2|Page
perusahaan asing. Perjanjian ini tercatat dalam konferensi meja bundar. Dan sampai saat ini
memberatkan bangsa Indonesia karena sangat berdampak pada proses pembangunan Negara.
Letak geografis yang sangat menguntungkan dan sumber daya alam yang sangat kaya
belum bisa mengantarkan Indonesia menjadi Negara yang produktif. Sumber daya alam seperti
pertambangan dan perminyakan dikuasai oleh perusahaan asing, seperti PT Freeport. Mirisnya
lagi pemerintah hanya mnedapat 1% dari laba bersih PT.freeport.
Sebenarnya Malaysia pun pada dasarnya tetap membiarkan perusahaan asing di negaranya.
Hanya saja mereka terlebih dulu memberlakukan aturan nasionalisasi perusahaan asing sehingga
mereka bisa menerima pendapatan lebih besar yang pada akhirnya melakukan privatisasi
kembali karena resesi tapi mereka setidaknya sudah mempondasi perekonomian dalam
negerinya. Hal ini yang tidak dilakukan oleh Indonesia.
Indonesia secara gegabah terjun ke pasar bebas dengan dalih pembangunan tanpa bekal
perekonomian yang kukuh. Kapabilitas Negara Indonesia masih rendah jika dibanding dengan
Malaysia, terbukti dengan masih banyak perusahaan asing yang hanya mengeruk kekayaan alam
Indonesia tanpa memberikan timbal balik yang setimpal dan hanya memberikan pajak minimal
bagi negara.
Pembangunan Indonesia prakteknya tidak didasarkan pada pembangunan kerakyatan
walaupun pada teorinya berdasar pada kerakyatan. Kebijakan yang dikeluarkan lebih mengarah
pada kesejahteraan kelompok atau golongan bahkan perusahaan multinasional. Hal ini terjadi
Karena kebijakan yang dikeluarkan tidak tegas seperti NEP di Malaysia.
Kebijakan industrialisasi Indonesia belum memfokuskan untuk dapat memproduksi barang
industry berat oleh Negara Indonesia sendiri. Yang ada adalah mengekspor bahan-bahannya
kemudian mengimpor barang teknologi yang sudah jadi. Hal ini menjadikan Indonesia menjadi
ketergantungan akan pihak asing dan kita akan membayar barang lebih mahal.
Krisis kepercayaan public akan Negara Indonesia menghambat dalam proses pembangunan
karena apapun yang diambil oleh Negara Indonesia akan salah dimata rakyat. Hal ini lah yang
harus di benahi dari system politiknya sendiri. Kepercayaan dan integritas yang tinggi antar
pihak yang berlaku sangatlah diperlukan dalam pembangunan.
Berbicara tentang pembangunan maka akan sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan
masyarakat karena pada hakikatnya tujuan pembangunan salah satunya adalah untuk menegakan
kesejahteraan masyarakat. Jika meruntun dari pembangunan Indonesia dan Malaysia pada
akhirnya akan berharap pada satu titik yang sama yaitu pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam hal ini bagaimana kesejahteraan dalam pembangunan ternyata tidak berdaya jika
melawan neoliberalisme. Dengan dalih globalisasi mereka para pihak neoliberal mencari ladang
untuk dijadikan lahan basah bertransaksi. Lahan yang dimaksud adalah Negara-negara
berkembang yang dengan sengaja mereka persiapkan agar senantiasa mau untuk mengadopsi
paham ini walaupun pada kenyataannya tidak sesuai dengan negaranya. Hal ini mereka lakukan
bukan demi pembangunan Negara berkembang melainkan demi terlaksananya kepentingan
Negara neoliberal yaitu perluasan pasar dan memanfaatkan pembangunan itu sendiri.
3|Page
Pertanyaannya adalah apakah benar pembangunan hanyalah sebuah wacana demi perluasan
produksi Negara industri?
Paham neoliberal yang merupakan paham kapitalis juga mengusung ide mencetak produksi
sebanyak-banyaknya melalui teknologi mesin. Ketika wilayah Negara pencetak sudah tidak
mampu menampung hasil produksi mereka. Sebagian besar Negara perluasan adalah Negara
dengan pendapatan per kapita sangat rendah dan itu akan menghambat penyerapan hasil produksi
di negara tersebut. Oleh kerana itu mereka mencanangkan pembangunan dengan cara
meminjamkan modal bagi Negara tersebut dan memberikan predikat Negara sedang berkembang
untuk meyakinkan proses pembangunan Negara tersebut.
Keuangan, ilmu pengetahuan, teknologi, ukuran maju dan terbelakang, tradisional dan
modern merupakan ukuran yang hanya dikeluarkan oleh lembaga internsional. Tidak dipungkiri
bahwa Negara Indonesia memang telah menjadi salah satu sasaran Negara perluasan pasar
neoliberal. Pembangunan Indonesaia tidak lepas karena adanya campur tangan Negara luar dan
lembaga keuangan internasional yang meminjamkan modal sebagai hutang yang tak kunjung
selesai untuk dibayar.
Melihat hal diatas, telah terjadi kegamangan konsep dari pembangunan itu sendiri.
Pembangunan yang dimaksudkan di atas adalah mempersiapkan masyarakat agar dapat
merespon produk industrial dari Negara maju bukan pada tingkat kesejahteraan rakyatnya. Yang
menjadi masalah adalah ukuran kesejahteraan seperti apa yang dimaksud.
Terdapat dua kubu pendapat tentang kesejahteraan. Pertama, kubu sosialis yang disebut
dengan kubu intervension meyakini dimana intervensi Negara terhadap masyarakat akan
membantu perkembangan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Kedua, kubu kapitalis meyakini
kesejahteraan dapat diperoleh melalui adaptasi akan pasar dengan meminimalkan peran
pemerintah.
Konsep kesejahteraan yang berkembang saat ini adalah bagaimana organisasi formal
maupun social memandang masyarakat sebagai objek yang diukur secara materil bergantung
pendefinisian organisasi tersebut. Sehingga pelayanan akan bergantung pada pendanaan dari luar
untuk menentukan kesejateraan. Hal ini akan bertolak dengan konsep kesejahteraan yang
berdasarkan pada komunitasnya. Kesejahteraan lebih berfokus pada cara pandang dan perasaan
terdalam dalam hidup sejahtera.
Indonesia tidak mampu lepas dari criteria kesejahteraan yang ditetapkan oleh organisasi
internasional sehingga tidak memiliki kebebasan menentukan criteria kesejahteraan menurut
komunitas. Dengan memandang kesejahteraan tidak selalu capaian kuantutatif dan materil, maka
mungkin Indonesia dapat terlepas dari cengkraman penguasa asing dengan konseptual
modernitasnya.
4|Page