Untuk melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan dan kemampuan
untuk mengenali perubahan fisiologis yang terkait dengan proses kehamilan. Perubahan
tersebut mencakup perubahan produksi dan pengaruh homonal serta perubahan anatomi
dan fisiologi selama kehamilan. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologis
tersebut menjadi modal dasar dalam mengenali kondisi patologis yang dapat mengganggu
status kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya. Dengan kemampuan tersebut,
penolong atau petugas kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk
memperoleh luaran yang optimal dari kehamilan dan persalinan.1
Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan pengetahuan tentang
fisiologi awal kehamilan. Pengenalan ini juga penting bagi penapisan terhadap kelainan
yang mungkin terjadi selama kehamilan.
Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologi pada ibu atau seorang perempuan yang
mengindikasikan bahwa ia telah hamil. Tanda-tanda tidak pasti atau terduga hamil adalah
perubahan anatomi dan fisiologi selain dari tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi
1
atau dikenali oleh pemeriksa. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah data atau kondisi yang
mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan
dan direkam oleh pemeriksa (misalnya: denyut jantung janin, gambaran sonogram janin,
gerakan janin).2,3
Setelah ovum dikeluarkan dari folikel degraf matang di ovarium maka folikel ini akan
berubah menjadi korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan mengalami
degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila ovum dibuahi oleh spermatozoa maka
korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik gonadotropin yang dihasilkan oleh
sinsitio trofoblas disekitar blastokist menjadi korpus luteum kehamilan.2,3
Progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum sangat diperlukan untuk menyiapkan
proses implantasi pada dinding uterus dan proses kehamilan dalam trimester pertama
sebelum nantinya fungsi ini diambil alih oleh plasenta pada trimester kedua. Progesteron
yang dihasilkan dari korpus luteum juga menyebabkan pengingkatan suhu tubuh basal
yang terjadi setelah ovulasi akan tetap bertahan.4
Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan
perubahan pada payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran
uterus. Adanya chorionic gonadotropin (hCG) digunakan sebagai dasar uji imunologik
kehamilan. Chorionic somatotropin (Human Placental Lactogen/HPL) dengan muatan
laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai
perubahan metabolik yang mengiringinya.4
Secara spesifik, estrogen akan merangsang pertumbuhan sistem penyaluran air susu dan
jaringan payudara. Progesteron berperan dalam perkembangan system alveoli kelenjar
susu. Hipertrofi alveoli yang terjadi sejak 2 bulan pertama kehamilan menyebabkan
sensasi noduler pada payudara. Chorionic somatotropin dan kedua hormon ini
menyebabkan pembesaran payudara yang disertai dengan rasa penuh atau tegang dan
sensitif terhadap sentuhan (dalam dua bulan pertama kehamilan), pembesaran puting susu
dan pengeluaran kolostrum (mulai terlihat atau dapat diekspresikan sejak kehamilan
memasuki usia 12 minggu). Hipertrofi kelenjar sebasea berupa tuberkel Montgomery atau
folikel disekitar areola mulai terlihat jelas sejak dua bulan pertama kehamilan.
Pembesaran berlebihan dari payudara dapat menyebabkan striasi (garis-garis hipo atau
hiperpigmentasi pada kulit). Selain membesar, dapat pula terlihat gambaran vena bawah
kulit payudara.2,3
2
Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan tetapi hal ini bukan
merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada pengguna kontrasepsi
hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang dan hamil
semu (pseudocyesis). 2,3,5
Walaupun tidak diketahui secara pasti tetapi pigmentasi kulit terjadi akibat efek stimulasi
melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Bagian kulit
yang paling sering mengalami hiperpigmentasi adalah puting susu dan areola disekitarnya
serta umumnya pada linea mediana abdomen, payudara, bokong dan paha. Chloasma
gravidarum adalah hiperpigmentasi pada area wajah (dahi, hidung, pipi dan leher). Area
atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan kembali menjadi normal setelah
kehamilan berakhir. Pengecualian terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan
memudar tetapi guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan.2,3
Hal lain yang terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan dengan tanda kehamilan
adalah rasa mual dan muntah yang berlebihan atau hiperemesis. Walaupun demikian,
kondisi ini juga tidak dapat dikategorikan sebagai tanda pasti kehamilan karena berbagai
penyebab metabolik lain dapat pula menimbulkan gejala yang serupa. Hiperemesis pada
kehamilan digolongkan normal apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama.2,3
Gejala metabolik lain yang dialami oleh ibu hamil dalam trimester pertama adalah rasa
lelah atau fatique. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR)
dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktivitas metabolik produk
kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan maka rasa lelah yang terjadi
selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu hamil akan
menjadi lebih segar.2,3,4
Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi chorionic gonadotropin (hCG) oleh sel-
sel sinsitiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu
hamil dan diekskresikan melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat
dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding
meningkatnya usia kehamilan diantara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia
kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir
kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari.3,4
Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar hCG yang rendah,
ditemui pada kehamilan ektopik dan abortus iminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai
pada kehamilan majemuk, mola hidatidosa atau korio karsinoma. Nilai kuantitatif dengan
pemeriksaan radio immunoassay dapat membantu untuk menentukan usia kehamilan.4
Aschheim dan Zondek telah menggunakan uji kehamilan dengan penanda hCG sejak
tahun 1920. Uji biologis ini menggunakan hewan (katak, tikus, kelinci) yang kemudian
disuntik dengan serum atau urin perempuan yang diduga hamil untuk melihat reaksi yang
terjadi pada ovarium atau testes hewan percobaan tersebut. Prinsip uji biologik penanda
3
hCG selanjutnya dikembangkan dengan cara mengambil antiserum hCG dari hewan yang
telah memproduksi antibodi hasil stimulasi dengan hCG (protein dengan sifat antigenik).
Bila urin diteteskan ke antiserum maka terjadi mediasi aktifitas antiserum untuk beraksi
dengan partikel lateks yang dilapisi dengan hCG (latex particle agglutination inhibition
test) atau sel darah merah yang telah disensitisasi dengan hCG (hemagglutination
inhibition test). Pada perempuan yang hamil, hCG di dalam urinnya akan menetralisir
antibodi dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada perempuan yang
tidak hamil, tidak terjadi netralisasi antibodi sehingga terjadi reaksi aglutinasi.5,6
Karena hCG mempunyai struktur yang mirip dengan hormon luteinisasi (Luteinizing
Hormone/LH) maka dapat terjadi reaksi silang masing-masing antibodi terhadap masing-
masing hormon. Untuk menghindarkan hal tersebut maka dilakukan pembatasan terhadap
sensitifitas jumlah maksimum atau internasional unit hormon yang akan diperiksa.
False negative uji imunologik kehamilan terjadi pada 2% dari keseluruhan pengujian dan
hal tersebut umumnya terjadi akibat pengujian yang terlalu dini (dibawah 6 minggu,
dihitung dari hari pertama haid terakhir) atau terlalu lama (diatas 18-20 minggu
kehamilan). False positive terjadi pada 5% dari keseluruhan uji kehamilan dan hal ini
umumnya terjadi pada perempuan dengan proteinuria yang masif, menjelang menopause
(peningkatan hormon gonadotropin dan penurunan fungsi ovarium), dan reaksi silang
hormon gonadotropin. Karena akurasi pemeriksaan hCG adalah 95-98% dan tidak
spesifik untuk kehamilan maka uji hormonal kehamilan tidak digolongkan sebagai tanda
pasti kehamilan.2,3,6
Metoda terbaru pengujian hCG subunit β adalah Enzym Linked Immunoabsorbent Assay
(ELISA). Cara ini akan mengabsorbsi antibodi monoklonal hCG subunit β dengan hasil
yang sangat sensitif, tingkat spesifitas yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat, tidak
membutuhkan biaya tinggi dan mudah dilakukan.5,6
Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomi yang paling nyata pada ibu hamil.
Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal kehamilan akan
menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan peningkatan
yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan fibrosa sehingga struktur
4
dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap regangan dan distensi. Hipertrofi myometrium
juga disertai dengan peningkatan vaskularisasi dan pembuluh limfatik. Peningkatan
vaskularisasi, kongesti dan edema jaringan dinding uterus dan hipertrofi kelenjar serviks
menyebabkan berbagai perubahan yang dikenali sebagai tanda Chadwick, Goodell dan
Hegar.6
Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva,
vagina dan serviks. Tanda Goedell adalah perubahan konsistensi (yang dianalogikan
dengan konsistensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsistensi kenyal (dianalogikan
dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil. Tanda Hegar adalah pelunakan dan
kompresibilitas isthmus serviks sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan
apabila isthmus ditekan dari arah yang berlawanan.7
Bentuk uterus yang seperti buah alpukat kecil (pada saat sebelum hamil) akan berubah
bentuk menjadi globuler pada awal kehamilan dan ovoid (membulat) apabila kehamilan
memasuki trimester kedua. Setelah 3 bulan kehamilan, volume uterus menjadi cepat
bertambah sebagai akibat pertumbuhan yang cepat pula dari konsepsi dan produk
ikutannya. Seiring dengan semakin membesarnya uterus, korpus uteri dan fundus
semakin keluar dari rongga pelvik sehingga lebih sesuai untuk disebut sebagai organ
abdomen.7
5
Gambar 2: Uterus hamil sebagai organ abdomen
Pertumbuhan uterus ke arah kavum abdomen disertai dengan sedikit rotasi ke arah kanan
sumbu badan ibu atau dikenal dengan istilah dekstrorotasi. Kondisi ini disebabkan oleh
adanya kolon rektosigmoid yang mengisi sebagian besar ruang abdominopelvikum kiri.
Kecepatan pembesaran uterus pada primigravida dan multigravida dapat sedikit berbeda
(kisaran 1-2 minggu) dan hal ini menimbulkan variasi dalam estimasi besar uterus pada
awal pemeriksaan kehamilan awal atau tera usia kehamilan dengan menggunakan titik
anatomi tertentu (misalnya; fundus uteri setinggi umbilikus).5,6,7
Pembesaran dinding abdomen, sering dianggap sebagai tanda dari terjadinya kehamilan.
Pembesaran tersebut terkaitkan dengan terjadi pembesaran uterus di rongga abdomen.
Penonjolan didnding abdomen biasanya dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dimana
uterus beralih dari organ pelvik menjadi organ abdomen. Penonjolan dinding abdomen
lebih nyata pada ibu hamil dengan posisi berdiri dibandingkan dengan posisi berbaring.
Juga lebih terlihat pada multipara dibandingkan dengan nulipara atau primigravida akibat
kendurnya otot-otot dinding perut. Apabila uterus jatuh ke arah depan dan bawah maka
dinding perut akan menonjol seperti bandul dan hal ini disebut sebagai perut pendulum.
Pada kasus yang ekstrim, kondisi ini dapat mengganggu kemajuan proses persalinan.
Pembesaran uterus pada awal kehamilan, biasanya tidak terjadi secara simetris. Secara
normal, ovum yang telah dibuahi akan berimplantasi pada segmen atas uterus, terutama
pada dinding posterior. Bila lokasi implantasi berada di dekat kornu maka daerah ini akan
lebih cepat membesar dibandingkan dengan bagian uterus lainnya. Pembesaran asimetri
dan penonjolan salah satu kornu tersebut dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual
pelvik pada usia kehamilan delapan hingga sepuluh minggu. Keadaan ini dikenal sebagai
tanda Piskacek.6,7
Tanda kehamilan lain adalah kontraksi Braxton Hicks yang terjadi akibat peregangan dari
miometrium yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus. Peningkatan aktomiosin
di dalam miometrium juga menjadi penyebab dari meningkatnya kontraktilitas uterus.
Kontraksi Braxton Hicks bersifat non-ritmik, sporadik, tanpa disertai adanya rasa nyeri,
mulai timbul sejak kehamilan enam minggu dan tidak terdeteksi melalui pemeriksaan
bimanual pelvik. Kontraksi ini baru dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik
pada kehamilan trimester kedua dan pemeriksaan palpasi abdomen pada kehamilan
trimester ketiga. Dengan semakin meningkatnya usia kehamilan, terjadi pula peningkatan
frekuensi, lama dan intensitas kontraksi Braxton Hicks. Mendekati usia kehamilan aterm,
kontraksi ini menjadi lebih teratur dan reguler sehingga disalah-artikan sebagai kontraksi
6
persalinan. Persalinan palsu (false labor) sangat erat kaitannya dengan kontraksi Braxton
Hicks pada kehamilan aterm.5,6,7
Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah fertilisasi tetapi baru
pada usia kehamilan 20 minggu bunyi jantung janin dapat di deteksi dengan fetoskop.
Dengan menggunakan teknik ultrasound atau sistem doppler, bunyi janyung janin dapat
dikenali lebih awal (12-20 minggu usia kehamilan). Bunyi jantung janin harus dapat
dibedakan dengan pulssi maternal, bising usus, gerakan janin dan bising arteri uterina.
Bising funikuli umumnya seirama dengan bunyi jantung janin.3,5,7
Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu tetapi baru dapat
dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena diusia kehamilan tersebut,
dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin menjadi lebih kuat. Pada kondisi tertentu,
ibu hamil dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi di usia kehamilan
16-18 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Gerak pertama bayi yang dapat
dirasakan ibu disebut dengan quickening, yang sering diartikan sebagai kesan kehidupan.
Walaupun gerakan awal ini dapat dikategorikan tanda pasti kehamilan dan estimasi usia
kehamilan tetapi hal ini sering dikelirukan dengan gerakan usus akibat perpindahan gas di
dalam lumen saluran cerna. Bagian-bagian tubuh bayi juga dapat dipalpasi dengan mudah
mulai usia kehamilan 20 minggu.6,7
Fenomena bandul atau pantulan balik yang disebut dengan ballottement juga merupakan
tanda adanya janin di dalam uterus. Hal ini dapat dikenali dengan jalan menekan tubuh
bayi melalui dinding abdomen yang kemudian terdorong melalui cairan ketuban dan
kemudian memantul balik ke dinding abdomen atau tangan pemeriksa. Fenomena bandul
jenis ini disebut dengan ballottement in toto. Jenis lain dari fenomena bandul adalah
ballottement kepala yaitu hanya kepala bayi yang terdorong dan memantul kembali ke
dinding uterus atau tangan pemeriksa setelah memindahkan dan menerima tekanan balik
cairan ketuban (volume relatif lebih besar dibandingkan tubuh bayi) di dalam kavum uteri
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk
optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin
selama kehamilan.
7
Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
Hingga usia kehamilan 28 minggu, kunjungan klinik untuk memperoleh asuhan antenatal
dilakukan setiap empat minggu. Untuk usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan untuk
asuhan antenal dilakukan setiap dua minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu keatas,
kunjungan asuhan antenatal dilakukan setiap minggu sekali. Dalam bahasa program
kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan
singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan
K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan
28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak
dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan
serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan
dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi
kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal
kehamilan dengan menggunakan berbagai metoda yang tersedia.
Dalam pemeriksaan rutin, dilakukan pula pencatatan data klien dan keluarganya serta
pemeriksaan fisik dan obstetrik seperti dibawah ini:
8
• Pekerjaan Ibu/Suami
• Lamanya menikah
• Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
3. Riwayat Haid
• Hari Pertama haid Terakhir (HPHT)
• Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan (Rumus Naegele: tanggal HPHT
ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
9
• Seksio Sesar
• Serviks Inkompeten
• Operasi non-ginekologi
B. Pemeriksaan
1. Keadaan Umum
• Tanda vital
• Pemeriksaan jantung dan paru
• Pemeriksaan payudara
• Kelainan otot dan rangka serta neurologik
2. Pemeriksaan Abdomen
• Inpeksi
• Bentuk dan ukuran abdomen
• Parut bekas operasi
• Tanda-tanda kehamilan
• Gerakan janin
• Varises atau pelebaran vena
• Hernia
• Edema
• Palpasi
• Tinggi fundus
• Punggung bayi
• Presentasi
• Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul
• Auskultasi
• 10 minggu dengan doppler
• 20 minggu dengan fetoskop Pinard
C. Laboratorium
• Pemeriksaan
10
• Analisis urin
• Analisis tinja
• Analisis darah
• Hitung darah
• Gula darah
• Antigen Hepatitis B Virus
• Antibodi Rubella
• Ultrasonografi
Pada umumnya, 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12%
kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini
dari gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk
mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan maupun keselamatan ibu
hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak
awal sehingga dapat dilaklukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan
yang berat terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun ayi yang dikandungnya.
Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya
disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan keguguran
yang pada umunya (60-80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada
spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan
pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran uterus yang diatas normal, pada umumnya
disebabkan oleh mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan
yang tidak jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia kehamilan
dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik.
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada umunya disebabkan oleh
plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi
11
segmen bawah rahim yang menjadi tempat implementasi plasenta tersebut. Pada plasenta
yang tipis dan menutupi sebagian besar plasenta maka umumnya terjadi perdarahan
bercak berulang dan apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit
penurunan bagian terbawah janin maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan
yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh
jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdsarahan bercak
atau berulang sebelumnya. Plasenta previa menjadi peyebab dari 25% kasus perdarahan
antepartum. Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio
plasenta (40%) atau vasa previa (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan antepartum.
Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan
peningkatan tekanan darah diatas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data
atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya)
dengan preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut:
Bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga dan disertai
dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio
plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan (revealed) atau tersembunyi (occult):
• Trauma abdomen
• Preeklampsia
• Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
• Bagian-bagian janin sulit diraba
• Uterus tegang dan nyeri
• Janin mati dalam rahim
12
Gambar 4: Solusio Plasenta dengan Perdarahan (A) dan Perdarahan Tersembunyi (B)
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan
adalah:
13
o Abdomen
Tinggi fundus uteri
Letak bayi
Presentasi bayi
Denyut jantung bayi
o Pemeriksaan tambahan
Proteinuria
Glukosuria
Keton
o Untuk menilai kesejahteraan janin dalam rahim dapat dilakukan berbagai jenis
pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik yang diperoleh dari ibu hamil
maupun pemeriksaan oleh petugas kesehatan. Pemeriksaan yang memerlukan
peralatan canggih umumnya dilakukan dengan peralatan pencatat denyut
jantung janin (kardiotokografi) dan peralatan ultrasonografi yang disebut
dengan pemeriksaan profil biofisik janin (biophysic profile). Berbagai jenis
pemeriksaan tersebut adalah:
Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling kesehatan
yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama tentang kehamilan dan upaya
untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi
kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi
ibu hamil dan keluarganya. Beberapa informasi penting tersebut adalah:
14
Nutrisi yang adekuat
Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori.
Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori
tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu
hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal
ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan
berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.
Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber protein
tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan,
ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur,
anemia dan edema.
Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang
mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium
dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan
yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel
darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat
besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa
ferfous gluconate, ferrous fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
Perawatan payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi
dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan
membuka duktus dan sinus lateferus sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar
karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga terjadi
kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan uterotonika. Basuhan lembut
setiap hari pada areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area
tersebut. Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan
menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitif dan
menjadi lebih berat maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere).
15
Perawatan gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu pada trimester
pertama dan ketiga. Penjadwalan untuk trimester pertama terkait dengan hiperemesis dan
ptyalisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut haruis selalu
terjaga. Sedangkan pada trimester ketiga, terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk
pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan
pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu
hamil sangat rentan terhadap terjadinya carries dan ginggivitis.
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi pada perut, area
genitalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih
lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau
gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan
vaginal douche. Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu
bertongkat tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan
perut. Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari.
Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang
dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Beristirahan cukup, minimal 8 jam pada
malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan untuk melakukan kebiasaan
untuk merokok selama hamil karena dapat menimbulkan vasospasme yang berakibat
pada anoksia bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan kongenital
dan solusio plasenta.
Rujukan
1. Schramm, W. F. Weighing cost and benefits of adequate prenatal care. Public Health Report, 107(6),
647-652
2. Baltzer, F.R., et al. Landmarks during the first forty-two days of gestation demonstrated by the B-sub-
unit of human chorionic gonadotropin and ultrasound. Am. J. Obstet. Gynecol. 146(8):973-979, 1983
3. Moore, K. L. The Developing Human: Clinically Oriented Embryology, 5th ed. Philadelphia: WB
Saunders, 1993
4. Speroff, L., et al. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Baltimore: Williams and Wilkins,
1994
5. Blackburn, S. T. And Loper, D. L. Maternal, Fetal, and Neonatal Physiology: A clinical Perspective.
Philadelphia: W.B. Saunders, 1992
6. Cunningham, F.G., et al. Williams Obstetrics, 20th ed. Norwalk, CT: Appleton & Lange, 2002
7. Frederich, M. A. Psychological changes during pregnancy. Contemporaro OB/GYN 27, Sept. 1977
8. Stephenson, J. N. Pregnancy testing and counseling. Ped. Clin. North Am. 36(3): 681-696, 1989
9. Jadad, A. R. And Gagliardi, A. Rating health information on the internet: navigating to knowledge or
to Babel? JAMA, 279, 611-614
16
10. Olse, S. F., et al. A randomized controledl trial of effect of fish oil supplementation on pregnancy
duration. Lancet, 339, 1003-1007, 1992
11. Onwude, J. L., et al. A randomized double blind placebo controlled trial of fish oil in high risk
pregnancy. Br. J. Obstet. Gynecol. 102, 95-100, 1995
17