 juta orang,
Jumlah penduduk laki - laki maupun perempuan yang bekerja mengalami perubahan.
Penduduk perempuan yang bekerja mengalami peningkatan 47 ribu orang, sementara
penduduk laki - laki hanya mengalami peningkatan sebanyak 26 ribu orang.

Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh dalamTempointeraktif.. Selasa, 11 Mei 2010


UUPA dan Problematikanya
• UUPA dan Keistimewaan Aceh
Pasal 1(2): Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus
Pasal 22(2): DPRA dan DPRK mempunyai hak untuk membentuk alat-alat
kelengkapan DPRA/DPRK sesuai dengan kekhususan Aceh.
Pasal 78(2)b: …memperjuangkan cita-cita partai politik lokal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai kekhususan
dan keistimewaan Aceh.
Pasal 179 Dana Otonomi Khusus
Penjelasan umum: Perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia
menempatkan Aceh sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat
istimewa dan khusus.

• MoU Helsinki dan UU nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh


(UUPA) adalah modal bagi perdamaian Aceh. Tapi modal tersebut tersebut
belum bisa sepenuhnya dilaksanakan, karena masih adanya beberapa aturan
pelaksanaan teknis seperti Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Presiden
(Perpres), yang belum rampung.
Lanjutan….
 Salah satu anggota tim Aceh Peace Advisorry Committe (APAC), Mawardi Ismail
dalam worshop Bina Perdamaian Aceh, di Hotel Asean International, Medan -
Sumatera Utara, Sabtu (3/4/2010). Acara tersebut didukung oleh Aceh Recovery
Forum (ARF) dan USAID-SERASI.  Mawardi Ismail menurutnya belum siapnya
sejumlah aturan pelaksanaan UUPA, juga merupakan tantangan dari perdamaian
Aceh. Sebagian PP dan Perpres memang sudah ada, tapi tak sampai 50 persen dari
yang seharusnya.

 Akhirnya dari paling tidak tiga persoalan besar di atas, yakni : problem pemenuhan
hak-hak para kombatan, korban, dan kesejahteraan keluarga yang secepatnya
dicarikan solusi tepat dan cepat. Kedua, aktor-aktor keamanan bertindak profesional
dalam menindak berbagai tindak kriminalitas, kekerasan, dan lainnya yang masih
marak di Aceh. Ketiga, pemerintah pusat dan daerah secara akseleratif dan solutif
menyelesaikan berbagai PR terutama persoalan tata kelola yang tepat untuk
Aceh………………………….
Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai