Anda di halaman 1dari 27

Program Pasca Sarjana Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada


- Politik Keamanan dan Pembangunan -

Regional Questions.

Ichlasul Amal - Cornelis Lay - Erwin Endaryanta


Metode Pembelajaran
• Proses :
 14 Materi Tematik (14 x Pertemuan, 3 bagian)

1 Pengatar 8 Security Oversight


2 Memahami keamanan sebagai 9 Konflik Internal dan religion
fungsi negara radicalism
3 RSK I : Overview 10 Regional Question :
Aceh&Papua
4 RSK II : Militer, Polisi 11 Keamanan Maritim
5 RSK III : Intelijen, Private 12 Keamanan Energi dan
Security Lingkungan
6 OMSP 13 Keamanan Pangan dan
Kesehatan
7 Financing Security 14 Masa Depan Politik Keamanan
dan Pembangunan

2
Regional Questions.
• Tantangan yang bersifat politik dalam bentuk
motivasi politik untuk mendapatkan hak
penentuan nasib sendiri
• Alasan kuat bagi daerah untuk mendapatkan
perlakuan khusus/istimewa
• Kebutuhan sebuah penataan strategi
management politik pemerintahan untuk
mempertahankan basic boundaries dari unit
politik suatu negara
3
Contoh
• Aceh dan Papua di Indonesia
• India (Jammu Kashmir), Pakistan (Gilgit-Baltistan), Spanyol
(Catalonia, Castille-Leon, Basque, Valencia), Cina (Kunshan,
Hongkong, Macao), Philippines (Mindanao, Cordillera),
Afrika Selatan, Mexico (Chiapas ), Finland (Aland Islands),
Norwegia (Sami), Canada (Quebec, Nunavut), Denmark
(Greenland, Faroe Islands), Perancsi (Corsica, Brittany),
Italy (Sardinia, Trentino Alto Adige, Friuli Venezia Giulia,
Valle d’Aosta), Portugal (Azires & Medeira), Belgia (Flemish,
French, German community/regions ), Bangladesh (The
Chittagong Hill Tracts/CHT), Thailand (Pattani)

4
Contoh Moro - Filipina
• Problem Mindanau dan Sulu merefleksikan eskalasi etnis Moro
untuk membangun gerakan pembebasan dan terpisah dari Filipina.
• Konflik dimulai kebijakan baru pemerintahan Filipina terkait dengan
kebijakan migrasi bagi non-muslim Filipina pada era 1950-an di
daerah pemukiman suku Moro.
• Mindanau [1960-1970an] berkembang menjadi gerakan politik
setelah datu Udtog Matalam mendeklarasikan Gerakan
Pembebasan Muslim Mindanau (Moro National Liberation Front).
Periode ini juga mencatat kepemimpinan Prof Nur Misuari dalam
gerakan ini dengan membentuk sayap militer yang dilatih di Sabah
untuk melancarkan aksi perang gerilya.
• Serangkaian operasi militer antara tahun 1972-1976 telah
memakan korban kurang lebih dari 120,000 jiwa, lebih dari 100,000
masyarakat sipil mengungsi ke Malaysia dan sekitar satu juta
penduduk tinggal di pengungsian.
• Pendekatan Militer gagal dalam mendamaikan gejolak kawasan ini
5
Spanyol: Basque Country
• Basque Country atau Basque Autonomous Community. Wilayah ini
mencakup 3 provinsi dengan tradisi dan bahasan Basque, yang
meliputi Biscay, Gipuzkoa, dan Alava. Dari total penduduk, hanya 1/3
yang merupakan penduduk asli Basque
• tuntutan untuk pengakuan identitas yang sudah berlangsung sangat
panjang. Akumulasi dari tuntutan tersebut terjadi pada tahun 1975
dimana sejumlah kawasan menuntut dibentuknya struktur politik quasi-
federal yang bisa mengakomodir tuntutan pembentukan negara-
negara yang lebih kecil berdasarkan romantisme sejarah, yaitu:
Catalonia, Galician, dan Basque. Hasil dari proses panjang tersebut,
saat ini Spanyol terbagi dalam 17 regional dengan tingkat otonomi yg
berbeda-beda sebagaimana dijelaskan dalam Konstitusi 1978.
• Basque juga memiliki otonomi sangat kuat dalam hal penggunaan
identitas dan simbol daerah, serta terus menerus menuntut untuk
mendapatkan otonomi yang jauh lebish luas dalam aspek-aspek politik
dan pemerintahan, bahkan tuntutan kedaulatan.

6
ACEH

GEURAKAN ATJÈH MEURDÉHKA


(G A M)
P.O. BOX 130, S-145 01 NOSBORG, SWEDEN
TEL: +46 8531 86674
FAX : +46 8531 88960
7
Akar Masalah

Rekognisi
Eksploitasi Indentitas
Ekonomi Politik
dan Sosial

Pendekatan
Militer

Tuntutan Merdeka

8
Aceh
• angka kemiskinan di Aceh sebesar masih 26, 79 % dari total penduduk
atau berada dalam urutan ke 26.Sedangkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Aceh berada dalam urutan ke-18 (69,03). Dalam
indikator tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), Aceh
menempati urutan ke 21. Meskipun masih ada secercah harapan ketika
indeks persepsi korupsi (IPK) Aceh masih menempati urutan posisi ke-
7 (Majalah Otonomi, no.1 tahun IV, 2009).
• kemiskinan per kecamatan akibat tinggi-rendahnya dampak tsunami
dan konflik dari 2004-2006, World Bank, 2008;15

9
Aceh Menggugat Jakarta
– Perlawanan Aceh dimotori oleh Para Loyalis Republik [Daud Ber’eh,
tahun 1953, “Wakil” DI/TII Pimpinan Kartosuwiryo ] di tingkat lokal
seiring dengan Pengintegrasian Aceh kedalam Propinsi Sumatra Utara.
– Protes atas absennya penghargaan Pusat atas identitas ke-Aceh-an
[syariah Islam]. Identitas keislaman yang pada awalnya dibangun dan
dipengaruhi oleh identitas politik Malaya, yang merupakan antisipasi
dari masuknya imperialism melalui Selat Malaka.
– Gerakan ini dipimpin oleh Hasan Tiro, 4 Desember 1976. Separatism ini
muncul terkait dengan dominasi orang Jawa atas penyelenggaraan
Pemerintahan Aceh dan eksploitasi sumberdaya alam yang tidak
memberikan kemanfaatan yang adil bagi masyarakat Aceh. Pusat
mengeksplorasi gas alam dan minyak bumi di Aceh sejak awal tahun
1970-an.
– Perlawanan  Pemberontakan dimulai dengan dikibarkannya bendera
Acheh Sumatra National Liberation Front (ASNLF) atau dikenal dengan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM), 1976 – 2005 .
10
• selama satu dasawarsa, yaitu antara tahun 1989-1998 Pusat
memberlakukan Operasi Jaring Merah (OJM) yang menjadikan
sebagain daerah Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM),
dan rencana pembentukan Kodam Baru Iskandar Muda.
• Pasca Reformasi; Presiden Abdurrahman Wahid melakukan
pembatalan rencana pembentukan KODAM Iskandar Muda dan
ditandatangani Jeda Kemanusian (joint understanding of
humanitarian pause for Aceh). Pada masa Megawati KODAM
Iskandar Muda dibentuk, dan ditandatangani CoHa (Cession of
Hostilities Agreement). Pada Era Megawati ini pendekatan
militer kembali dilakukan dengan menjadikan Aceh dalam
kondisi darurat militer (Nurhasim, 2008:93).

11
Kerangka keistimewaan
• UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah:
– Aceh memperoleh bagian 80 persen dari penerimaan
negara yang berasal dari sumberdaya alam sector
kehutanan, pertambangan umum, dan peikanan; 15
persen dari sector pertambangan minyak (setelah
dikurangi komponen pajak) dan 30 persen dari sector
pertambangan gas alam (setelah dikurangi pajak).
• UU No. 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan
Keistimewaan Provinsi daerah Istimewa Aceh :
– kehidupan beragama, adat, pendidikan, dan peran
ulama 12
UU No. 18/2001
• UU No. 18 Tahun 2001 :
– struktur pemerintahan lokal memakai nama-nama lokal seperti Sagoe (Kabupaten),
Banda (Kota), Sagoe cut (kecamatan), mukim, dan gampong. Regulasi juga mengakui
eksistensi kelembagaan adat, yaitu Wali Nanggroe dan Tuha Nanggroe, sebagai simbol
bagi pelestarian penyelenggaraan kehidupan adat, budaya, dan pemersatu
masyarakat. Jumlah anggota DPRD Provinsi lebih banyak dari ketentuan undang-
undang pada umumnya, yaitu 125% dari yang ditetapkan undang-undang. Terkait
dengan keuangan daerah, Aceh mendapatkan alokasi khusus terkait dengan Dana
Alokasi Khusus (DAU) sebesar 55% untuk pertambangan minyak bumi dan sebesar
40% untuk pertambangan gas alam. Selain itu, dalam regulasi tersebut, gubernur Aceh
memiliki beberapa kewenangan yang tidak dimiliki oleh gubernur di daerah lain, yaitu
dalam pengangkatan pejabat kepolisian, dan kejaksaan harus mendapat persetujuan
gubernur. Sedangkan untuk pejabat kehakiman harus dikonsultasikan dengan
gubernur
• Perjanjian Helsinki, 15 Agustus 2005
• UUPA No.11/2006

13
Skema Conflict Management
Mou Helsinki,15 Agustus 2005
[RI – GAM] - 3 hal penting
• kesepakatan tentang penyelenggaraan pemerintahan Aceh:
– pemberian keseluruhan kewenangan sector public kecuali dalam
bidang hubungan luar negeri, pertahanan luar, keamanan nasional,
moneter dan fiscal, kekuasaan kehakiman dan kebebasan beragama
– Otoritas Pemerintah Aceh dan DPRA dalam kebijakan politik dan
pemerintahan [otoritas, simbol, alokasi PAD, dll]
– Partai Lokal
– Alokasi 70% hasil dari hidrokarbon dan sumberdaya alam lainnya,
dan perdagangan bebas tanpa hambatan pajak, tariff, atau
hambatan lainnya
• Demobilisasi dan Disarmament [ SALW]
• reintegrasi dan rekonstruksi [ ekonomi, sosial, dan politik]

14
UUPA No 11/2006
Apakah Aceh mempunyai
“Otonomi Khusus”?
• Dalam hal Papua secara tegas disebutkan dalam judul UU No. 21/2001 tentang “Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua”.
• Dalam hal Aceh, istilah otonomi khusus tidak disebutkan dalam judul UU No. 11/2006
tentang “Pemerintahan Aceh”, namun terdapat beberapa ketentuan yang menyarankan
bahwa Aceh mempunyai “otonomi khusus”:
– Pasal 1(2): Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus
– Pasal 22(2): DPRA dan DPRK mempunyai hak untuk membentuk alat-alat kelengkapan
DPRA/DPRK sesuai dengan kekhususan Aceh.
– Pasal 78(2)b: …memperjuangkan cita-cita partai politik lokal dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai kekhususan dan keistimewaan Aceh.
– Pasal 179 Dana Otonomi Khusus
– Penjelasan umum: Perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia menempatkan Aceh
sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan khusus.

 Untuk Papua status “Otonomi Khusus” jelas dari judul UU No. 21/2001
 “Otonomi khusus” tidak menonjol dalam UU 11/2006 namun tampil dalam beberapa
ketentuan/penjelasan; alasan: dalam MoU Helsinki tidak dipakai istilah “otonomi
khusus”, karena oleh fihak GAM tidak dianggap sebagai sesuatu yang mencerminkan
sifat pemerintahan yang diinginkan.

Dr. Bernhard May, GTZ-ALGAP II


Partai Politik Lokal
 Partai Politik (Nasional) Dapat Mengikuti
Pemilihan Legislatif/Eksekutif Lokal;
 Dalam Pemilihan Legislatif/Eksekutif Nasional ,
Partai Politik Lokal Berafiliasi Dengan Partai Politik
(Nasional)Partai Politik Lokal Tidak Lebih
Sebagai Underbouw(Cabang) Partai
Politik(Nasional)
 Anggota Partai Politik Lokal Dapat Merangkap
Anggota Partai Politik (Nasional)

16
Lembaga Wali Nanggroe & Qanun
Jinayat
• Lembaga Wali Nanggroe hanya sebagai
lembaga kepemimpinan adat  Dapat
menimbulkan tumpang tindih fungsi dan
kewenangan dengan Majelis Adat Aceh
(MAA) Padahal MoU Helsinki tidak
membatasi fungsi dan kewenangan
Lembaga Wali Nanggroe hanya untuk
urusan adat
• Qanun Jinayat  Isolasi Politik

17
18
Pemerintah Aceh :
Aceh adalah daerah provinsi yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus
[Psl 1(2) UUPA]

KERANGKA BARU
PENYELENGGARAAN PEMDA

Hubungan Tata
pusat daerah yg Pemerintahan: Keuanga
lebih Akomodasi adat
berimbang & persoalan lokal n Daerah
Team desentralisasi asimetris, PolGoV UGM, 192010
Problema Aceh Pasca MoU

Aceh

Orientasi paradigma Pemerintahan Governability SOSIAL EKONOMI

Rekonsiliasi Pasca Konflik [KKR] Orientasi Eksploitasi Kemiskinan – Problem


“Absensi “
dan reintegrasi Ekonomi, Politik dan
sosial]
Grand Desain Aceh Pasca Konflik State-Craft [“self Government” Vs integrasi, Delivery Political Goods dalam kebijakan dan institusi politik Aceh Kekayaan Alam of Plenty

Team desentralisasi asimetris, PolGoV UGM, 202010


Papua
PAPUA

BUDAYA POLITIK SOSIAL EKONOMI

KEKAYAAN KETERTINGGAL
MELANESIA ADAT/GEREJA PEPERA/PEMBENTUKAN IDENTITAS KEINDONESIAAN
YANG BELUM TUNTAS ALAM AN

Team desentralisasi asimetris, PolGoV UGM, 212010


Akar Masalah
Tidak diakomodasi dengan
Kekhususan Identitas baik oleh negara, mis;
& Kompleksitas pendekatan militer,
ekspliotasi, pelanggaran
Persoalan HAM.

Resistensi yang sering


bermuara pada
tuntutan merdeka

OTSUS sebagai tawaran untuk


mengakomodasi kekhasan
karakter dan solusi problema
pembangunan dalam
kerangka NKRI

Team desentralisasi asimetris, PolGoV UGM, 222010


Papua - Provinsi yang Ekstrem
Dibandingkan dgn Prov
Indikator Nilai
Lain di Indonesia
Area 41.5 juta ha Terbesar
Penduduk 2.7 juta 10 Terbawah
PDRB Per Kapita 2002 USD 1.150 4 Teratas
Pertumbuhan PDRB 1991-2002 9.80% Tertinggi
Penduduk Miskin 40% Tertinggi
Pendapatan Per Kapita 2002 (Fiskal) 2.3 juta Rp Tertinggi kedua
Indeks Harga Konstruksi 160 Tertinggi
Kepadatan Penduduk (Population
4 / km2 Terendah
Density)
Tingkat Melek Huruf 60% Terendah
Rasio Puskesmas tanpa Dokter 60% Tertinggi
Area Hutan 80% Terbesar
Sumber:
SUSENAS 2003- BPS, SIKD - MoF, Conservation International, WB Fiscal Database, WDR 2004
OTSUS
KERANGKA BARU
PENYELENGGARAAN PEMDA

Hubungan Tata
pusat daerah yg Pemerintahan: Keuanga
lebih Akomodasi adat
berimbang & persoalan lokal n Daerah
Team desentralisasi asimetris, PolGoV UGM, 242010
EFEKTIVITAS
KERANGKA BARU PENYELENGGARAAN PEMDA

Hubungan Tata
pusat daerah Pemerintahan: Keuangan
yg lebih Akomodasi adat
berimbang & persoalan lokal Daerah

Team desentralisasi asimetris, PolGoV UGM, 252010


Masalah Management Politik Pemerintahan
Indonesia
• Politik desentralisasi otda telah diintrodusir sejak
1903, namun hingga kini banyak hal masih
memerlukan perbaikan.
• Desentralisasi bahkan dalam banyak hal justru
berakibat pada meluasnya korupsi, kekerasan yang
xephobia, dan represi terhadap komunitas-
komunitas lokal yang dimobilisasi oleh para politisi
yang haus kekuasaan.
• Desentralisasi masih tetap dipahami dalam makna
uniformitasnya.PENGEMBANGAN ASSYMETRICAL DECENTRALIZATION
SEBAGAI MODEL PENGELOLAAN HUBUNGAN PUSAT-DAERAH
DI INDONESIA, LAY, CORNELIS, 2010
26
Mengelola Regional Questions ?

27

Anda mungkin juga menyukai